Skenario 1
Npm : 1102018278
Kelompok : 13-BSI
Sasaran Belajar
1.1 Makroskopis
Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna)
melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di
anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.
Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris.
Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis
sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak
langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati
epitel pigmen retina.
Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
μm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi
samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya
regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersatu dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (di forniks superior dan inferior) dan membungkus episklera dan menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjugtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbita di forniks dan melipat berkali-
kali. Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik (Lang and Lang, 2000)
1.2 Mikroskopis
Dari anterior ke posterior kornea memiliki 5 lapisan yaitu: (Remington,
2005)
1. Lapisan epitel yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris. Lapisan epitel mempunyai 5 atau 6 lapis sel. Berupa stratified
squamous epithelium
2. Membrane bowman, merupakan lapisan jernih aseluler, yang
merupakan bagian stroma yang berubah
3. Stroma kornea mencakup 90% dari ketebalan kornea. Bagian ini
tersusun dari lamellae fibril-fibril kolagen yang saling menjalin dan hampir mencakup
seluruh diameter kornea. Lamellae ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea dan karena
ukuran dan
periodisitasnya secara optik menjadi jernih. Lamellae terletak didalam
suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan keratosit yang
menghasilkan kolagen dan zat dasar.
4. Membrane descement adalah sebuah membran elastik yang jernih yang
tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron dan merupakan
membrane basalin dari endotel kornea.
6. Lapiisan endotel
kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk melihat suatu objek. Menurut Prof.
kacamata, visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca
mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberikan keterangan tentang
baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek sekitar masuk ke dalam mata
melewati kornea mata. Tetapi tidak semua cahaya tersebut mencapai fotoreseptor
peka cahaya akibat adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk
truktur seperti cincin di dalam humor aqueous. Iris mempunyai dua kelompok
jaringan otot polos, yaitu radial dan sirkuler yang dipersarafi oleh saraf autonom.
Kontraksi keduanya mengatur lebar pupil sehingga dapat mengatur jumlah cahaya
yang masuk. Pada cahaya redup, otot radial berkontraksi untuk memperlebar pupil
guna meningkatkan intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pada cahaya terang maka
lensa mata harus menyesuaikan kecembungan untuk mengatur kekuatan lensa, hal ini
disebut akomodasi visual. Akomodasi diatur oleh kontraksi otot siliaris yang hampir
seluruhnya disarafi oleh saraf parasimpatis yang dijalarkan ke mata melalui saraf
cranial III dari nucleus saraf III pada batang otak. Stimulus saraf parasimpatis
menimbulkan kontraksi pada otot siliaris, yang akan mengendurkan ligamen lensa
sehingga menyebabkan lensa semakin tebal dan meningkatkan daya biasnya. Dengan
meningkatnya daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding saat daya
biasnya rendah. Dengan mendekatnya objek ke arah mata, maka jumlah impuls
parasimpatis ke otot siliaris harus ditingkatkan secara progresif agar objek tetap dapat
acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail
dari huruf terkecil angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution
acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang
dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam
melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Pemeriksaan tajam
penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata dan setiap mata
Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen, diuji
dengan cara menghitung jari (counting fingers). Jika tidak bisa menghitung jari, mata
tersebut mungkin masih dapat mendeteksi lambaian tangan yang digerakkan secara
vertikal atau horizontal (penglihatan hand movement). Tingkat penglihatan yang lebih
perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya (no light perception)
karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa
akomodasi (Ilyas, 2014). Atau pada jarak 3 meter menggunakan cermin pantul.
Dengan kartu Snellen standar, dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan
˗ Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
˗ Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30,
˗ Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,
˗ Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6
meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
˗ Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak
60 meter.
˗ Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan
˗ Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang
˗ Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien
yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
˗ Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
˗ Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
4.2 Etiologi
1. Virus.
2. Bakteri.
3. Jamur.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
Diagnosis
Konjungtivitis Diagnosis
bakteri riwayat pasien dan pemeriksaan mata secara menyeluruh,
seperti pemeriksaan mata eksternal, biomikroskopi
menggunakan slit-lamp dan pemeriksaan ketajaman mata.
Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan
biakan disarankan Pemeriksaan gram melalui kerokan
konjungtiva dan pengecatan dengan Giemsa menampilkan
banyak neutrofil polimorfonuklear
virus Perlu ditanyakan mengenai onset, lokasi (unilateral atau
bilateral), durasi, penyakit penyerta seperti gangguan saluran
nafas bagian atas, gejala penyerta seperti fotofobia, riwayat
penyakit sebelumnya, serta riwayat keluarga. Pemeriksaan
selsel radang terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil
dengan spatula platina steril dari permukaan konjungtiva
kemudian di pulas dengan pulasan Gram (untuk
mengidentifikasi organisme) dan dengan pulasan Giemsa (untuk
menetapkan jenis dan morfologi sel). Pada konjungtivitis virus
biasanya banyak ditemukan sel mononuklear khususnya
limfosit dalam jumlah yang banyak
alergi Pada anamnesis, ditanyakan mengenai onset, durasi, unilateral
atau bilateral, gejala penyerta, riwayat penyakit
sebelumnya, serta riwayat keluarga. Hal ini memiliki peran
penting seperti pada konjungtivitis vernal, dimana pasien
dengan riwayat alergi pada keluarga (hay fever, eksim,dll)
memiliki kecenderungan mengalami konjungtivitis vernal
Keratitis Diagnosis
pungtata Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk
lonjong dan jelas yang menampakkan bintik-bintik pada
pemulasan dengan fluoresein,terutama di daerah pupil.
Uji fluoresein merupakan sebuah tes untuk mengetahui
terdapatnya kerusakan epitel kornea.
Zat warna fluorescein bila menempel pada epitel kornea maka
bagian yang terdapat defek akan memberikan warna hijau
karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.
Marginal Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan
Gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri
interstitial Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan
gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri
Bakteri pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan
menggores ulkus kornea dan bagian tepinya dengan
menggunakan spatula steril
kemudian ditanam di media cokelat (untuk Neisseria,
Haemophillus dan
Moraxella sp), agar darah (untuk kebanyakan jamur, dan bakteri
kecuali
Neisseria) dan agar Sabouraud (untuk jamur, media ini
diinkubasi pada suhu
kamar). Kemudian dilakukan pewarnaan Gram
Jamur Diagnosis laboratorik sangat membantu diagnosis pasti,
walaupun negatif
belum dapat menyingkirkan diagnosis keratomikosis. Hal yang
utama adalah
melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan
spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop. Kemudian dapat dilakukan pewarnaan KOH,
Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka
keberhasilan masing-masing ± 20-30%, 50-60%, 60-75% dan
80%.Sebaiknya melakukan biopsi jaringan kornea dan diwarnai
dengan Periodic Acid Schiff atau Methenamine Silver, tetapi
memerlukan biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan
Nomarski differential interference contrast microscope untuk
melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode
Nomarski) yang dilaporkan cukup memuaskan. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar Sabouraud atau agar ekstrak
maltosa
virus dilakukan kerokan dari lesi epitel pada keratitis HSV dan cairan
dari lesi kulit mengandung sel-sel raksasa. Virus ini dapat
dibiakkan pada membran korio-allantois embrio telur ayam dan
pada banyak jenis lapisan sel jaringan (misal sel HeLa, tempat
terbentuknya plak-plak khas).
Acanthamoeba Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan
di atas media khusus. Biopsi kornea mungkin diperlukan.
Sediaan histopatologik menampakkan bentuk-bentuk amuba
(kista atau trofozoit). Larutan dan kontak lensa harus dibiak.
Sering kali bentuk amuba dapat ditemukan pada larutan kotak
penyimpan lensa kontak
1. Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan
konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior.
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan
berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya
peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan
mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.
2. Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi
airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.
3. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf
pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika,
yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur
pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
4. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller
(M. Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma
dan keratokonjungtivitis epidemika.4
6. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada
tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang
membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-
cabang di atas papila mirip jeruji payung.
7. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid
konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada
viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical
medication. Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
9. Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian
setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan
kelenjar limfe preaurikuler.
a. Gejala Subjektif
Konjungtivitis biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan
lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat
fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis
flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bekterial akut.
b. Gejala Objektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu,
jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-
lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:
Diagnosis Banding
Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma
Kongestif Akut
Visus Normal Tergantung letak Menurun Menurun mendadak
infiltrat perlahan,
tergantung letak
radang
Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi
Epifora, - + + -
fotofobia
Sekret Banyak - - -
Palpebra Normal Normal normal Edema
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel Edema, suram
radang (tidak bening), halo
(+)
COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal
H. Normal normal Sel radang (+), Kental
Aquous flare (+), tyndal
efek (+)
Iris Normal normal Kadang edema Kripta menghilang
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis
(d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang Keruh
menempel
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang
cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis
adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%.
Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari
okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam
tergantung dari kebijakan laboratorium.
4. Smear/sitology
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus
dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada
kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.
5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi.
Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat
menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes
diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit
seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan
sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata
dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula
sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi
preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan
spesimen yang tepat.
6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita
penyakit tiroid.
4.7 Tatalaksana
Keratitis Tatalaksana
Pungtata Penatalaksanaan pada ketratitis
pungtata superfisial pada prinsipnya
adalah diberikan sesuai dengan
etiologi. Untuk virus dapat diberikan
idoxuridin, trifluridin atau asiklovir.
Untuk bakteri gram positif pilihan
pertama adalah cafazolin, penisilin G
atau vancomisin dan bakteri gram
negatif dapat diberikan tobramisin,
gentamisin atau polimixin B.
Pemberian antibiotik juga
diindikasikan jika terdapat sekret
mukopurulen yang menunjukkan
adanya infeksi campuran dengan
bakteri. Untuk jamur pilihan terapi
yaitu natamisin, amfoterisin atau
fluconazol. Selain terapi berdasarkan
etiologi, pada keratitis pungtata
superfisial ini sebaiknya juga
diberikan terapi simptomatisnya agar
dapat memberikan rasa nyaman
seperti air mata buatan, sikloplegik
dan kortikosteroid
Marginal Pengobatan yang diberikan adalah
antibiotika yang sesuai dengan
penyebab infeksi lokalnya dan
steroid dosis ringan. Pada pasien
dapat diberikan
vitamin B dan C dosis tinggi
interstitial diberikan kortikosteroid tetes mata
jangka
lama secara intensif setiap jam
dikombinasi dengan tetes mata
atropin dua kali
sehari dan salep mata pada malam
hari
Bakteri Diberikan antibiotik spektrum luas
sambil menunggu hasil kultur
bakteri.
Berikut tabel pengobatan inisial
antibiotik yang dapat diberikan
Jamur 1) Belum diidentifikasi jenis jamur
penyebabnya.
Topikal amphotericin B 1,02,5
mg/ml, thiomerosal (10 mg/ml),
natamycin
> 10 mg/ml, golongan imidazole.
2) Jamur berfilamen.
Untuk golongan II : Topikal
amphotericin B, thiomerosal,
natamycin (obat
terpilih), imidazole (obat terpilih).
3) Ragi (yeast).
Amphoterisin B, natamycin,
imidazole
4) Golongan Actinomyces yang
sebenarnya bukan jamur sejati.
Golongan sulfa, berbagai jenis
antibiotik.
virus Terapi obat :
IDU (Idoxuridine) analog
pirimidin (terdapat dalam larutan 1%
dan
diberikan setiap jam, salep 0,5%
diberikan setiap 4 jam).
