Anda di halaman 1dari 2

Qyara Ananggadipa Anindya

J1C019033
NIHON BUNKA

Etos Kerja di Jepang


Di Jepang, etos kerja sangat amat dijunjung tinggi. Mulai dari manajemen waktu,
efisiensi pekerjaan dan hasil yang diproduksi. Disebutkan juga di sebuah workshop mengenai
budaya kerja di perusahaan Jepang yang diadakan di ITS bahwa budaya kerja di Jepang itu
bisa dideskripsikan dengan kata-kata “Ima, sugu, hayaku” yang artinya sekarang, segera,
secepatnya. Hal itu juga merupakan salah satu faktor majunya Jepang di berbagai macam
industri. Etos kerja di Jepang menjadi pendukung besar dalam kemajuan Jepang. Buktinya
bisa dilihat dari betapa suksesnya Jepang sebagai negara maju yang memiliki penghasilan
besar tiap tahunnya. Hal ini membuat mayoritas masyarakat Jepang memilih untuk
mengutamakan karir daripada berkeluarga. Banyak orang Jepang yang lebih memilih bekerja
daripada berkeluarga.

Meski dengan perkembangan budaya serta teknologi yang sangat pesat, masyarakat
dari Negeri Matahari Terbit itu masih memeluk erat kepercayaan mereka. Terutama bagi
masyarakat yang memeluk kepercayaan Shinto dan Buddha. Mereka masih mengikuti dan
merayakan perayaan-perayaan serta upacara penting dari masing-masing agama. Jadi dapat
disimpulkan bagi masyarakat Jepang yang beragama, tidak peduli mau se-modern apa hidup
mereka sekarang, masih berpegang teguh kepada kepercayaan mereka masing-masing. Dan
agama atau kepercayaan pun tidak dijadikan patokan kemajuan negara mereka. Agama
merupakan sesuatu yang dianggap personal atau pribadi di Jepang. Maka dari itu, agama
tidak terlalu banyak disorot kecuali saat perayaan atau upacara penting. Pemerintahan pun
mengakui keberadaan agama tanpa mengintervensi selama praktik agama itu tidak
merugikan.

Seperti yang telah tertulis di paragraph pertama, etos kerja di Jepang merupakan hal
yang sangat amat mengagumkan. Hal ini dikarenakan kegigihan dan dedikasi masyarakatnya
kepada pekerjaan mereka. Bisa dilihat di film atau documenter, masyarkat Jepang di usia
produktif biasanya menghabiskan lebih dari separuh hidup mereka bekerja. Baik itu kerja
fisik seperti buruh, ataupun pekerja kantoran. Hidup di Jepang bukanlah hal yang mudah.
Terutama dalam hal pekerjaan. Persaingan yang ketat mengharuskan tiap individualnya
bekerja keras agar dapat bertahan dalam dunia kerja. Namun, kerja keras yang dilakukan juga
dapat berbalik efeknya. Yang tadinya dilakukan untuk mempertahankan jabatan, malah bisa
menjadi bumerang.

Di Jepang, banyak kasus kematian yang disebabkan oleh kerja. Lebih tepatnya, kerja
lembur. Kerja lembur memang bukan hal yang asing lagi di Jepang. Kegiatan kerja lembur ini
memiliki kebijakan yang sudah ditetapkan. Biasanya kebijakan tersebut mencakup upah per
jam lemburnya. Namun, masih ada saja perusahaan yang melanggar kebijakan yang sudah
ditetapkan. Banyak pekerja yang menerima upah namun tidak sesuai dengan kebijakan yang
ada. Bahkan ada pula pekerja yang tidak menerima upah lembur sama sekali. Meski begitu
mereka tidak punya banyak pilihan karena pasti tidak ingin kehilangan jabatan mereka
sehingga mereka terpaksa untuk terus bekerja lembur. Hal ini bisa menimbulkan stress berat
yang dapat berujung ke imun tubuh yang menurun. Banyak pekerja yang akhirnya meninggal
karena sakit atau bunuh diri karena tertekan oleh tuntutan pekerjaan mereka. Tekanan itu
sudah merupakan hal yang pasti karena jika mental kita sudah terserang, fisik kita akan ikut
menderita. Yang lebih disayangkan lagi, ada pula pihak perusahaan yang tidak mau
bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tersebut. Menyedihkan bukan?

Masalah tersebut jika terus-terusan berulang, akan berdampak buruk bagi Jepang
nantinya. Maka dari itu solusi untuk mencegah masalah tersebut bisa dimulai dari diri sendiri.
Kita, sebagai makhluk hidup harus banyak memiliki empati. Berpikir secara logika tentu
merupakan hal yang baik tetapi jangan lupa kalau kita hidup bersandingan dengan manusia
lain. Empati juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu untuk para pekerja atau
calon karyawan, kita harus hati-hati dalam memilih tempat bekerja kita. Meskipun kita
sebagai pelamar kerja tidak memiliki banyak kendali, tapi kita juga harus bisa mencermati
lingkungan yang nantinya akan jadi tempat kerja kita. Selain itu, kita juga harus mencari tahu
tentang bagaimana perusahaan tersebut dikelola. Apakah pernah terjadi monopoli atau
korupsi? Apakah perusahaan tersebut mematuhi kebijakkan pemerintah? Hal-hal seperti itu
perlu menjadi pertimbangan besar sebelum anda melamar kepada perusahaan. Karena
nantinya kita akan menghabiskan banyak waktu mengabdi kepada perusahaan itu. Maka dari
itu, untuk menghindari terjadinya masalah, kita sebagai pelamar kerja harus mencari banyak
informasi sebelum melamar.

BUKTI SCREENSHOT QUETEXT

Anda mungkin juga menyukai