Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN

Oleh

ANNISA AUL JANNAH S


R014 20 1006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KETIDAKBERDAYAAN

1. Kasus (Masalah Utama) :


Kasus: Ketidakberdayaan
A. Definisi
Ketidakberdayaan merupakan ketidakmampuan dalam memobilisasi
energi dan ketiadaan upaya campur tangan terhadap penyakit.
Ketidakberdayaan adalah suatu keadaan ketika seseorang atau kelompok
merasakan kurangnya kontrol pribadi atas peristiwa atau situasi tertentu.
Ketidakberdayaan (powerlessness/helplessness) merupakan keadaan ketika
seseorang atau kelompok merasakan kurangnya kontrol pribadi atas
peristiwa atau situasi tertentu [ CITATION Sut18 \l 1033 ]. Ketidakberdayaan
merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau sutau keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
[ CITATION Yos11 \l 1033 ].

B. Jenis-jenis ketidakberdayaan
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis
ketidakberdayaan yaitu:
1) Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan
mungkin berlangsung singkat
2) Ketidakberdayaan Dasar (Trait Powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan,
tujuan, gaya hidup dan hubungan.

C. Etiologi
Beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya ketidakberdayaan
adalah [ CITATION Stu11 \l 1033 ]:
1) Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap

2
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi proses kehilangan
2) Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang
yang mengalami kehilangan yng traumatis atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan
individu tersebut mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa
individu menjadi tidak berdaya dan akan sulit mencapai fase menerima
3) Teori kognitif, mengemukalan bahwa dipresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif diri sendiri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang diirnya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak
ada harapan.
4) Teori model belajar ketidakberdayaan menyatakan depresi terjadi karena
individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi
pasif dan tidak mampu mengendalikan masalahnya.

D. Tanda dan Gejala


Carpenito-Moyet (2009) mengungkapkan bahwa ada 2 jenis karakteristik
keputusasaan yakni:
1) Karakteristik Utama (Mayor)
a. Ekspresi (kemarahan, apatis) secara terbuka atau terselubung tentang
ketidakpuasan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi
(misalnya: kerja, penyakit, prognosis, perawatan, tingkat pemulihan)
yang secara negatif mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya
hidup.
b. Rasa tidak berharga, terjebak dalam situasi hidup yang negatif dan
penderitaan emosional.
2) Karakteristik tambahan (Minor)
a. Kurangnya perilaku mencari informasi
b. Ketergantungan yang tidak memuaskan pada orang lain
c. Pengunduran diri
d. Kepasifan

3
e. Apatis
f. Ansietas
g. Perilaku mekanisme pertahanan dan pengendalian diri (acting-out)
h. Depresi
i. Kemarahan
j. Perilaku kekerasan
k. Perasaan keterasingan
l. Perasaan rentan

Sementara itu, Nanda (2016) menyebutkan bahwa beberapa tanda dan


gejala terjadinya keputusasaan yaitu:
a. Keterasingan
b. Ketrgantungan pada orang lain
c. Depresi
d. Ragu tentang penampilan peran
e. Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
sebelumnya
f. Partisipasi yang tidak memadai dalam perawatan
g. Kurangnya rasa kendali
h. Malu

E. Rentang respon
Rentang respon ketidakberdayaan berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini [ CITATION Stu11 \l 1033 ]:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Respons Reaksi Supresi Reaksi berduka Depresi


emosional berduka rumit emosi tertunda

4
2. Proses Terjadinya Masalah
Mekanisme terjadinya masalah ada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa
dari proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam dalam
mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan
perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan
menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik
dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung
jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan
sistem hipotalamus pituitary adrenal. (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada
hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada pasien
dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih dan murung sehingga
merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon
glucokorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada
metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak, terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Neurotransmitter merupakan
kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan
rangsang tersebut [ CITATION Stu11 \l 1033 ].

3. Pohon masalah, masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :


A. Pohon Masalah

Efek Harga diri rendah

Core problem Ketidakberdayaan

Disfungsi Proses berduka


Etiologi

5
B. Masalah Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah diatas, masalah keperawatan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Disfungsi proses berduka
2) Ketidakberdayaan
3) Harga diri rendah

C. Data yang perlu dikaji


Data yang perlu dikaji pada pasien ketidakberdayaan yaitu sebagai berikut :
1) Data Subjektif
a. Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi.
b. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
2) Data Objektif
a. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan.
b. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
c. Tidak memantau kemajuan, ketidakmampuan mencari informasi
tentang perawatan.
d. Apatis, pasif.
e. Ekspresi muka murung.
f. Bicara dan gerakan lambat.
g. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
h. Tidur berlebihan.
i. Menghindari orang lain.

4. Diagnosis Keperawatan :
A. Disfungsi proses berduka
B. Ketidakberdayaan
C. Harga diri rendah

6
5. Rencana tindakan keperawatan :
Dignosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intrevensi Rasional
Ketidakberdayaan TUM:
Pasien menunjukkan
kepercayaan kesehatan dengan
kriteria: merasa memiliki
harapan, mampu melakukan,
merasa dapat mengendalikan,
dan merasakan kualitas hidup
yang positif
TUK 1: Pasien menunjukkan tanda- Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari pasien
Pasien dapat membinan tanda-tanda percaya kepada prinsip komunikasi terapeutik yaitu: merupakan hal yang akan
hubungan saling percaya perawat melalui: a. Mengucapkan salam terapeutik. Sapa memudahkan perawat dalam
a. Ekspresi wajah bersahabat pasien dengan ramah, baik verbal melakukan pendekatan
b. Mau berkenalan ataupun non verbal keperawatan atau intervensi
c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan pasien selanjutnya terhadap pasien.
d. Bersedia menceritakan c. Perkenalkan diri dengan sopan
perasaannya d. Tanyakan nama lengkap pasien dan
e. Bersedia mengungkapkan nama panggilan yang disukai pasien
masalah e. Jelaskan tujuan pertemuan
f. Membuat kontrak topik, waktu, dan
tempat setiap kali bertemu pasien
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima
pasien apa adanya
h. Beri perhatian kepada pasien dan
perhatian kebutuhan dasar pasien
TUK 2: Pasien mampu a. Dengarkan pengungkapan perasaan Intervensi penuh harapan ini
Membantu pasien mengidentifikasi dan pasien secara aktif, perlakukan pasien memberikan izin kepada
mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan selaku individu dan terima perasaannya. pasien untuk berbicara dan

7
mengungkapan tentang segala yang berhubungan dengan b. Sampaikan empati atas pengakuan mengeksplorasi hidupnya
perasaan ketidakberdayaan perasaan ketidakberdayaan verbal pasien mengenai keraguan,
ketakutan dan kekhawatirannya Keputusasaan dapat menuntun
c. Validasi dan refleksikan kesan dengan manusia pada penemuan diri
orang tersebut. Penting untuk disadari (self-discovery).
bahwa pasien dengan kanker misalnya
sering memiliki realitas mereka sendiri
yang mungkin berbeda dari perawat
d. Dorong pasien untuk mengungkapkan
bagaimana harapan tersebut tidak pasti
dan bagian dimana harapan tersebut
telah mengecewakan pasien
e. Bantu pasien untuk memahami bahwa
dia dapat mengatasi aspek keputusaan
dengan memisahkannya dengan aspek
penuh harapan dan berdayanya
f. Bantu pasien untuk mengenali dan
mengidentifikasi aspek
ketidakberdayaan
g. Bantu pasien untuk membedakan antara
yang mungkin dan tidak mungkin
h. Perawat memobilisasi sumber daya
internal dan eksternal pasien untuk
mempromosikan harapan. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi alasan pribadi
mereka untuk hidup yang memberikan
makna dan tujuan hidup mereka
TUK 3: Pasien menyebutkan aspek a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi Faktor-faktor tersebut dapat
Menilai dan memobilisasi positif yang dimiliki pasien faktor-faktor maupun situasi yang dapat digunakan untuk
sumber daya internal pasien dan tindakan yang berada berpengaruh pada ketidakberdayaan mengidentifikasi hal-hal yang

8
atau mengientifikasi tindakan dalam kendali pasien (misalnya pekerjaan, aktivitas hiburan, berpotensi dapat dikendalikan
yang berada dalam kendali tanggung jawab peran, hubungan antar dan dapat digunakan sebagai
pasien pribadi sumber kekuatan bagi pasien
b. Menekankan kekuatan dan buka
kelemahan pasien penting untuk mengenali
c. Pujilah pasien pada upayanya yang kemungkinan konstruktif pada
sesuai orang dewasa yang hidup
d. Dorong pasien untuk mengenali alasan dengan HIV/AIDS untuk
hidup untuk menumbuhkan harapan mempromosikan kehidupan
e. Identifikasi bidang kesuksesan dan yang layak dan pasien
kegunaan seperti dengan menekankan mengenali adanya secercah
prestasi masa lalu. Gunakan informasi harapan. Jika tidak, seseorang
ini untuk mencapai tujuan bersama akan terjebak dan tenggelam
dengan pasien. ke dalam eksistensi yang
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi hal- sempit, pusat perhatian pada
hal yang dia sukai dan anggap sebaagai hal yang tidak mungkin dan
humor. Aktivitas seperti itu dapat kehilangan perspektif masa
berfungsi sebagai pengganggu terhadap depan.
adanya ketidaknyamanan kognitif
g. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegembiraan humor, dan
sumber harapan (misalnya hubungan, kenangan menggairahkan
iman, hal-hal yang harus dilakukan) digunakan untuk
h. Bantu pasien dalam menyesuaikan dan menumbuhkan harapan pada
mengembangkan tujuan jangka pendek orang-orang yang sakit parah.
dan jangka panjang yang realistis
(berjalan dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks).
i. Ajarkan pasien untuk memantau tanda
perkembangan tertentu yang digunakan
sebagai penguatan diri

9
j. Dorong pemikiran “akhir yang
bermakna” (means-end) secara positif
(yaitu: Jika saya melakukan ini maka
saya akan dapat ….”)
k. Tingkatkan kegembiraan dan berbagi
kenangan yang menggembirakan
TUK 4: Pasien dapat menyebutkan a. Bantu pasien mengidentifikasi situasi Mendorong pasien untuk
Mengidentifikasi tindakan tindakan yang berada di luar kehidupan yang tidak dapat ia mengungkapkan rasa yang
yang berada di luar kendali kendalinya kendalikan berhubungan dengan
pasien b. Diskusikan dan ajarkan cara melakukan ketidakmampuan sebagai
manipulasi untuk mengendalikan upaya mengatasi masalah
keadaan yang sulit dikendalikan yang tidak dapat terselesaikan
TUK 5: Pasien dapat menunjukkan a. Menghormati pasien sebagai pembuat TeknJika seseorang dapat
Membantu pasien dengan inisitif, pengarahan diri keputusan yang kompeten; perlakukan mengenali dan menangani
pemecahan masalah dan sendiri, otonomi dalam keputusan dan keinginannya dengan ketidakberdayaannya secara
pembuatan keputusan pebgambilan keputusan, serta hormat imajinatif, maka pergerakan,
strategi pemecahan masalah b. Dorong verbalisasi untuk menentukan pertumbuhan dan akal bisa
yang efektif. persepsi pilihan pasien memunculkan suatu hasil.
c. Memperjelas nilai-nilai pasien untuk Kekakuan tidak akan pernah
menentukan apa yang penting darinya bisa mengatasi
d. Membantu pasien dalam ketidakberdayaan
mengidentifikasi masalah yang tidak
dapat diselesaikan hingga masalah yang motivasi sangat penting untuk
bisa ia hadapi. Dengan kata lain, memulihkan pasien dari
membantu pasien untuk menjauhkannya keputusasaan. Pasien harus
dari pandangan ketidakmungkinan dan menentukan tujuan bahkan
keputusasaan dan mulai menghadapi hal- jika dia memiliki harapan
hal yang realistis dan penuh harapan rendah untuk mencapainya.
e. Menilai persepsi pasien terhadap diri Perawat adalah katalisator
sendiri dan orang lain sehubungan yang mendorong pasien untuk

10
dengan ukuran (orang dengan mengambil langkah pertama
ketidakberdayaan sering melihat orang untuk mengidentifikasi tujuan.
lain sebagai sosok yang besar dan Kemudian pasien harus
menilai diri mereka sendiri sebagai menciptakan tujuan lain.
sosok yang kecil)
f. Jika persepsi tidak realistis, bantu pasien
untuk menilai ulang mereka untuk
mengembalikannya ke dalam skala yang
tepat
g. Promosikan fleksibilitas. Dorong pasien
untuk mencoba suatu alternatif dan
mengambil risiko.
TUK 6: Pasien dapat mengatasi a. Bantu pasien dengan menetapkan tujuan
Membantu pasien untuk ketidakberdayaan dengan jangka pendek dan jangka panjang yang
mempelajari kemampuan koping yang adaptif realistis dan dapat dicapai
koping yang efektif b. Ajarkan pentingnya saling berbagi dalam
berbagi keprihatinan Terapi musik, aromaterapi dan
c. Ajari nilai-nilai untuk menghadapi pijat dengan minyak esensial
masalah ditemukan dapat membantu
d. Biarkan pasien waktu untuk mengenang pasien belajar melepaskan
kembali wawasan pengalaman masa lalu stres dan mengekspresikan
e. Jelaskan manfaat dari distraksi terhadap perasaan untuk beradaptasi
kejadian negatif dengan kehidupansaat ini dan
f. Ajarkan dan bantu teknik relaksasi menghadapi dampak penyakit
sebelum mengantisipasi kejadian stres dengan sikap positif.
g. Dorong citra mental untuk Orang biasanya dapat
mempromosikan proses berpikir positif mengatasi sebagaian dari
h. Ajarkan pasien untuk berharap menjadi kehidupan yang mereka
orang terbaik saat ini dan menghargai anggap tidak berdaya nika
setiap momen mereka menyadari bahwa ada

11
i. Ajarkan pasien untuk memaksimalkan faktor-faktor lain dalam
pengalaman estetika (misalnya aroma kehidupan yang berharga.
kopi, gosokan punggung, rasakan Oleh karena itu,
kehangatan matahari, aangin sepoi- ketidakberdayaan bisa
sepoi) yang bisa menginspirasi harapan menimbulkan penemuan
j. Ajarkan pasien untuk mengantisipasi alternatif yang memberi
pengalaman yang dia suka setiap hari makna dan tujuan hidup. Hal
(misalnya: berjalan-jalan, membaca ini penting untuk mencegah
buku favorit, atau menulis surat) ketidakberdayaan
k. Bantu pasien untuk mengungkapkan
keyakinan spiritual Hilangnya kontrol terhadap
l. Ajarkan pasien cara untuk melestarikan hidup dalam penyakit, seperti
dan menghasilkan energi melalui latihan epilepsi, dapat mengakibatkan
fisik moderat pikiran negatif mengarah pada
m. Dorong terapi musik, aromaterapi, dan ketidakberdayaan.
pijatan dengan minyak esensial untuk
meperbaiki fisik dan status mental
pasien
Menilai dan memobilisasi Pasien dapat memanfaatkan a. Libatkan keluarga dan orang penting Mempertahankan tanggung
sumber daya eksternal pasien sumber daya eksternal atau lainnya dalam rencana perawatan jawab peran keluarga sangat
sistem pendukung yang ada. b. Dorong pasien untuk menghabiskan penting untuk menimbulkan
waktu atau pikiran dengan orang yang harapan dan penanganan.
dicintainya dalam hubungan yang sehat Selain itu, harapan sangat
c. Ajarkaan peran anggota keluarga dalam penting bagi pihak keluarga
mempertahankan harapan melalui orang sakit kritis untuk
hubungan yang positif dan suportif memfasilitasi penanganan dan
d. Diskusikan tujuan pasien yang dapat penyesuaian.
dicapai dengan keluarga
e. Memberdayakan pasien yang memiliki Pasien yang tinggal sendiri
penyakit kronis dengan menanamkan tanpa dukungan keluarga

12
harapan melalui penyempurnaan sistem ternyata memiliki lebih
pendukung banyak gejala putus asa.
f. Sampaikan harapan, informasi dan
kepercayaan diri kepada keluarga karena Harapan berhubungan dengan
mereka akan menyampaikan perasaan bantuan orang lain karena
mereka kepada pasien pasien percaya bahwa sumber
g. Gunakan sentuhan dan kedekatan daya eksternal mungkin
dengan pasien untuk menunjukkan mendukung ketika sumber
kepada keluarga akspetabilitasnya daya dan kekuatan internalnya
(berikan privasi). tampaknya tidak cukup untuk
mengatasinya (misalnya
keluarga atau orang yang
penting lainnya seringkali
merupakan sumber harapan)

Harapan yang dipelihara oleh


anggota keluarga memiliki
efek yang menular pada
pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis keperawatan : aplikasi pada praktik klinis, ed. 9.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai