Gambaran Umum Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam UMKM Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan sebuah bisnis bagi perusahaan kecil dapat memberikan keuntungan yang sangat berarti contohnya yaitu pada transaksi antara perusahaan dan pelanggan bisa lebih cepat, pelanggan dapat mengakses produk perusahaan tanpa harus mendatangi tempat bisnis, kemudian perusahaan juga akan lebih hemat dalam hal keuangan karena transaksi dapat dilakukan secara virtual dan tanpa menggunakan kertas. Menurut Bido A Budiman, penggunaan internet sebagai media teknologi informasi untuk menunjang UMKM dapat dijabarkan dalam beberapa poin yaitu sebagai berikut : 1. Komunikasi : Internet digunakan sebagai media komunikasi dengan berbagai pihak. Contohnya disini antara pihak perusahaan (UMKM) dengan para pelanggan. 2. Promosi : Internet digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk yang ditawarkan oleh UMKM. UMKM dapat mempromosikan jasa maupun produknya diberbagai media sosial, aplikasi e-commerence maupun website perusahaan itu sendiri. 3. Riset : UMKM dapat memanfaatkan internet untuk riset agar bisa mengetahui seberapa jauh keunggulan produknya dibandingkan para kompetitornya yaitu yang memiliki produk sejenis yang sudah ada. Fungsi riset juga dapat digunakan mencari sebuah formula baru untuk memperkuat mutu dari produk atau jasa serta untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh kompetitor dengan produk sejenis. Penggolongan e-commerce yang lazim digunakan oleh perusahaan yaitu berdasarkan sifat transaksinya. Beberapa jenis e-commerance yang biasa digunakan oleh pelaku UMKM yaitu (1) Business to Bussiness (B2B), (2) Business to Consumer (B2C), (3) Consumer to Consumer (C2C), (4) Consumer to Business (C2B), (5) Intrabusiness (Organizational) e-commerance, (6) Government to Citizenz (G2C) and others, (7) Collaborative Commerce (C-Commerce), dan (8) Commerce (M-Commerce). Terdapat empat contoh model bisnis e-commerce yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut : 1. Bisnis Affiliasi Bisnis Affiliasi yaitu bisnis yang menjual produk yang berasal dari orang lain, dimana bisnis ini diperuntukan bagi orang yang memiliki keinginan yang tinggi untuk berbisnis melalui internet tetapi terkendala dengan tidak memiliki produknya sendiri. Bisnis ini biasanya menggunakan sistem bagi hasil yaitu kita akan mendapatkan komisi hasil dari penjualan sebesar 4% sampai dengan 60% dari harga produk. 2. Bisnis Reseller Bisnis reseller ini pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan bisnis affiliasi, perbedaannya hanya saja pada persyaratan untuk memulai bisnis ini. Yaitu untuk dapat bergabung menjadi reseler sebuah perusahaan, kita sebagai orang yang ingin berbisnis harus membeli salah satu produk dari perusahaan tersebut, jika sudah membeli produk biasanya akan diijinkan untuk memasarkannya. Bisnis reseller ini juga menerapkan sistem bagi hasil dengan presentase 20% sampai dengan 50% yang akan kita dapatkan. 3. Bisnis Pribadi (Menjual Produk Sendiri) Jika dari dua model bisnis e-commerce tadi kita mengambil produk dari orang lain dan sumber dari penghasilannya juga dari orang lain, bisnis pribadi ini berbeda yaitu bisnis yang menawarkan produk hasil karya sendiri. Karya dalam hal ini tentunya bukan hanya berbentuk benda hasil produksi tetapi juga bisa dalam bentuk keahlian yang kita miliki (jasa) contohnya seperti kita memiliki keahlian dalam bidang desain, kita dapat memasarkannya melalui internet. 4. Pubblisher Model bisnis ini tidak menjual sebuah produk atau jasa sama sekali sangat berbeda dengan tiga model bisnis diatas. Publisher ini hanya membuat sebuah situs atau blog yang berisi tentang informasi-informasi unik dan sedang dicari oleh banyak orang, kemudian situs atau blog tersebut didaftarkan ke sebuah perusahaan periklanan atau advertising online. Apabila situs atau blog tersebut memenuhi syarat, maka akan mendapatkan komisi dari setiap pengunjung yang datang ke situs atau blog tersebut dan membaca iklan yang berasal dari perusahaan periklanan tersebut. Contoh perusahaan periklanan yang sudah dikenal oleh banyak orang yaitu Google. Dalam kenyataannya masih banyak UMKM yang kurang dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam menjalankan bisnisnya. Baik dalam pemasarannya maupun sistem bisnisnya. Seperti yang dijelaskan diatas UMKM dapat menggunakan berbagai cara untuk memasarkan produknya dengan cara bekerja sama dengan pebisnis periklanan seperti bekerja sama dengan publisher atau bekerja sama dengan pebisnis yang lain seperti reseller agar produknya dapat dikenal secara meluas. Hambatan Dalam Pengoptimalan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada UMKM Guna Meningkatkan Penjualan Usaha Pada pelaku UMKM di Indonesia masih harus menempuh jalan yang cukup panjang dan berliku. Berbagai hambatan yang ada dalam pengimplementasian dapat berypa teknis dan non-teknis yang pada dasarnya semua itu membutuhkan kerjasama antara pemerintah, pengembang e- commerce, pebisnis dan para konsumen. Berbagai hambatan dalam pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkan penjualan UMKM antara lain sebagai berikut : 1. Kurangnya Sumber Daya Manusia Kurangnya sumber daya manusia disini yaitu di Indonesia sangat kekurangan SDM yang menguasai sistem e-commerce secara menyeluruh yang tidak hanya menguasai dalam hal teknis saja tetapi juga non teknis. Selain itu juga kurangnya SDA yang membuat bisnis publisher sehingga pemasaran masih kurang. Kemudian banyak UMKM yang masih kurang memperkenalkan bisnisnya atau memasarkan bisnisnya menggunakan e-commerce karena minimnya pengetahuan. 2. Dukungan dari Pelaku Usaha dan Konsumen Untuk memberikan peningkatan secara optimal tentunya harus ada dukungan dari dua faktor utama ini yaitu dari pelaku usaha dan juga konsumen. Di Indonesia sendiri UMKM yang masih kecil jarang sekali menggunakan aplikasi yang sudah tersedia untuk mempermudah transaksi antara dua pihak. Pelaku usaha masih jarang untuk menyediakan pembayaran secara virtual. Pada zaman modern ini tentunya pelaku usaha maupun konsumen sebaiknya mengikuti arus perkembangan modern. Banyak orang yang malas membawa uang tunai pada saat keluar rumah karena terlalu riskan terjadi pencurian uang atau kehilangan uang. 3. Perkembangan Infrastruktur Yang Lambat Perkembangan infrastruktur yang lambat juga merupakan salah satu hambatan. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki akses internet, maupun infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi pada UMKM. Pemerintah harus memfokuskan pembangungan insfrastruktur pada seluruh wilayah Indonesia hingga kepelosok nusantara. Dibutuhkan sebuah keseriusan pemerintah untuk bertahap membangun infrastruktur yang baik dan terprogram sehingga rakyat Indonesia dapat dikenalkan dengan Internet sebagai salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan biaya yang murah dan terjangkau.
Solusi Dalam Pengoptimalan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada
UMKM Guna Meningkatkan Penjualan Sebagaimana yang telah kita ketahui berbagai hambatan untuk pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi pada UMKM, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain : 1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bidang bisnis agar semakin banyak masyarakat yang melakukan bisnis terutama bisnis publisher karena sangat dibutuhkan dalam periklanan untuk meningkatkan jumlah konsumen. 2. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama untuk pelaku usaha UMKM tentang pengetahuan e-commerce seperti cara mendaftarkan bisnis dalam e-commerce, sistem kerja e- commerce dan yang lainnya. 3. Selain itu pelaku usaha dapat menggunakan sosial media yang dapat digunakan sebagai sarana promosi produk. 4. Pemanfaatan teknologi dengan menggunakan E-Money agar mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli. 5. Pengembangan infrastruktur yang merata hingga kepelosok. Karena jika daerah tersebut tidak memiliki akses internet maka akan sulit dalam mencari informasi tentang bisnis dan pemasaran UMKM menjadi kurang. Kemudian pengembangan infrastruktur seperti ATM perlu diperbanyak agar mudah dalam transaksi.