Anda di halaman 1dari 2

07.

17 15:10
Masuknya Jepang ke Indonesia
Dikutip dari Pendudukan Jepang di Indonesia (2009), Jepang pertama kali datang ke
Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 lewat Tarakan, Kalimantan Timur.

Pasukan Hindia Belanda terpukul mundur. Kemudian pada 24 Januari 1942, Balikpapan
kembali jatuh ke tangan Jepang. Menyusul Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda
pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasikn pada 10 Februari 1942.

Pada 14 Februari 1942, Jepang menurunkan pasukan payung di Palembang dan berhasil
menguasai kota itu hanya dalam dua hari.

Di Kalimantan dan Sumatra, Jepang menguasai ladang minyak. Jepang kemudian mulai
bergerak ke Jawa yang menjadi pusat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.

Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan di
Jawa Barat, dan Kragan di Jawa Tengah.

Pada 5 Maret 1942, Jepang berhasil merebut Batavia dari Hindia Belanda. Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, komandan dan pasukannya yang terpukul mundur ke Lembang,
Jawa Barat, akhirnya dikuasai juga oleh Jepang.

Pasukan Belanda yang kalah, bersedia menyerahkan Bandung dan daerah-daerah


sekitarnya. Namun Letnan Jenderal Hitoshi Imamura yang memimpin invasi, meminta
penyerahan total atas semua pasukan di Jawa dan bagian Indonesia lainnya.

Jika Belanda menolak, Jepang akan mengebom Bandung dari udara. Belanda akhirnya
memenuhi tuntutan Jepang.

Pada 8 Maret 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Starkenborgh Stachouwer dan Panglima
Tentara Hindia Belanda Ter Poorten menemui Letnan Jenderal Imamura di Kalijati,
Subang, Jawa Barat untuk berunding.

Hasilnya adalah penyerahan Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang. Peralihan
kekuasaan ini ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati antara Jenderal
Ter Poorten dengan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.

Mengapa kedatangan Jepang disambut gembira?


Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan gembira rakyat Indonesia. Dikutip
dari Di Bawah Matahari Terbit (2016), kedatangan Jepang disambut baik karena Jepang
dianggap telah membebaskan Indonesia dari belenggu pemerintahan belanda

Jepang berusaha menampilkan kebenciannya terhadap bangsa kulit putih dengan


menyiksa tawanan Belanda di depan umum.

Sebaliknya, Jepang membebaskan rakyat pribumi yang jadi tawanan politik Belanda

Penulis Pramoedya Ananta Toer yang menyaksikan kedatangan pasukan Jepang di Blora,
Jawa Tengah pada 1942 menulis, "dengan kedatangan pasukan Jepang, hampir setiap
orang di kota memiliki harapan yang tinggi terhadap mereka, kecuali di kalangan
orang-orang yang mengabdi kepada Belanda."

Di sepanjang jalan, pasukan Jepang disambut dengan sorak sorai "Banzai, banzai!"
serta "Hidup Nippon, hidup Nippon!".

Sebelum bala tentara Jepang mendarat di Indonesia, selama beberapa bulan radio
Tokyo telah mendengung-dengungkan propaganda bahwa mereka akan membebaskan rakyat
Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.

Di awal kedatangannya pun, Jepang memutarkan lagu Indonesia Raya setiap hari lewat
radio. Bendera Merah Putih juga dikibarkan oleh Jepang di samping bendera Jepang.

Jepang mengenalkan diri sebagai "saudara tua" bangsa Indonesia karena sama-sama
dari benua Asia.

Jepang melancarkan propaganda yang menunjukkan dirinya seolah-olah pahlawan. Mereka


menjanjikan masyarakat bisa membeli barang dengan harga murah karena politik
dumping.

Politik dumping Jepang yakni menjual harga barang lebih murah di luar negeri
dibanding di negaranya sendiri.

Kepada umat muslim, Jepang bahkan menjanjikan akan memfasilitasi naik haji dengan
ongkos yang murah.

Di awal, bujuk rayu Jepang berhasil mengelabui rakyat pribumi. Rakyat pribumi makin
percaya karena ada ramalan yang ditulis Raja Kediri, Jayabaya, yang memerintah
sekitar tahun 1157.

Berbeda dengan janji-janjinya, tujuan Jepang ke Indonesia sebenarnya tak lebih dari
untuk kepentingan bangsanya sendiri.

Berikut beberapa tujuan Jepang datang ke Indonesia:

Menjadikan Indonesia sebagai penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan bakar
bagi industri Jepang.
Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Banyaknya
jumlah penduduk Indonesia bisa menjadi pasar yang menguntungkan bagi Jepang.
Menjadikan Indonesia sebagai sumber tenaga kerja dan buruh yang banyak dengan upah
murah.

Runtuhnya kekuasaan Jepang – Memasuki tahun 1944, dalam Perang Pasifik, tentara
Jepang mulai terdesak oleh tentara Sekutu pimpinan Jenderal Mc. Arthur. Mula-mula,
Jepang terdesak dan menderita kekalahan di Laut Karang, pantai timur Laut
Australia.

Kepulauan di Lautan Pasifik satu persatu jatuh ke tangan Sekutu. Kota-kota di


negeri Sakura sendiri pun juga menjadi sasaran tentara Mc. Arthur.

Tahun 1945, merupakan tahun yang sangat sulit bagi Jepang. Kedudukannya di daratan
Asia juga sudah terancam. Oleh karena itu, untuk menarik simpati rakyat, Jepang
berjanji kepada bangsa Indonesia akan memberikan kemerdekaan.

Tetapi Jepang semakin panik. Pada pertengahan tahun 1945 tentara sekutu sudah
mendarat di pelabuhan minyak Balikpapan. Jepang sudah tidak berdaya. Apalagi
setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom Atom ke Hirosyima pada tanggal 6 Agustus
1945 dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945.

Negeri Sakura ini sudah benar-benar lumpuh. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Penyerahan Jepang kepada sekutu tersebut telah menandai berakhirnya Perang Dunia 2
di Pasifik. Hal itu juga menandai berakhirnya masa penjajahan Jepang di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai