Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA

PENYUSUNAN RANCANGAN DAN PENGESAHAN APBN

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

MAINA BULQIS 18.11.019789


PARENTAS TENGGAR 18.11. 020489
JETRY PEBRIANTO 18.11.020486
MATIUS SUSANTO 18.11. 020478

Kelas : Reguler F Semester VI

Dosen Pengampu : Sadar, S.IP., M.IP

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

PALANGKARAYA

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Administrasi Keuangan Negara dengan judul “Penyusunan
Rancangan Dan Pengesahan APBN”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palangka Raya, Maret 2021

Kelompok II

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Dasar Penyusunan dan Cara Membuat APBN ....................................................... 3


1. Dari atas ke bawah (Top Down) ...................................................................... 3
2. Dari bawah keatas (Bottom Up) ...................................................................... 3
3. Campuran (Mix) .............................................................................................. 3
B. Kegiatan Pokok Penyusunan Rancangan APBN..................................................... 4
1. Permintaan Sumbangan Anggaran .................................................................. 4
2. Penyusunan dan Penyampaian DUK/DUP ...................................................... 4
3. Penelitian dan Pembahasan DUK dan DUP .................................................... 4
4. Penyusunan RAPBN ........................................................................................ 5
C. Rancangan Undang-Undang APBN ....................................................................... 5
1. Penerimaan (Pendapatan) ................................................................................ 5
2. Penerimaan Pembangunan ............................................................................... 6
3. Pengeluaran/Belanja ........................................................................................ 6
D. Instansi Terkait dalam Penyusunan RAPBN .......................................................... 7
E. Pengesahan Rancangan UU APBN ........................................................................ 7
1. Dasar Hukum .............................................................................................. 7
2. Materi yang dibahas .................................................................................... 8
3. Persetujuan Oleh DPR ................................................................................ 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.

Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya,
sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya
perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya.

Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan
harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak ditentukan
oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat
sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.

Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh perubahan harga
bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan ketentuan upah, yang secara
umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum. Ketidakpastian yang dihadapi rumah
tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran
negara yang bertanggungjawab dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar
dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar internasional; (ii) kuota
produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi; (iv) inflasi; (v)
suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD). Penetapan angka-angka
keenam unsure diatas memegang peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil
penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penerimaan dan
pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut pendapatan dan belanja.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah untuk
mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian
negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun
juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi,
penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN.
sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan
rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.

1
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,
sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah.
Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
PerbendaharaanNegara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa itu APBN ?


2. Bagaimana penyusunan rancangan dan pengesahan APBN ?

C. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang APBN


2. Untuk mengetahui tentang rancangan dan pengesahan APBN

2
BAB II
PEMBAHASAN

PENYUSUNAN RANCANGAN
DAN PENGESAHAN APBN

A. Dasar Penyusunan dan Cara Membuat APBN


Penyusunan Rancangan Undang-Undang APBN mencerminkan penyelenggaraan
pembangunan ekonomi yang diharapkan dalam tahun anggaran tertentu yang tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan pelaksanaan APBN dan ekonomi pada umumnya pada tahun
sebelumnya. Penyusunan APBN berdasarkan pada perkembangan perekonomian internasional
dan perekonomian dalam negeri yang dipadukan dengan rencana nasional yang dikehendaki
masyarakat.
Perencanaan yang baik merupakan salah satu jaminan suksesnya pelaksanaan
pembangunan sehingga masyarakat menikmati hasilnya dan kesejahteraannya meningkat. Tahap
penyusunan rancangan APBN pembahasannya meliputi:
1. rancangan Undang-Undang APBN;
2. instansi-instansi yang berkaitan dalam penyusunan rancangan APBN;
3. cara-cara membuat rancangan APBN;
4. kegiatan pokok penyusunan rancangan APBN;
rincian materi rancangan APBN. Teknik penyusunan anggaran pendapatan belanja negara
(APBN) terdiri atas tiga cara berikut.
1. Dari Atas ke Bawah (Top Down)
Pemerintah menetapkan jumlah tertinggi anggaran (plafond anggaran). Selanjutnya, plafond
dibagikan pada setiap departemen, kemudian tiap-tiap departemen/lembaga membagikan
kepada setiap eselon/unit bawahannya.
2. Dari Bawah ke Atas (Bottom Up)
Tiap-tiap satuan unit yang paling kecil dari departemen diminta mengajukan sumbangan
angka anggaran. Dari unit terkecil mengajukan ke unit atasannya, diteruskan sampai tingkat
atas (departemen/lembaga), yang akhirnya sampai kepada menteri keuangan untuk disusun
menjadi rancangan APBN.
3. Campuran (Mixing)
Campuran dari cara kesatu dan kedua, yaitu selain menteri keuangan/Bappenas telah
memiliki angka perkiraan plafond anggaran, tetapi masih meminta sumbangan angka
anggaran (DUK dan DUP) dari tiap-tiap departemen/lembaga beserta jajaran dibawahnya.

3
B. Kegiatan Pokok Penyusunan Rancangan APBN
Tahapan pelaksanaan kegiatan pokok penyusunan rancangan APBN untuk satu tahun
mendatang berlandaskan pada kebijaksanaan APBN adalah sebagai berikut.
1. Permintaan Sumbangan Anggaran
Sebelum permintaan sumbangan anggaran dilakukan Departemen Keuangan (Dit.Jen.
Anggaran) menyusun kebijakan anggaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penyusunan
kebijaksanaan anggaran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan pelaksanaan APBN tahun
yang lalu, perkembangan perekonomian internasional dan perekonomian internasional serta
perekonomian dalam negeri agar dihasilkan perencanaan yang baik tersebut. Direktorat Jenderal
Anggaran berdasarkan kebijakan di atas mempersiapkan konsep prosedur kebijaksanaan
anggaran yang baru untuk diajukan kepada Menteri Keuangan.
Konsep tersebut setelah ditelaah oleh Menteri Keuangan kemudian ditandatangani dan
memerintahkan Dit.Jen. Anggaran untuk diedarkan pada semua departemen/lembaga.
Selanjutnya, Dit.Jen. Anggaran menyampaikan surat edaran tentang penyusunan anggaran
kepada para menteri/ketua lembaga. Surat edaran tersebut berisi permintaan sumbangan
anggaran dengan cara mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) untuk anggaran rutin dan Daftar
Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran pembangunan disertai petunjuk cara pengisian DUK oleh
Departemen Keuangan dan cara pengisian DUP oleh Departemen Keuangan dan Bappenas.
2. Penyusunan dan Penyampaian DUK/DUP
Setelah menerima/mempelajari Surat Edaran Menteri Keuangan, menteri/ketua lembaga
meneruskan kepada Biro Perencanaan/Keuangan yang ada di tiap-tiap departemen/lembaga
untuk dilaksanakan. Biro Perencaraan/Keuangan kemudian menyusun konsep instruksi
penyusunan anggaran di tiap-tiap departemen/lembaga untuk diajukan kepada Menteri/Ketua
Lembaga yang bersangkutan. Instruksi yang telah ditandatangani oleh Menteri/Ketua Lembaga
diedarkan kepada unit/unit/eselon bawahannya hingga eselon yang rendah, agar menyampaikan
usul anggaran untuk pengisian DUK dan DUP kepada Biro Perencanaan/Keuangan.
Biro Perencanaan/Keuangan melakukan peninjauan dan pembahasan atas usul anggaran yang
diterima dari tiap-tiap eselon. Wakil dari tiap-tiap eselon untuk mempersiapkan usul DUK dan
DUP departemen/lembaga yang bersangkutan, menyampaikan usul DUK dan DUP kepada
menteri/ketua lembaga untuk memperoleh persetujuan. DUK dan DUP yang telah disetujui dan
ditandatangani disampaikan kepada Dit.Jen. Anggaran (untuk DUK) kepada Bappenas serta
Dit.Jen. Anggaran (untuk DUP) oleh menteri/ketua lembaga.
3. Penelitian dan Pembahasan DUK dan DUP
Setelah menerima DUK (untuk anggaran rutin), Direktorat Jenderal Anggaran bersama wakil
dari departemen/lembaga meneliti dan membahas DUK tersebut. Selain itu, Bappenas dan
Dit.Jen. Anggaran meneliti dan membahas DUP yang diterima bersama wakil dari
departemen/lembaga. Dari penelitian dan pembahasan tersebut dihasilkan plafond (batas
tertinggi) sementara sebagai dasar untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

4
4. Penyusunan RAPBN
Dit.Jen. Anggaran dan Bappenas mempersiapkan Rancangan APBN dan menyampaikannya
kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas untuk dimintakan persetujuan. Rancangan yang
telah disetujui dan ditandatangani menteri keuangan diajukan di Sidang Kabinet. Setelah itu,
Sidang Kabinet meneliti dan membahas lalu menyetujui RAPBN, mempersiapkan dokumen
anggaran lainnya bagi kepala negara. Dari pembahasan dan persetujuan RAPBN tersebut
diperoleh plafond (batas tertinggi) yang definitif.
Kepala negara menyampaikan RAPBN (satuan anggaran) dan Nota Keuangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dibahas dan dimintakan persetujuan. RAPBN yang disusun
berlandaskan asas Bruto yang masingmasing departemen/lembaga dalam mengajukan usulan
anggaran, yakni dalam mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) di samping mencantumkan
perkiraan jumlah belanja/pengeluaran yang diusulkan, juga mencantumkan taksiran penerimaan
bukan pajak (non tax) yang dikelola oleh tiap-tiap departemen/lembaga. Adapun pengelolaan
penerimaan pajak hanya dipegang oleh Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak).

C. Rancangan Undang-Undang APBN


1. Penerimaan (Pendapatan)
a. Penerimaan dalam negeri/rutin
Penerimaan minyak bumi dan gas bumi adalah penerimaan dari Pajak Penghasilan
(dahulu disebut Pajak Perseroan) (PPs. Minyak) atas penjualan minyak mentah (crude
oil) dan penjualan gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG).
b. Penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam yang berasal dari penerimaan pajak, di
antaranya berasal dari:
1) Pajak Penghasilan;
2) Pajak Pertambahan Nilai Barang/Jasa dan Pajak Penjualan atas barang mewah;
3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
4) Bea Materai;
5) Bea Masuk dan Cukai.
c. Penerimaan yang berasal dari minyak bumi, gas alam, pajak, serta bea dan cukai,
dikelola departemen keuangan, yaitu:
1) Direktorat Jenderal Moneter mengenai pajak Penghasilan (dahulu dikenal sebagai
Pajak Perseroan Minyak) atas Minyak Bumi dan Gas Alam;
2) Direktur Jenderal Pajak menangani Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
3) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menangani Bea Masuk dan Cukai.
d. Penerimaan bukan pajak (non tax) adalah penerimaan yang berasal dari
departemen/lembaga yang bukan pajak, di antaranya:
1) Penerimaan rutin luar negeri;
2) Penerimaan pendidikan;
3) Penerimaan jasa;

5
4) Penerimaan kejaksaan dan peradilan;
5) Penerimaan penjualan;
6) Penerimaan kembali dan penerimaan lain-lain;
7) Penerimaan khusus, yang mencakup hal-hal berikut.

2. Penerimaan Pembangunan
Penerimaan pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari bantuan luar negeri,
terdiri atas bantuan program dan bantuan proyek. Umumnya bantuan luar negeri tersebut
berasal dari komitmen (kesepakatan) negara-negara donor yang bergabung dalam Bank
Pembangunan di Asia (Asian Development Bank/ADB), Bank Dunia (World Bank), dan
Pemerintah Jepang.
Bantuan luar negeri masih diperlukan oleh pemerintah karena pengeluaran pembangunan
belum sepenuhnya dapat ditutup dari penerimaan rutin (penerimaan dalam negeri).
Penerimaan rutin setelah dikurangi (dipergunakan) untuk pengeluaran rutin, sisanya
merupakan tabungan pemerintah. Tabungan pemerintah yang ditambah dengan penerimaan
pembangunan merupakan dana yang tersedia untuk pengeluaran pembangunan.
Bantuan luar negeri terdiri atas bantuan program dan bantuan proyek. Bantuan program
adalah bantuan luar negeri dalam bentuk bantuan pangan (beras, gandum), bantuan bukan
pangan (seperti pupuk, insektisida, dan kapas) serta dapat berupa valuta asing. Bantuan
pangan dan bukan pangan yang dicatat dalam penerimaan pembangunan adalah hasil
penjualan bantuan tersebut di dalam negeri dikurangi dengan biaya pemasarannya.
Adapun bantuan proyek adalah bantuan luar negeri berupa peralatan proyek dan jasa
bantuan teknik (tenaga ahli dari luar negeri) yang diimpor. Selain dapat bersifat “bantuan
tanpa syarat” yang dikenal sebagai grant atau hadiah, bantuan luar negeri juga dapat bersifat
“bantuan bersyarat” yang dikenal dengan istilah loan atau pinjaman.
3. Pengeluaran/Belanja
a. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran/belanja pemerintah untuk menunjang tugas-tugas
rutin yang bersifat habis pakai (konsumtif) dan noninvestasi. Belanja rutin sesuai
dengan Keputusan Presiden RI Nomor 28 tahun 1984 tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara diperinci ke dalam sub-subsektor, masing-masing
subsektor diperinci ke dalam program, masing-masing program diperinci dalam
kegiatan-kegiatan, dan setiap kegiatan mempunyai jenis pengeluaran (JP) yang terdiri
atas:
1) belanja pegawai;
2) belanja barang;
3) belanja pemeliharaan;
4) belanja perjalanan;
5) subsidi dan bantuan
b. Belanja/Pengeluaran Pembangunan

6
Belanja pembangunan adalah pengeluaran pemerintah yang non-konsumtif, yang
berbentuk investasi (proyek-proyek), baik berbentuk proyek fisik maupun nonfisik.
RUU APBN pada dasarnya berisi:
1) perkiraan jumlah anggaran;
2) laporan realisasi tengah tahunan;
3) kredit anggran proyek yang masih ada sisanya, dan sisa anggaran lebih;
4) batas waktu pengajuan Anggaran Belanja Tambahan;
5) perhitungan anggaran;
6) tidak berlakunya beberapa pasal ICW;
7) mulai berlakunya APBN.

D. Instansi Terkait dalam Penyusunan RAPBN


Penyusunan rancangan anggaran negara melibatkan semua departemen karena
penyusunan tersebut dimulai dengan penyusunan anggaran oleh tiap-tiap departemen. Setiap
departemen hanya dapat mengajukan satu anggaran, yang meliputi anggaran rutin dan anggaran
pembangunan, yang dikenal dengan istilah “Bagian Anggaran”. Terdapat beberapa jenis belanja
(pengeluaran) negara yang bersifat nasional, seperti cicilan serta bunga utang, subsidi untuk
daerah otonom yang tidak dapat dibebankan pada salah satu departemen selain departemen
keuangan.

Dengan demikian, departemen keuangan selain menyusun bagian anggaran, juga


menyusun bagian anggaran khusus yang dikenal dengan “Bagian Anggaran Pembiayaan” dan
perhitungan yang dikenal dengan “Bagian Anggaran”. Setelah penyusunan bagian anggaran
dilaksanakan oleh tiaptiap departemen, instansi yang berkaitan dalam pembahasan penentuan
jumlah tertinggi (plafond) adalah menteri keuangan dan aparat Direktorat Jenderal Anggaran,
yakni untuk perencanaan anggaran rutin, sedangkan untuk perencanaan anggaran pembangunan
yang memegang peranan utama selain menteri keuangan adalah Bappenas.

E. Pengesahan Rancangan UU APBN


1. Dasar Hukum
Rancangan UU APBN didasarkan pada Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya,
yakni sebagai berikut.
a. Pasal 23 ayat (1) menyebutkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap
tahun dengan Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun
yang lalu.
b. Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
c. Pasal 23 menyatakan bahwa dalam hal menetapkan pendapatan dan belanja kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat daripada kedudukan pemerintah. Pentingnya

7
anggaran negara sebagaimana dalam Pasal 23 ayat (1) beserta penjelasannya, Presiden
menyampaikan RAPBN dan Nota Keuangan kepada DPR sebagai perwujudan
pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Dasar.
2. Materi yang Dibahas
Tahap akhir penyusunan RAPBN adalah penyampaian presiden/pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai hal-hal berikut.
a. Satuan Anggaran Satuan Anggaran dikenal pula dengan nama Naskah Anggaran, yang
terdiri atas:
1) Satuan I, berupa Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RUU APBN), RUU APBN terdiri atas 4 lampiran, yaitu:
a) Lampiran I memuat Anggaran Pendapatan Rutin.
b) Lampiran II memuat Anggaran Pendapatan Pembangunan.
c) Lampiran III memuat Anggaran Belanja Rutin sampai dengan Sub Sektor.
d) Lampiran IV memuat Anggaran Belanja Pembangunan sampai dengan sub
sektor.
2) Satuan II, berupa ulangan ringkas Ulangan ringkas dibagi atas belanja rutin dan
belanja pembangunan. Belanja rutin digolongkan ke dalam lima golongan, yaitu:
a) belanja pegawai;
b) belanja barang;
c) belanja pemeliharaan;
d) belanja perjalanan dinas;
e) subsidi dan bantuan;
Adapun belanja pembangunan digolongkan ke dalam tujuh golongan, yaitu:
a) gaji dan upah;
b) tanah;
c) bahan-bahan;
d) peralatan dan mesin;
e) biaya perjalanan;
f) biaya konstruksi;
g) pengeluaran lain-lain.
3. Persetujuan oleh DPR
Pembahasan RUU APBN di Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan oleh Komisi APBN
DPR, yang anggotanya meliputi semua fraksi yang ada di DPR. Sebagaimana diketahui di
DPR terdapat berbagai komisi dengan tugas masing-masing dan ruang lingkupnya, di
antaranya kelompok:
a. Kementrian Pertanian;
b. Kementrian Transmigrasi;
c. Kementrian Tenaga Kerja dan lain sebagainya.

Setelah komisi APBN membahas RUU APBN dan Nota Keuangan, hasilnya dilaporkan
kepada DPR dalam Rapat Paripurna. Dalam Rapat Paripurna wakil-wakil dari fraksi di DPR

8
memberikan pendapat, untuk menyetujui, menolak, atau menyetujui dengan beberapa
perubahan. RUU APBN yang disetujui oleh DPR dikembalikan kepada pemerintah untuk
disahkan dengan ditandatangani presiden, selanjutnya diundangkan dalam Lembaran Negara
oleh Menteri Sekretaris Negara.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Rancangan APBN berpedoman kepada
rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Asas pengesahan anggaran keuangan negara di muka menetapkan bahwa anggaran
keuangan negara (APBN ) harus sudah disahkan oleh parlemen sebelum jangka waktu anggaran
itu dimulai. Pada umumnya jangka waktu anggaran lamanya setahun. Jadi anggaran keuangan
negara harus sudah disahkan oleh parlemen sebelum tahun anggaran dimulai. Di Indonesia,
sebelum 1 Januari setiap tahun.

B. Saran
Penulis mengharapkan saran dan masukan-masukan yang membangun dari pihak
pembaca dan sangat di harapkan sekali demi kesempurnaan makalah ini. Karena penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan
kelemahan.

10

Anda mungkin juga menyukai