Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

TEKNIK GEMPA
(Paper Gempa Aceh 26 Desember 2004)

Dosen :

Prof. Dr. Ing. Ir. Johannes Tarigan


NIP: 195612241981031002

Dikerjakan Oleh :

Ully Annisa Lubis


NIM : 170404048

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
GEMPA ACEH 26 DESEMBER 2004

Gempa Aceh atau Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi pada pukul 08:58:53 WIB
tanggal 26 Desember 2004 episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia.
Guncangan gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen dan IX (Violent)
dalam skala intensitas Mercalli. Gempa bumi megathrust bawah laut terjadi ketika Lempeng
Hindia didorong ke bawah oleh Lempeng Burma dan memicu serangkaian tsunami mematikan di
sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang
tingginya mencapai 30 meter (100 ft) menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan
menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah
satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang
dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.

Posisi episentrum 3.316˚N 95.854˚E. Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak


di Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatra
Utara, pada kedalaman 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km
(6,2 mi)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1300 km (810 mi).
Gempa bumi megathrust tidak biasanya besar dari segi geografi dan geologi. Permukaan
patahan seluas 1600 kilometer (1000 mi) bergeser (atau retak) sekitar 15 meter (50 ft) di
sepanjang zona subduksi tempat Lempeng Hindia meluncur (atau bersubduksi) di bawah
Lempeng Burma. Pergeseran ini tidak terjadi secara instan, melainkan dalam dua tahap selama
beberapa menit:

Data seismograf dan akustik menunjukkan bahwa tahap pertama melibatkan retakan
sepanjang 400 kilometer (250 mi) dan selebar 100 kilometer (60 mi), terletak 30 kilometer (19
mi) di bawah dasar laut. Ini merupakan retakan terbesar yang pernah terbentuk oleh gempa bumi.
Retakan ini bergerak dengan kecepatan 2,8 kilometer per detik (1,7 mil per detik) (10000 km/h
or 6200 mph) dari pesisir Aceh menuju barat laut kira-kira selama 100 detik. Jeda selama 100
detik terjadi sebelum retakan belanjut ke utara sampai Kepulauan Andaman dan Nicobar.
Retakan di sebelah utara bergerak lebih lambat ketimbang yang di selatan, kira-kira 2,1 km/s (1,3
mi/s) (7500 km/h or 4700 mph), dan berlanjut ke utara selama lima menit hingga batas lempeng.
Jenis patahan di sana berubah dari subduksi menjadi patahan mendatar (strike-slip; dua lempeng
melewati satu sama lain dengan arah berlawanan).

Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian dasar laut yang
panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa tersebut segera menambah ketinggian
dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di Kota Banda Aceh, Indonesia.
Para ilmuwan yang menyelidiki kerusakan di Aceh membuktikan bahwa gelombang di Aceh
mencapai ketinggian 24 meter (80 ft) saat menghantam daratan, kemudian meninggi hingga 30
meter (100 ft) di sejumlah daerah ketika menyapu daratan. Satelit radar mencatat ketinggian
gelombang tsunami di perairan dalam. Dua jam setelah gempa, ketinggian maksimumnya adalah
60 sentimeter (2 ft). Ini merupakan pengamatan ketinggian tsunami pertama di dunia, namun
pengamatan tersebut tidak bisa dijadikan bahan peringatan karena satelit tidak dibuat untuk
mengurus hal semacam itu dan datanya perlu dianalisis selama beberapa jam

Walaupun ada jeda sekian jam antara gempa dan tsunami, nyaris semua korban
berjatuhan secara mendadak. Tidak ada sistem peringatan tsunami di Samudra Hindia yang dapat
mendeteksi tsunami atau memperingatkan penduduk pesisir. Deteksi tsunami tidak mudah
karena ketika tsunami berada di laut dalam, ketinggiannya pendek dan perlu jaringan sensor
untuk mengetahuinya. Pembangunan infrastruktur komunikasi untuk mengeluarkan peringatan
tepat waktu adalah masalah yang lebih besar lagi, terutama di daerah berpenduduk miskin. Hal
ini menyebabkan banyaknya korban jiwa berjatuhan.Indonesia merupakan negara yang paling
parah terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas mencapai 170.000 orang. Berikut
adalah tabel jumlah korban.
Dari gempa ini kita dapat mempelajari beberapa hal yaitu pentingnya mengalokasikan
sumberdaya untuk persiapan dan kesiagaan bencana alam.. Selain itu menempatkan masyarakat
sebagai pusat proses konstruksi juga sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai