Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ARTIKEL

SENI TRADISIONAL BANTEN SEBAGAI SARANA


PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI BANTEN

Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester (UTS)

Islam Dan Budaya Banten

Dosen pengampu : Dr. Ade jaya suryani, M.A

Disusun oleh:

SITI ALIMATUROSIDAH
NIM : 171340071
INTAN ISLAMIYATI
NIM : 171340044

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

BANTEN 2020

[1]
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
cipta, karsa, dan rasa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya
dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Terdapat enam unsur  kebudayaan sebagai cultural universal yang
didapatkan pada semua bangsa di dunia, antara lain :
1. Bahasa (lisan maupun tertulis)
2. Sistem teknologi (peralatan dan perlengkapan hidupmanusia)
3. Sistem mata pencarian (mata pencarian hidup dan Sistem ekonomi)
4. Organisasi sosial (sistem kemasyarakatan)
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
Serta Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistemagama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusiadengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai
yang dipolarisasikan oleh suatu citra yangmengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-
bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di

[2]
Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan duniamakna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain
Kebudayaan juga memiliki arti penting bagi suatu bangsa, kebudayaan
merupakan jati diri nasional sarana pemersatuan.hasil budaya bukan hanya
memiliki satu bangsa tapi sudah di anggap milik bersama
Salah satu ciri khas dari budaya masyarakat yang ada di Banten adalah
seni bela diri Pencak silat, serta Debus yang sudah sangat terkenal sebagai
salah satu seni tradisional milik Banten. dan Banten juga memiliki
berbagaimacam seninya tersebut yaitu, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari
Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Patingtung, dan Lojor.
Adalah suku Baduy yang merupakan suku asli penduduk Banten.
Suku Baduy ini masih terjaga keasliannya dan masih menjaga tradisi anti
modernisasi. Mereka masih menggunakan cara tradisional dalam
kehidupannya baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku
Baduy di daerah kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas
5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak.
Dalam hal bahasa masyarakat asli Banten berbicara dengan
menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno.
adapun pembagian dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar
dalam bahasa Sunda modern. dan ini masih dibagi menjadi beberapa
tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal).

[3]
B. Hubungan Agama dengan Kebudayaan
Islam yang mentas dalam kenyataan sosial dinilai kuat oleh Jones di
tempat-tempat tersebut.mungkin masyarakat islam melarutkan ajaran
agama dengan kebudayaan mereka sehingga apa yang sedang terjadi,
sebetulnya perlindungan kebudayaan atas ajaran agama, sehingga prilaku
dan pengetahuannya (kebudayaannya) itu terasa ada nuansa suci (sakral).
karena itu bisa di pandang sebagai indikator bahwa sakralisasi kebudayaan
masyarakat dan kulturusasi agama dalam masyarakat adalah penyebab
kuatnya islam ditempat-tempat tersebut pandangan seperti ini dapat
diperlihatkan melalui cermatan unsur-unsur kebudayaan yang memiliki
potensi ketahanan tersebut selain itu Islam yang digambarkan lebih kuat di
Aceh misalnya, karena adanya peran ulama yang amat besar dalam
masyarakat aceh, bahkan tidak berlebihan jika di katakan bahwa ulama
adalah personifikasi, dari islam itu sendiri kekuatan adat agama inilah
yang kemudian tampil dengan amat berkesan sebagai Islam yang kuat,
untuk melihat indikator atau penyebab kuatnya islam banten, tentu mesti
di mempertimbangkan bagaimana orang banten memandang dan
memfungsikan agama islam itu.secara tradisional kiyai merupakan
kedudukan sakral sehingga ia secara luas difungsikan oleh masyarakat
tentang kehalusan, keindahan, dan gambar perjalanan hidup. karena itu
nuansa magis dalam kesenian banten diperlukan redefinisi atau reposisi
sebagai wahana yang menguntungkan penduduknya.

C. Masuknya Islam ke Banten.


Perkembangan Islam di Nusantara tidak terlepas dari peranan
kerajaan-kerajaan Islam di bumi pertiwi ini, berawal dari masuknya para
pedagang Islam dari Cina, India, Eropa. Selain berdagang mereka juga
menyebarkan agama Islam dengan berdakwah, dan berawal pula dari
perjuangan Sunan Ampel atau Raden Rahmat yang pernah merencanakan
berdirinya Kerajaan Islam dengan dibuktikannya atas berdirinya masjid
Agung Demak pada tahun 1479. Beliau juga mendirikan pondok pesantren
sebagai sarana pendidikan para kader yang kelak akan melanjutkan

[4]
perjuangannya. Walaupun data yang didapat belum menunjang, tapi tidak
mustahil di Banten pernah terjadi kegiatan penyebaran agama Islam sudah
dimulai sejak abad ke-VII M, yang pasti sewaktu Sunan Ampel pertama
datang ke Banten, sudah didapatinya banyak penduduk Banten yang
beragama Islam, demikian juga disana sudah berdiri suatu masjid yang
kemudian diperbaiki oleh Syarif Hidayatullah.
Dalam “Purwaka Caruban Nagari” diceritakan bahwa Syarif
Hidayatullah beserta 98 orang muridnya berangkat dari Cirebon berusaha
meng-Islamkan warga Banten. Namun karena panggilan pamannya, Syarif
Hidayatullah kembali ke Cirebon dan diangkat sebagai Tumenggung yang
memerintah disana menggantikan pamannya yang sudah tua. Adapun
tugas penyebaran agama Islam di Banten diserahkan kepada anaknya yaitu
Pangeran Hasanudin. Dengan kesungguhan dan kelembutan hati Pangeran
Hasanudin membuahkan hasil yang menakjubkan, walaupun masih ada
penduduk pribumi yang masih memeluk agama nenek moyang.

D. Kesenian.
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk
menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah, dari segi macam-
macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber
pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan
mungkin spritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan
sebelum islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam, serta
kesenian tradisional banten merupakan salah satu kesenian yang tumbuh
yang berkembang pada waktu para penyebaran agama Islam menyebarkan
ajarannyan di Banten, oleh karen itu kesenian tersebut berkembang secara
pesat di lingkungan seperti pesantren dan masjid-masjid pada awalnya
kesenian tersebut berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam,
namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti ngarak
penganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan
selain itu ada juga sebagai sarana penyebaran agama Islam melalui media

[5]
syair, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya
dapat memaknai hidup dengan realitas akan kehidupan dan para tokoh
nabi yang sesuai dengan Islam karena kesenian tersebut salah satu
instrumen musik utamanya.

E. Pengertian Seni Budaya Lokal yang Bernafaskan Islam.


Makna dari seni budaya lokal yang bernafaskan Islam adalah segala
macam bentuk kesenian yang berasal dan berkembang dalam masyarakat
indonesia serta telah mendapat pengaruh dari agama islam.

Islam adalah agama yang mencintai kesenian karena bukanlah agama


yang hanya mengatur hubungan antara manusia dengan makhluk lain dan
manusia dengan Allah SWT, sebagaimana seni adalah perpaduan antara
berbagai jenis suara, olah tubuh ataupun hal lainnya.

Seni dalam islam bukan sesuatu yang diharamkan karena dengan seni
kehidupan akan indah dan nyaman untuk di nikmati. namun satu hal yang
harus diketahui bersama, bahwa seni memiliki dampak yang luas bagi
perkembangan jiwa umat islam.

F. Mengenal Seni Budaya Banten


Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi baru, tentu akan
dihadapkan dengan tentang dunia global kepada masalah pembaharuan
dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang seni budaya
masyarakat Banten perlu dilestarikan keasliannya
Pada sisi lainnya masyarakat Banten akan di hadapkan kepada
persoalan global dari proses internasional dengan negara-negara dunia
lainnya. oleh karena itu, kita akan memberikan implikasi, bagaimana
masyarakat banten memiliki keunggulan kompratif tampil dengan
kemandiria, siap bersaing secara komparatif siap melakukan pergaulan
global sebagi masyarakat madani dan atau sebagi Al-insanu madaniyun
tanpa harus meninggalkan akar budaya dan agama.

[6]
Serta masyarakat Banten menemukan bentuknya yang sekarang
melalui perkembangan sejarah yang panjang, berbagai pengaruh telah ikut
mewarnai kehidupan dan kebudaya masyarakat, mulai dari pola
keprcayaan teknologi sampai kepada berbagai jenis seni yang muncul di
berbagai wilayah yang yang ada di Banten
Dalam perkembangannya, seni di banten ada yang khas
mencerminkan kepercayaan dan budaya masyarakat setempat seperti
Angklung buhun, Rudat, Silat patingtung, dan Beluk jenis lain tumbuh
merupakan warisan agama Islam yang kental mewarnai masyarakat banten
dan memang asalnya di siapkan sebagai wahana penyebaran agama
tersebut seperti Dzikir saman, Terbang gede, Seni bedug, Qasidahan, Ya
lail, serta marhabaan. dan yang unik ada kesenian masyarakat banten yang
merupakan akulturasi dari budaya luar dan hidup subur di wilayah tertentu
dalam ’’Bentuk asanya’’ seperti topeng banjet, gambang kromong, cokek
seperti tayuban, Semua kesenian di atas merupakan kekayaan dan aset
daerah untuk di bina dan di kembangkan terutama untuk menentukan
identitas daerah dan perkembangan pariwisata.
Hal ini berdasarkan sebagai provinsi yang masih muda usianya, tentu
akan di hadapkan kepada masalah-masalah mendasar, mulai bagaimana
menata organisasi pemerintahan daerah yang efisien dan efektif, penentuan
prioritas program pembangunan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, sampai kepada bagaimana mengenali dan menggali segala
potensi yang masih tersimpan di daerah Banten.
Pada sisi lain masyarakat banten akan di hadapkan kepada persoalan
global dari proses internasionalisasi dengan negara-negara dunia lainnya
oleh karena itu hal ini akan memberikan implikasi bagaimana masyarakat
banten memiliki keunggulan komparatif, tampil mandiri, siap bersaing
(kompetitif) siap melakukan pergaulan global sebagai Al-Insanu
Madaniyun tanpa harus meninggalkan akar budaya dan agama serta
karakteristik potensinya.
Dari serangkaian study pada ke-20jenis hasilnya yang ada di daerah
Banten, hasilnya dapat di simpulkan sebagai berikut:

