BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan nasional
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya berdasarkan
pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945 (selanjutnya dalam tulisan ini
disebut). Dengan demikian usaha pembangunan berarti humanisasi atau
peningkatan taraf hidup manusia sebagai subjek dan sekaligus objek
pembangunan dan senantiasa menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam
hidupnya, baik secara rohani dan jasmani.
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya dalam tulisan
ini disebut NKRI) terbagi atas daerah provinsi, dan provinsi terbagi atas daerah
yang lebih kecil yaitu Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Daerah-
daerah tersebut manjadi satu kesatuan dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu
pembangunan harus tersebar secara merata dari seluruh wilayah NKRI agar
terwujud masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam
harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, demikian pula
halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan sehingga dapat
mengembangkan potensi alam secara maksimal agar tujuan pembangunan dapat
tercapai.
Otonomi Daerah dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah
direvisi dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 memiliki arti otonomi
desa bahwa desa mampu berinisiatif dan berkreativitas untuk menjalankan
pemerintahannya sendiri serta menumbuhkan demokratisasi masyarakat dalam
pembangunan, sehingga desa atau setingkat Kelurahan memiliki ruang gerak
yang luas dalam melaksanakan pembangunan, karena tidak terbebani lagi dengan
program-program pembangunan dari kabupaten/kota, provinsi maupun
pemerintah pusat.
Kode keamanan yang dimaksud dalam Pasal 1 Angka 3 diatur dalam Pasal
1 Angka 8 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 yang menentukan bahwa
kode keamanan adalah alat identifikasi jati diri yang menunjukkan identitas diri
penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentikasi diri yang memastikan
dokumen kependudukan sebagai milik orang tersebut. Berdasarkan pasal 1 Angka
3 tersebut, dalam Pasal 2 Angka 1 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 juga
menyebutkan mengenai spesifikasi perangkat-perangkat yang diperlukan dalam
pembuatan e-KTP, yaitu: Untuk keperluan penerapan KTP berbasis NIK secara
nasional, Pemerintah menyediakan perangkat keras, perangkat lunak, dan blangko
KTP berbasis NIK yang dilengkapi kode keamanan dan rekaman elektronik, serta
pemberian bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK. Penyebutan kata
elektronik dalam kartu tanda penduduk berbasis elektronik didasarkan atas
dibuatnya rekaman elektronik dan kode keamanan tertentu dalam blangko KTP
berbasis NIK yang nanti akan diberikan kepada penduduk, sehingga yang
dimaksud dengan KTP berbasis NIK tidak lain adalah KTP berbasis elektronik (e-
KTP) itu sendiri.
Dalam Perubahan Pertama Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009
disebutkan mengenai batas waktu proses penyesuaian dari KTP lama menjadi
KTP berbasis NIK yakni paling lambat akhir tahun 2012 yang sebelumnya pada
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 ditargetkan paling lambat akhir tahun
2011. Batas waktu tersebut dimuat dalam Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 35
Tahun 2010 yang bunyinya : “Pada saat Peraturan Presiden ini ditetapkan, KTP
yang belum berbasis NIK tetap berlaku dan harus disesuaikan dengan Peraturan
Presiden ini paling lambat akhir tahun 2012”.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa
pemerintah harus segera menginformasikan kepada penduduk dan segera
menyesuaikan KTP lama yang dimiliki oleh penduduk agar disesuaikan dengan
sistem KTP berbasis NIK berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010
dan semua itu harus sudah selesai pada awal tahun 2013
Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul tinjauan
yuridis terhadap tugas dan wewenang lurah dalam hal pembuatan e-KTP
B. Perumusan Masalah
Dalam menyusun skripsi merumuskan beberapa masalah yang berkaitan
dengan :
1. Bagaimana tugas dan wewenang lurah ?
2. Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan ?
3. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor
Kota Medan
2. Manfaat penulisan
Dari rumusan tujuan penulisan di atas, maka manfaat dari penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Segi teoritis
Memberikan sumbangan teoritis bagi perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan, dalam hal ini perkembangan dan kemajuan ilmu
dibidang Hukum Administrasi Negara. Diharapkan penulisan ini
dapat dijadikan referensi tambahan bagi para akademisi, penulis dan
kalangan yang berminat dalam bidang kajian yang sama.
b. Segi praktis
Dijadikan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah dan
lembaga yang terkait. Bagi masyarakat luas, penulisan ini dapat
D. Keaslian Penulisan
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan literatur yang diperoleh dari
perpustakaan dan dari media massa baik media cetak maupun media elektronik.
Skripsi ini merupakan hasil karya yang belum pernah diangkat oleh mahasiswa
sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data yang terdaftar disekretariat
jurusan Hukum Administrasi Negara.
Adapun judul yang ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah
Zola Sondra Siregar (2014) dengan judul Proses Pendataan Perolehan
Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) Di Kecamatan Medan Amplas
Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara, permasalahan dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Pengaturan Tentang Kependudukan? Bagaimana Implementasi
Kebijakan e-KTP Di Kecamatan Medan Amplas? Bagaimana hambatan dalam
Pendataan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) di Kecamatan Medan
Amplas Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara? Sedangkan judul yang akan
diteliti adalah Tinjauan yuridis terhadap tugas dan wewenang lurah dalam hal
pembuatan e-KTP ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan
Gedung Johor Kota Medan) dengan permasalahan sebagai berikut Bagaimana
tugas dan wewenang lurah ? Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor
Kota Medan ? Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan
Johor Kota Medan. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu
2. Sumber Data
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli,
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar
penelitiannya, penulis menggunakan data primer dan sekunder, yakni bahan-
bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data sekunder yang
digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:6
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum
yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat
hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-
2
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal 1.
3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010, hal
87.
4
Soerjono Soekanto, Op. Cit., hal 10.
5
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hal 96
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Op. Cit., hal 13.
undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah direvisi dengan Undang-undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Kependudukan, UU No.23 Tahun 2006 tentang
Adminduk dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan nomor 3 tahun 2009 tentang
pembentukan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan dalam
penelitian semacam ini, hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-
hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas dan
peraturan lainnya. 7 Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi
lapangan pihak Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, Kota Medan
yang menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah
dalam penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan
bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut
atas bahan hukum primer.8
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap
bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan
lainnya.9
3. Pengumpulan data
Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar
penelitian dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumen (documents study)
atau studi kepustakaan (library research) sebagai alat pengumpul data. 10 Studi
dokumen tersebut merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan
peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan hukum perbankan,
7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
10
Ibid., hal 66.
khususnya mengenai analisis hukum atas timbulnya kredit macet pada perjanjian
kredit perbankan ditinjau dari segi hukum jaminan.
Selain studi dokumen, penulis juga menggunakan studi lapangan (field
research) melalui alat wawancara sebagai alat pengumpul data guna mendapat
data primer sehingga mampu untuk mendukung dan menguatkan bahan hukum
primer yang telah pedomani sebelumnya.
4. Analisis data
Data yang di peroleh dari hasil penelitian kemudian di analisa dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, berdasarkan disiplin ilmu hukum
dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian di
kelompokkan, di hubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan hukum yang
berkaitan dengan kredit pada perbankan. Dengan demikian, kegiatan analisis ini
akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini baik secara
normatif maupun secara faktual di lapangan.
F. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian E-KTP dan Struktur dari E-KTP
Kata Elektronik dalam kamus bahasa Indonesia mengandung pengertian
yaitu alat-alat yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip elektronika, hal atau benda
yang mempergunakan alat – alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar
elektronika.11 Pengertian dari kartu dalam kamus bahasan Indonesia ialah kertas
tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan
karcis).12 Tanda memunyai pengertian yaitu bukti, pengenal, ciri-ciri, isyarat atau
gelagat.13
Penduduk dalam UUD NKRI 1945 pada Pasal 26 ayat 2 mengandung
pengertian yaitu warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia Sedangkan kartu tanda penduduk atau KTP memiliki pengertian
11
Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Besar. Kartika, Surabaya, hlm154
12
Ibid., hlm 285
13
Ibid., hlm 515
yaitu identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah suatu Negara.
Jadi, secara keseluruhan pengertian dasar dari elektronik kartu tanda
penduduk (e-KTP) adalah kartu identitas yang dimiliki oleh seorang warga negara
sebagai tanda pengenal dirinya dengan menggunkan alat elektronika dengan
sistem biometrik yang ada didalamnya dalam membangun database
kependudukan secara nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu Kartu Tanda Penduduk
(KTP) yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku untuk seumur hidup.
Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam
penerbitan yaitu :14
a. Pasport
b. Surat Izin Mengemudi (SIM)
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Polis Asuransi
e. Sertifikat atas Hak Tanah
f. Penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No.23 Tahun 2006
tentang Adminduk
e-KTP ini telah banyak digunakan di negara-negara di Eropa antara lain
Austria, Belgia, Italia, Finlandia, Serbia, Spanyol, dan Swedia. Di Timur Tengah
yaitu, Ara Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Maroko. Dan Asia yaitu India dan
China. sedangkan untuk di Indonesia e-KTP sudah anyak diterapkan di 197
Kabupaten/Kota. Namun, pembuatan e-KTP disetiap kabupaten tetap dilayani
secara regular dan belum dipungut biaya apapun. Proyek e-KTP ini dikerjakan
dalam dua tahapan. Tahap pertama dimulai pada 2011 dan berakhir 30 April 2012
yang mencakup 67 juta penduduk di 197 kabupaten/kota. Tahap kedua dilakukan
di 300 kabupaten/kota lain di Indonesiassepanjang 2012 untuk 105 juta penduduk.
Secara keseluruhan , pada akhir 2012, setidaknya 172 juta penduduk sudah
14
http://munabarakati.blogspot.com/2014/02/makalah-pelayanan-ktp.html, diakses
tanggal 1 Mei 2014
memiliki e-KTP. Kendati pengerjaan tahap pertama sudah selesai, Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi menegaskan, warga yang sudah berusia 17 tahun, baru
pindah ke daerah tersebut, atau belum memproses e-KTP, tetap dapat merekam
datanya. Penyediaan blangko dan pencetakan e-KTP, sepanjang belum mencapai
172 juta, juga bebas biaya. Direktur Jendral Administrasi Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri Irman mengatakan, biaya pengadaan
E-KTP selanjutnya lebih rendah sebab hanya untuk blangko Rp. 16.000. 15
2. Kewenangan
Masalah kewenangan tentu saja adalah bahasan yang sangat luas, karena
berkembang dari hari ke hari, dan begitu banyak teori yang menggambarkan dan
merefleksikan tetntang teori kewenangan.
Dalam ilmu Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara, istilah
“kekuasaan” dan “wewenang” terkait erat dengan pelaksanaan fungsi
pemerintah.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia17 kata wewenang memiliki arti :
a. Hak dan kekuasaan bertindak
b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang lain
c. Fungsi yang boleh tidak dilaksanakan
Sedangkan kewenangan memiliki arti :
a. Hal wewenang
b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu
Kewenangan merupakan salah satu konsep inti dalam Hukum
Administrasi Negara. Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal,
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh UU) atau dari
kekuasaan eksekutif administrasi.
15
Ibid.
16
Indroharto, 1996, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan TataUsaha
Negara Buku I, Beberapa Pengertian Dasar Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta
17
Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1955 Percetakan Balai Pustaka, Jakarta
22
Romi Librayanto, 2008, trias Politica dalam Struktur Ketatanegaraan Indonseia,
Pukap:Makassar. hlm 11
23
Ibid. hlm 13
24
Ridwan H R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm
108
25
Ibid. hlm 13
26
Mabrun, 2001, DPRD dan Otonomi Daerah setelah Amandeme UUD 1945 dan UU
Otonomi DaerahI, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm 41
27
Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah (cetakan
kedua), Grasindo, Jakarta hlm. 34
28
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Sinar Grafik, 1992), hal 195.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya
tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika
penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan
satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II TUGAS DAN WEWENANG LURAH
Pada bab ini akan membahas tentang makna dan fungsi
pemerintah, pelayanan masyarakat sebagai fungsi utama
pemerintah dan tugas serta wewenang lurah.
BAB III PEMBUATAN e-KTP DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR
KOTA MEDAN
Bab ini berisikan gambaran umum Kelurahan Gedung Johor Kota
Medan, Kependudukan menurut Undang-Undang Kependudukan
dan Pembuatan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor.
BAB IV PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM PEMBUATAN
e-KTP DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KOTA MEDAN
Pada bab ini berisikan tentang masalah yang belum memiliki e-
KTP, kendala Kelurahan Gedung Johor Kota Medan dalam
pembuatan e-KTP dan upaya yang dilakukan Kelurahan Gedung
Johor dalam mengatasi kendala pendistribusian e-KTP