Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul Percobaan : Isolasi Minyak Jahe dari Rimpang Jahe

B. Hari/tanggal percobaan : Senin, 04 Maret 2019, 07.30 WIB

C. Selesai Percobaan : Senin, 04 Maret 2019, 12.00 WIB

D. Tujuan Percobaan :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang
dikerjakan.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang
dikerjakan.
3. Mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dengan cara yang tepat.

E. Tinjauan Pustaka :

Salah satu produk olahan jahe yang sangat bermanfaat adalah minyak
atsiri jahe. Minyak atsiri jahe banyak digunakan dalam berbagai bidang industri,
seperti industri parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavoring agent.
Biasanya, minyak atsiri yang berasal dari rempah digunakan sebagai flavoring
agent makanan. Bahkan dewasa ini sedang dikembangkan metode penyembuhan
penyakit dengan aromatheraphy, yaitu dengan menggunakan minyak atsiri yang
berasal dari tanaman. Selain itu, minyak atsiri dari beberapa jenis tumbuhan
bersifat aktif biologis sebagai anti bakteri dan anti jamur sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami.

Minyak atsiri yang disuling dari jahe berwarna kuning bening sampai
kuning tua. Minyak atsiri jahe sebagaimana minyak atsiri lainnya adalah minyak
yang mudah menguap karena terdiri atas campuran komponen yang mudah
menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda. Zingiberene
merupakan senyawa sesqui-terpen khas minyak atsiri Zingiberaceae khususnya
jahe yang memberikan aroma minyak jahe. Senyawa khas minyak atsiri jahe
lainnya adalah zingiberol, geraniol, dan felandren. Jahe kering umumnya
mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3%. Kadar minyak atsiri tumbuhan
dipengaruhi oleh tingkat kematangan atau umur panen, bagian organ yang
disuling, musim pemanenan, tanah dan iklim, varietas atau spesies yang ditanam
serta faktor lingkungan lainnya. Minyak atsiri yang terdapat pada tanaman jahe
didapatkan dengan metode ekstraksi dan distilasi /penyulingan. Menurut SNI
indeks bias dari minyak jahe yaitu antara 1,4853-1,4920. Senyawa-senyawa
oleoresin yang terdapat di dalam ampas jahe diperkirakan bersifat nonpolar.
Maka untuk mengekstrak senyawa oleoresin tersebut diperlukan pelarut yang
bersifat nonpolar seperti n-hexana, etilen klorida, petroleum eter, aseton dan
sebagainya (Supardan dkk, 2009)

Ada beberapa cara untuk mengambil komponen atau minyak atsiri dari
rimpang jahe. Salah satunya yaitu dengan cara ekstraksi soxhlet. Ekstraksi
soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas
dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.
Sampel yang digunakan dan yang dipisahkan dengan metode ini berbentuk
padatan. Ekstraksi soxhlet ini juga dapat disebut dengan ekstraksi padat-cair.
Peralatan yang digunakan dinamakan ekstraktor soxhlet.

Adapun mekanisme kerja ekstraksi soxhlet ini yaitu: pada soxhletasi


pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan sehingga
menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan cell pendingin
sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini
menggenangi bahan yang diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon,
maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang
sudah terkumpul dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya
tertinggal pada labu penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ulangan
(recycling) pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru.

Evaporasi secara umum diartikan sebagai proses penguapan dari liquid


(cairan) dengan penambahan panas yang disuplai secara alami maupun
penambahan steam menjadi uap pada titik didihnya dan selanjutnya terjadi
pemisahan uap dari cairan dimana uap nantinya akan terkondensasi. Dalam
evaporasi sisa penguapan berupa zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat
viskos dan bukan zat padat. Proses pemisahan dilakukan dengan menggunakan
suatu alat yang disebut evaporator.

Refraktometer ABBE adalah suatu alat pengukur indeks bias suatu zat
cair yang mempunyai nilai indeks bias antara 1,3 dan 1,7. Pengukuran indeks
biasini penting untuk pengukuran sifat dan kemurnian cairan, konsentrasi
larutandan perbandingan komponen dua zat cair yang diekstraksikan dalam
pelarut.Indeks refraksi suatu medium ke medium lain biasanya bergantung
kepada panjang gelombang. (Melwita dkk, 2014)

Metode sokletasi merupakan metode yang paling efektif untuk


mengekstrak minyak karena hampir 99% minyak dalam sampel dapat terekstrak.
Metode ekstraksi sokletasi memiliki rendemen paling tinggi yaitu 33-35% dari
pada metode fluida superkritis dan destilasi uap. Metode ekstraksi sokletasi
merupakan metode yang efektif mengekstrak minyak. Metode ekstraksi
sokletasi adalah sejenis ekstraksi dengan pelarut cair organik yang dilakukan
secara berulang-ulang pada suhu tertentu dengan jumlah pelarut tertentu. Pelarut
yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran ekstrak yang ingin
diperoleh. (Sudaryando dkk, 2016)

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi yaitu:


a) Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang diekstrak, jumlah solut yang
terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Pelarut yang ideal adalah pelarut yang
memiliki sifat tidak korosif dan daya larut yang tinggi.
b) Perbandingan bahan dan volume pelarut
Jika perbandingan pelarut dengan bahan baku besar maka akan
memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut, akibatnya laju ekstraksi
akan semakin meningkat.
c) Suhu
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut
ke dalam pelarut dan temperatur ekstraksi ini sesuai dengan titik didih
pelarut yang digunakan.
d) Waktu ekstraksi
Waktu ekstraksi yang semakin lama dapat menyebabkan semakin lama
waktu kontak antara bahan dengan pelarut, sehingga semakin banyak
ekstrak yang didapatkan.
e) Kecepatan pengadukan
Pengadukan akan memperbesar frekuensi tumbukan antara bahan dengan
pelarutnya.
f) Ukuran partikel
Ukuran partikel bahan baku yang semakin kecil akan meningkatkan laju
reaksi. Sehingga rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel
semain kecil.

Pada ekstraksi soxhlet tidak semua larutan dapat menjadi pelarut. Suatu
pelarut dikatakan sesuai sebagai pelarut pengekstraksi bila memenuhi syarat-
syarat berikut:
a) Selektivitas
Pilih pelarut yang selektifnya sesuai dengan polaritas senyawa yang akan
diekstrak agar didapatkan ekstrak yang lebih murni.
b) Reaktivitas
Pelarut tidak boleh menyebabkan adanya perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstrak.
c) Titik Didih
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar supaya pelarut
mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
d) Murah dan Mudah didapatkan
Pilihlah pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.
e) Tidak korosif dan Tidak Mudah Terbakar
Pelarut yang digunakan tidak boleh bersifat korosif, agar peralatan tidak
korosi.
Pada praktikum isolasi minyak jahe ini menggunakan pelarut n-
heksana. Heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14. Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan
fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari
berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. Seluruh isomer heksana
dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-
polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji, misal kacang-
kacangan dan flax. Pelarut heksana memiliki indeks bias 1,375 Rentang
kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energy tinggi untuk
proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi
lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk pembersihan. n-
heksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu
dan percetakan. (Utomo, 2016).
F. Alat dan Bahan :
a. Alat-alat :
1. Alat ekstraksi soxhlet 1 set
2. Mortar 1 buah
3. Evaporator 1 buah
4. Corong pisah 1 buah
5. Gelas kimia 50 mL 2 buah
6. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
7. Refraktometer 1 buah
8. Kompor Listrik 1 buah
9. Gelas ukur 10 mL 1 buah
10. Gelas ukur 100 mL 1 buah
11. Kaca arloji 1 buah
12. Selang 2 buah
13. Batu didih 1 buah
14. Pipet tetes 5 buah
15. Neraca analitik 1 buah

b. Bahan :
1. Aquades secukupnya
2. Serbuk Jahe 10 gram
3. Rimpang jahe 1 gram
4. Pelarut n-heksan 150 mL
5. Kertas saring secukupnya
6. Larutan Na2SO4 anhidrat secukupnya
G. Alur Percobaan :
1. Menghitung rendemen minyak jahe

Jahe
-Dibersihkan dan dikeringkan
-Digiling menjadi serbuk yang halus

Serbuk jahe halus


-Ditimbang sebanyak 10 gram n-heksana
(sesuai kapasitas) -Diambil sebanyak 100 mL
-Dimasukkan ke dalam alat -Dimasukkan ke dalam labu
ekstraksi sokhlet ekstraktor
Serbuk Jahe Pelarut n-heksana

-Diektraksi hingga hasil


ekstraksi tidak berwarna

Ekstraksi Jahe

Filtrat Residu
-Ditambah Na2SO4 anhidrat 1
gram
-disaring

Residu Filtrat

-Ditimbang untuk
-Dihitung menentukan massa
indeks bias
Indeks Massa
Bias
2. Penenetuan kadar air

Serbuk Jahe halus


- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Dioven pada suhu 110◦c selama 5
menit
- Ditimbang kembali
- Dicatat beratnya
- Diulangi pemanasan sampai
diperoleh berat yang konstan

Massa Jahe
H. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah

1. Menghitung rendemen minyak jahe - massa serbuk - Hasi ekstraksi - Secara teori - Penggunaan pelarut
Jahe bersih jahe = 10 gr = larutan minyak jahe dapat n-heksan dalam
1. Dikeringkan - serbuk jahe = berwarna diisolasi dari metode ekstraksi
2. Dipotong kecil
3. Ditimbang berwarna kuning rimpag jahe dapat mengisolasi

Jahe kering kuning - Larutan yang sebanyak 1,5-3% minyak jahe yang

4. Dihaluskan kecoklatan jatuh sebanyak dari berat jahe ditandai dengan


5. Ditimbang 10 gram - N-heksan = 12 tetes kering (Guenther, warna kuning.
Serbuk jahe 10 larutan tidak - Saat 1987). - Rendemen minyak
gram
6. Dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet berwarna dan evaporator = - Secara teori indeks jahe yang dapatkan
7. Disisakan sedikit untuk menentukan kadar air
8. Dimasukkan pelarut n-heksan sebanyak 100 berbau P = 90 mbar bias minyak jahe = 0,8%.
mL kedalam lab ekstraktor (atau disesuaikan menyengat sebesar 1,48-1,49 - Indeks bias minyak
dengan kapasitas labu) T = 50oC
9. Dilakukan ekstraksi sampai terbentuk hasil - Na2SO4 (Anwar, 1994). jahe yang dapatkan
ekstraksi dan diamati berapa kali cairan
padatan Rot = 60 rpm - Secara teori indeks sebesar 1,477509.
terjatuh
berwarna bias n-heksana - indeks bias n-
Hasil ekstrak - Setelah
sebesar 1,375- heksana yang
dievaporator =
destilat tak 1,381 (Anwar, dapatkan sebesar
berwarna 1994). 1,372802.
10.Diuapkan pelarutnya - Ekstrak - Na2SO4 + H2O →
dalam labu evaporator setelah dievap Na2SO4.XH2O
Pelarut Ekstrak berwarna kuning = berwarna

11.Diuapkan pelarutnya kuning


dalam labu kecoklatan dan
erlenmeyer
sedikit kental
12.Disaring
- Na2SO4
Residu Ekstrak setelah dioven
= berwarna
13. Ditimbang 14. Ditimbang
putih
Massa Indeks
- Ekstrak +
bias
15. Dihitung Na2SO4 =

Rendemen Na2SO4 tidak


larut
- Massa ekstrak
minyak jahe
yang
dihasilkan =
0,08 gr
2. Penentuan kadar air - Jahe - Setelah dioven - Secara teori kadar - Didapatkan kadar
1 gram jahe berwarna = jahe menjadi air pada jahe segar air pada jahe
kuning kering dan adalah 85% – 90% sebesar 86,5%.
1. Ditimbang sebanyak 1 gram
2. Dioven pada suhu 110OC dan ditimbang kecoklatan berwarna putih (Murhanto, 1991).
kembali - Massa jahe pucat
3. Ditimbang dan dicatat beratnya sebelum - Massa jahe
4. Diulangi pemanasan sampai beratnya dioven 1 gr setelah di
konstan oven=
Berat kering 1. 0,988 gr
2. 0,974 gr
3. 0,924 gr
4. 0,897 gr
5. 0,890 gr
6. 0,810 gr
I. Analisis dan Pembahasan
a) Metode ekstraksi Soxhlet untuk menghitung rendemen dan menghitung
indeks bias minyak jahe
Pada percobaan ini, kami mengekstraksi minyak jahe dari serbuk jahe
dengan metode soxhletasi. Soxhletasi merupakan suatu metode ekstraksi bahan
yang berupa padatan dengan solven berupa cairan secara kontinyu. Kelebihan
dari metode ini ialah sampel terekstraksi dengan smepurna, proses ekstraksi
lebih cepat, dan hanya menggunakan sedikit pelarut.
Pertama, menyiapkan 10 gram serbuk jahe yang berwarna kuning
kecoklatan. Serbuk jahe ini dapat dibuat sendiri dengan cara mengupas jahe
terlebih dahulu, kemudian dicuci hingga bersih dan dikeringkan. Dalam proses
pengeringan sebaiknya tidak langsung dikeringkan dibawah sinar matahari
karena senyawa dalam jahe dapat berfotosisntesis atau dapat mengalami
penguraian. Maka dari itu, hanya perlu diangin-anginkan saja. Setelah itu jahe
diblender kering sehingga didapatkan serbuk jahe yang diperlukan. Hal ini lebih
baik menggunakan hasil buatan sendiri dibandingkan dengan serbuk jahe yang
ada dipasaran.
Kemudian, serbuk jahe 10 gram tersebut dibungkus dengan kertas
saring yang di ikat ujung atas dan bawahnya menggunakan tali. Penggunaan
kertas saring bertujuan agar serbuk jahe tidka jatuh kedlaam labu ekstraktor
ketika proses ekstraksi. Setelah itu, kertas saring berisi sampel tersebut
dimasukkan ked lam ekstraksi Soxhlet (bagian thimble) dan tidak boleh lebih
dari vapour tube. Dalam hal ini, sampel yang digunakan dalam bentuk serbuk
agar proses ekstraksi berjalan cepat karena luas permukaannya lebih besar
sehingga laju rekasi berjalan lebih cepat.
Setelah itu, kami menyiapkan pelarut n-heksan yang tidak berwarna
sebanyak 100 ml. Pelarut n-heksan dimasukkan terlebih dahulu kedalam labu
ekstraktor dan dimasukkan 1 butir batu didih dalam keadaan labu dimiringkan.
Fungsi dari batu didih ini adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi
homogen ke seluruh bagian larutan. Jika tidak dimasukkan batu didih, larutan
akan menjadi superheated pada bagian tertentu dan dapat mengeluarkan upa
panas yang bias menimbulkan letupan/ledakan. Pemilihan n-heksann sebagai
pelarut karena n-heksan memiliki titik dididih lebih rendah daripada minyak jahe
yakni 67,80◦C sedangkan minyak jahe 140-180◦C.
Langkah selanjutnya adalah menyusun atau merangkai alat ekstraksi
Soxhlet. Bagian paling bawah adalah heating mantle yang berfungsi untuk
memanaskan pelarut agar menguap. Kemudian diletakkan labuk ekstraktor yang
sudah berisi pelarut n-heksan. Labu ekstraktor tersebut disangga dengan klem
dan statif yang terletak disebalnya. Mulut labu ekstraktor dipasangkan dengan
tabung Soxhlet yang berisi sampel serbuk jahe. Kemudian, kondensor diberi
vaselin agar nantinya mudah untuk diambil setelah proses ekstraksi selesai.
Bgaian tabung Soxhlet juga disanggah dengan klem dan statif. Selanjutnya
adalah memasangkan pipa atau selang pada kondensor. Lubang bagian kanan
dipasangkan selang yang terhubung ke sumber air sedangkan lubang bagian kiri
dipasangkan selang untuk mengeluarkan air dari pendingin.
Setelah alat siap, amak kran air sebagai sumber air dibuka bersamaan
dengan duhidupkannya heating mantle dan proses ekstraksi dapat dimulai.
Heating mantle akan menguapkan pelarut n-heksan yang berada dilabu
ekstraktor sehingga uapnya akan masuk ke kondensor. Di kondensor uap n-
heksan didinginkan dan diembunkan untuk kemudian menetes ke thimble atau
bagian Soxhlet yang berisi sampel serbuk jahe. Warna larutan pada thimble
ketika proses ini adalah warna kuning. Pada proses ini, pelarut akan bercampur
dengan sampeldan memisahkan senyawa yang kita inginkan dari sampel serbuk
jahe tersebut. Dengan kata lain, zat aktif yang dapat larut dengan pelarut n-
heksan akan keluar atau melarut dengan n-heksan. Kemudian pelarut akan
memenuhi siphon dan ketika siphon penuh, larutan akan jatuh kedalam labu
ekstraktor. Sampai tahap jatuhnya larutan ke labu ekstraktor dinamakan satu
siklus pada Soxhlet. Dan dalam percobaan kami diperlukan 12 kali siklus unntuk
berubah warna dari larutan berwarna kuning menjadi tidak berwarna.
Setelah proses ekstraksi tersebut, set alat ekstraksi dilepas dan
dihasilkan larutan berwarna kuning pada labu ekstraktor. Selajutnya larutan
tersebut di evap dengan alat evaporator. Fungsi dari proses ini adalah
memekatkan suatu larutan dengan menguapkan pelarutnya. Dalam hal ini, n-
heksan yang memiliki titik didih lebih rendah akan diuapkan dan hanya akan
menyisakan minyak jahe yang memiliki titik didih lebih tinggi. Labu ekstraktor
dipasangkan ke evaporator dan di set dengan pelarut n-heksan dengan suhu
50◦C, tekanan 90 mbar, dan rotasi sebesar 60 rpm. Selama proses evaporasi
berlangsung, labu yang berisi larutan minyak jahe akan semakin mengental dan
berwarna lebih pekat, sedangakn pada labu lain terlihat pelarut tidak berwarna
yang merupakan tempat jatuhnya n-heksan setelah diuapkan dan diembunkan.
Proses ini berakhir dengan ditandai adanya gumpalan berwarna coklat
kehitaman pada labu berisi minya jahe.
Pelarut dariset labu evaporator dipindahkan ke gelas kimia, kemudian
diukur indeks biasnya dan didapatkan hasil sebesar 1,372802. Hal ini tidak jauh
dari teori indeks bias n-heksana sebesar 1,375-1,381 (Anwar, 1994). Sedangkan
labu yang berisi ekstrak jahe ditambahkan Na2SO4 yang berbentuk kristal putih
yang sudah di oven. Fungsi dari penambahan Na2SO4 yakni untuk mengikat air
yang bercampur pada minyak jahe. Kemudian ekstrak didekantasi sehingga
menghasilakn filtrat ekstrak jahe berwarna kuning pekat, sedangkan residunnya
adalah gumpalan coklat kehitaman. Setelah itu, eksrtrak ditimbang untuk
mengetahui masaany dan di dapatkan massa sebesar 0,08 gram. Berdasarkan
perhitungan pada lampiran didapatkan rendemen sebesar 0,8 %. Hal ini tidak
sesuai dengan teori minyak jahe dapat diisolasi dari rimpag jahe sebanyak 1,5-
3% dari berat jahe kering (Guenther, 1987). Lalu ekstrak jahe diukur juga indeks
biasnya dan didapatkan hasil sebesar 1,477509. Hal ini sesuai teori yakni indeks
bias minyak jahe sebesar 1,48-1,49 (Anwar, 1994).

b) Penentuan kadar air minyak jahe


Percoban ini bertujuan untuk mendapatkan kadar air pada minyak jahe.
Pertama, kami menyiapkan jahe basah yang kemudian dipotong-potong kecil.
Setelah itu ditimbang sebanyak 1 gram dengan neraca analitik dan diletakkan
diatas kaca arloji. Kemudian jahe tersebut di oven dengan 6 kali pengulangan
maisng-masing selama 15 menit. Setelah jahe dipanaskan, didapatkan jahe yang
kering dengan ukuran lebih kecil dari proses sebelumnya. Secara berturut-turut
massa jahe yang dihasilkan adalah 0,988 gr; 0,974 gr; 0,924 gr; 0,897 gr; 0,890
gr; dan 0,810 gr. Sehingga didaptkan rata-rata massa jahe adalah 0,865 gram.
Berdasarkan perhitungan ddapatkan kadar air sebesar 85,6% hal ini sesuai teori
yakni kadar air pada jahe segar adalah 85% – 90% (Murhanto, 1991).

J. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
- Penggunaan pelarut n-heksan dalam metode ekstraksi dapat mengisolasi
minyak jahe yang ditandai dengan warna kuning.
- Rendemen minyak jahe yang dapatkan = 0,8%.
- Indeks bias minyak jahe yang dapatkan sebesar 1,477509.
- indeks bias n-heksana yang dapatkan sebesar 1,372802.
- Didapatkan kadar air pada jahe sebesar 86,5%.

K. Daftar Pustaka
Anwar, et.al. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
FMIPA UGM.

Guenther, Ernest, dkk. (1987). Minyak Atsiri Jilid 1. terjemahan S. Ketaren.


Jakarta: UI PRESS.

Melwita, Elda dkk. 2014. Ekstraksi Minyak Biji Kapuk Dengan Metode
Ekstraksi Soxhlet. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 20 No. 1
Sudaryanto dkk. 2016. Aktivitas Antioksidan Pada Minyak Biji Kelor
(Moringa Oleifera L.) Dengan Metode Sokletasi Menggunakan
Pelarut N-Heksan, Metanol Dan Etanol. Jurnal Teknotan. Vol. 10 No.
2
Supardan dkk. 2009. Hidrodistilasi Minyak Jahe (Zingiber Officinale Rosc.)
Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Reaktor, Vol. 12.No. 4
Hal. 239-244
Utomo, Suratmin. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut (N-Heksana)
Terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Untuk
Pembuatan Krim Pelembab Kulit. Jurnal KONVERSI. Vol. 5 No. 1
Jawaban Pertanyaan

1. Buatlah pertanyaan penelitian dari praktikum tersebut !


Jawab :
a) Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan isolasi minyak
jahe dari rimpang jahe ?
b) Bagaimana cara mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe ?
c) Bagaimana cara penentuan kadar air pada rimpang jahe ?
2. Jelaskan secara singkat prinsip kerja ekstraksi soxhlet yang digunakan dalam
percobaan ini !
Jawab :
Pada soxhletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu
dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap
dan cell pendingin sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang
diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang diekstrak dan bila tingginya
melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu
penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul dipanaskan sehingga
pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal pada labu penampung.
Dengan demikian terjadilah pendaur-ulangan (recycling) pelarut dan bahan
tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru.
3. Bilamana pemisahan pelarut menggunakan alat evaporator ? berikan alasan !
Jawab :
Pemisahan pelarut menggunakan evaporator jika bila titik didih pelarut lebih
rendah daripada titik didih minyak atsiri, sehingga pelarut akan menguap
terlebih dahulu dan minyak atsiri akan tertinggal. Prinsip kerja evaporator
adalah menguapkan pelarut dan meninggalkan minya atsiri hasil ekstrak.
Namun penggunaan evaporator memiliki kelemahan selain pelarut yang
dihasilkan lebih sedikit, yakni beberapa ekstrak akan menguap juga karena
bersifat volatile.
4. Berdasarkan hasil rendemen minyak atsiri yang anda peroleh, apakah cara
pengeringan dan penghalusan serbuk jahe berpengaruh pada hasil ? jelaskan !
Jawab :
Pengeringan dan penghalusan serbuk jahe berpengaruh pada hasil rendemen
minyak jahe. Pada proses pengeringan, jika dilakukan pada suhu yang tinggi
akan merusak minyak jahe, karena minyak jahe bersifat volatile (mudah
menguap). Misalnya pada proses penjemuran panas matahari, mungkin jahe
akan mengalami dekomposisi juga. Sedangkan pada proses penghalusan,
serbuk jahe yang halus memiliki luas permukaan yang besar sehingga pelarut
lebih cepat untuk melarutkan komponen minyak atsiri yang terkandung
didalamnya.
5. Apa fungsi Na2SO4 anhidrat dalam percobaan ini ? Jelaskan !
Jawab :
Fungsi Na2SO4 anhidrat adalah untuk mengikat kandungan air yang masih
tersisa, karena Na2SO4 anhidrat bersifat mengikat air didalam minyak atsiri.

6. Sebutkan minimal lima senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri jahe dan
tuliskan rumus strukturnya !
7. Jawab :
α-kurkumina α-zingeberena

α-pinena borneol

gingerol geranial
Lampiran Perhitungan

Perhitungan Isolasi Minyak Jahe


massa minyak jahe
% rendemen = x 100 %
massa sampel

0,08 gram
= x 100 %
10 gram

= 0,8 %

massa konstan jahe


% kadar air dalam jahe = x 100 %
1 gram

0,865 gram
= x 100 %
1 gram

= 86,5 %
Lampiran Gambar
No Alur Gambar Keterangan

1 Menghitung rendemen minyak jahe Ditimbang


serbuk jahe yang
sudah kering
dan dihaluskan
sebesar 10 gram
(2x5gram)

Dimasukkan
batu didih
kedalam labu
ekstraktor

Dimasukkan
larutan n-heksan
sebanyak 100 ml
ke dalam labu
ekstraktor
Serbuk jahe
dimasukkan
kedalam Soxhlet
yang
sebelumnya
sudah bungkus
dengan kertas
saring

Dilakukan
ekstraksi sampai
terbentuk hasil
ekstrak dan
diamati cairan
jatuh sebanyak
12 kali

Didapati hasil
ekstrak
Diuapkan
pelarutny
adalam labu
evaporator
dengan

P = 90 mbar

T= 50◦C

Rotasi = 60 rpm

Setelah
diuapkan
pelarutnya,
ekstrak
ditambahkan
dengan Na2SO4
kemudian
dipisahkan

Filtrat yg
dihasilkan
kemudian di
ukur indeks
biasnya

Dan ditimbang
serta di hitung
rendemennya
2 Penenetuan kadar air dalam serbuk jahe Jahe segar
ditimbang 1
Serbuk Jahe halus gram
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Dioven pada suhu 110◦c selama 5
menit
- Ditimbang kembali
- Dicatat beratnya
- Diulangi pemanasan sampai
diperoleh berat yang konstan
Di oven selama
Massa Jahe
15 menit, dan
ditimbang lalu
di oven sampai
6x sampai
beratnya
konstan

M1 = 0,988 gr

M2 = 0,974 gr

M3 = 0,924 gr

M4 = 0,897 gr

M5 = 0,890 gr

M6 = 0,810 gr

Anda mungkin juga menyukai