[7]
Seni Tradisional Banten dapat di bagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Seni Tradisional yang sangat kental di warnai agama Islam dan hidup
berkembang bersama hidup dan berkembangnya agama islam ke
dalam kategori ini dapat di masukan seni-seni berikut: Ngabeduk (seni
ngebeduk), seni rampak Beduk, seni Qasidah, Terbang gede,
Marhaban rakbi, Dzikir saman, dan Seni Ya lail.
2. Seni-seni Tradisional yang merupakan perkawinan atau elektik dari
jiwa patriotik masyarakat banten dengan nilai-nila budaya islam. ke
dalam kategori ini dapat di masukan seni-seni berikut: Debus,
Patingtung, dan Rudat.
3. Seni-seni Tradisional yang merupakan Budaya Banten tua,yang
mungkin saja lahir bersama Islam atau malah sebelum datangnya
agama Islam di banten. kedalam kategori ini dapat dimasukan seni-
seni berikut: Angklung buhun, Dog dog lojor, Bendrong lesung,
termasuk Ubruk serta Beluk.
4. Seni-Seni Tradisional yang datang dari luar Banten tapi telah
mengalami proses akulturasi budaya sehingga terkesan juga sebagai
sejenis seni tradisional Banten, ke dalam kategori ini dapat
dimasukkan Seni-seni berikut: Kuda lumping, Tayuban, Gambang
kromong, dan Tari Cokek.
Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah
kecuali kemasan-kemasannya, misalnya pada kesenian Tradisional ini
mungkin, jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka diperlukan
adalah orisinlitasnya.jika tetapi jika untuk kepentingan parawisata maka
perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan substansinya.
Walaupun mungkin,secara umum kesenian-kesenian tersebut akan
tunduk pada hukuman perubahan sehubungan dengan pengaruh
kebudayaannya lain, mungkin karena tidak di minati artinya tidak ada
pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah.
karena itu mengenai kesenian yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai
kebudayaan banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.

[8]
G. Kehidupan Sosial Masyarakat Banten.
Pada awalnya di Kehidupan masyarakat Banten yang memiliki latar
belakang dalam dunia pelayaran,perdagangan dan pertanian
mengakibatkan masyarakat Banten memiliki jiwa bebas dan lebih bersifat
terbuka,dengan demikian mereka dapat bergaul dengan pedagang-
pedagang dari berbagai bangsa yang lain. Para pedagang lain tersebut
banyak yang menetap dan mendirikan serta membangun perkampungan di
Banten, seperti perkampungan Keling, perkampungan Pekoyan (Arab),
perkampungan Pecinan (Cina) dan sebagainya. Selain perkampungan
tersebut  ada pula perkampungan yang dibentuk berdasarkan pekerjaan
seperti Kampung Pande (para pandai besi),  Kampung Panjunan (pembuat
pecah belah) dan kampung Kauman (para ulama).  
Kehidupan Sosial masyarakat Banten memiliki landasan yang
mengacu pada ajaran-ajaran yang berlaku dan sesuai dengan agama Islam,
sehingga kehidupan masyarakatnya hidup secara teratur. Sebagai pusat
penyebaran islam, Banten berusaha mengislamkan seluruh wilayah
Pajajaran. Bahkan penyebaran agama Islam itu meluas sampai ke
Lampung, Bengkulu, dan daerah-daerah lainnya sekitar Tulangbawang.
Di Banten ada pula orang-orang keturunan Madura, mereka adalah
kelompok  pelarian dari Madura yang meminta perlindungan ke Banten
karena tidak bersedia tunduk kepada Mataram. Selama Maulana
Hasanuddin berkuasa, Banten mengalami perkembangan yang pesat.
Banten menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa. Pada
masa inilah Banten melepaskan diri dari Demak, menjadi kerajaan
merdeka. Maka dari itu, Maulana Hasanuddin lalu dianggap sebagai
pendiri dan raja pertama Banten. Kekuasannya meliputi daerah Priangan
(Jawa bagian barat), Lampung, hingga Sumatera Selatan.
Maulana Hasanuddin juga mempelopori pembangunan Istana
Surosowan. Letak ibu kota Surosowan di Teluk Banten sangat strategis
untuk pertumbuhan dan perkembangan bahkan memuncaknya Kesultanan.
Istana atau keraton Surosowan ini berdekatan dengan masjid Agung
Banten. Bagian yang tersisa dari istana ini selain benteng antara lain

[9]
adanya tempat pemandian, kolam, dan taman. Para sultan Banten
bertempat tinggal di Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya.
Kaibon ini berlokasi tidak jauh dari Surosowan. Pada tahun 1832 keraton
ini dibongkar oleh Belanda. Selain keraton, di Banten pun terdapat
Benteng Speelwijk yang direbut dari VOC oleh pasukan Banten ketika
terjadi peperangan antar kedua pihak tersebut.
Penduduk-penduduk asli Kesultanan Banten mendiami rumah-rumah
penduduk yang tertutup dan tertata rapi serta mengelilingi istana.
Sedangkan bagi masyarakat Banten yang bermata pencaharian sebagai
nelayan dan pembuat kapal, mereka mendiami rumah di Tepi Sungai
Cibanten. Bagi kaum pendatang dan para pedagang asing, Sultan
Hasanuddin menyediakanlokasi di sebelah barat dan timur dari batas
sebelah utara kota itu sendiri. Transportasi perdagangan menggunakan
rakit dalam kanal-kanal buatan.
Pada masa Maulana Yusuf melanjutkan penyebaran Islam, juga
melaksanakan pembangunan kota, membuat perbentengan yang dibuat
dari batu bata, membangun keraton dan lain-lain. Tak lupa pula ia
berusaha untuk mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya dengan jalan
menyempurnakan penanaman padi di sawah dengan sistem irigasi. Masjid
dan Pesantren pun mendapat perhatian yang besar dari pemerintahan
Maulana Yusuf. Pada abad/Sejarah Banten diceritakan bahwa pada masa
Maulana Yusuf Kesultanan Banten mengalami kemajuan bukan saja dalam
bidang pembangunan kota, namun juga dalam pembangunan desa dan
pembuatan persawahan serta perladangan.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial
masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena pada saat itu
Sultan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang
ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa dalam menyejahterakan rakyatnya
salah satunya adalah menerapkan sistem perdagangan bebas  yang mampu
mengusir VOC dari Batavia. Menurut catatan sejarah Banten, Sultan
Banten termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam
benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam

[10]
mempengaruhi sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun
penduduk Banten telah menjalankan dan menunjukkan  praktek toleransi
terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan
dibangunnya sebuah kelenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673. Tak
jauh dari Keraton Surosowan ini terdapat kelenteng Cina kuno. Kelenteng
ini dibangun ketika pemerintahan awal Sultan Banten. Hal tersebut
merupakan bukti bahwa ketika itu telah terjalin toleransi antara orang
Banten dengan etnis Cina.
Sehingga Banten adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan
sekaligus nama suku bangsa asal yang terdapat di provinsi tersebut.
Sebagian orang berpendapat bahwa orang Banten adalah orang Sunda
juga, karena kebudayaan yang ditumbuhkembangkan oleh mereka pada
umumnya sama dengan orang Sunda. Dalam kebahasaan misalnya, orang
Banten menggunakan bahasa yang mereka sebut sebagai "Sunda-
Banten", yaitu bahasa yang menunjukkan beberapa perbedaan
dibandingkan dengan bahasa Sunda yang lain, terutama dalam intonasinya.
Lepas dari masalah kesamaan dan perbedaan kebudayaan yang
ditumbuhkembangkan oleh orang Sunda dan orang Banten itu, yang jelas
bahwa Banten adalah sebuah suku bangsa yang ada di Provinsi Banten.
Sebagaimana masyarakat suku bangsa lainnya di Indonesia, orang
Banten juga mempunyai berbagai jenis kesenian tradisional. Salah satu
diantaranya yang kemudian menjadi label masyarakat Banten adalah
debus. Artinya, jika seseorang mendengar kata "debus", maka yang
terlintas dalam benaknya adalah "Banten".
Konon, kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya
dengan tarikat Rifaiah yang dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh
pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini ketika sedang dalam kondisi
epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan
Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka.
Filosofi yang mereka gunakan adalah "lauhaula walla Quwata ilabillahil
'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata.

[11]
Jadi, kalau Allah mengizinkan, maka pisau, golok, parang atau peluru
sekalipun tidak akan melukai mereka.
Di Banten pada awalnya kesenian ini berfungsi untuk menyebarkan
ajaran Islam. Namun, pada masa penjajahan Belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten untuk melawan
Belanda. Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, kesenian ini
hanya berfungsi sebagai sarana hiburan semata.
Seni merupakan bentuk keindahan yang tampak nyata yang langsung
dapat dinikmati oleh manusia. Oleh karena itulah, orang beriman
menyukai keindahan dalam bentuk yang tampak dan yang ada
disekelilingnya, karena semua itu adalah jejak yang membekas dari
keindahan Allah SWT. Adapun pendekatan dan pengembangan dakwah
yang digunakan oleh Walisongo sesuai dengan media dakwah setempat
yang sedang digandrungi oleh masyarakat, yaitu wayang. Para Wali
melihat kesenian wayang sebagai media komunikasi dan interaksi yang
sangat mampu terhadap pola pikir masyarakat. Kesenian wayang orang
kemudian dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks
dakwah (di Islamkan).Sehingga dengan penyebaran agama Islam di Pulau
Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masyarakat karena Walisongo
menggunakan bentuk-bentuk kesenian dari budaya masyarakat setempat
sebagai salah satu media dakwah yaitu media wayang dan gamelan.
Dengan media itu mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam karena
pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit dan realistis, dan menyatu
dengan kehidupan masyarakat. Melihat kenyataan yang sedemikian maka
kesenian memiliki peranan yang tepat guna sehingga dapat mengajak
kepada khalayak untuk menikmati dan menjalankan isi yang terkandung 
didalamnya.  Dalam  konteks keilmuwan dakwah yang digunakan Islam
dengan metode kesenian adalah salah satunya dengan menggunakan lagu-
lagu shalawat rebana, nasyid, pop, dangdut dan lain-lain. Mengapa dapat
dikatakan sebagai media dakwah, karena syair yang terpancar/digunakan
bernilai/bermuatan dakwah, sehingga dapat dikatakan bahwa seni bisa

[12]
sebagai ajang untuk berdakwah. Perlu diperhatikan, sebagai salah satu
alternatif dalam penempatan seni sebagai media dakwah adalah, usaha
menelusuri jati diri atau kreatifitas seni Islam, dengan memadukan rasa,
cipta dan karsa sebagai aspek budaya dengan jiwa Islam.

H. Perjalanan Sejarah Kesenian Islam.


Seni merupakan bentuk keindahan yang tampak nyata yang langsung
dapat dinikmati oleh manusia. Oleh karena itulah, orang beriman
menyukai keindahan dalam bentuk yang tampak dan yang ada
disekelilingnya, karena semua itu adalah jejak yang membekas dari
keindahan Allah SWT. Adapun pendekatan dan pengembangan dakwah
yang digunakan oleh Walisongo sesuai dengan media dakwah setempat
yang sedang digandrungi oleh masyarakat, yaitu wayang. Para Wali
melihat kesenian wayang sebagai media komunikasi dan interaksi yang
sangat mampu terhadap pola pikir masyarakat. Kesenian wayang orang
kemudian dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks
dakwah (di Islamkan).Sehingga dengan penyebaran agama Islam di Pulau
Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masyarakat karena Walisongo
menggunakan bentuk-bentuk kesenian dari budaya masyarakat setempat
sebagai salah satu media dakwah yaitu media wayang dan gamelan.
Dengan media itu mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam karena
pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit dan realistis, dan menyatu
dengan kehidupan masyarakat. 
Melihat kenyataan yang sedemikian maka kesenian memiliki peranan
yang tepat guna sehingga dapat mengajak kepada khalayak untuk
menikmati dan menjalankan isi yang terkandung  didalamnya.  Dalam 
konteks keilmuwan dakwah yang digunakan Islam dengan metode
kesenian adalah salah satunya dengan menggunakan lagu-lagu shalawat
rebana, nasyid, pop, dangdut dan lain-lain. Mengapa dapat dikatakan
sebagai media dakwah, karena syair yang terpancar/digunakan
bernilai/bermuatan dakwah, sehingga dapat dikatakan bahwa seni bisa
sebagai ajang untuk berdakwah. Perlu diperhatikan, sebagai salah satu

[13]
alternatif dalam penempatan seni sebagai media dakwah adalah, usaha
menelusuri jati diri atau kreatifitas seni Islam, dengan memadukan rasa,
cipta dan karsasebagai aspek budaya dengan jiwa Islam.
Dakwah Islam di Nusantara mulai berkembang intensif.  Berbeda
dengan penyebaran di wilayah di masa keemasan yang kental dengan
motivasi politis dan penguasaan wilayah, penyebaran Islam di Nusantara
dimotori oleh para pedagang. Selama berniaga, para pedagang dari daratan
Timur Tengah ini hidup membaur dengan penduduk setempat.Lewat
pergaulan ini, musik ala padang pasir mulai dikenal di Indonesia. Rebana,
menjadi alat musik paling dominan dalam memunculkan kesenian Islam
Nusantara beraroma Arab seperti terbangan, gambus, kasidah, dan hadrah.
Selain rebana, sebab juga ikut mewarnai kesenian Nusantara dengan
ditambahkan sebagai pengiring gamelan yang mulai berkembang di Jawa
sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Malah, dalam gamelan Jawa,
fungsi sebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian
sinden, melainkan menjadi pembuka dan menuntun arah lagu sinden.
Menurut penyair dan pengamat seni Islam, Abdul Hadi WM, pemakaian
sebab dalam gamelan Jawa menandai pengaruh musik sufi, yaitu
instrumennya, seruling vertikal dengan lubang tipan di ujungnya. Seruling
ini bila ditiup mengeluarkan bunyi seperti ratapan pokok bambu di hutan
yang tertiup angin. Ratapan itu berperan membuka selubung jiwa dari
kepiluannya dan membawanya menuju keriangan spiritual. Ini, misalnya,
dapat disaksikan dalam upacara sama` tarekat Maulawiyah, sering disebut
dengan julukan The Whirling Dervish, yang didirikan Jalaluddin Rumi.
Fungsinya sebagai pembuka inilah yang diperankan sebab dalam gamelan
Jawa. Abdul Hadi menjelaskan,  adalah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga
yang menerapkan asas-asas estetika sufi ke dalam penggunaan instrumen
gamelan. Sunan Bonang menjadikan gamelan sebagai sarana kontemplasi
(tafakur) dan pembebasan jiwa (tajarrud) dari kungkungan dunia material.
Pemakaian asas-asas inilah yang lantas membedakan gamelan Jawa dan
Madura dengan gamelan Bali yang bertahan sebagai gamelan Hindu.
Sembilan tokoh penyebar Islam di Jawa atau Walisongo memang dikenal

[14]
dengan model dakwah yang memanfaatkan budaya lokal. Tak
mengherankan bila para wali ini juga mempunyai kemampuan seni tinggi.
Ensiklopedi Musik Indonesia menyebutkan Sunan Kalijaga sebagai
seniman paripurna, karena selain mubalig ia juga ahli wayang, ahli
karawitan, dan pencipta gending.
Kiai bernama asli Raden Mas Said ini menciptakan empat tokoh
punakawan Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong, yang berasal dari bahasa
Arab yaitu Simar, Fatruk, Nalagarin, dan Bagha. Ia juga membuat
perangkat gending, yaitu kenong, kimpul, kendang, dan genjur.
Kemampuannya mencipta lagu untuk sarana dakwah Islam pun tak
diragukan.Tembang Ilir-ilir dan Dandanggula adalah bukti kepiawaiannya
merangkai syair tentang ajaran Islam di Jawa. Jejak pemakaian kesenian
sebagai sarana penyebaran Islam juga terekam di tanah Sunda.
Perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada
zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai
pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya
sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus
diselidiki dan bagian dari ritual ibadah. Bahkan beberapa alat musik yang
sekarang banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan
banyak karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi
Seniman dunia barat dan belahan dunia lainnya. 
Dari Madinah hingga Nusantara  Seni dan peradaban ibarat dua sisi
mata uang. Tenggelam dan bersinar beriringan. Inilah salah satu teori yang
tercantum dalam risalah Al-Muqadimah karya Ibnu Khaldun. Teori
ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-14 Masehi itu tepat berlaku
pada perkembangan seni Islam, terutama seni suara dan musik.

I. Makna yang terkandung dalam setiap jenis Kesenian Tradisional


Banten.
Kesenian tradisional Banten yang berkaitan dengan bagaimana seni
tradisional Banten sebagai sarana penyebaran agama yang melaui berbagai
20 jenis-jenis seni yang ada di wilayah banten,antara lainnya yaitu:

[15]
1. Kesenian Debus.
Kesenian Debus merupakan kesenian yang tumbuh di banten
sebagai alat untuk menyebarkan agama islam di daerah banten yang
masih menganut ajaran hindu-budha.akan tetapi pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada abad ke 17 Masehi(1651-
1652),kesenian Debus juga di fokuskan sebagai alat alat untuk
membangkitkan semangan para pejuang dalam melawan penjajah
belanda(Sandjin A,1997:156).oleh karenanya kesenian tersebut lebih
bersifat kesenian beladiri dan pemupukan percaya diri.oleh karena itu
lahirnya kesenian Debus di daerah banten adalah sebagai akibat
adanya perlawanan rakyat banten terhadap belanda yang di landasi
oleh ajaran agama islam sebagai pembentuk semangat dan keyakinan
dalam melakukan perjuangan.
Sehingga pada masa lalu pertunjukan debus di lakukan disuatu
ruangan di dalam masjid banten yang disebut dengan ’’Tiama’’,yaitu
pada tingkat dua dari bangunan masjid.pada mulanya permainan
debus di peragakan oleh kaum laki-laki,tetap setelah mengalami
perkembangan,seni debus diminati oleh kaum perempuan.
2. Kesenian Angklung Buhun.
Kesenian Angklung buhun merupakan kesenian yang lahir
bersama hadirnya orang baduy dan kesenian ini juga memiliki arti
penting sebagai penyambut amanat untuk mempertahankan generasi
orang baduy.selain itu,sehingga dapat dikatakan bahwa dalam satu
tahun hanya satu kali yaitu pada bulan ketujuh dari kalender
masyarakat baduy (orang kanekes),tepatnya pada upacara
ngaseuk,yaitu suatu upacara yang di maksudkan Nyi Pohaci
Sanghiang Asri (Dewi Sri/Dewi Padi)dengan guru bumi atau tanah.
3. Keseni Dogdog lojor.
Kesenian Dogdog Lojor merupakan kesenian yang di ambil dari
dua kata ,yaitu dogdog dan lojor,yang berarti slat music yang terbuat
dari batang kayu bulat,yang ditengahnya di buat rongga,kedua ujung
ruas itu tidak sama,ujung yang satu mempunyai bulatan berdiameter

