Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITHIASIS ( BATU EMPEDU )

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITHIASIS

      
A. PENGERTIAN
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran
empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011).
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung
empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2005).
Kolelitiasis atau biasa disebut batu empedu merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu yaitu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak,
dan fosfolipid (Price, 2006).
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran
empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011).

B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi terpenting, yaitu gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu untuk membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor
hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus
meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu, dibanding
panyebab terbentuknya batu.

C. TANDA GEJALA ( MANIFESTASI KLINIS )


1.    Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami
distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat
pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan, rasa nyeri ini biasanya
disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar.
Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik
bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan
empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10
kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika
pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
2.    Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang
khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah
dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan
ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3.    Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses
yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang
disebut “Clay-colored”.
4.    Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut
lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika
obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah
yang normal.(Smeltzer, 2002)

D. PATOFISIOLOGI
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan
tersusun dari kolesterol
Batu pigmen : akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu mengalami
presipitasi / pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu  semacam ini
semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak
dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol : merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam
air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada
pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu
dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan supersaturasi getah empedu
oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu
yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang
berperan sebagai iritan  yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4 X  lebih banyak
dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40 tahun, multipara, obesitas.
Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan klofibrat yang
diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan batu meningkat
bersamaan dengan penambahan umur, karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan
menurunnya sintesis asam empedu juga meningkat akibat mal absorbsi garam-garam empedu
pada pasien dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap : lekositosis sedang

b. Bilirubin dan amilase : meningkat


c.Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat, ditandai obstruksi

bilier

d. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan

absorsi vitamin K

e.Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus empedu

f. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier

dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum

g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran denganfluoroskopi

antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)

h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan  batu pada sistem empedu.

Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat

mulut

i. Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan

membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi

j. Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier

k. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu

empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu

l. Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.       Penatalaksanaan operatif
1)      Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu dikeluarkan. Sebuah

drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi

untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu.

2)      Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu

b.      Penatalaksanaan instrumentatif

1)      ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan gelombang kejut

2)      ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong serabut mukosa spikter

addi sehingga spinkter terbuka. 

c.       Penatalaksanaan  konservatif

1)      Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K

2)      Diet rendah lemak

3)      Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu )

H. PENATALAKSAAN KEPERAWATAN

a. Meredakan nyeri

b. Memperbaiki status nutrisi

c. Pengaruran diet TKTP, rendah lemak

d. Support Mental pada pre operasi

PENGKAJIAN ( POLA FUNGSI KESEHATAN )


a.       aktivitas dan istirahat ( gelisah, kelemahan )
b.      sirkulasi : takikardi, berkeringat

c. eliminasi : perubahan warna urine/feses, teraba masa pada kwadran atas abdomen

d.      makanan dan cairan : anoreksia, mual, muntah

e.       nyeri/ kenyamanan : kolik adomen menyebar ke punggung dan bahu kanan, distensi

abdomen dan nyeri tekan pada kwadran abdomen atas

f.       pernapasan : peningkatan frekuensi pernapasan, napas pendek dan dangkal

g.      keamanan : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal

h.      penyuluhan / pembelajaran : kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu,

adanya kehamilan / melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus

RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, spasme, proses iflamasi, iskemik

jaringan, infeksi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan keterampilan relaksasi,

mempertahankan ekspresi yang rileks.

Intervensi : observasi dan catat lokasi, beratnya dan karakter nyeri; tingkatkan tirah baring;

beri posisi yang nyaman, dorong menggunakan teknik relaksasi; kontrol suhu lingkungan,

berikan obat analgetik sesuai program.

Dx 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak

adekuat akibat muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi


Kriteria Hasil : klien mengatakan sudah tidak muntah lagi, membran mukosa lembab, turgor

kulit elastis, dan pengisian kapiler baik.

Intervensi : pertahankan masukan dan haluaran akurat, awasi tanda/gejala

peningkatan/berlanjutnya muntah, hindarkan dari lingkungan yang berbau, lakukan

kebersihan oral dengan pencuci mulut, sarankan untuk minum banyak kurang lebih 8

gelas/hari, dan berikan obat antiemetik sesuai program.

Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat akibat mual, muntah, dispepsia

Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil : mual muntah hilang, menunjukkan kemajuan pencapaian BB atau

mempertahankan BB klien.

Intervensi : kaji distensi abdomen, pantau bising usus, timbang BB,berikan suasana

menyenangkan pada saat makan, sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan kedaan

hangat, hitung pemasukan kalori, kolaborasi untuk konsul dengan ahli diet.

Dx 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan salah interpretasi informasi

Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah

Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, mengngkapkan

pengertian tentang kebutuhan perencanaan diet potensial dan peningkatan distres kandung

empedu

Intervensi : beri penjelasan, kaji ulang proses penyakit, kaji ulang program obat, diskusikan

pentingya program penurunan berat badan bila diindikasikan, anjurkan klien untuk

menghindari makanan tinggi lemak.


DAFTAR PUSTAKA

 Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8.  Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC


Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC

Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC

  Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta:

EGC

Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses

penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC

  Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI

  Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta:

AKPER RSPAD Gatot soebroto

Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC

Keperawatankita’s blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-

definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010

Anda mungkin juga menyukai