Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DIMENSI PENGETAHUAN DAN NILAI DALAM PENDIDIKAN IPS


DosenPengampu :MHD SOLEH,M.PD

Disusun oleh :

Lulu’ulmarjanah
Jihan fadilah

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

Jl. JerukPurut No.10, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan,

Daerah KhususIbukota Jakarta 12560, Indonesia

TahunAkademik 2019-2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Desain
dan Model Pembelajaran PKn Tematis SD/MI Kelas Tinggi” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan serta wawasan kita. Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi per perbaikan
makalah.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Dan kami
mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca.

TANGGAL ,14 NOVEMBER ,2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara (Ismail, 2008, hal.1).

Fungsi IPS dalam pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial
yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina
perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam
merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, pengajaran IPS memegang peranan
yang penting karena harus mempersiapkan anak didik untuk mengerti tentang peranannya,
memahami hak dan kewajibannya, serta tanggung jawab sebagai warga Negara Indonesia.
Anak didik kita perlu ambil bagian secara aktif dalam kehidupannya, dia buakanlah warga
Negara yang pasif yang tidak memahami masalah-masalah dilingkungannya, dan bukan pula
warga Negara yang tidak mau tahu persoalan bangsanya, serta tidak mau terlibat dalam usaha
memecahkan persoalan-persolan tersebut.

Program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat
dimensi yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills), dimensi nilai
dan sikap (values and attitudes), dan dimensi tindakan (action). Pengetahuan (knowledge)
hendaknya mencakup : 1. Fakta, 2. Konsep dan 3,Generalisasi yang dipahami peserta didik.
Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar oleh peserta didik, dengan sendirinya akan
dikuasai sejumlah aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup. Nilai yang ada di
masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat.
Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan
peserta didik menjadi perta didik yang aktif.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana dimensi pengetahuan dalam dalam pendidikan IPS?

2. Bagaimana dimensi nilai dalam pendidikan IPS?

3. Apa sajakah dimensi keterampilan yang harus dikuasai dalam pendidikan IPS?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami bagaimana dimensi pengetahuan dalam pendidikan IPS.

2. Mengetahui dan memahami bagaimana dimensi nilai dalam pendidikan IPS.

3. Mengetahui dan memahami berbagai keterampilan dalam pendidikan IPS.

D. Manfaat

Agar mahasiswa sebagai calon pendidik dapat mengetahui dan memahami bagaimana
dimensi pengetahuan, nilai, dan keterampilan dan pendidikan IPS dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan maupun dalam proses pengajaran peserta didik. Selain
itu, setelah mahasiswa mampu memahami berbagai dimensi diatas diharapkan mampu
menjadi seorang yang dapat membawa perubahan dalam dunia pendidikan dan pengajaran ke
arah yang lebih baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.      Dimensi Pengetahuan (Knowledge)


Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada
yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan
masyarakat tertentu. Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup
keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual , pengetahuan
(knowledge) hendaknya mencakup :

(1)   Fakta;

(2) Konsep;

(3) generalisasi yang dipahami oleh siswa

Menurut Sapriya (2009:49) menyatakan bahwa Fakta adalah data yang spesifik
tentang siswa ,objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS,
diharapkan sisiwa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan
kehidupannya. Jadi, fakta merupakan kejadian khusus dari peristiwa atau benda yang pada
akhirnya menjadi bahan mentah atau menjadi observasi oleh ilmuan pengetahuan sosial.

Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan


memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau
unsur kolektif yang diberi label. Namun, konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan
tingkat pemahaman siswa. Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil
terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Banyak konsep yang terkait dengan lebih dari satu
disipilin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak disiplin ilmu sosial. Konsep-
konsep tersebut bergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah, misalnya konsep “keluarga”
dapat diambil dari sejarah, antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi. Demikian pula konsep
“pariwisata” dapat diperoleh dari disiplin geografi, sosiologi, sejarah, bahkan politik.

Konsep yang dibentuk secara multidisiplin, seperti multikultural, lingkungan,


urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi, berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi

3
pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya kepedulian dan
persepsi sosial serta munculnya permasalahan sosial uang semakin kompleks. Hal ini
dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikankonsep-konsep IPS.

Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang
saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Misalnya,

1. Apabila orang tidak mau memelihara hewan peliharaannya, maka hewan tersebut
pasti mati.
2. Memelihara hewan peliharaan dapat berakibat bagi orang lain disamping bagi
pemiliknya sendiri.

Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai


sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan
konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh para siswa dengan
bimbingan guru. Misalnya , bagi anak-anak siswa kelas rendah rumusan generalisasi
disesuaikan dengan konsep dan tingkat kemampuan berpikir: “semakin bertambah usia
seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja”; “perubahan dalam teknologi dapat
mengakibatkan perubahan yang tidak diperkirakan, mungkin baik atau buruk”.

Hubungan antara generalisasi dan fakta bersifat dinamis. Memperkenalkan informasi baru
yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik
untuk mengkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para
siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan sebelumnya.

2.      Dimensi Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS


Pada hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Menurut kuperman dalam
(Mulyana R,2011:9) mengemukakan bahwa nilai adalah patokan normative yang
mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.
Pendapat lain mengatakan nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau
prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok tertentu yang
ketika berpikir atau bertindak. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka
nilai dapat dibedakan atas nilai substantive dan nilai prosedural.

4
a.      Nilai Substantif

Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang yang umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang
memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang
suatu hal. Dalam mempelajari nilai substantif, para peserta didik perlu memahami proses-
proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat
demokratis. Dengan kata lain, peserta didik perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam
masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat dari belajar nilai substantif adalah peserta didik akan menyatakan bahwa dirinya
meiliki nilai tertentu.

b.      Nilai prosedural

Peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran dikelas. Nilai-nilai procedural yang perlu dilatih atau
diajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan
menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai-nilai yang menyokong
masyarakat demokratis, seperti: roleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti
yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan
untuk mengembangkan partisipasi peserta didik secara efektif dan diharapkan semakin
memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka peserta didik perlu
mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.

Selain itu, nilai dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu nila-nilai nurani
(valuesofbeing) dan nilai-nilai memberi (valuesofgiving).

a. Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang
menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam
nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi, disipliin, tahu
batas, kemurnian, dan kesesuaian.
b. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang
kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk nilai-nilai

5
memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak
egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati (Linda dalam Elmubarok,2009:7).

Selain pentingnya mengetahui dan memahami mengenai dimensi nilai, kita juga perlu
memahami sikap. Dalam memberikan definisi tentang sikap, para ahli banyak terjadi
perbedaan. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Studi
mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang
sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Sikap
pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu
kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat
yang khusus dan umum, berkaitan dengan control terhadap respon pada keadaan tertentu
(Young dalam Elmubarok,2009:45).

Berkowitz dalam (Azwar,2012:5) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap


suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidk memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Nilai bersifat lebih
mendasar dan stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif dan berakar
pada nilai yang dianut dan terbenyuk dalam kaitannya dengan suatu objek, sedangkan opini
merupakan sikap yang lebih spesifik yang sangat situasional serta lebih mudah berubah
(Azwar,2012:9). Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat
keragaman kelompok masyarakat. Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah
tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS dikelas.

Anda mungkin juga menyukai