[16]
kira-kira 15 cm,ujung lainnya berdiameter kira-kira antara 12-13
cm,sedangkan panjangnya kurang lebih 90 cm.oleh karena itu,alat ini
disebut dogdog.kata lojor mirip sama dengan lonjong dan lodor,yang
artinya panjang.jadi dogdog lojor artinya dogdog panjang.sehingga
seni ini merupakan pelengkap dari satu upacara adat,seperti ketika
upacara Seren Taun yang berfungsi untuk mengungkapkan rasa
syukur atau persembahan kepadaDewi Sri sebagai Dewi padi yang
telah memberikan berkah atas panen yang terjadi serta mohon
keberkahan agar panen yang akan dating mendapat hasil yang baik.
4. Kesenian Beluk.
Kesenian Beluk merupakan kesenian yang berasal dari akar kata
Bad dan aluk. Ba artinya besar dan aluk artinya gorowok,atau dengan
kata lain aluk itu merupakan pemberitahuan pada tentangga
sekampung. oleh karena itu kesenian beluk merupakan seni tradisional
yang erat hubungannya dengan kasusastraan wawacan yang
menggunakan aturan pupuh.kesenian sangat menjunjung tinggi
budaya leluhur yang terikat pada ketatnya aturan dan tata cara baku
yang turun-temurun.pada mulanya seni beluk hanya sekedar untuk
menghibur diri dan sebagai alat komunikasi.tapi sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat maka beluk berfungsi
religious, sosial dan rekreatif(hiburan).seperti seni tradisional
lainnya,beluk juga tidak lepas dari mitos ataupun lagenda yang
beranggapan bahwa dengan menyanyikan beluk dalam acara syukuran
bayi 40 hari,pernikahan ataupun sunatan akan mendapat berkah selain
hidupnya.
5. Kesenian Patingtung.
Kesenian Patingtung merupakan istilah secara pasti belum di
ketahui berasal dari kata atau istilah apa,namun yang di pahami oleh
masyarakat,kata patingtung dapat di uraikan menjadi tiga buah suku
kata yaitu, Pa ting tung yang berasal dari pak suara gendang kualanter
atau talipak (kendang kecil yang di berdirikan), ting suara gendang
talipung (kendang kecil yang baringkan)dan tung adalah suara

[17]
kendang atau bedug yang besaro. Oleh karena itu seni patingtung
identik dengan pancak silat.seni patingtung biasanya disajikan baik
secara tunggal,duet,maupun kelompok yang kadang-kadang di selingi
dengan seni tari yang atraktifseperti taring piring atau debus.kemudian
munculnya seni tradisional di banten tidak bisa di lepaskan dari syair
agama islam yang di lakukan oleh para ulama dan tokoh agama.
6. Kesenian Rudat.
Kesenian Rudat merupakan sejenis kesenian yang semula tumbuh
dan perkembangan di lingkungan pesantren dan sejenis panduan seni
gerak dan vocal diiringi tabuhan ritmis dari warditra sejenis
terbang.syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan
keagamaan yaitu puji-puji yang mengagukan allah,shalawat pada
Resul dengan tujuan utama untuk lebih menebalkan iman masyarakat
terhadap agama islam dan kebesaran allah.
7. Kesenian Dzikir saman.
Kesenian Dzikir saman merupakan kesenian seni tradisional
banten yang menggunakan media gerak tari dan lagu (vocal)dan
dalam mengungkapkannya mengandung unsur hiburan kegembiraan
dan bernafaskan keagamaan.karena sesuai dangan artinya saman
adalah delapan dengan demikian merupakan tarian yang awalnya di
tarikan oleh delapan penari.
8. Kesenian Terbang gede.
Kesenian Terbang gede merupakan suatu kesenian tradisional di
daerah Banten dan merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang
pada waktu para penyebaran agama islam menyebarkan agama baru di
kalangan masyarakat khususnya dan Banten umumnya.kesenin ini
disebut terbang gede karena salah satu instrument waditranya terdapat
sebuah gendang besar (gede) yang berdiameter bagian depan 57
cm,belakang 42 cm serta mepunyai ketebalan 23 cm.kesenian terbang
gede termasuk ke dalam kesenian pertunjukan rakyat.

[18]
9. Kesenian ngabedug(seni bedug).
Kesenian ngabedug merukan kesenian yang merupakan memiliki
ciri khas masjid-masjid di indonesia di ciptakan oleh ulama yang
memiliki otoritas tinggi dalam berijtihad. karena itu tradisi ngabedug
yang menyatu dengan ibadah shalat terawih tidak diciptakan oleh
sembarang orang, melainkan oleh ulama yang menciptakan beduk itu.
demikian halnya, hanya orang-orang muslim taat yang berani
mengadakan pertunjukan ngabedu
10. Kesenian Ubrug.
Kesenian Ubrug merupakan kesenian sebagai hiburan terutama
untuk menghilangkan kepenatan dengan lakon-lakon (cerita) dan
lawakannya yang vulgar dan isi cerita yang di angkat dari kehidupan
nyata masyarakat.atau,secara khusus, fungsinya ubrug yaitu sebagai
bodoran dengan gaya banyolan yang vulgar.
11. Kesenian Qasidah.
Kesenian Qasidah merupakan kesenian sejenis lagu dan musik
islami, bahkan merujuk pada sebuah kecrek sebagai waditranya,
sehingga kesenian ini disepakati sebagai jenis kesenian yang halal dan
patut di perdengaarkan oleh kaum muslimin. dasar hukumnya sudah
sangat jelas, karena kesenian Qasidah lahirnya islam dan Nabi
Muhammad SAW membiarkannya (Taqrir Nabi SAW). qasidah
sebagai barometer jenis-jenis musik dan laagu lainnya, seberapa jauh
musik dan lagu itu deket dan jauh dengan Qasidah.
12. Kesenian Marhaba Rakbid.
Kesenian Marhaba Rakbid merupakan Marhabaan biasa yang
menggunakan lagu rakbi, khas Banten. Marhabaan sendiri di awali
oleh peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Adapun fungsi
Marhaba Rakbi, yaitu
 Mengenang keluhuran akhlak,spritualitas,dakwah,serta amar
ma’aruf dan nahyi munkar kang jeung Nabi Muhammad
SAW.Dan

[19]
 Ber-Tabarug (mengambil berkah) dan Ber-tawashul (mengambi
washilah) kepada Nabi Muhammad Saw agar para hadirin dan
peserta khususnya (dalam acara Maulid Nabi Muhammad;
 Atau shahibul hajat, ayah ibu sang bayi serta bagi bayi khusunya
dan hadirin peserta marhaban pada umumnya) mendapat pancaran
cahaya Nur-Muhammad.
13. Kesenian Gambang Kromong.
Kesenian Gambang Kromong merupakan kesenian tradisional
yang berakar dari seni tradisional china dengan menggunakan
instrumen berbentuk gambang yang terbuat dari belahan-belahan kayu
yang jumlahnya 18 buah, dan kromong merupakan instrumen puku
yang bentuknya mirip bonang jawa.
14. Kesenian Tari Cokek.
Kesenian Tari Cokek merupakan kesenian salah satu bentuk tari
pergaulan masyarakat setempat sebagai perpaduan antara nila-nilai
kebudayaan Betawi dengan luar betawi, terutama hiburan para cina.
dipertunjukan pada perayaan pernikahan, selamatan keluarga atau
hiburan lainnya.
15. Kesenian Tayuban.
Kesenian Tayuban merupakan kesnenian yang menggunakan
ronggeng sebagai pengibing bersama dengan penonton yang diiringi
tabuhan gamelan, yang dalam proses pementasannya ada yang disebut
kawitan. sekarang ini tayuban untuk kepentingan hiburan baik
dilaksanakan dalam upacara pernikahan ketika mempertemukan
pengantin pria dengan pemelai wanita maupun ketika akad nikah
dilaksanakan, juga di gunakan pada saat syukuran khitanan mupun
pada saat telah panen padi.
16. Kesenian Yalail
Kesenian Yalail merupakan bentuk seni suara atau lagu yang di
kumandangkan oleh sekelompok orang dalam upacara pernikahan.
Sehingga upacara tersebut menggambarkan proses peminangan dan
kedatangan kelompok pengantin laki-laki di rumah pengantin

[20]
perempuan mengucapkan salam dan mengungkapkan kegundahan
hatinya dan kelompok pengantin perempuan menyambutnya dengan
senang hati dan membuka lebar-lebar pintunya. Oleh karena itu
upacara ini dinamakan dengan yalail yang artinya ya....malam.
17. Kesenian Topeng Banjet.
Kesenian Topeng Banjat merupakan bentuk kesenian tradisional
dengan jenisnya termasuk seni pertunjukan rakyat atau dapat
dimasukkan juga kedalam bentuk teater tradisional. serta fungsi
kesenian rersebut yaitu, digunakan pula dalam kegiatan lainnya seperti
dalam cara hiburan hajatan perkawin, khitanan acara penyambutan
tamu, pesta-pesta, juga pada acara hiburan peringatan hari-hari
nasional, serta hiburan lain, misalnya kagiatan-kegiatan festival di
berbagai tampat.
18. Kesenian Kuda Lumping.
Kesenian Kuda Lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian
tradisional yang menggunakan kekuatan magis dengan waditra
utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau atau
kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak); atau terbuat dari anyaman
bambu (jawa; kepangan bambu) yang di beri motiv atau hiasan dan
direka seperti kuda sehigga tersebar di daerah-daerah yang
masyarakatnya di pandang masih perpegang pada tradisi kejawen;
dalam arti masyarakat yang masih kuat mempercayai kekuatan-
kekuatan magic dan komunitas islam Abangan (meminjam istilah
Geertz).
19. Kesenian Bendrong Lesung.
Kesenian Bendrong Lesung merupakan seni musik yang
menggunakan Lesung dan alu sehingga dapat di katakan seni rakyat
yang sangat sederhana apabila dilihat dari alat musik yang di
gunakannya, yaitu hanya menggunakan lesung dan alu.
20. Kesenian Rampak Bedug.
Kesenian Rampak Bedug merupakan suatu kreasi seni yang
genial dan mengundang perhatian penonton, maka seni rampak bedug

[21]
berubah menjadi suatu seni yang layak jual, sama dengan seni-seni
musik komersial lainnya selain berfungsi religi, yakni menyemarakan
bulan suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang di rancang para
ulama pewaris Nabi bedug), juga memiliki fungsi rekreasi/hiburan.

[22]

Anda mungkin juga menyukai