Vibrabin: sama dengan IDU
tetapi hanya terdapat dalam bentuk
salep.
Trifluorotimetidin (TFT): sama
dengan IDU, diberikan 1% setiap 4
jam.
Asiklovir (salep 3%), diberikan
setiap 4 jam.
Asiklovir oral dapat bermanfaat
untuk herpes mata berat, khususnya
pada
orang atopi yang rentan terhadap
penyakit herpes mata dan kulit
agresif.
Terapi Bedah :
Keratoplasti penetrans mungkin
diindikasikan untuk rehabilitasi
penglihatan pasien yang mempunyai
parut kornea yang berat, namun
hendaknya
dilakukan beberapa bulan setelah
penyakit herpes nonaktif
Acantamoeba Terapi dengan obat umumnya
dimulai dengan isetionat,
propamidin topikal (larutan 1%)
secara intensif dan tetes mata
neomisin. Bikuanid 19
poliheksametilen (larutan 0,01-
0,02%) dikombinasi dengan obat
lain atau sendiri,kini makin populer.
Agen lain yang mungkin berguna
adalah paromomisin dan berbagai
imidazol topikal dan oral seperti
ketokonazol, mikonazol, itrakonazol.
Terapi juga dihambat oleh
kemampuan organisme membentuk
kista didalam stroma kornea,
sehingga memerlukan waktu yang
lama.Kortikosteroid topikal mungkin
diperlukan untuk mengendalikan
reaksi radang dalam kornea.
Keratoplasti mungkin diperlukan
pada penyakit yang telah
lanjut untuk menghentikan
berlanjutnya infeksi atau setelah
resolusi dan terbentuknya parut
untuk memulihkan penglihatan.
Jika organisme ini sampai ke sklera,
terapi obat dan bedah tidak berguna
Pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap
kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik.
Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya
penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
Mata merah
Mata kering
Iritasi
Keluar air mata (berair)
Sensasi seperti ada sesuatu dimata
Penglihatan yang kabur
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1) Mengevaluasi ukuran
2) Mencegah inflamasi
3) Mencegah infeksi
4) Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
1. Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi
inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.
2. Therapy radiasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi
pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah
rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai
usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya
dengan memakai kacamata hitam.
PSEUDOPTERIGIUM
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu
visus, atau alasan kosmetik.
PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka
diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.
Pinguekula
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur,
hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan).
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.
EPISKLERITIS – SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan
permukaan sklera.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan
bawaan penyakit rematik.
Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
4. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi
kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal, dapat
sembuh sempurna atau bersifat residif.
Episkleritis
Skleritis
Definisi
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan
menjadi :
1. Skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai
sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda
dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.
Skleritis
Gejala
- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang
kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
- Fotofobia
- Mata berair
- Penglihatan menurun
KONJUNGTIVITIS
3.2 Visus Menurun
” Katakanlah kepada orang- orang beriman ( laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka
dan memelihara kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah
kepada wanita hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan
mereka” (Qs. An-Nur (24): 30-31)
“Bukanakah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata” (Qs. Al-Balad (90): 8)
Sang imam gozali di dalam kitabnya ihya ulmuddin menyabutkan, bahwa mata adalah panglima
hati hamper semua perasaan dan perilaku awalnya picu oleh pandangan mata. Bila mata di
biarkan memandang itu di benci dan di larang maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya
meskipun dia tidak sungguh- sungguh jatuh kedalam jurang .
An nur ayat 30
”Katakanlah kepada laki-laki( kaum mukmin) :”Hendaklah mereka menundukn sebagian dari
pandangan mereka dan hendaklah merka menjaga kemaluan mereka “
An nur ayat 31
“ hendaklah mereka menundukan sebagian dari pandngan mereka”
Daftar Pustaka
http://repository.ump.ac.id/4953/3/Aprilia%20Tri%20Sulistiyani%20BAB%20II.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18088/Bab%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y