Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata’radikal’mengandung arti secara
mendasar (sampai kepada hal prinsip) amat keras menuntut perubahan dan maju dalam berfikir atau bertindak. Sementara radikalisme dijelaskan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Menurut yang saya ketahui, radikalisme adalah sebuah kelompok atau gerakan politik yang kendur dengan tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan electoral yang mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme, penghapusan gelar, redistribusi hak milik dan kebebasan pers, dan dihubungkan dengan perkembangan liberalisme. Masalah radikalisme saat ini memang sudah marak terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia sendiri. Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang dibuat-buat oleh pihak tertentu mengenai suatu hal, seperti agama, sosial, dan politik, seakan menjadi semakin rumit karena berbaur dengan tindak terorisme yang cenderung melibatkan tindak kekerasan. Berbagai tindakan terror yang tak jarang memakan korban jiwa seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai sebuah perubahan. Tidak perlu jauh-jauh untuk melihat sebuah contoh dari radikalisme karena radikalisme sudah terjadi di dalam kehidupan kampus. Menurut pendapat saya mengenai radikalisme dalam kehidupan kampus sangatlah berbahaya karena selain dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar dan menjelekkan nama baik kampus, dapat mengancam nyawa para mahasiswa. Karena dampak dari radikalisme ini sangat berbahaya, perlu diterapkan upaya- upaya untuk mencegah radikalisme di dalam kehidupan kampus, contohnya, penguatan kembali mata kuliah yang punya kaitan dengan penguatan kebangsaan. Misalnya, kewarganegaraan, sejarah, ilmu social, harus diperkuat dengan konteks kebangsaan. Selain itu pemberian edukasi/penyuluhan tentang bahaya radikalisme kepada setiap mahasiswa. Kesenjangan sosial juga dapat menyebabkan munculnya radikalisme, sedemikian sehingga agar hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan mahasiswa sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada mahasiswa. Menjaga persatuan dan kesatuan, mendukung aksi perdamaian, berperan aktif dalam melaporkan aksi radikalisme, meningkatkan pemahaman akan hidup kebersamaan dan menyaring terlebih dahulu setiap informasi yang didapatkan, juga dapat mencegah terjadinya radikalisme.