Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

(PKL)
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI UNIT FARMASI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON
TAHUN 2018
JL. PATRA RAYA KLAYAN CIREBON NO.1

DISUSUN OLEH :
RINDANEA ALSHA AURA
NIS :000

YAYASAN AMANAH SUKRA


SMK KESEHATAN 1 SUKRA
TERAKREDITASI “A”
KOMPETENSI KEAHLIAN : KEPERAWATAN & FARMASI
Jl.Raya Pantura KM 64 sumuradem timur Sukra Indramayu45257
No.Tlp: (0234)-611509 Email : smkkesehatan1@yahoo.com
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI RS. PERTAMINA


CIREBON TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING KOMPETENSI
KEAHLIAN FARMASI DAN DISAHKAN OLEH KEPALA
SMK KESEHATAN 1 SUKRA PADA HARI SABTU
TANGGAL 02 FEBRUARI 2019

Menyetujui:
Kompetensi Keahlian Farmasi,

Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan


SMK Kesehatan 1 Sukra SMK Kesehatan 1 Sukra

Uun Kuniyati, S.Farm.,Apt Lili Laeliyah, S.Farm.,Apt

Mengesahkan,
Kepala Sekolah
SMK Kesehatan 1 Sukra

Linda Yani, S.Kep.,M,Kes

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

i
IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Rindanea Alsha Aura

Tempat Tanggal Lahir : Subang, 15 Januari 2003

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds.Jatimulya Rt15/05 Kec.Compreng

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SDN MULYASARI

SMP : SMPN 1 CISALAK SUBANG

Mengikuti pendidikan di SMK Kesehatan 1 Sukra Kompetensi Keahlian Farmasi

mulai tahun 2017 sampai sekarang.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

ii
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadiran Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan laporan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Laporan ini dapat terbuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak

pembimbing materi maupun teknis, oleh karena itu saya mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan

laporan ini.

2. Bapak H.Suganda selaku Ketua Yayasan Pendidikan Amanah Sukra

3. Ibu Linda Yani, S.Kep.,M.Kes, selaku Kepala SMK Kesehatan 1 Sukra

4. Ibu Lily Laeliyah, S.Farm.,Apt, selaku pembimbing di Apotek

5. Ibu Iha Farikha, SKM selaku kepala program SMK Kesehatan 1 Sukra

6. Ibu Uun Kuniyati, S.Farm.,Apt, selaku pembimbing Sekolah SMK Kesehatan 1

Sukra

7. Staf dan karyawan Unit Farmasi Rumah Sakit PERTAMINA CIREBON yang

sudah membantu saya selama berada Di Unit Farmasi Rumah Sakit dan kritik

dari para pembimbing dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan

makalah ini

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang ada,

tetapi saya menyadari sebagai manusia biasa, bahwa tidak ada yang terlepas dari

iii
kesalahan. Untuk itu saya harapkan kritikan dan saran yang membangun dari

semua pihak untuk menyempurnakan hasil laporan prakerin ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Indramayu, 02 Februari 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................3
D. Tempat dan Waktu pelaksanaan...........................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................4
A. Rumah Sakit.......................................................................................................4
B. pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit..............................................................9
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................13
A. Gambaran Rumah Sakit....................................................................................13
B. pelayanan kefarmasian di rumah sakit..............................................................14
C. Study Kasus......................................................................................................16
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................24

v
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai misi Untuk
memberikan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta
tempat penelitian dan pengembangan kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan di Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016,


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah sakit
merupakan pelayanan kesehatan sekunder atau tersier dikarenakan menjadi tempat
rujukan dari pelayanan kesehatan primer, dimana rumah sakit memiliki peralatan
diagnosa yang lebih modern dan merupakan tempat yang menunjukkan kerjasama
antar tenaga kesehatan yaitu dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan, apoteker,
tenaga teknis kefarmasian, ahli gizi, tenaga laboiratorium, ahli bidang radiologi dan
lainnya.

Menurut Peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia No. 889/ Menkes/ Per/
V/ 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah
Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari
orientasi produk menjadi orientasi pasien. Sehat merupakan salah satu dari tiga faktor
utama kualitas sumber daya manusia. Upaya kesehatan diselenggarakan melalui
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

1
2
2

menyeluruh terpadu, dan berkesinambungan. Faktor yang memiliki kotribusi


sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan salah satunya adalah pelayanan
kesehatan.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan proses belajar


mengajar yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk
menerapkan teori yang telah didapat melalui pembelajaran ceramah, diskusi,
presentasi di kelas dan praktek di la

Tujuan pendidikan ini adalah untuk menghasilkan tenaga kefarmasian pada


tingkat Sekolah Menengah Kejuruan yang mampu melaksanakan tugas dengan
kompetensi salah satunya dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan
menggunakan pendekatan komunikasi therapeutik.

Program Kerja PKL merupakan kegiatan praktek yang bertujuan untuk


menerapkan teori dan konsep yang telah diberikan dalam rangka melaksanakan
Kompetensi Keahlian Farmasi dan inti yang telah diajarkan di kelas dan diaplikasikan
di lapangan dengan target kompetensi farmasi. Dimana kegiatan ini untuk
mempersiapkan peserta didik agar mampu melakukan pelayanan obat, mampu
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan sesuai
dengan kompetensi yang tertuang dalam SKKNI Kompetensi Keahlian Farmasi pada
jenjang SMK dibidang dunia usaha yaitu mampu melakukan pelayanan obat, mampu
melakukan pengadministrasian obat, mampu memberikan informasi obat bebas dan
obat bebas terbatas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Siswa/I diharapkan mampu melaksanakan tugas dari seorang asisten


farmasi dalam penerapan ilmu-ilmu kefarmasian di lapangan khususnya di
Unit Farmasi Rumah Sakit.
3

1. Tujuan Khusus

a. Mampu mempergunakan secara benar instrumen yang diperlukan dalam


melaksanakan prosedur pelayanan resep di Unit Farmasi.
b. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kefarmasian dalam melaksanakan
tindakan di Unit Farmasi.
c. Mengetahui distributor obat dan perbekalan kesehatan
d. Memahami prosedur penerimaan obat dan perbekalan kesehatan
e. Memahami penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
f. Memahami prosedur pelayanan obat dengan resep dokter
g. Mengetahui administrasi apotek

C. Manfaat
1. Manfaat bagi Siswa
Dapat meningkatkan wawasan tentang situasi dalam dunia kerja dan dapat
mengetahui lebih banyak macam macam obat
2. Manfaat bagi Sekolah
Sekolah dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai dunia kerja di
bidang kesehatan yang lebih luas dan dapat menjalin kerjasama dengan
Rumah Sakit
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk menentukan
kebijakan perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian
dan analisis yang dilakukan siswa/I selama PKL

D. Tempat dan Waktu pelaksanaan


Tempat : Rumah Sakit Pertamina Cirebon

Waktu : 19 Desember 2018 s.d 02 Februari 2019


4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Rumah Sakit
Definisi rumah sakit

Berdasarkan Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,


yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
perorangan secara puripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat
jalan, IGD, ICU, dan hemodialisa.
1. Tugas Rumah Sakit
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
b. Memberikan perlindunganterhadap keselamatan pasien, masyarakat, dan
lingkungan Rumah Sakit
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah
Sakit.
d. Memberikan kepastian hukum pasien,masyarakat,sumberdaya manusia
rumah sakit dan rumah sakit.
2. Fungsi rumah sakit
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.

4
5
5

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam


rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
3. Persyaratan rumah sakit
a. Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah,pemerintah daerah maupun
swasta.
b. Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan daerah harus berbentuk
unit pelaksanaan teknis dari instalasi yang bertugas di bidang kesehatan.
c. Rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum
kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perRumah sakitan.
4. Lokasi rumah sakit
a. Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan,keselamatan lingkungan,dan tata ruang, serta sesuai dengan
hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit.
b. Ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota,
rencana tata ruang kawasan perkotaan dan atau rencana tata bangunan dan
lingkungan.
c. Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan, menyangkut
upaya pemantauan, upaya pengelolaan lingkungan dan atau dengan analisa
mengenai dampak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Bangunan Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang no.44 tahun 2009 bangunan rumh sakit harus dapat
untu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan,
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Bangunan Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas ruang:
a. Rawat jalan;
b. Rawat inap;
c. Ruang gawat darurat;
6

d. Ruang operasi
e. Ruang radiologi;
f. Ruang hemodialisa
g. Ruang tenga kesehatan
h. Ruang administrasi
i. Ruang meknik
j. Laundry
k. Tempat ruang perinatologi
l. Ruang laboratorium
m. Ruang sterilisasi
n. Poliklinik
6. Klasifikasi rumah sakit
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit dapat diklafikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan
jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur
dan fasilitas pelayanan, fasilitas pendidikan, serta status akreditasi dan
sertifikasi.
a. Berdasarkan jenis pelayananya
Berdasarkan jenis pelayananya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspesialistik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada
berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan
diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medis, seperti penyakit
dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil dan sebagainya.
a) Rumah Sakit Khusus
7

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang fungsi primer,


memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang
mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah,
misal: rumah sakit ginjal, rumah sakit kusta, rumah sakit jantung,
rumah sakit bersalin dan anak, dan lain lain.
2.) Berdasarkan kepemilikan
Berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
a.) Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik
pemerintah, baik pusat maupun daerah, departemen pertahanan dan
keamanan (dephan), maupun badan usaha milik negara (bumn).
Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur
pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas
yaitu kelas A, B, C, dan D.
b.) Rumah Sakit Umum Swasta
Rumah Sakit Umum Swasta terdiri atas:
- Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit
umum yang memberikan pelayanan medik bersifat umum,
setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D.
- Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum 4 cabang, setara dengan Rumah Sakit Pemerintah
kelas C.
- Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit
Umum Swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum, spesialistik dan subspesialistik, setara dengan
rumah sakit pemerintah kelas B.
8

3.) Berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur


Berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, rumah
sakit dan digolongkan menjadi:
a.) Rumah Sakit kelas A
Rumah Sakit kelas A yaaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan
subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
b.) Rumah Sakit kelas B, dibagi , menjadi:
- Rumah Sakit B1 yaitu Rumah Sakit yang melaksanakan
pelayanan medik minimal 11 spesialistik dan belum
memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500
tempat tidur.
- Rumah Sakit B2 yaitu rs yang melaksanakan pelayanan
medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan
kapasitas 100-300 tempaat tidur.
c.) Rumah Sakit kelas C
Rumah Sakit kelas C yaitu rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu
penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan,
dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
d.) Rumah sakit kelas D
Rumah sakit kelas D yaitu rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas
tempat tidur kurang dari 100.
9

4.) Berdasarkan jangka waktu pelayanan atau lama tinggal


Berdasarkan jangka waktu pelayanan atau lama tinggal, rumah sakit dapat
digolongkan menjadi:
a.) Rumah Sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang
merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari.
b.) Rumah Sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang
merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
5.) Berdasarkan afiliasi pendidikan
Berdasarkan afiliasi pendidikan, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi:
a.) Rumah Sakit Pendidikan adalah Rumah Sakit yang melaksanakan
program pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan
bidang spesialis lain.
b.) Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak
memiliki afiliasi dengan universitas dan hanya melakukan
pelayanan medik.
6.) Berdasarkan status akreditasi
Berdasarkan status akreditasi, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi:
a.) Rumah Sakit telah diakreditasi adalah Rumah Sakit yang telah
diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan kegiatan tertentu.
b.) Rumah Sakit yang belum terakreditasi adalah Rumah Sakit yang
belum diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi sehingga
belum memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan tertentu.

B. pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit


a. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan salah satu divisi dari
Rumah Sakit yang mempunyai pengaruh sangat besar pada perkembangan
professional rumah sakit dan juga terhadap ekonomi dan juga biaya total
10

rumah sakit. IFRS adalah satu-satunya divisi Rumah Sakit yang


bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan pengendalian seluruh
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lain yang beredar dan digunakan
di Rumah Sakit.

Kegiatan pelayanan di instalasi farmasi meliputi :


1) Pemilihan/seleksi perbekalan farmasi (pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan).
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhkan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu. Untuk memastikan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan
spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan
oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga
kefarmasian.
Tujuan pengadaan mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang
layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat
waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu
berlebihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain :
1.) Bahan baku obat harus disertai sertefikat analisa;
2.) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS);
3.) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai nomor izin edar; dan
4.) Expired date minimal 2 tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis haabis pakai tertentu (vaksin, regensia,
dan lain lain)
11

a. Peresepan (pengkajian intruksi pengobatan/resep pasien).


b. Dispensing sediaan farmasi (penyiapan perbekalan farmasi, pelabelan,
pendistribusian).
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Tujuan pendistribusian tersediaanya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah.
Sistem distribusi dosis unit dapat dioprasikan dengan salah satu dari 3
metode di bawah ini, yang pilihanya tergantung pada kebijakan dan
kondisi rumah sakit.
1.) Sentralisasi, sentralisasi dilakukan ifrs sentral ke semua unit rawat
inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya, dirumah sakit itu
mungkin hanya satu ifrs tanpa adanya depo/satelit ifrs di beberapa
unit pelayanan.
2.) Desentralisasi, dilakukan oleh beberapa oleh beberapa depo/satelit
ifrs disebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi
desesntralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan
lengkap diruang, hanya saja sistem distribusi desentralisasi ini
dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan
dan pengendalian oleh ifrs sentral.
3.) Kombinasi sentralisasi dan desentralisasi, biasanya hanya dosis
awal dan dosis keadaan darurat dilayani depo/satelit ifrs. Dosis
selanjutnya dilayani oleh ifrs sentral. Semua pekerjaan
tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan pencampuran
sediaan intravena juga dimulai dari ifrs sentral.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a) Sistem persediaan lengkap diruangan floor stock)
Definisi sistem distribusi persediaan lengkap diruang
adalah tatanan kegiatan pengantaran sediaan perbekalan
12

farmasi sesuai dengan yang ditulis dokter pada order


perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan
diruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit
perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang
langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.
Dalam sistem persediaan lengkap di ruangan, semua
perbekalan farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia
dalam ruang penyimpanan perbekalan farmasi yang
dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan
perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang
jarang digunakan.

b) Sistem resep perorangan


Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai berdasarkan resep
perorangan/pasien rawat inap dan rawat jalan melalui
instalasi farmasi.
c) Sistem unit dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan
yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda
untuk penggunaan dosis/psien. Sistem unit dosis ini
digunakan untuk pasien rawat inap.
4) Administrasi (penyerahan obat)

5) Pemantauan (pemantauan efek terapi, pemantauan dan pelaporan efek


samping obat, pelayanan informasi obat,konseling).
6) Dokumentasi.
BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Rumah Sakit


Didirikan pada tahun 1973, Rumah Sakit Pertamina Cirebon pada awalnya
merupakan bagian dari kesehatan pertamina unit EP III Cirebon yang mengelola
fasilitas kesehatan karyawan pertamina Unit EP III beserta keluarganya.
Disamping itu RS Pertamina Cirebon juga memberikan layanan pada
karyawan/keluarga pertamina lain yang ada di wilayah cirebon seperti UPPDN
III, LPG dan UP VI Balongan, PT Exor serta pensiunan pertamina dan
keluarganya. Berlokasi dijalan patra raya klayan cirebon yang terletak dijalan
pantura, RSPK telah menjadi salah satu pilihan warga cirebon dalam memenuhi
kebutuhanya akan layanan kesehatan yang optimal dan terjangkau. Saat ini RSPK
telah mengembangkan fasilitas ruang rawat inapnya dengan membangun ruangan
paviliun, sehingga kapasitasnya bertambah dari 50 TT menjadi 100 TT sesuai
dengan tuntutan masyarakat cirebon yang semakin tinggi dan semakin sadar
kesehatan. Berdaarkan hasil penilaian rumah sakit yang diselenggarakan oleh
kantor wilayah departemen kesehatan jawa barat, beberapa prestasi telah diraih
RSPK diantaranya pada bulan November 1991 menjadi RS terbaaik kedu se-jawa
barat,tahun 1995 sebagai jura kedua lomba penampilan RS Swasta kelas C se
jawa barat, tahun 1996 sebagai rumah sakit pengelola taman RS terbaik kedua
sejawa barat. Bagi kami prestasi ini merupakan kebanggaan namun kebanggaan
kami yang terbesar adalah apabila pasien-pasien puas dengan pelayanan kami.
Pada tanggal 8 Agustus 2002, PT RSPP berganti nama menjadi Pertamina Bina
Medika (Pertamedika) dengan 8 unit usaha layanan kesehatan berupa RS yaitu RS
pusat pertamina yang berlokasi di Jakarta, RS Pertamina Balikpapan, RS
Pertamina Cirebon, Rs Pertamina Prabumulih, Rs Pertamina Tanjung, Rs

13
14
14

Pertamina Tarakan, dan Rs Pertamina Sorong. Direktur Utama Pertamedika


no.0713/A00000/2004-SO yang diberlakukan mulai tanggal 7 september 2004,
RS Pertamina klayan cirebon berganti nama menjadi RS Pertamina Cirebon.

B. pelayanan kefarmasian di rumah sakit


1. Pelayanan Farmasi Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah kegiatan mendistribusikan pembekalan


farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit dengan
sistem resep perorangan oleh Apotek Rumah Sakit. Tujuanya agar tercapainya
pelayanan kefarmasian dengan mutu cakupan dan efisiensi yang optimal
melalui pembekalan farmasi pasien rawat inap.

Resep di RS Pertamina Cirebon terbagi menjadi 3 yaitu resep tunai,jaminan,


dan BPJS :
a. Alur pelayanan resep tunai
1) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4) Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan
penyakitnya
5) Resep dihargai melalui software
6) Penyimpanan obat
7) Beri etiket
8) Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara
penggunaaan, khasiat obat dan cara penyimpanan obat.
b. Alur pelayanan resep jaminan
1) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4) Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada
5) penggunaaan, khasiat obat dan cara penyimpanan obat.
15

c. Alur pelayanan resep BPJS


1) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4) Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan
penyakitnya
5) Resep dihargai melalui software
6) Penyimpanan obat
7) Beri etiket
8) Penyerahanobat disertai informasi minimal cara penggunaaan, khasiat
obat dan cara penyimpanan obat.
2. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan adalah kegiatan mendistribusikan pembekalan
farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan dengan sistem resep
perorangan oleh Apotek rumah sakit.
Resep di RS Pertamina Cirebon terbagi menjadi 3 yaitu resep
tunai,jaminan, dan BPJS :
a. Alur pelayanan resep tunai
1.) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2.) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3.) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4.) Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan
penyakitnya
5.) Resep dihargai melalui software
6.) Penyimpanan obat
7.) Beri etiket
8.) Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara
penggunaaan, khasiat obat dan cara penyimpanan obat.
16

b. Alur pelayanan resep jaminan


1.) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2.) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3.) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4.) Resep dicek tanggal pengambilan obat terakhir pada pasien dengan
penyakitnya
5.) Resep dihargai melalui software
6.) Penyimpanan obat
7.) Beri etiket
8.) Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara
penggunaaan, khasiat obat dan cara penyimpanan obat.
c. Alur pelayanan resep BPJS
1.) Resep datang diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
2.) Resep diskrining oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
3.) Menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi resep
4.) Resep dicek
5.) Penyimpanan obat
6.) Beri etiket
7.) Penyerahan obat ke pasien disertai informasi minimal cara
penggunaaan, khasiat obat dan cara penyimpanan obat.

C. Study Kasus
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering
buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi
akibat makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.
Diare dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit. Contohnya
meliputi diet cairan, intoleran terhadap makanan, stress, cemas, atau
penggunaa obat pencahar.
17

1. Analisis Metode Soap

a. SUBJEKTIF
Pasien An. Ragil Hidayat pada tanggal 21 desember 2018 datang ke
IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan demam
dirasakan terus menerus. Keluhan batuk, pilek, mual, BAB cair sejak 3
hari yang lalu. pasien tidak mau makan.
Pasien di diagnosa mnderita Diare.
b. OBJEKTIF
1) Tanda vital
Parameter Normal Tanggal Tanggal ket
21 des 2018 22 des 2018
TD -
Nadi 80-100 100 100 Normal
x/menit
RR 20-24 24 22 Normal
x/menit
Suhu 36,5 37,2 36,2 normal

2) Hasil laboratorium
Jenis hasil Satuan Nilai normal Ket
pemeriksaan
Hematologi
Hitung sel
darah
hemoglobin L 12,1 g/dl 13-16 Tidak normal
Hematokrit L 37 % 40-48 Tidak normal
Lekosit H 13,6 Ribu/uu 3,5-10 Tidak normal
Trombosit 321 Ribu/uu 150-400 Normal

3) Profil terapi

Nama obat Aturan pakai Rute Tanggal Tanggal


18

21 des 2018 22 des 2018


Ondansetron 3X1 mg Po  

Cefotaxim 2x450 mg IV  

Infusan RL IV  

Paracetamol 3x100 mg PO  

L-Bio 2x1 mg PO  

L-Zinc 2x1 mg PO 

Ranitidin 2x12,5 IV 

4) Dispensing
Nama obat Pelarut Stabilitas
Cefotaxim Nacl 0,9% D5% Stabil selama 24 jam
pada suhu kamar/ 5 hari
pada suhu dingin.

5) Assesment
DRP Masalah
Terapi tanpa indikasi Sudah tepat
Indikasi tanpa terapi Belum tepat
Ketepatan dosis Sudah tepat
Kesesuaian pemilihan obat Sudah tepat
ADR Sudah tepat

6) PLAN
Seharusnya ditambahkan obat dextrosin sirup untuk mengobati batuk
dan pilek.
7) Pembahasan
a.) Terapi tanpa indikasi
19

I. Ondansetron, adalah obat yang digunakan untuk mencegah


serta mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh efek
samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Terjadinya mual
dan muntah disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang
bernama serotonin. Jumlah serotonin dalam tubuh akan
meningkat ketika kita menjalani kemotrapi, radioterapi, dan
operasi.
II. Cefotaxime, adalah obat antibiotik yang digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi bakteri misalnya infeksi
pernafasan bagian bawah, infeksi saluaran kemih, meningitis dan
gonore. Obat ini termasuk dalam kelas antibiotik bernama
cephalosporin. Antibiotik ini bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri
III. Ringer laktat atau RL, Adalah larutan steril yang digunakan
sebagai penambah cairan dan elektrolit tubuh untuk
mengembalikan keseimbangannya,obat ini merupakan campuran
dari sodium klorida, sodium laktat, potassium klorida, kalsium
klorida dan air. Obat ini juga memiliki efek laktat dimetabolisme
menjadi karbon dioksida dan air yang menggunakan hidrogen
kation sehingga menyebabkan turunnya keasaman.
IV. Paracetamol, termasuk sebagai analgesik (anti nyeri) dan
Antipiretik (penurun panas). Obat ini dipakai untuk mereedakan
rasa sakit ringan hingga menengah dengan cara menurunkan
produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin unsur yang
dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan atau
infeksi yang memicu terjadinya peradangan, serta menurunkan
demam. Untuk orang dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi
paracetamol 1-2 tablet sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6
jam sekali dalam 24 jam. Paracetamol jarang menyebabkan efek
samping, namun ada beberapa yang mungkin terjadi,
20

