Anda di halaman 1dari 12

METODE NUMERIK

METODE SIMPSON 1/3 DAN METODE SIMPSON 3/8


A. Latar Belakang
Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, maka diperlukan
suatu produk dengan ketelitian dan akurasi yang tinggi dan waktu pengerjaan
yang singkat. Adanya perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada
saat ini mendorong para praktisi untuk mengembangkan cara baru agar pekerjaan
analisa dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih efektif. Sudah banyak
persoalan di bidang teknik maupun sains yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan permodelan matematika. Sering kali permodelan matematika
tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal, sehingga tidak dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode analitik untuk mendapatkan solusi sejati (exact
solution). Jika persoalan-persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan
dengan metode permodelan matematika metode analitik menggunakan dalil-dalil
kalkulus, maka solusinya dapat diperoleh dengan metode numerik. Metode
numerik secara harfiah berarti suatu cara berhitung dengan menggunakan angka-
angka, sedangkan secara istilah metode numerik adalah teknik yang digunakan
untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat diselesaikan
dengan operasi aritmatika biasa.
Dengan menggunakan metode numerik, solusi exact dari persoalan yang dihadapi
tidak akan diperoleh. Metode numerik hanya bisa memberikan solusi yang
mendekati atau menghampiri solusi sejati sehingga solusi numerik dinamakan
juga solusi hampiran (approximation solution). Pendekatan solusi ini tentu saja
tidak tepat sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya.
Solusi tersebut disebut solusi galat (error). Semakin kecil galat yang diperoleh
berarti semakin dekat solusi hampiran yang diperoleh dengan solusi sejatinya.
Metode Numerik
Metode numerik adalah satu-satunya metode alternatif yang ada dalam upaya
menyelesaikan persoalan-persoalan matematis. Metode yang lain dikenal dengan
sebutan metode analitik. Ada dua alasan umum mengapa pilihan dijatuhkan
kepada metode numerik. Alasan pertama metode ini memberikan keefisienan dan
keefektipan di dalam menyelesaikan perpersolan-persoalan matematis
dikarenakan berkembangnya perangkat keras dan lunak komputer akhir-akhir ini.
Alasan yang lain adalah metode numerik memungkinkan untuk mengkaji
parametrik dari persoalan dengan medan yang bersifat sembarang. Alasan yang
terakhir ini lebih bermakna ketidakmampuan metode analitik untuk
menyelesaikan persolan-persoalan matematis aplikasi yang kompleks. Dalam
banyak literatur analisa numerik diungkapkan bahwa di dalam metode numerik
keputusan menerima atau menolak suatu jawaban aproksimasi berdasarkan
kepada toleransi kedekatan yang disepakati. Toleransi yang dibuat menyangkut
kesepakatan kesalahan/galat yang ditimbulkan oleh rumus/formula yang
digunakan. Tentu semakin kecil kesalahan/galat yang ditimbulkan oleh
penggunaan suatu rumus/formula maka semakin baik hasil aproksimasi yang
dihasilkan.
Angka Signifikan/Bena
Angka signifikan (Bena atau angka penting) adalah bilangan yang diperoleh dari
hasil pengukuran yang terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca
pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau diragukan. Sedangkan
angka eksak atau pasti adalah angka yang sudah pasti (tidak diragukan nilainya),
yang diperoleh dari kegiatan membilang (menghitung).
Ketentuan penulisan angka penting:
a. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh:
1) 14569 = 5 angka penting
2) 2546 = 4 angka penting
3) 6,89 = 3 angka penting
b. Semua angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka
penting.
Contoh:
1) 2,0067 = 5 angka penting
2) 7000,2003 = 9 angka penting
3) 0,005006 = 4 angka penting
c. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir,
tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh:
1) 2500, = 4 angka penting
2) 70000, = 5 angka penting
d. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh:
1) 23,50000 = 7 angka penting
e. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh:
1) 350000 = 2 angka penting
2) 141441000 = 6 angka penting
f. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah
angka tidak penting.
Contoh:
1) 0,0000352 = 3 angka penting
Kaidah Pembulatan
a. Jika angka pertama setelah angka yang hendak dipertahankan adalah 4 atau
lebih kecil, maka angka itu dan seluruh angka disebelah kanannya ditiadakan.
Contoh:
1) 75,494 = 75,49 (angka 4 yang dicetak tebal ditiadakan)
2) 1,00839 = 1,008 (kedua angka yang dicetak tebal ditiadakan)
b. Jika angka pertama setelah angka yang akan dipertahankan adalah 5 atau
lebih besar, maka angka tersebut dan seluruh angka di bagian kanannya
ditiadakan. Angka terakhir yang dipertahankan bertambah satu.
Kaidah Penjumlahan dan Pengurangan
Apabila melakukan operasi penjumlahan atau pengurangan, maka hasilnya hanya
boleh mengandung satu angka taksiran. Angka taksiran adalah angka terakhir dari
suatu angka penting.
Contoh:
Hasil dari 273,219 + 15,5 + 8,43!
Jawab:
Jumlahkan ketiga angka diatas seperti biasanya, diperoleh:
273,219 + 15,5 + 8,43 = 297,149
Selanjutnya bulatkan hasilnya hingga hanya terdapat satu angka taksiran.
Dari hasil penjumlahan angka 4 dan 9 ditiadakan, hasilnya menjadi 297,1
Kaidah Perkalian dan Pembagian
a. Pada operasi perkalian atau pembagian, hasil yang diperoleh hanya boleh
memiliki jumlah angka penting sebanyak bilangan yang angka pentingnya
paling sedikit.
Contoh:
Hitunglah operasi perkalian dari 0,6283 ¿ 2,2!
Jawab:
Lakukan prosedur perkalian dengan cara biasa, diperoleh:
0,6283 ¿ 2,2 = 1,38226
Kemudian bulatkan hasilnya hingga memiliki angka penting sebanyak salah
satu bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit.
0,6283 = 4 angka penting
2,2 = 2 angka penting
Jadi yang diambil adalah 2 angka penting. Sehingga 1,38226 hasilnya
dibulatkan menjadi 1,4 (dua angka penting).
b. Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan
eksak atau pasti hanya boleh memiliki angka penting sebanyak jumlah angka
penting pada bilangan penting.
Contoh:
Hitung operasi perkalian dari 25 ¿ 8,95!
Jawab:
25 ¿ 8,95 = 223,75
Hasilnya dibulatkan menjadi 224 (tiga angka penting) agar sama dengan
banyak angka penting pada bilangan penting 8,95.
Error/Galat
Data numerik adalah suatu aproksimasi (taksiran) yang sesusai sampai dengan
dua, tiga, atau lebih tempat desimal. Kadang metode yang digunakanpun, adalah
suatu aproksimasi. Oleh sebab itu galat dalam hasil perhitungan mungkin
disebabkan oleh galat data, atau galat di dalam pemakaian suatu metode, atau
kedua-duanya. Dalam bagian ini akan dibicarakan ide dasar tentang galat.
Galat=nilai sebenarnya− pendeka tan
Eα =x−x 1 =δ x
a. Galat Relatif

Galat Relatif E R didefinisikan dengan


Galat
Galat relatif =
nilai sebenarnya
Eα δ x
E R= =
x x

Kemudian persentase galat dihitung dari galat relatif yang diberikan dalam

bentuk

Galat sebenarnya
Persentase E R= ×100%
Nilai sebenarnya
PR =100 E R
b. Galat Global
u=f ( x 1 , x2 ,. .. , x n )
Misal adalah fungsi dengan variabel banyak
x 1=( 1,2 , .. . ,n ) , dan misalkan galat dari tiap x1 adalah Δx1 . Galat

Δu dari u diberikan dalam bentuk


u+ Δu=f ( x 1 +Δx 1 , x 2 + Δx 2 , .. . , x n + Δx n )
Perluasan ruas kanan dari galat global tersebut oleh deret Taylor
menghasilkan
n
∂f
u+ Δu=f ( x 1 , x 2 , . .. , x n ) + ∑ Δxi
i=1 ∂ x i

2
+ semua suku yang memuat ( Δx i ) + semua suku yang lain
Δx i
<1
Anggap bahwa galat dalam
xi adalah kecil dan xi . Kemudian
semua suku setelah suku ke dua pada ruas kanan persamaan di atas diabaikan.
Persamaan menjadi
n
∂f ∂f ∂f ∂f
Δu≈∑ Δx i = Δx 1 + Δx 2 +. . .+ Δx
i=1 ∂ x i ∂ x1 ∂ x 2 ∂ xn n
Bila diperhatikan formula (1.12) bentuknya sama dengan diferensial total dari
u . Formula untuk galat relatif adalah sebagai berikut:

Δu ∂u Δx 1 ∂u Δx 2 ∂u Δx n
E R= = . + . +. ..+ .
u ∂ x1 u ∂ x2 u ∂ xn u
c. Galat dalam Aproksimasi Deret
Galat yang ada dalam aproksimasi suatu deret dapat dievaluasi oleh

sisa sesudah suku-suku ke n . Pandang deret Taylor untuk f (x) pada


x=a yang diberikan dalam bentuk
( x −a )2 ( x−a )n−1 n−1
f ( x )=f ( a ) + ( x−a ) f ' ( a ) + f '' ( a ) +. ..+ f ( a ) + Rn ( x )
2! ( n−1 ) !
Suku terakhir dalam deret di atas dikenal dengan sebutan suku sisa deret
Taylor yang didefinisikan sebagai berikut
( x−a ) n n
Rn ( x )= f ( a ) , a< α < x
n!
Untuk suatu barisan yang konvergen, suku-suku sisa akan mendekati nol
untuk n→ ∞ .

Jadi, bila kita mengaproksimasi f (x) oleh n suku pertama dari deret
tersebut maka galat maksimum yang dibuat dalam aproksimasi tersebut
diberikan oleh suku sisa.

A. Interpolasi Polinom Newton-Gregory Maju


Polinom Newton-Gregory maju diturunkan dari tabel selisih maju.
Penurunan rumus polinom Newton-Gregory Maju dikembangkan
berdasarkan pada tabel selisih maju.
1. Penurunan Rumus Polinom Newton-Gregory Maju
Penurunan rumus polinom Newton-Gregory Maju didasarkan pada
tabel selisih maju.
f  x1   f  x 0 
f  x1 , x 2  
x1  x 0
f  x 0 

h
f
 0
1!h
f  x 2 , x1   f  x1 , x0 
f  x1 , x 2 , x0  
x2  x0
f  x 2   f  x1  f  x1   f  x 0 

x 2  x1 x1

x2  x0
f 1  f 0
 h
2h
 f
2
 2 0
 f0
2 f 0

2! h 2
Bentuk Umum:
n f  x0  n f 0
f  x n ,..., x1 , x 0   
n!h n n! h n
dengan demikian polinom Newton untuk data berjarak sama dapat
ditulis sebagai:
p n  x   f  x0    x  x 0  f  x1 , x 2    x  x0  x  x1  f  x 2 , x1 , x0   ... 
 x  x0  x  x1 ... x  x n 1  f  x n , x n 1 ,..., x1 , x0 
f 0 2 f 0
 f 0   x  x0    x  x 0  x  x1   ...   x  x0  x  x1 
1!h 2!h 2
n f 0
... x  x n 1 
n!h n
Persamaan ini dinamakan polinom Newton-Gregory maju. Persamaan
di atas dapat juga ditulis sebagai relasi rekursif:
n f 0
p n ( x)  p n 1 ( x)   x  x 0  x  x1 ... x  x n 1 
n!h n
Jika titik-titik berjarak sama dinyatakan sebagai:
xi  x 0  ih , i  0,1, 2, ...., n
dan nilai x yang diinterpolasikan adalah
x  x 0  sh ,s R
maka persamaan polinom Newton-Gregory maju dapat juga ditulis
dalam parameter s sebagai
sh s s  1 h 2 2 s  s  1 s  2 ... s  n  1 h n n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1!h 2! h 2 n!h n
yang menghasilkan
s s s  1 2 s s  1 s  2 ... s  n  1 n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1! 2! n!
2. Alogaritma Polinom Interpolasi Maju:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Tentukan selang f(x)
c. Tentukan jarak antar selang atau h
d. Tentukan derajat n
e. Buatlah tabel selisih maju
f. Tentukan s
x−x 0
s=
h

s s ( s−1 ) 2 s ( s−1 ) ( s−2 ) 3


pn ( x )=f 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f 0 +. ..
1! 2! 2!
s ( s−1 ) ( s−2 ) .. . ( s−n+1 ) n
Δ f0
g. Cari n !

B. Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur


Polinom Newton-Gregory mundur (Newton-Gregory backward) dibentuk
dari tabel selisih mundur.Polinom ini sering digunakan pada perhitungan nilai
turunan (derivatif) secara numerik. Titik-titik yang digunakan berjarak sama,
yaitu
x 0 , x−1 , x −2 , … , x−n
yang dalam hal ini,
x i=x 0 +ih dengan i=0 ,−1 ,−2 , … ,−n
dan nilai x yang diinterpolasikan adalah
x=x 0−sh dengan s ∈ R
1. Penurunan Rumus Interpolasi Newton Gregory Mundur
Sekarang kita akan mengembangkan polinom Newton-Gregory
Mundur yang didasarkan pada tabel selisih mundur.
f ( x ¿ ¿−1) ∇ f 0 ∇ f 0
f ( x 0 , x−1 )=f (x 0)− = = ¿
x 0−x−1 h 1!h
f (x ¿¿−2) ∇ f 0 ∇ f −1
f (x−1)− −
f (x ¿¿−1) x −1− x−2 h h ∇2 f 0
f ( x 0 , x−1 , x−2 )=f ( x 0 )− − = = ¿¿
x 0−x−1 x0 −x−2 2h 2 ! h2
Bentuk umum:
f [ x 0 , x −1 , x−2 , ⋯ , x−n ] =∇ n f ¿¿
n=0,1,2 , …
Selanjutnya,
f ( x ) ≈ Pn( x )
Pn ( x ) =f ( x 0 ) + ( x−x 0 ) f [ x 0 , x −1 ] + ( x−x 0 ) ( x 0−x−1 ) f [ x 0 , x −1 , x−2 ]+ …+ ( x−x 0 ) ( x 0−x−1 ) … ( x−x

∇f0 ∇2 f 0 ∇n f 0
¿ f ( x 0 ) + ( x −x0 ) + ( x−x 0 )( x 0 −x−1) + …+ ( x−x x
0) ( 0 −x −1 ) … ( x−x−n+1 )
1!h 2 ! h2 n ! hn
∇f0 ∇2 f 0 ∇n f 0
¿ f ( x0 )+ s + s ( s+1 ) +…+ s ( s+1 ) … ( s +n−1 )
1! 2! n!
Polinom Newton-Gregory mundur yang menginterpolasi (n+1) titik
data adalah sebagai berikut:
n
f ( x ) ≈ P n ( x )=∑ s+ k−1 ∇k f 0
( )
k =0 s
s ∇ f 0 s ( s +2−1 ) ∇ 2 f 0 s ( s +2−1 ) ( s +3−1 ) ∇ 3 f 0 s (s +2−1)(s+3−1)…(s
Pn ( x ) =f 0 + + + + …+
1! 2! 3! n!
s ( s +1 ) ∇2 f 0 s ( s+1 ) ( s +2 ) ∇3 f 0 s( s+ 1)(s+2) …( s+n−1)∇ n f 0
¿ f 0+ s ∇ f 0+ + +…+
2! 3! n!
2. Algoritma
a. Tentukan fungsi f(x)
b. Tentukan selang ( x i),
c. Tentukan jarak antar selang atau h
d. Tentukan derajat n
e. Buatlah tabel selisih mundur
f. Tentukan s
x  x0
s
h
g. Cari
2 3
s ∇ f 0 s ( s +2−1 ) ∇ f 0 s ( s +2−1 ) ( s +3−1 ) ∇ f 0 s ( s+2−1)(s+3−1)…(s+
pn ( x )=f 0+ + + +…+
1! 2! 3! n!

C. Integrasi Numerik
Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang

dibatasi oleh f (x) dan sumbu x pada selang tertutup [ a, b ] . Jika

f ( x ) dihampiri dengan polinomial Pn ( x ) , maka integrasi numerik ditulis


dalam bentuk,
b
l=∫ f ( x ) dx
a
b
¿∫ Pn ( x ) dx
a

Proses pencarian nilai hampiran l dilakukan jika:

1. Fungsi f (x) disebut integran, mempunyai bentuk yang sulit untuk


dilakukan proses integrasi.

2. Nilai x dan f ( x ) hanya dalam bentuk tabel diskrit.


Gambar 2.1 Gambar 2.2
Hampiran luas bidang yang dibatasi
Luas bidang yang dibatasi f ( x )
Pn ( x )

Proses menentukan nilai hampiran integrasi numerik dilakukan dengan


beberapa cara atau metode, yaitu kaidah trapesium, kaidah titik tengah,
kaidah Simpson, serta Kuadratur Gauss.

D. Kaidah Trapesium
Kaidah trapesium merupakan kaidah integrasi numerik yang didasarkan
pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium.

Gambar 2.3
Luas satu trapesium/pias
x1
h
 f ( x)dx  2 [ f ( x )  f ( x )
x0
0 0

Persamaan di atas dikenal dengan nama kaidah trapesium.


Gambar 2.4
Luas beberapa n buah pias
b x1 x2 xn

 f  x  dx   f  x  dx   f  x   ...   f  x  dx
a x0 x1 xn 1

h h h
  f  x0   f  x1     f  x1   f  x2    ...   f  xn 1   f  xn  
2 2 2
h
  f  x0   2 f  x1   2 f  x2   ...  2 f  xn 1   f  xn  
2
h n 1

 
2
f 0  2 
i 1
fi  f n 

f r  f  xr  , r  0,1, 2,..., n
Dengan
1 3 ''
E h f  t , 0t h
Galat: 12

h3 ''
Etot  
12

f 0  f1''  f 2''  ...  f n''1 
Galat total:
h3 ''
 n f  t , at b
12
b
h n 1

 f  x   f 0  2  fi  f n   O  h 2 
a
2 i 1 
Algoritma Kaidah Trapesium
1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
y  f ( x)

2. Menentukan batas bawah ( a ) dan batas atas ( b ) integrasi


3. Menentukan jumlah segmen atau pias n
ba
h
4. Menghitung lebar segmen yaitu n

5. Buatlah tabel kaidah trapesium


6. Menentukan nilai integrasi menggunakan kaidah trapesium

h n 1

L 
2
f ( x0 )  2 
i 1
f ( xi )  f ( xn ) 

7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
8. Menentukan galat kaidah trapesium

h2
E=− ( b−a ) f '' ( t ) , a<t< b
12
9. Menentukan nilai sejati (terletak diantara batas galat minimum dan
maksimum)
Nilai integrasi menggunakan kaidah trapesium – batas galat maksimum,
dan Nilai integrasi menggunakan kaidah trapesium – batas galat minimum
b

∫ f ( x ) dx
10. Menentukan galat hasil integrasi a

Anda mungkin juga menyukai