Anda di halaman 1dari 2

Cry Si Zombie Kecil?

Pada malam bulan purnama yang terang,terdengar suara bayi yang menangis sangat
kencang. Suara tangis bayi itu terdengar seperti suara seseorang yang berteriak tanpa arah.
Malam itu adalah malam kelahiran sang bayi mungil yang terus menerus menangis tanpa
sebab.Sang ayah sangat senang karena istrinya melahirkan bayi laki laki untuk penerus
keluarganya,sang ibu juga sangat gembira nan senang.
Namun semua kegembiraan itu tidak bertahan lama , semua kegembiraan itu mulai sirna
hilang di telan kegelapan secara perlahan saat sang anak berumur 2 tahun.Sang anak yang
biasa di panggil cry ini memiliki rasa lapar yang tak kunjung terpenuhi, ia selalu ingin terus
menerus makan.Banyak terjadi kekacauan di kastil megah itu semenjak Cry beranjak besar.
Beberapa rumah sakit jiwa sudah mendiagnosis Cry dengan Analisa dia mengalami
gangguan jiwa. Secara psikologis dia memiliki rasa rakus yang tak bisa terhapus dari
pikirannya.Setelah itu sang ayah mulai membuat sebuah kamar seperti penjara di ruang bawah
tanah, kamar yang dibuat untuk mengurung anaknya.Sang ayah tak mau namanya ternodai
oleh anaknya itu.
Setiap malam ibunya mengunjungi anaknya di ruang bawah tanah sambil membawa seekor
ayam yang baru saja ibunya curi secara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya. Ayam itu
beberapa kali bergerak karena belum sepenuhnya mati.Setelah sang ibu menuruni beberapa
anak tangga, sang ibu mulai membuka pintu jeruji tempat anaknya tinggal selama 5 tahun
terakhir itu. Sang ibu telah terbiasa dengan gerak gerik serta suara teriakan anaknya yang
bagaikan zombie itu.Lalu sang ibu melempar masuk ayam besar itu dengan wajah datar.Tanpa
memakan waktu lama anaknya yang duduk di sudut ruangan itu langsung berlari menyantap
ayam setengah hidup itu.
Lalu suatu hari di Desa kecil yang makmur itu dilanda kekeringan yang mengakibatkan hewan
hewan ternak mati serta berbagai tumbuhan mati. Semua orang hidup dalam bayang bayang
“apa yang harus saya makan besok”. Di ujung desa dimana terdapat castel Cry yang tinggal
dengan kedua orang tuanya terlihat masih baik baik saja karena persediaan bahan makanan
dan minuman yang masih memadai namun sang ayah sering menemukan daging-daging yang
ia gantung di pintu dapur sering kali hilang. Awalnya ia mengira beberapa anjing hutan yang
mencurinya. Namun ternyata pada beberapa hari terakhir saat bahan makanan mulai habis
sepenuhnya ia menemukan istrinya yang diam-diam mengambil beberapa potong daging
terakhir mereka untuk diberikan pada Cry. Sang suami yang mengetahui itu sangatlah marah
lalu memukuli istrinya.
Waktu dan hari terus berlalu semua orang di Desa maupun dikastil si kecil cry semakin hari
semakin suram banyak orang yang mati karena kelaparan. Nama Desa itupun sudah di hapus
dari peta kerajaan timur,sudah tidak ada harapan bagi para warga. Semuanya sudah pasrah
akan hidup mereka. Mereka tidak di perbolehkan untuk ke kota karena selain musibah
kekeringan Desa mereka juga terkena wabah ruam kulit.
Cry yang tak tau apa apa dengan dunia luar hanya di penuhi rasa penantian untuk
mendengar Langkah derap ibunya yang selalu datang membawakannya makanan , 5 hari
sudah ibunya tak kunjung datang membawakannya makanan. Cry yang merasa gelisah terus
menerus bertingkah.
Kondisi ayah dan ibu cry semakin memburuk, badan yang lesu serta kurus membuat mereka
terlihat seperti zombie. Nafas sang suami yang perlahan mulai melemah membuat sang ibu
merasa dirinya tak mempunyai waktu yang lama lagi untuk hidup,akhirnya ia berusaha
menuruni ratusan anak tangga dengan sisa tenaganya dan menghampiri cry anaknya. Cry
menatap wajah ibunya yang tirus dengan tatapan abstrak,antara tatapan lapar dengan tatapan
kesedihan. Sang ibu membukakan pintu jeruji kamar Cry. Lalu iapun terjatuh di depan pintu
jeruji Cry. Cry yang melihat ibunya terjatuh tanpa membawakannya makanan membuat dirinya
menelengkan kepala dan berkata dengan pelan”ibu?”,Ibunya yang mendengar cry
memanggilnya “ibu” membuat dirinya sedikit tersenyum.
Cry dengan bingung dan gelisahpun mulai melangkah keluar dari kamarnya, dengan
perlahan ia berjalan menghampiri ibunya yang duduk lesuh bersandar di tangga. Lalu ibunya
merentangkan kedua tangannya sebagi tanda pelukan dan berkata “kemarilah Cry”. Cry yang
tak mengerti apa isyarat dan apa yang di katakan ibunyapun hanya berlari dan jatuh di dekapan
ibunya. Air liur Crypun membasahi baju ibunya. Lalu sang ibu mengakatakan “makanlah”. Ya,
sang ibu merelakan tubuhnya untuk anaknya yang lapar karena gangguan jiwa. Cry yang tak
mengerti apapun akhirnya menggigit ibunya dan bersikap ganas bak zombie yang kelaparan .
Tangan sang ibu yang mengelus kepala anaknya lama kelamaanpun berhenti dan tak disadari
mata sang ibu meneteskan air mata. Ntahlah,”apakah ini air mata kesedihan atau kesakitan?”
ujar malaikat pencabut nyawa. Cry yang terus memeluk ibunya dengan kuat sambil terus
memenuhi rasa laparnyapun menggeliat kesana kemari. Ntahlah,”apakah anak ini hanya ingin
memuaskan rasa laparnya atau…ia menginginkan kehangatan pelukan ibunya?”ucap malaikat
pencabut nyawa .

-Tamat-

Anda mungkin juga menyukai