diantarannya penurunan jumlah sel darah outih atau trombosit,


muncul ruam, terjadi pembengkakan atau kesulitan bernafas.
V. L – BIO, merupakan probiotik (bakteri baik) yang terdiri dari
lactobacillus acidophilus, lactobacillus casei, lactobacillus
salivarius, bifidobacterium infantis, bifidobacterium lactis,
bifidobacterium longum, lactococcus lactis. Digunakan untuk
melindungi sistem dewasa. Membantu mengurangi gangguan
pencernaan seperti pada kasus diare, sembelit (susah BAB).
Pemakaian L-bio dapat diberikan 3x1 sachet, selama 2 hari
paling cepat dan efek samping dari L-bio hampir jarang terjadi.
VI. L-zinc adalah terapitambahan untuk diare pada anak, untuk
diberikan bersama garam rehidrasi oral (oralit). Dosis anak 6
bulan – 5 tahun 10 ml 1 x/hari selama 1o hari walaupun diare
sudah berhenti. Bayi 2-6 bulan 5 ml x/hari selama 1o hari
walaupun diare sudah berhenti. Botol 100 ml sir 10 mg/5ml.
VII. Ranitidin adalah tukak lambung dan duodenum akut, refluks
esofagitis (sindrom solinder – elison). Hipersekresi paska bedah.
Oral tukak lambung dan deodenum akut 2 tab menjelang tidur
malam hari selama 4-8 minggu. Smpersekresi patologis : sehari
2-3 x 1 tablet. Parental : 50 mg setiap 6-8 jam intermiter im atau
iv . Dus 10x10 tablet

8) Patofisiologi
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi disebabkan invasi bakteri
dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare
yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan
abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
21

secara makroskopis ditemukan lendir atau darah, serta mikroskopis


didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak
mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dan
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi laktase atau akibat geram magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi
akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide ( VIP ) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enterophaty, inflamatory bowel disease ( IBD ) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
22

inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.


Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan pendarahan atau adanya
leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau
tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
9) Terapi Farmakologi
a. Bila sesak napas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan
cairan dan elektrolit.
b. Pemberian antibiotika apabila terdapat infeksi
c. Bila penyebab penyakit berupa amoeba/parasit/giardia dapat
diberikan metronidazol.
d. Apabila pasien alergi terhadap makanan/obat/susu, dapat diobati
dengan menghentikan makanan atau obat penyebab alergi tersebut.
e. Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip.
f. TB khusus diobati dengan OAT.
g. Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan
endokrinya.
h. Malabsorbsi diatasi dengan peberian enzim.
i. Kolitis diatasi sesuai jenis kolitisnya.

10) Terapi Non Farmakologi


Pasien sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang
tinggi kalori, tinggi protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak
tahan laktosa diberikan rendah laktosa, bila maldigesti lemak diberikan
rendah lemak. Bila penyakit chron dan kolitis ulserosa diberikan
rendah serat pada keadaan akut. Minum yang banyak dan bila perlu
infus untuk mencegah dehidrasi.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan siswa dapat memahami fungsi
dan tugas tenaga kefarmasian di Rumah Sakit
1. Memahami prosedur pelayanan obat dengan resep dokter dan
swamedikasi
2. Memahami prosedur penerimaan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Mengatahui administrasi apotek
4. Memahami stok opnme
5. Melaksanakan pelayanan obat dan pembekalan kesehatan.
6. Mengetahui distributor obat dan perbekalan farmasi
7. Memahami penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
8. Siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip kefarmasian dalam
melaksanakan tindakan di apotek.
B. SARAN
Untuk melengkapi laporan ini saya akan menyamoaikan beberapa saran yang
mungkin dapat membantu kekurangan-kekurangan yang ada, antara lain :
1. Utamakan keselamatan kerja
2. Kuasai terlebih dahulu teori seblum melaksanakan praktek kerja lapangan
3. Gunakan waktu sebaik-baiknya
4. Jangan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.

24
25
LAMPIRAN
Gambar 1. Etiket resep rawat inap
Gambar 2. Resep

Anda mungkin juga menyukai