1. Skala Nominal
Adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokan atau pengkategorian
peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak
menunjukkan perbedaan kuantitatif melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif.
2. Skala Ordinal
Adalah pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas
jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari
yang rendah sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu, namun antara urutan
(ranking) yang satu dengan yang lainnya tidak mempunyai jarak yang sama.
Skala ordinal banyak dipergunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan terutama
berkaitan dengan pengukuran kepentingan, persepsi, motivasi serta sikap, apabila
mengukur sikap responden terhadap suatu kebijakan pendidikan, responden dapat
diurutkan dari mulai Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Berpendapat (3), Kurang
Setuju (4), dan Tidak Setuju (5), maka angka-angka tersebut hanya sekedar
menunjukkan urutan responden, bukan nilai untuk variabel tersebut.
Contoh pertama, contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan,
sikap tersebut berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Pada variabel sikap ini dari sangat setuju ke sangat tidak setuju menunjukkan kategori
dan memiliki tingkatan.
Di dalam sebuah penelitian, kategori tersebut bisa disimbolkan dengan angka, misal
angka 5 untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju, angka 3 untuk biasa saja, angka 2
untuk tidak setuju, dan angka 1 untuk sangat tidak setuju.
Contoh kedua, misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C,
D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan
seterusnya.
3. Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan pun sudah jelas,
hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak.
Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan nominal. Besar interval
atau jarak satu data dengan data yang lainnya memiliki bobot nilai yang sama. Besar
interval ini bisa saja di tambah atau dikurang.
Contoh pertama, contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan
suatu ruangan memiliki suhu 0C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada
suhunya.
Angka 0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala interval 0 (nol) bukanlah
nilai yang mutlak.
Contoh kedua, jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya, karena
jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan jam 12
malam.
4. Skala Ratio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai NOL MUTLAK dan mempunyai
jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak disebut skala
rasio, dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan
akurat (precise). Jika kita memiliki skala rasio, kita dapat menyatakan tidak hanya jarak
yang sama antara satu nilai dengan nilai lainnya dalam skala, tapi juga tentang jumlah
proposional karakteristik yang dimiliki dua objek atau lebih, dan contoh untuk skala ini
adalah uang.
Contoh pertama, misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan
Vatinson adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan
Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2
kali tinggi badan Vatinson.
Contoh kedua, misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai Toni
adalah 100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali nilai Tono.
Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi
tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat
dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam prakteknya
akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar.
b. Systematic sampling
Teknik sampling ini dilakukan secara sistematis dengan proses awal yang random. Pada
mulanya, mirip dengan random sampling, peneliti memberi nomor seluruh populasi.
Daftar nomor populasi tersebut diurutkan, lalu urutan nomor dalam daftar diacak.
Setelah diacak, pada setiap perhitungan tertentu, satu sampel diambil, dihitung lagi,
satu sampel diambil lagi untuk diteliti. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel sesuai
dengan rencana awal.
Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas
Ekonomi di suatu universitas. Jumlah total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin
melakukan survei pada 100 mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-
tama peneliti merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor urut ke 10
dan kelipatannya (20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti mengacak daftar 1000 nomor
yang semula berurutan. Setelah diacak, dilihat kembali, mereka yang namanya berada di
urutan nomor 10 dan kelipatannya diambil sebagai sampel.
c. Stratified sampling
Teknik sampling ini juga mirip random sampling. Bedanya, peneliti membagi populasi ke
dalam beberapa strata atau tingkatan. Setelah populasi terbagi ke dalam beberapa
strata, random sampling dilakukan pada masing-masing strata atau tingkatan. Sampel
yang diambil di masing-masing tingkatan jumlahnya proporsional.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil
dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka
pengumpulan data dihentikan.
Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit
sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel
terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili populasi.
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
d. Sampling Purposive
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang awal mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan
begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah
bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif
banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.