Anda di halaman 1dari 33

Tugas Mandiri PBL

Skenario 1

Nama : Bianca Naila

Npm : 1102018278

Kelompok : 13-BSI

Sasaran Belajar

LO1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata

1.1 Makroskopis

Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.

Mata terdiri dari :


 Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior (sklera).
Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada
sklerasementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis.
- Fungsi Kornea :
Kornea berfungsi sebagai pelindung mata dari infeksi dan kerusakan struktural serta membiaskan
cahaya ke lensa dan retina.
-
:

Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna)
melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di
anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.

Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris.
Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis
sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak
langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati
epitel pigmen retina.

Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel
 Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ektoderm permukaan

2. Membran Bowman
 Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.

4. Membran Descement
 Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
μm.

5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi
samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya
regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersatu dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (di forniks superior dan inferior) dan membungkus episklera dan menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjugtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbita di forniks dan melipat berkali-
kali. Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik (Lang and Lang, 2000)

1.2 Mikroskopis
Dari anterior ke posterior kornea memiliki 5 lapisan yaitu: (Remington,
2005)
1. Lapisan epitel yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris. Lapisan epitel mempunyai 5 atau 6 lapis sel. Berupa stratified
squamous epithelium
2. Membrane bowman, merupakan lapisan jernih aseluler, yang
merupakan bagian stroma yang berubah
3. Stroma kornea mencakup 90% dari ketebalan kornea. Bagian ini
tersusun dari lamellae fibril-fibril kolagen yang saling menjalin dan hampir mencakup
seluruh diameter kornea. Lamellae ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea dan karena
ukuran dan
periodisitasnya secara optik menjadi jernih. Lamellae terletak didalam
suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan keratosit yang
menghasilkan kolagen dan zat dasar.
4. Membrane descement adalah sebuah membran elastik yang jernih yang
tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron dan merupakan
membrane basalin dari endotel kornea.
6. Lapiisan endotel

Konjungtiva merupakan selaput lendir tipis yang melapisi permukaan


dalam kelopak mata dan permukaan anterior mata . Selain berfungsi sebagai
pelindung, konjungtiva memungkinkan kelopak mata untuk bergerak dengan
mudah. Epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel kolumnar
dan lamina basal (Klintworth, Cummings, 2007). Lapisan epitel konjungtiva
di dekat limbus, di atas caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan
pada tepi kelopak mata terdiri atas sel-sei epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel
epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus (Vaugan, 2011).
Konjungtiva dapat dibagi menjadi kedalam tiga bagian. Konjungtiva
palpebralis adalah lapisan pada permukaan dalam kelopak mata.
Konjungtiva bulbar adalah lapisan yang melapisi permukaan anterior mata
dari limbus sampai sklera anterior. Konjungtiva bulbar dan konjungtiva
palpebralis bertemu pada fornik superior dan inferior (Klintworth,
Cummings, 2007).
Lapisan inferior kelopak mata adalah membran mukosa yang disebut
konjungtiva palpebra. Epitel konjungtiva palpebra adalah epitel berlapis
kolumnar rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit tipis
berlanjut hingga ke tepi kelopak mata dan kemudian menyatu menjadi epitel
berlapis silindris konjungtiva palpebra (Difiore, 2008).
Konjungtiva bulbar dimulai pada limbus, di mana titik epitel kornea
secara bertahap digantikan oleh epitel konjungtiva dan terus melewati sclera hingga forniks
superior dan inferior (Klintworth, Cummings, 2007).

LO2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Visus Mata

Tajam penglihatan atau visus secara umum didefinisikan sebagai suatu

kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk melihat suatu objek. Menurut Prof.

Ilyas Sidarta (2014; ed5) visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan

kacamata, visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca

mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberikan keterangan tentang
baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.

Gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek sekitar masuk ke dalam mata

melewati kornea mata. Tetapi tidak semua cahaya tersebut mencapai fotoreseptor

peka cahaya akibat adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk

truktur seperti cincin di dalam humor aqueous. Iris mempunyai dua kelompok

jaringan otot polos, yaitu radial dan sirkuler yang dipersarafi oleh saraf autonom.

Kontraksi keduanya mengatur lebar pupil sehingga dapat mengatur jumlah cahaya

yang masuk. Pada cahaya redup, otot radial berkontraksi untuk memperlebar pupil

guna meningkatkan intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pada cahaya terang maka

otot sirkuler berkontraksi untuk mengecilkan diameter pupil sehingga mengurangi

intensitas cahaya yang masuk ke mata (Sherwood, 2001).

Untuk mendapatkan bayangan objek jauh maupun dekat terfokus di retina,

lensa mata harus menyesuaikan kecembungan untuk mengatur kekuatan lensa, hal ini

disebut akomodasi visual. Akomodasi diatur oleh kontraksi otot siliaris yang hampir

seluruhnya disarafi oleh saraf parasimpatis yang dijalarkan ke mata melalui saraf

cranial III dari nucleus saraf III pada batang otak. Stimulus saraf parasimpatis

menimbulkan kontraksi pada otot siliaris, yang akan mengendurkan ligamen lensa

sehingga menyebabkan lensa semakin tebal dan meningkatkan daya biasnya. Dengan

meningkatnya daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding saat daya

biasnya rendah. Dengan mendekatnya objek ke arah mata, maka jumlah impuls

parasimpatis ke otot siliaris harus ditingkatkan secara progresif agar objek tetap dapat

dilihat dengan jelas (Guyton, 2012).

Tajam penglihatan dapat dibagi menjadi recognition acuity dan resolution

acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail

dari huruf terkecil angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution
acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang

mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah (Leat, 2009).

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.

Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan

mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu

dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam

penglihatan seseorang, dapat dilakukan menggunakan kartu Snellen dan bila

penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan

melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Pemeriksaan tajam

penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata dan setiap mata

diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu

kemudian kiri lalu mecatatnya (Ilyas, 2014).

Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen, diuji

dengan cara menghitung jari (counting fingers). Jika tidak bisa menghitung jari, mata

tersebut mungkin masih dapat mendeteksi lambaian tangan yang digerakkan secara

vertikal atau horizontal (penglihatan hand movement). Tingkat penglihatan yang lebih

rendah lagi adalah kesanggupan “mempersepsi” cahaya (penglihatan light

perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya (no light perception)

dianggap buta total (Riordan-Eva, 2013).

Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 6 atau 5 meter,

karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa

akomodasi (Ilyas, 2014). Atau pada jarak 3 meter menggunakan cermin pantul.

Dengan kartu Snellen standar, dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan

melihat seseorang sebagai berikut:

˗ Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.

˗ Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30,

berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.

˗ Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,

berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.

˗ Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6

meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.

˗ Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka

dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak

60 meter.

˗ Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan

pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60.

˗ Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang

berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

˗ Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien

yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau

lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian

tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

˗ Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat

melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.

Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

˗ Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan

penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total (Ilyas, 2014)

LO4. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis dan Keratitis


4.1 Definisi

Menurut buku Gangguan dan Kesehatan Mata :


Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam
kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata,
dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan
oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit
sistemik. Peradangan konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi pula
karena asap, angina dan sinar (Ilyas, 2008; 2014).
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Akibat terjadinya
kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam penglihatan akan menurun. Mata
merah pada keratitis terjadi akibat injeksi pembuluh darah perikorneal yang dalam
atau injeksi siliar.
Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang terkena seperti
keratitis superfisial dan profunda atau interstisial (Ilyas, 2004).

4.2 Etiologi

Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa

disebabkan karena bakteri, virus, infeksi klamidia, konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus,

Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Sedangkan,

konjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan

penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus

namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi

klamidia, yang disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis

(James dkk, 2005). Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi

diperantai oleh IgE terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh

bahan kimia (Ilyas, 2008).


Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor (Ilyas, 2004), diantaranya:

1. Virus.

2. Bakteri.

3. Jamur.

4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.

5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.

6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak

cukupnya pembentukan air mata.

7. Adanya benda asing di mata.

8. Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi, atau partikel

udara seperti debu, serbuk sari (Wijaya, 2012).

4.3 Manifestasi Klinis

Konjungtivitis Penyebab Gejala Tatalaksana


Inflamasi Staphylococcus, Mukosa purulen, antibiotik tunggal
Streptococcus, edema kelopak, seperti neospirin,
Pneumococcus, kemosis konjungtiva, basitrasin,gentamisin,
dan Haemophillus kadang-kadang disertai kloramfenikol,tobramisin,eritr
keratitis dan blefaritis omisin, dan sulfa selama 2-3
hari
Virus 1. Demam 1. demam, bersifat suportif karena
faringokonju faringitis, secret dapat sembuh sendiri.
ngtiva berair dan Diberikan kompres, astringen,
2. adenovirus sedikit lubrikasi, dan pada kasus
tipe 3,4 dan yang berat dapat diberikan
7 antibotik dengan steroid
3. organisme topical.
Coxsackie
dan
Pikornavirus
alergi Reaksi inflamasi radang ( merah, sakit, Menghindarkan penyebab
pada konjungtiva bengkak, dan panas), pencetus penyakit dan
yang diperantarai gatal, silau berulang memberikan astringen,
oleh sistem imun dan menahun sodium kromolin, steroid
topical dosis rendah kemudian
ditambahkan kompres dingin
untuk menghilangkan
edemanya. Pada kasus yang
berat dapat diberikan
antihistamin dan steroid
sistemik
Jamur Candida albicans, bercak putih yang dapat
Sporothtrixschencki timbul pada pasien
i,Rhinosporidium diabetes dan pasien
serberi,dan dengan keadaan sistem
Coccidioides imun yang terganggu.
Bakteri N.Gonorrhoeae, iritasi dan Memulai terapi dengan
Neisseria kochii, pelebaran pembuluh antimikroba topikal spektrum
dan N.meningitidis, darah (injeksi) bilateral, luas seperti polymyxin-
Streptococcus eksudat purulen, trimethoprim, setiap
Pneumoniae, eksudat purulen konjungtivitis purulen dengan
Haemophillus dengan palpebra saling diploccus gram negatif
aegyptius, H melengket saat bangun (sugestif
influenza, tidur, dan kadang- neisseria), harus segera
Escherichia coli kadang edema diberikan terapi topikal dan
palpebra. sistemik. Jika kornea tidak
terkena, maka ceftriaxone 1 g
yang diberikan melalui dosis
tunggal per
intramuskular biasanya
merupakan terapi sistemik
yang adekuat. Jika kornea
terkena, maka dibutuhkan
ceftriaxone parenteral, 1-2 g
per hari selama 5 hari.
Pada konjungtivitis akut dan
hiperakut, saccus
conjungtivalis harus dibilas
dengan
larutan saline agar
menghilangkan secret.
antibiotik topikal lain yang
biasa digunakan adalah
bacitracin, chloramphenicol,
ciprofloxacin, gatifloxacin,
gentaicin, levofloxacin,
moxifloxacin, neomycin dan
lainnya. Selain itu, lensa
kontak juga tidak disarankan
untuk dipakai sampai
infeksi disembuhkan.
Keratitis etiologi gejala Gambar
Pungtata, tidak spesifik dan dapat terjadi rasa sakit, silau, mata merah,
keratitis pada Akne rosasea, Herpes dan merasa kelilipan
dengan simpleks, Herpes zoster, Blefaritis
infiltrat halus neuroparalitik, infeksi virus,
pada kornea vaksinisia, trakoma, trauma
yang dapat radiasi, dry eye, keratitis
terletak lagoftalmos, keracunan obat
superfisial seperti neomisin, tobramisin dan
dan subepitel bahaya pengawet lainnya.
Keratitis Strepcoccus pneumonie, Sakit, seperti kelilipan,
Marginal Hemophilus aegepty, Moraxella lakrimasi, disertai fotofobia
Merupakan lacunata dan Esrichia berat. Pada mata akan terlihat
infiltrat yang blefarospasme pada satu
tertimbun mata, injeksi konjungtiva,
pada tepi infiltrat atau ulkus yang
kornea memanjang, dangkal
sejajar unilateral dapat tunggal
dengan ataupun multipel, sering
limbus. disertai neovaskularisasi dari
arah limbus.

Interstisial, 1. alergi atau infeksi spiroket 1. fotofobia, lakrimasi,


kondisi serius ke dan menurunnya
dimana visus.
masuknya dalam stroma kornea dan akibat
pembuluh tuberculosis
darah ke 2. ditemukan trias
dalam kornea 2. sifilis kongenital Hutchinson(mata:ker
dan dapat atitis interstisial,
menyebabka telinga: tuli labirin,
n hilangnya gigi: gigi seri
transparansi berbentuk obeng),
kornea. sadlenose, dan
pemeriksaan
serologis yang positif
terhadap sifilis.

Keratitis Staphylococcus mata merah, berair, nyeri


Bakteri aureus,Neisseria pada mata yang
spp,Staphylococcus terinfeksi, penglihatan
epidermidis,Moraxella silau, adanya sekret dan
spp,Streptococcus penglihatan menjadi
pneumoniae and other kabur, hiperemis
Streptococcus perikornea,
spp,Mycobacterium blefarospasme, edema
spp,Pseudomonas kornea, infiltrasi kornea.
aeruginosa (most common
organism in soft contact
lens wearers) Nocardia spp,
Enterobacteriaceae
(Proteus, Enterobacter,
Serratia),Non-spore-
forming
anaerobes,Corynebacterium
spp
Jamur, 1) Jamur berfilamen 1) Riwayat trauma
infeksi jamur (filamentous fungi) : terutama tumbuhan,
pada kornea bersifat multiseluler dengan pemakaian steroid topikal
yang dapat cabang-cabang hifa.
disebut juga lama.
mycotic 2) Jamur bersepta :
keratitis Furasium sp, Acremonium 2) Lesi satelit.
sp, Aspergillus sp,
Cladosporium sp, 3) Tepi ulkus sedikit
Penicillium sp, menonjol dan kering, tepi
Paecilomyces sp, yang ireguler dan
Phialophora sp,Curvularia tonjolan
sp, Altenaria sp.
seperti hifa di bawah
3) Jamur tidak bersepta : endotel utuh.
Mucor sp, Rhizopus sp,
Absidia sp. 4) Plak endotel.

4) Jamur ragi (yeast) yaitu 5) Hipopion, kadang-


jamur uniseluler dengan kadang rekuren.
pseudohifa dan tunas
:Candida albicans, 6) Formasi cincin
Cryptococcus sp, sekeliling ulkus.
Rodotolura sp.
7) Lesi kornea yang
5) Jamur difasik. Pada indolen.
jaringan hidup membentuk
ragi sedang media
pembiakan membentuk
miselium : Blastomices sp,
Coccidiodidies sp,
Histoplastoma sp,
Sporothrix sp
virus Herpes simpleks virus nyeri pada mata,
(HSV) fotofobia,penglihatan
kabur, mata berair, mata
merah, tajam
penglihatan, blefaritis
vesikuler yang ulseratif,
pembengkakan kelenjar
limfe regional, keratitis
epitelial dan dapat
mengenai stroma tetapi
jarang
Acanthamoe Keratitis yang berhubungan kemerahan, dan
ba dengan infeksi fotofobia. ulkus kornea
Acanthamoeba yang indolen, cincin stroma,
biasanya disertai dengan dan infiltrat perineural
penggunaan lensa kontak
4.4 Patofisiologi

4.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis

Konjungtivitis Diagnosis
bakteri riwayat pasien dan pemeriksaan mata secara menyeluruh,
seperti pemeriksaan mata eksternal, biomikroskopi
menggunakan slit-lamp dan pemeriksaan ketajaman mata.
Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan
biakan disarankan Pemeriksaan gram melalui kerokan
konjungtiva dan pengecatan dengan Giemsa menampilkan
banyak neutrofil polimorfonuklear
virus Perlu ditanyakan mengenai onset, lokasi (unilateral atau
bilateral), durasi, penyakit penyerta seperti gangguan saluran
nafas bagian atas, gejala penyerta seperti fotofobia, riwayat
penyakit sebelumnya, serta riwayat keluarga. Pemeriksaan
selsel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil
dengan spatula platina steril dari permukaan konjungtiva
kemudian di pulas dengan pulasan Gram (untuk
mengidentifikasi organisme) dan dengan pulasan Giemsa (untuk
menetapkan jenis dan morfologi sel). Pada konjungtivitis virus
biasanya banyak ditemukan sel mononuklear khususnya
limfosit dalam jumlah yang banyak
alergi Pada anamnesis, ditanyakan mengenai onset, durasi, unilateral
atau bilateral, gejala penyerta, riwayat penyakit
sebelumnya, serta riwayat keluarga. Hal ini memiliki peran
penting seperti pada konjungtivitis vernal, dimana pasien
dengan riwayat alergi pada keluarga (hay fever, eksim,dll)
memiliki kecenderungan mengalami konjungtivitis vernal
Keratitis Diagnosis
pungtata Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk
lonjong dan jelas yang menampakkan bintik-bintik pada
pemulasan dengan fluoresein,terutama di daerah pupil.
Uji fluoresein merupakan sebuah tes untuk mengetahui
terdapatnya kerusakan epitel kornea.
Zat warna fluorescein bila menempel pada epitel kornea maka
bagian yang terdapat defek akan memberikan warna hijau
karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.
Marginal Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan
Gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri
interstitial Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan
gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri
Bakteri pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan
menggores ulkus kornea dan bagian tepinya dengan
menggunakan spatula steril
kemudian ditanam di media cokelat (untuk Neisseria,
Haemophillus dan
Moraxella sp), agar darah (untuk kebanyakan jamur, dan bakteri
kecuali
Neisseria) dan agar Sabouraud (untuk jamur, media ini
diinkubasi pada suhu
kamar). Kemudian dilakukan pewarnaan Gram
Jamur Diagnosis laboratorik sangat membantu diagnosis pasti,
walaupun negatif
belum dapat menyingkirkan diagnosis keratomikosis. Hal yang
utama adalah
melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan
spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop. Kemudian dapat dilakukan pewarnaan KOH,
Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka
keberhasilan masing-masing ± 20-30%, 50-60%, 60-75% dan
80%.Sebaiknya melakukan biopsi jaringan kornea dan diwarnai
dengan Periodic Acid Schiff atau Methenamine Silver, tetapi
memerlukan biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan
Nomarski differential interference contrast microscope untuk
melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode
Nomarski) yang dilaporkan cukup memuaskan. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar Sabouraud atau agar ekstrak
maltosa
virus dilakukan kerokan dari lesi epitel pada keratitis HSV dan cairan
dari lesi kulit mengandung sel-sel raksasa. Virus ini dapat
dibiakkan pada membran korio-allantois embrio telur ayam dan
pada banyak jenis lapisan sel jaringan (misal sel HeLa, tempat
terbentuknya plak-plak khas).
Acanthamoeba Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan
di atas media khusus. Biopsi kornea mungkin diperlukan.
Sediaan histopatologik menampakkan bentuk-bentuk amuba
(kista atau trofozoit). Larutan dan kontak lensa harus dibiak.
Sering kali bentuk amuba dapat ditemukan pada larutan kotak
penyimpan lensa kontak

1. Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan
konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.

Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;


   Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliaris
Kausa Iritasi, Konjungtivitis Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut
Forniks ke limbus makin
Lokasi kecil Limbus ke forniks makin kecil
Warna Merah terang Merah padam
Bergerak dengan dengan
Pembuluh darah konjungtiva Tidak bergerak
Adrenalin Menghilang Menetap
Sekret Sekret (+) Lakrimasi (+)
Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan
berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya
peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan
mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.

2. Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi
airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.

3. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf
pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika,
yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur
pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.   

 Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut


 Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
 Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

4. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller
(M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma
dan keratokonjungtivitis epidemika.4

5. Khemosis (Edema Konjungtiva)


Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan
tanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal
konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.

6. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada
tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang
membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-
cabang di atas papila mirip jeruji payung.

7. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid
konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada
viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical
medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.

8. Pseudomembran dan Membran


Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang
bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas
mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.

9. Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian
setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan
kelenjar limfe preaurikuler.

 Sign & Simptom


Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas,
sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar
sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi
konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis,
hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.

a. Gejala Subjektif

Konjungtivitis biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan
lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat
fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis
flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bekterial akut.
b. Gejala Objektif

Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu,
jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-
lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:

 Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler


 Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
 Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,
kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
 Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,
simblepharon, massa, secret

Diagnosis Banding
Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma
Kongestif Akut
Visus Normal Tergantung letak Menurun Menurun mendadak
infiltrat perlahan,
tergantung letak
radang
Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi
Epifora, - + + -
fotofobia
Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal normal Edema
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel Edema, suram
radang (tidak bening), halo
(+)
COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal
H. Normal normal Sel radang (+), Kental
Aquous flare (+), tyndal
efek (+)
Iris Normal normal Kadang edema Kripta menghilang
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis
(d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang Keruh
menempel

4.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis
infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau
berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap
pengobatan.

2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang
cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis
adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%.
Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari
okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam
tergantung dari kebijakan laboratorium.

3. Tes diagnostik klamidial


Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan
dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia,
meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini
telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya
untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler
beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan,
penggunaannya belum diperjelas oleh FDA. 

4. Smear/sitology
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus
dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada
kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.

5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi.
Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat
menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes
diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit
seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan
sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata
dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula
sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi
preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan
spesimen yang tepat.

6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita
penyakit tiroid.

Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan


bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi.
Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata
terus dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa
kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.

4.7 Tatalaksana

Keratitis Tatalaksana
Pungtata Penatalaksanaan pada ketratitis
pungtata superfisial pada prinsipnya
adalah diberikan sesuai dengan
etiologi. Untuk virus dapat diberikan
idoxuridin, trifluridin atau asiklovir.
Untuk bakteri gram positif pilihan
pertama adalah cafazolin, penisilin G
atau vancomisin dan bakteri gram
negatif dapat diberikan tobramisin,
gentamisin atau polimixin B.
Pemberian antibiotik juga
diindikasikan jika terdapat sekret
mukopurulen yang menunjukkan
adanya infeksi campuran dengan
bakteri. Untuk jamur pilihan terapi
yaitu natamisin, amfoterisin atau
fluconazol. Selain terapi berdasarkan
etiologi, pada keratitis pungtata
superfisial ini sebaiknya juga
diberikan terapi simptomatisnya agar
dapat memberikan rasa nyaman
seperti air mata buatan, sikloplegik
dan kortikosteroid
Marginal Pengobatan yang diberikan adalah
antibiotika yang sesuai dengan
penyebab infeksi lokalnya dan
steroid dosis ringan. Pada pasien
dapat diberikan
vitamin B dan C dosis tinggi
interstitial diberikan kortikosteroid tetes mata
jangka
lama secara intensif setiap jam
dikombinasi dengan tetes mata
atropin dua kali
sehari dan salep mata pada malam
hari
Bakteri Diberikan antibiotik spektrum luas
sambil menunggu hasil kultur
bakteri.
Berikut tabel pengobatan inisial
antibiotik yang dapat diberikan
Jamur 1) Belum diidentifikasi jenis jamur
penyebabnya.
Topikal amphotericin B 1,02,5
mg/ml, thiomerosal (10 mg/ml),
natamycin
> 10 mg/ml, golongan imidazole.
2) Jamur berfilamen.
Untuk golongan II : Topikal
amphotericin B, thiomerosal,
natamycin (obat
terpilih), imidazole (obat terpilih).
3) Ragi (yeast).
Amphoterisin B, natamycin,
imidazole
4) Golongan Actinomyces yang
sebenarnya bukan jamur sejati.
Golongan sulfa, berbagai jenis
antibiotik.
virus Terapi obat :
 IDU (Idoxuridine) analog
pirimidin (terdapat dalam larutan 1%
dan
diberikan setiap jam, salep 0,5%
diberikan setiap 4 jam).
 Vibrabin: sama dengan IDU
tetapi hanya terdapat dalam bentuk
salep.
 Trifluorotimetidin (TFT): sama
dengan IDU, diberikan 1% setiap 4
jam.
 Asiklovir (salep 3%), diberikan
setiap 4 jam.
 Asiklovir oral dapat bermanfaat
untuk herpes mata berat, khususnya
pada
orang atopi yang rentan terhadap
penyakit herpes mata dan kulit
agresif.
Terapi Bedah :
Keratoplasti penetrans mungkin
diindikasikan untuk rehabilitasi
penglihatan pasien yang mempunyai
parut kornea yang berat, namun
hendaknya
dilakukan beberapa bulan setelah
penyakit herpes nonaktif
Acantamoeba Terapi dengan obat umumnya
dimulai dengan isetionat,
propamidin topikal (larutan 1%)
secara intensif dan tetes mata
neomisin. Bikuanid 19
poliheksametilen (larutan 0,01-
0,02%) dikombinasi dengan obat
lain atau sendiri,kini makin populer.
Agen lain yang mungkin berguna
adalah paromomisin dan berbagai
imidazol topikal dan oral seperti
ketokonazol, mikonazol, itrakonazol.
Terapi juga dihambat oleh
kemampuan organisme membentuk
kista didalam stroma kornea,
sehingga memerlukan waktu yang
lama.Kortikosteroid topikal mungkin
diperlukan untuk mengendalikan
reaksi radang dalam kornea.
Keratoplasti mungkin diperlukan
pada penyakit yang telah
lanjut untuk menghentikan
berlanjutnya infeksi atau setelah
resolusi dan terbentuknya parut
untuk memulihkan penglihatan.
Jika organisme ini sampai ke sklera,
terapi obat dan bedah tidak berguna

LO3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah

3.1 Visus Normal

MATA MERAH VISUS NORMAL


PTERIGIUM
Definisi
Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan
banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya
terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum
adalah :
 Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
 Bekerja di luar rumah
 Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin,
kekeringan dan asap.
 Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent
Klasifikasi Pterygium
 Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line) dapat
terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun
sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense,
gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala
pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi.
 Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan
pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.
 Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas yang
luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas
hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.

Pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap
kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik.
Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya
penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
 Mata merah
 Mata kering
 Iritasi
 Keluar air mata (berair)
 Sensasi seperti ada sesuatu dimata
 Penglihatan yang kabur
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1) Mengevaluasi ukuran
2) Mencegah inflamasi
3) Mencegah infeksi
4) Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
 Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
1. Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi
inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.
2. Therapy radiasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi
pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah
rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai
usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya
dengan memakai kacamata hitam.
PSEUDOPTERIGIUM
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu
visus, atau alasan kosmetik.
PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka
diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

Pinguekula
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur,
hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan).
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.
EPISKLERITIS – SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan
permukaan sklera.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan
bawaan penyakit rematik.
Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
4. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi
kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal, dapat
sembuh sempurna atau bersifat residif.

Episkleritis
Skleritis
Definisi
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan
menjadi :
1. Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai
sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda
dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Skleritis
Gejala
- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang
kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
- Fotofobia
- Mata berair
- Penglihatan menurun

KONJUNGTIVITIS
3.2 Visus Menurun

MATA MERAH VISUS MENURUN


ULKUS KORNEA
Definisi
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang kecil dan
superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.
Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks
kornea.
Gejala
Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar, hilangnya
sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat.Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis
disertai hipopion.
RADANG UVEA
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi atau
merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam.
GLAUKOMA KONGESTIF AKUT
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang
sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau dipapah. Penderita sendiri
memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut.Hal inilah yang mengelabui
dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa
bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan di sekitar mata.
Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.
Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik
(kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan
dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring
agak vertikal atau midriasis yang hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada.Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.Sebenarnya
dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup.
Pengobatan
Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.Pemberian obat hanya
untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas pembedahan
mata.
LO5. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Mata Menurut Sudut Pandang Islam

Perintah menjaga pandangan

” Katakanlah kepada orang- orang beriman ( laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka
dan memelihara kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah
kepada wanita hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan
mereka” (Qs. An-Nur (24): 30-31)

Firman Allah tentang mata

“Bukanakah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata” (Qs. Al-Balad (90): 8)

Sang imam gozali di dalam kitabnya ihya ulmuddin menyabutkan, bahwa mata adalah panglima
hati hamper semua perasaan dan perilaku awalnya picu oleh pandangan mata. Bila mata di
biarkan memandang itu di benci dan di larang maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya
meskipun dia tidak sungguh- sungguh jatuh kedalam jurang .

An nur ayat 30
”Katakanlah kepada laki-laki( kaum mukmin) :”Hendaklah mereka menundukn sebagian dari
pandangan mereka dan hendaklah merka menjaga kemaluan mereka “

An nur ayat 31
“ hendaklah mereka menundukan sebagian dari pandngan mereka”
Daftar Pustaka

Azari, A. A., & Barney, N. P. (2013). Conjunctivitis. JAMA, 310(16),


1721.doi:10.1001/jama.2013.280318

Histologi Dasar Junqueira edisi 12.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jannah , Raudatul . (2012). Gangguan Kesehatan Mata . Jakarta : Guepedia

Sherwood, Lauralee. (1996).Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

http://repository.ump.ac.id/4953/3/Aprilia%20Tri%20Sulistiyani%20BAB%20II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18088/Bab%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai