Anda di halaman 1dari 7

2.2.4.

Keamanan Dalam Operasi


Keamanan dalam operasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengatur,
mengontrol, mengelola sistem keamanan, dan juga termasuk prosedur setelah serangan (post
attack recovery). Berkaitan dengan keamanan sistem informasi, diperlukan tindakan berupa
pengendalian terhadap sistem informasi. Kontrol-kontrol yang dapat dilakukan untuk
pengamanan sistem informasi antara lain:

2.2.4.1. Kontrol Administratif


Kontrol administratif dimaksudkan untuk menjamin bahwa seluruh kerangka
kontrol dilaksanakan sepenuhnya dalam organisasi berdasarkan prosedur-prosedur
yang jelas. Kontrol ini mencakup hal-hal berikut:

a. Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat semua pengendalian sistem


informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam
organisasi.
b. Prosedur yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan dan
dilaksanakan dengan tegas. Termasuk hal ini adalah proses pengembangan
sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan
data.
c. Perekrutan pegawai secara berhati-hati yang diikuti dengan orientasi pembinaan,
dan pelatihan yang diperlukan.
d. Supervisi terhadap para pegawai. Termasuk pula cara melakukan kontrol kalau
pegawai melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan.
e. Pemisahan tugas-tugas dalam pekerjaan dengan tujuan agar tak seorangpun yang
dapat menguasai suatu proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang programaer
harus diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi (operasional)
agar tidak memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan.

2.2.4.2. Kontrol Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem


Untuk melindungi kontrol ini, peran auditor sangat sistem informasi
sangatlah penting. Auditor sistem informasi harus dilibatkan dari masa pengembangan
hingga pemeliharaan sistem, untuk memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali,
termasuk dalam hal otorisasi pemakai sistem. Aplikasi dilengkapi dengan audit trail
sehingga kronologi transaksi mudah untuk ditelusuri.
2.2.4.3. Kontrol Operasi
Kontrol operasi dimaksudkan agar sistem beroperasi sesuai dengan yang
diharapkan. Termasuk dalam kontrol ini:
a. Pembatasan akan akses terhadap data
Akses terhadap ruangan yang menjadi pusat data dibatasi sesuai dengan
wewenang yang telah ditentukan. Setiap orang yang memasuki ruangan ini harus
diidentifikasi dengan benar. Terkadang ruangan ini dipasangi dengan CTV untuk
merekam siapa saja yang pernah memilikinya.
b. Kontrol terhadap personel pengoperasi
Dokumen yang berisi prosedur-prosedur harus disediakan dan berisi pesoman-
pedoman untuk melakukan suatu pekerjaan. Pedoman-pedoman ini arus dijalankan
dengan tegas. Selain itu, [ara [ersonel yang bertugas dalam pengawasan operasi sistem
perlu memastikan bahwa catatan-catatan dalam sistem komputer (sistem log) benar-
benar terpelihara.
c. Kontrol terhadap peralatan
Kontrol terhadap peralatan-peralatan perlu dilakukan secara berkala dengan
tujuan agar kegagalan peralatan dapat diminimumkan.
d. Kontrol terhadap penyimpanan arsip
Kontrol ini untuk memastikan bahwa setiap pita magnetic yang digunakan untuk
pengarsipan telah diberi label dengan benar dan disimpan dengan tata cara yang
sesuai.
e. Pengendalian terhadap virus
Untuk mengurangi terjangkitnya virus, administrator sistem harus melakukan tiga
kontrol berupa preventif, detektif, dan korektif.
2.2.4.4. Proteksi Fisik terhadap Pusat Data
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terhadap pusat data, faktor
lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir, dan
keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar. Peralatan-peralatan yang
berhubungan dengan faktor-faktor tersebut perlu dipantau dengan baik.
Untuk mengantisipasi segala kegagalan sumber daya listrik, biasa digunakan
UPS. Dengan adanya peralatan ini, masih ada kesempatan beberapa menit sampai satu
jam bagi personil yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan seperti
memberikan peringatan pada pemakai untuk segera menghentikan aktivitas yang
berhubungan dengan sistem komputer. Sekiranya sistem memerlukan operasi yang
tidak boleh diputus, misalnya pelayanan dalam rumah sakit, sistem harus dilengkapi
generator listrik tersendiri.

2.2.4.5. Kontrol Perangkat Keras


Untuk mengatisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi
menerapkan sistem komputer yang berbasis fault-tolerant (toleran terhadap
kegagalan). Sistem ini dapat berjalan sekalipun terdapat gangguan pada komponen-
komponennya. Pada sistem ini, jika komponen dalam sistem mengalami kegagalan
maka komponen cadangan atau kembarannya segera mengambil alih peran komponen
yang rusak dan sistem dapat melanjutkan operasinya tanpa atau dengan sedikit
interupsi.
Sistem fault-tolerant dapat diterapkan pada lima level, yaitu pada komunikasi
jaringan, prosesor, penyimpan eksternal, catu daya, dan transaksi. Toleransi kegagalan
terhadap jaringan dilakukan dengan menduplikasi jalur komunikasi dan prosesor
komunikasi. Redundasi prosesor dilakukan antaralain dengan teknik watchdog
processor, yang akan mengambil alih prosesor yang bermasalah.
Toleransi terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara lain dilakukan
melalui disk memoring atau disk shadowing, yang menggunakan teknik dengan
menulis seluruh data ke dua disk secara pararel. Jika salah satu disk mengalami
kegagalan, program aplikasi tetap bisa berjalan dengan menggunakan disk yang masih
bai. Toleransi kegagalan pada catu daya diatasi melalui UPS. Toleransi kegagalan
pada level transaksi ditanganimelalui mekanisme basis data yang disebut rollback,
yang akan mengembalikan ke keadaan semula yaitu keadaan seperti sebelum transaksi
dimulai sekiranya di pertengahan pemrosesan transaksi terjadi kegagalan.

2.2.4.6. Kontrol Akses terhadap Sistem Komputer


Untuk melakukan pembatasan akses terhadap sistem, setiap pemakai sistem
diberi otorisasi yang berbeda-beda. Setiap pemakai dilengkapi dengan nama pemakai
dan password. Password bersifat rahasia sehingga diharapkan hanya pemiliknyalah
yang tahu password-nya. Setelah pemakai berhasil masuk ke dalam sistem (login),
pemakai akan mendapatkan hak akses sesuai dengan otoritas yang telah ditentukan.
Terkadang, pemakai juga dibatasi oleh waktu. Kontrol akses juga bisa berbentuk
kontrol akses berkas. Sebagai contoh, administrator basis data mengatur agar pemakai
X bisa mengubah data A, tetapi pemakai Y hanya bisa membaca isi berkas tersebut.
Jika pendekatan tradisional hanya mengandalkan pada password, sistem-
sistem yang lebih maju mengombinasikan dengan teknologi lain. Misalnya, mesin
ATM (anjungan tunai mandiri) menggunakan kartu magnetic atau bahkan kartu cerdas
sebagai langkah awal untuk mengakses sistem dan kemudian baru diikuti dengan
pemasukan PIN (personal identification number). Teknologi yang lebih canggih
menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang bersifat unik, seperti sidik jari dan
retina mata, sebagai kunci untuk mengakses sistem.
Pada sistem yang terhubung ke internet, akses Intranet dari pemakai luar (via
internet) dapat dicegar dengan menggunakan firewall. Firewall dapat berupa program
ataupun perangkat keras yang memblokir akses dari luar intranet.

2.2.4.7. Kontrol Terhadap Akses Informasi


Ada kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu
informasi berhasil membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan
menggunakan teknik sniffer). Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, alangkah
lebih baik sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk yang hanya bisa
dibaca oleh yang berhak. Studi tentang cara mengubah suatu informasi ke dalam
bentuk yang tak dapat dibaca oleh orang lain dikenal dengan istilah kriptografi.
Adapun sistemnya disebut sistem kripto. Secara lebih khusus, proses untuk mengubah
teks asli (cleartext atau plaintext) menjadi teks yang telah dilacak (cliphertext)
dinamakan enskripsi, sedangkan proses kebalikannya, dari chiphertext menjadi
cleratext, disebut dekrpisi. Keamanan informasi menggunakan kriptografi untuk
mengubah informasi yang dapat digunakan menjadi bentuk yang membuat itu tidak
dapat digunakan oleh pihak lain selain dari pengguna yang berwenang, proses ini
disebut enkripsi. Informasi yang telah dienkripsi (tidak dapat digunakan lagi) dapat
diubah kembali ke bentuk aslinya dapat digunakan oleh pengguna yang berwenang,
yang memiliki bagian kunci kriptografi , melalui proses dekripsi. Kriptografi
digunakan dalam keamanan informasi untuk melindungi informasi dari pengungkapan
yang tidak sah atau tidak disengaja sedangkan informasi adalah dalam perjalanan
(baik secara elektronik atau secara fisik) dan sementara informasi dalam
penyimpanan.

2.2.4.8. Kontrol Terhadap Bencana


Sementara rencana kelangsungan bisnis (BCP) mengambil pendekatan yang
luas untuk berurusan dengan organisasi-lebar dampak bencana, pemulihan bencana
perencanaan (DRP), yang adalah bagian dari rencana kelangsungan bisnis, adalah
bukan terfokus pada mengambil langkah yang diperlukan untuk melanjutkan operasi
bisnis normal secepat mungkin. Sebuah rencana pemulihan bencana yang dilakukan
segera setelah bencana terjadi dan rincian langkah-langkah apa yang harus diambil
dalam rangka untuk memulihkan infrastruktur teknologi informasi kritis.
Perencanaan pemulihan bencana termasuk mendirikan kelompok perencanaan,
melakukan penilaian risiko, menetapkan prioritas, mengembangkan strategi
pemulihan , mempersiapkan persediaan dan dokumentasi dari rencana,
mengembangkan kriteria dan prosedur verifikasi, dan terakhir melaksanakan rencana
tersebut.
Rencana pemulihan terhadap bencana ke dalam 4 komponen:
a. Rencana darurat (emergency plan) menentukan tidakan-tindakan yang harus
dilakukan oleh para pegawai manakala bencana terjadi.
b. Rencana cadangan (backup plan) menentukan bagaimana pemrosesan informasi
akan dilaksanakan selama masa darurat.
c. Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan
dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasu mencakup
tanggung jawab masing-masing personil.
d. Rencana pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponen-komponen
dalam rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan.

2.2.4.9. Kontrol Terhadap Perlidungan Terakhir


Kontrol terhadap perlindungan terakhir dapat berupa:
a. Rencana pemulihan terhadap bencana.
b. Asuransi.
Asuransi merupakan upaya untuk mengurangi kerugian sekiranya terjadi bencana.
Itulah sebabnya, biasanya organisasi mengansurasikan gedung atau asset-aset tertentu
dengan tujuan kalau bencana terjadi, klaim asuransi dapat digunakan untuk
meringankan beban organisasi.
2.2.4.10.Kontrol Aplikasi
Kontrol aplikasi adalah kontrol yang diwujudkan secara spesifik dalam suatu
aplikasi sistem informasi. Wilayah yang dicakup oleh kontrol ini meliputi:
a. Kontrol Masukan
Kontrol masukan digunakan untuk menjamin keakurasian data, kelengkapan
masukan, dan validasi terhadap masukan. Digit pemeriksaan (check digit) yang
ditambahkan dalam suatu kode masukan merupakan suatu contoh teknik yang
digunakan untk menjamin keakurasian dan keabsahan data.
b. Kontrol Pemrosesan
Kesalahan salam pemrosesan bisa terjadi sekalipun program dibuat dengan hati-
hati agar bebas dari kesalahan. Kesalahan juga bisa terjadi karena gangguan pada
komponen-komponen pemrosesan. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap kebenaran
hasil pemrosesan kadang-kadang perlu dilakukan sehingga kalaku terjadi hal-hal yang
tidak benar segera bisa diketahui.
Kontrol proses antara lain dilakukan dengan mencantumkan total kontrol, berupa
nilai total semua transaksi. Ada pula yang mencantumkan jumlah rekaman dengan
maksud untuk dicocokkan dengan jumlah transaksi.
c. Kontrol Keluaran
Kontrol keluaran dilakukan secara manual untuk memastikan bahwa hasil
pemrosesan memang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dilakukan dengan
melaksanakan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang
dihasilkan oleh komputer didasarkan pada kebenaran informasi, otorisasi, dan
kerahasiaan informasi.
d. Kontrol Basis Data
Kontrol terhadap basis data antara lain dengan cara:
 Penerapan kebijakan backup dan recovery.
 Penanganan transaksi melalui mekanisme rollback dan commit. (rollback adalah
kemampuan basis data yang memungkinkan pengembalian ke keadaan sebelum
sebuah transaksi dimulai jika suatu transaksi tidak berjalan dengan sempurna,
sedangkan commit digunakan untuk memastikan bahwa data benar-benar teah
dimutakhirkan pada basis data sekiranya sebuah transaksi berlangsung dengan
sempurna.s
 Otorisasi akses, yang mengatur orang tertentu hanya bisa melakukan tindakan
tertentu pada berkas tertentu.
e. Kontrol Telekomunikasi
Telekmunikasi merupakan komponen yang paling lemah dalam sistem informasi.
Penyadapan informasi dapat dilakukan melalui sarana ini dengan cara menyergap
gelombang radio dalam sistem tanpa kabel (wireless) atau dengan cara menyadap
jalur fisik dalam jaringan. Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, kontrol terhadap
telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara mengenkripsi informasi sehingga
penyadap tidak dapat membaca informasi yang sesungguhnya. Teknik checksum juga
bisa diterapkan pada data yang vital untuk mendeteksi apakah telah terjadi perubahan
pada data atau tidak.

2.2.5. Kesimpulan
Keamanan sistem informasi adalah salah satu aspek yang sayang penting saat ini,
sehingga perlu adanya prosedur pengelolaan khusus untuk mengontrol dan mengatur sistem
informasi tersebut, baik secara fisik maupun non-fisik. Agar tidak disalahgunakan oleh pilhak
yang tidak berwenang. Mengingat keamanan sistem informasi tidak hanya dilihat dari
serangan virus, malware ataupun spyware, akan tetapi dari berbagai segi sesuai dengan
domain dari keamanan sistem itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Raharjo, Keamanan Sistem Informasi berbasis Internet, ismailzone.com/download/


cryptography/Rahardi-sec-handbook.pdf
Putra, Y. M., (2018). Keamanan Informasi. Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. Jakarta: FEB-Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai