Anda di halaman 1dari 11

NAMA : INDAH SUWANDEWI

NIM : 201801109
KELAS : IIC KEPERAWATAN

RESUME
Dx medis
I. Keluhan Utama :
1. Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah

II. Riwayat Kesehatan :


1. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
c.Pembedahan
2. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mempunyai riwayat hipertensi yang sudah
lama dideritanya

III. Pemeriksaan Fisik


1. Kepala dan Leher:
a. Kepala dan leher
Palpasi dan inspeksi
1. Kapala
2. Rambut : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
3. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
4. Mulut : mukosa mulut kering, gigi cukup, caries +
5. Muka : tidak oe dema
6. Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
2. Dada:
a. Inspeksi
Inspeksi dada dilakukan untuk menilai pola pernapasan, bentuk dada, dan
kelainan lainnya.
Pola Pernapasan :
Pola pernapasan yang dinilai mencakup kecepatan, ritme, dan volume
pernapasan. Pola pernapasan normal (eupnea) adalah kecepatan 10-14 napas
per menit dengan perbandingan inspeksi dan ekspirasi yaitu satu banding tiga.
1. Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan pola pernapasan cepat dengan sifat
kresendo-dekresendo yang diikuti periode apnea.
2. Pola pernapasan Biot merupakaan peningkatan kecepatan dan kedalaman
pernapasan konstan yang diikuti periode apnea dengan durasi yang
berbeda-beda. Pernapasan Kussmaul memiliki ciri khas peningkatan
volume tidal dengan atau tanpa peningkatan kecepatan pernapasan.
3. Bentuk Dada :
Bentuk dada abnormal dapat ditentukan melalui inspeksi struktur tulang
iga dan tulang belakang. Pectus excavatum memiliki karakteristik depresi
sternum, yang umunya terjadi pada sternum bagian setengah bawah.
b. Palpasi
pemeriksaan fisik dada dilakukan pemeriksaan taktil fremitus dan ekspansi
dada. Selain itu, deteksi abnormalitas, seperti massa atau krepitus tulang juga
dapat dilakukan dalam pemeriksaan palpasi dada.
Berikut ini merupakan prosedur pemeriksaan taktil fremitus :
1. Menjelaskan prosedur taktil fremitus pada pasien
2. Meletakkan perbatasan ulna tangan secara horizontal pada bagian dada
3. Meminta pasien untuk menyebutkan kata ‘tujuh puluh tujuh’.
4. Palpasi dilakukan dimulai pada bagian apeks paru dan berpindah secara
berseberangan pada posisi yang sama dan dilanjutkan sampai basal paru.
5. Manuver dilakukan secara berulang pada bagian posterior dada dengan
meminta pasien duduk dan melipat lengan pada dinding dada untuk
menggeser kedua scapula.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang diperkusi
berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi cairan dengan suara redup,
berisi padat atau darah dengan suara pekak, atau berisi udara dengan suara
hipersonor. Berikut ini merupakan teknik perkusi :
1. Tekan phalanx distal jari tengah secara pelan pada area yang ingin diperkusi
dan angkat jari lainnya dari permukaan dada untuk mencegah penurunan
suara perkusi
2. Ketuk ujung jari yang bersentuhan dengan dinding dada dengan ujung jari
tengah dari tangan lainnya dengan pergerakan pergelangan secara cepat dan
tajam.
3. Lakukan perkusi secara berulang apabila suara perkusi kurang terdengar.
4. Perkusi dinding dada anterior, posterior, dan lateral secara sistematis dan
bandingkan masing-masing sisi.
5. Perkusi dilakukan secara superior menuju inferior untuk mengetahui posisi
diafragma saat bernapas. Apabila sudah terdapat perubahan suara perkusi,
maka pasien diminta untuk inspirasi dan menahan nafas.
d. Auskultasi
Auskultasi dada dilakukan dengan stetoskop dan dilakukan pada saat
inspirasi dan ekspirasi paksa. Secara umum, bagian stetoskop yang digunakan
untuk auskultasi adalah diafragma karena bagian diafragma lebih baik dalam
menangkap suara nada tinggi Pemeriksaan auskultasi dada dapat digunakan
untuk mendengar suara paru maupun suara jantung. Auskultasi dada lebih baik
dilakukan pada suasana sunyi, Auskultasi Paru :
Auskultasi paru dilakukan pada seluruh lapang paru, baik secara anterior
maupun posterior. Berikut ini merupakan prosedur auskultasi paru :
1. Menjelaskan prosedur auskultasi dada pada pasien
2. Letakkan diafragma stetoskop pada bagian dinding dada sisi apeksparu
3. Minta pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi melalui hidung.
4. Lanjutkan auskultasi ke semua lobus paru dan bandingkan antara kedua sisi
dada
5. Kemudian, lakukan prosedur auskultasi kembali pada bagian posterior dada
dengan meminta pasien duduk tegak dan menyilangkan lengan pada
dinding dada untuk menggeser scapula
3. Abdomen:
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan cara melihat permukaan, kontur, dan
pergerakan dinding abdomen. Inspeksi meliputi :
1. Kulit : Pada kulit, perhatikan apabila terdapat skar, striae, dilatasi vena,
serta kemerahan dan ekimosis (dapat terlihat pada perdarahan
intraperitoneal atau retroperitoneal)
2. Ekimosis : Selain menunjukkan adanya perdarahan intraperitoneal atau
retroperitoneal, adanya ekimosis juga dapat mengarahkan diagnosis
lainnya.   Umbilikus : Pada umbilikus, perlu diperhatikan kontur dan
lokasinya, serta ada atau tidaknya inflamasi ataupun benjolan, seperti
pada hernia umbilikalis 
3. Kontur abdomen : Kontur abdomen yang dimaksud adalah permukaan
(datar, distensi, menonjol, atau cekung), bagian samping abdomen (ada atau
tidaknya benjolan atau massa), kesimetrisan dinding abdomen, massa atau
organomegali yang tampak menonjol (misalnya hepatomegali atau
splenomegali)
4. Peristaltik : Pada pasien yang sangat kurus, kemungkinan gerakan
peristaltik usus dapat terlihat, terutama apabila terdapat obstruksi.
5. Pulsasi : Pulsasi aorta juga dapat terlihat pada pasien yang sangat kurus.
Apabila terlihat pada area epigastrium, maka dapat dikatakan normal.
b. Palpasi
palpasi pada pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari palpasi ringan dan
dalam. Palpasi ringan dapat menilai adanya nyeri tekan, defans muskular.
Apabila terdapat defans, bedakan antara tahanan volunter dan spasme otot
involunter, karena adanya spasme yang involunter dapat mengarahkan diagnosis
ke peritonitis.
c. Perkusi
Perkusi pada bagian infero-anterior arcus costae sebelah kanan dapat
ditemukan pekak karena adanya hepar, sedangkan di sebelah kiri akan
ditemukan timpani pada area gaster dan fleksura lienalis.
Perkusi dilakukan dengan mengekstensikan jari tengah telapak tangan kiri
(pleximeter) pada permukaan bagian abdomen yang mau diperkusi, dengan jari
tengah kanan difleksikan (perkusor) sambil diketuk berulang di sendi
interphalangeal distal pada pleximeter.
d. Auskultasi
Pada auskultasi abdomen, dapat ditemukan adanya bunyi seperti murmur
di aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis
4. Pelvis:
a. Inspeksi
1. Lihat kontur pelvis, distensi, bentuk umbilicus (hernia),
2. pembesaran daerah pelvis yang mengindikasikan adanya kehamilan,
tumor, pembesaran organ atau adanya cairan atau gas.
3. warna kulit; kuning, kebiruan atau kemerahan.
4. adanya skar pada abdomen, strech marks, rashes atau lesi.
b. Palpasi
1. Daerah dengan nyeri dapat diperiksa terakhir.
2. Gunakan tekanan ringan untuk merasakan gambaran umum daerah perut.
3. Gunakan tekanan lebih dalam untuk mendeteksi bentuk, ukuran,
konsistensi, mobilitas dan adanya nyeri tekan dan nyeri lepas pada massa
abdomen.
4. Adanya defense muskular
5. Adanya massa atau nyeri tekan di plot pada kuadran darah abdomen.
6. Adanya pembesaran kelenjar getah bening inguinal
5. Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi kulit dan kuku
1. Kuku halus, warna merah muda
2. Jaringan kulit utuh pengisian kapiler < 3 dtk
3. Cembung dan sudut antara kuku – dasar sekitar 1600
4. Kuku sangat tebal / tipis, warna kuku pucat / sianosis
5. Jaringan kulit tidak utuh
6. Pengisian kapiler > 3 dtk
7. Terdapat lekukan – lekukan (krn injury)
8. Kuku cendrung “ spoon nail”
9. Sudut antara kuku dan dasar kuku sekitar 1800 lebih
Palpasi
1. Irama teratur
2. Kekuatan denyut sama dalam setiap denyutan
3. Denyutan terasa penuh dan mudah dipalpasi
4. Frekuensi dalam batas normal ( dewasa 100x/mnt )
5. Irama regular
6. Kekuatan setiap denyutan tidak sama
7. Denyutan lemah
8. Frekuensi melebihi atau kurang dari batas normal
6. Neurologis :
a. Kesadaran
b. Tanda pasangan selaput otak (meningeal signs)
c. Nn. Craniales
d. Motorik
e. Susunan saraf otonom
f. Fungsi koordinasi
g. Dll tergatung keluhan utama.

c. Analisa Data
N DATA ETIOLOGI/PENYEBAB MASALAH
O
1. DO: Riwayat penyakit Kelebihan volume
-    Perut klien terlihat (Hipertensi) cairan
membesar Suplay darah ke ginjal ↓
-    Hasil labor
menunjukkan ureum
↑ 380 mg/ dl Fungsi ginjal ↓
(normalnya 20-40
mg/ dl)  
-    Kreatinin ↑ 15
(normalnya 0,5-1,5 Retensi Natrium dan air
mg/ dl)
-    SGOT 19 (N:
<21)
-    SGPT 30 (N: <23) Kelebihan volume cairan
-    Hasil USG : Pada
kedua ginjal
didapatkan kedua
ginjal tampak
mengeci
DS:
-    Keluarga
mengatakan bahwa
akhir-akhir ini pasien
BAK dengan jumlah
yang sedikit.
2. DO: Riwayat penyakit Intoleransi aktivitas
-     Pasien terlihat (Hipertensi)
lemah dan pucat
-     TD: 100/70 Sekresi eritropoetin

mmHg ↓

-     Nadi 70x/menit


-     Hb: 6,2 mg/dl
Produksi Hb ↓
DS:
-     Keluarga
 
mengatakan bahwa
Suplay oksigen ↓
klien tidak nafsu
makan.
-     Klien mengeluh
Intoleransi aktivitas
sakit pinggang
3. DO: Riwayat penyakit Risiko gangguan nutrisi
-     Klien terlihat (Hipertensi) kurang dari kebutuhan
lemah, mual dan
muntah Fungsi renal ↓

DS:
Terjadi uremia
-     Keluarga
mengatakan klien
Gangguan
tidak nafsu makan
keseimbangan asam basa

d. Tindakan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA IMPLEMENTASI


O KEPERAWAT TINDAKAN
AN
1. Kelebihan Mempertahanka a. Kaji status cairan a.   Pengkajian
volume cairan n berat tubuh dengan menimbang merupakan dasar
berhubungan ideal tanpa berat badan perhari, dan data dasar
dengan kelebihan keseimbangan berkelanjutan
penurunan cairan. masukan dan untuk memantau
haluaran urin, haluaran, turgor kulit perubahan dan
diet berlebihan dan adanya edema, mengevaluasi
dan retensi distensi vena leher, intervensi.
cairan dan dan tanda-tanda vital. b.   Pembatasan
natrium b.   Batasi masukan cairan akan
cairan menentukan berat
c.   Jelaskan pada tubuh ideal,
pasien dan keluarga haluaran urin, dan
tentang pembatasan respon terhadap
cairan. terapi.
d.   Bantu pasien c.   Pemahaman
dalam menghadapi meningkatkan
ketidaknyamanan kerjasama pasien
akibat pembatasan dan keluarga dalam
cairan. pembatasan cairan
e.   Tingkatkan dan d.   Kenyamanan
dorong hygiene oral pasien
dengan sering. meningkatkan
kepatuhan terhadap
pembatasan diet.
e.   Hygiene oral
mengurangi
kekeringan
membrane mukosa
mulut.
2. Intoleransi Berpartisipasi a.    Kaji faktor yang a. Menyediakan
aktivitas dalam aktivitas menimbulkan informasi tentang
berhubungan yang dapat keletihan; anemia, indikasi tingakt
dengan ditoleransi. ketidakseimbangan keletihan.
keletihan, cairan dan elektrolit, b.   Meningkatkan
anemia, retensi retensi produk aktivitas ringan/
produk sampah sampah, depresi. sedang dan
dan prosedur b.   Tingkatkan memperbaiki harga
dialisis kemandirian dalam diri.
aktivitas perawatan c.   Mendorong
diri yang dapat latihan dan
ditoleransi; bantu jika aktivitas dalam
keletihan terjadi. batas-batas yang
c.    Anjurkan dapat ditoleransi
aktivitas alternatif dan istirahat yang
sambil istirahat. adekuat.
d.   Anjurkan untuk d.   Istirahat yang
beristirahat setelah adekuat dianjurkan
dialisis. setelah dialysis.
3. Kurang Meningkatkan a.   Kaji ulang a.    Memberikan
pengetahuan pengetahuan pengetahuan klien dasar pengetahuan
tentang kondisi, mengenai tentang proses dimana pasien
prognosis kondisi dan penyakit/ prognosis. dapat membuat
berhubungan penanganan b.   Kaji ulang pilihan berdasarkan
dengan kurang yang pembatasan diet, imformasi.
terpajan, salah bersangkutan. fosfat, dan Mg. b.   Pembatasan
interprestasi c.   Kaji ulang fosfat meransang
imformasi tindakan mencegah kelenjar paratiroid
perdarahan : sikat untuk pergeseran
gigi halus. kalsium dan tulang.
d.   Buat program c.    Menurunkan
latihan rutin, resiko sehubungan
kemampuan dalam dengan perubahan
toleransi aktivitas. pembekuan/
penurunan jumlah
trombosit.
d.   Membantu
dalam
mempertahankan
tonus otot dan
kelenturan sendi.

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan pemikiran yang harus dilakukan perawat untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pencapaian tujuan, keberhasilan ini melalui tingkat keperawatan
yang dilakukan. Apabila tindakan belum tercapai atau pencapaian kriteria maka
perawat perlu melihat kembali pada setiap langkah atau proses keperawatan pada
setiap evaluasi. Strategi dapat dilihat dari masalah yang sudah diatasi.
f. Discharge Planning:
Kegagalan fungsi ginjal pada Gagal Ginjal Kronis (GGK) mengakibatkan
ketidakmampuan tubuh membuang sisa metabolisme. Pasien GGK diharuskan
melakukan hemodialisis dan pengaturan asupan nutrisi untuk mempertahankan
kondisi kesehatannya. Kurangnya pemahaman dan kepatuhan pasien dalam
melakukan program terapi dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan. Oleh
karena itu discharge planning menjadi sangat penting bagi pasien GGK. Dalam hal ini
harus memperhatikan Perubahan gaya hidup yang dialami pasien gagal ginjal kronis
yakni melakukan diet, pengaturan cairan, pengobatan, dan pembatasan aktivitas.
Dalam manajemen discharge planning pada pasien GGK diketahui bahwa peran
perawat yang sangat penting adalah peran sebagai educator, peran sebagai pelaksana
discharge planning dan peran managerial oleh kepala ruang. Beban kerja dan
kurangnya motivasi perawat menjadi hambatan internal kurang maksimalnya
pelaksanaan discharge planning, sedangkan hambatan eksternal berasal dari pasien
yang cenderung sulit untuk menerima informasi.

Anda mungkin juga menyukai