Anda di halaman 1dari 4

Pelayanan Kefarmasian menurut PP Nomor 47 tahun 2021 :

BAB II
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

Bagian Kedua
Kemampuan Pelayanan

Paragraf 2
Rumah Sakit Umum
Pasal 9

Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c terdiri atas :

a. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang dilakukan oleh
instalasi farmasi sistem satu pintu; dan

b. Pelayanan farmasi klinik. 

Pasal 9
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pengelolaan alat kesehatan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu"
adalah pengelolaan alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. Yang dimaksud dengan "bahan habis
pakai" adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang
daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan. 

Paragraf 3
Rumah Sakit Khusus
Pasal 13

(4) Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang dilakukan oleh
instalasi farmasi sistem satu pintu; dan

b. Pelayanan farmasi klinik.

Ayat 4
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pengelolaan alat kesehatan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu,
adalah pengelolaan alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD) , alat pacu jantung, implan, dan stent. Yang dimaksud dengan "bahan habis
pakai" adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang
daftar produknya diatur dalam peraturan perundang undangan.
Pelayanan Kefarmasian menurut UU Nomor 44 tahun 2009 :

BAB V
PERSYARATAN

Bagian Keenam
Kefarmasian
Pasal 15

(1) Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus menjamin
ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.

(2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian.

(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.

(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan
kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.

Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, serta implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “instalasi farmasi” adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan
farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit.

Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien.

Ayat (4)
Informasi harga obat (perbekalan farmasi) harus transparan atau dicantumkan di dalam buku daftar
harga yang dapat diakses oleh pasien.

Pelayanan Kefarmasian menurut PMK Nomor 72 tahun 2016

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

(2) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

(3) Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien

Pasal 2

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk: 

a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian; 

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan 

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety)

Pasal 3 

(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar: 

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan 
b. pelayanan farmasi klinik
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

(4) Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf j hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk melakukan
produksi sediaan steril.

Pasal 4 

(1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan
pasien, dan standar prosedur operasional.

Pasal 5 

(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi: 

a. monitoring; dan 

b. Evaluasi

Pasal 6

(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai