Anda di halaman 1dari 42

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.

D Dengan Perilaku Kekerasan


Di Ruangan Sorik Merapi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2019

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Anggi Naomi Sinambela, S.Kep 7. Nila Halimah, S.Kep
2. Erwin, S.Kep 8. Reo F. Manurung, S.Kep
3. Ivan Florida A. Amazihono, S.Kep 9. Popy Ari Wibowo, S.Kep
4. Devi Ulandari, S.Kep 10. Radius Baene, S.Kep
5. Martinus Waruwu, S.Kep 11. Surya A. Susilawaty, S.Kep
6. M. David, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kelompok yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan Perilaku
Kekerasan Di Sorik Merapi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019”.
Dalam makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
asuhan keperawatan dan laporan studi kasus ini masih ada kekurangan dalam segi
penyusunan kata-kata serta pengetahuan maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan bantuan dan saran serta kritik yang membangun dari bapak/ibu
dan pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan asuhan keperawatan jiwa ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas praktek
lapangan dan menerapkan teori yang telah diperoleh mahasiswa/I selama pendidikan di
Universitas Sari Mutiara Indonesia. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Candra Syafei, SpOG, selaku direktur RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem
Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk praktek di RS Jiwa
Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Fithria Aldy, M.Ked, SpM, selaku Rektor STIKes Flora Medan yang telah
menjalin hubungan kerjasama dengan pihak RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara sehingga kelompok dapat melakukan praktik keperawatan jiwa di
RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara
3. Bapak Safaruddin, S.Kep, Ns, selaku Kepala Bidang Keperawatan RS Jiwa Prof.
Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara dan sekaligus pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama melakukan praktek asuhan keperawatan
jiwa.
4. Ibu Lince Herawaty, S.Pd, S.Kep., Ns, selaku Ketua Bagian Diklat RS JiwaProf.
Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
5. Seluruh Staff RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
6. Ibu Suherni, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Ka. Prodi Profesi Ners STIKes Flora
Medan.

i
7. selaku pembimbing institusi Koordinator Prodi Profesi Ners STIKes Flora Medan.
8. Seluruh Staff Pengajar Program Profesi Ners STIKes Flora Medan.
9. Teman-teman seperjuangan yang mendukung dalam menyelesaikan makalah ini
Akhir kata kelompok sampaikan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi penyusun.

Med

Kelompok

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan Perilaku Kekerasan


Di Ruangan Dolok Martimbang Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2018

DISETUJUI OLEH

Koordinator Program Profesi Ners Pembimbing


STIKes Flora Medan RSJ Prof. Dr. M. Ildrem
Prov. Sumatera Utara

(Lilis Pujiati, S.Kep, Ns) (Safaruddin, S.Kep, Ns)

Menyetujui,
Ka. Prodi Profesi Ners STIKes Flora Medan

(Suherni, S.Kep, Ns, M.Kep)

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 3


2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan................................................... 3
2.1.1 Definisi Perilaku Kekerasan................................................. 3
2.1.2 Rentang Respon Marah......................................................... 4
2.2 Etiologi............................................................................................... 4
2.2.1 Faktor Predisposisi................................................................. 4
2.2.2 Faktor Presipitasi ................................................................... 5
2.3 Klasifikasi Perilaku Kekerasan ......................................................... 5
2.3.1 Kekerasan Fisik ..................................................................... 5
2.3.2 Kekerasan Psikis.................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 6
2.5 Psikopatologi .................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Medis Pada Perilaku Kekerasan ............................ 7
2.6.1 Fisikofarmakologis ................................................................ 7
2.6.2 Terapi Kejang Listrik/Electro
Convulsive Therapy (ETC) ................................................... 8
2.6.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ....................................... 9

BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................. 10

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering tampak klien perilaku kekerasan diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi di bawa ke
rumah sakit jiwa. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai,
keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan), (Moena, 2014).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif, (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan
juga diartikan sebagai bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal,
di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan, (Moena, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kelompok membahas satu kasus asuhan keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu memahami asuhan keperawatan pada Tn. P dengan Perilaku
Kekerasan di Ruangan Sorik Merapi
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. P dengan Perilaku
Kekerasan di Ruangan Sorik Merapi

1
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. P dengan Perilaku
Kekerasan di Ruangan Sorik Merapi
d. Mampu menentukan intervensi pada Tn. P dengan Perilaku Kekerasan
di Ruangan Sorik Merapi
e. Mampu melakukan implementasi pada Tn. P dengan Perilaku Kekerasan
di Ruangan Sorik Merapi
f. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. P dengan Perilaku Kekerasan di
Ruangan Sorik Merapi
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada
Tn. P dengan Perilaku Kekerasan di Ruangan Sorik Merapi

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


2.1.1 Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (Keliat dkk, 2011).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang


bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik psikologis (Budiana Keliat,
1999). Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat disertai kehilangan control diri individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Stuart and Sundeen, 1998).

Perilaku kekerasan dianggap sebagai salah satu akibat yang ekstrim dari
marah atau kekuatan(panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu
sendiri sering dipandang suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi
dan perilak kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang
menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara
mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena
penggunaan koping yang kurang bagus (Kusumawati dan Hartono, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian perilaku kekerasan di atas dapat


disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran frustasi, benci atau marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan
(Raharja, 2013).

3
2.1.2 Rentang Respon Marah

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan


melarikan diri/respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menantang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif kekerasan.
Perilaku yang ditampakkan dimulai dari yang rencah sampai tinggi, yaitu:
a. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa melukai. Umumnya
klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
b. Kekerasan
Sering juga disebut gaduh, gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi
kata-kata mengancam, melukai tingkat ringan dan paling berat adalah
melukai/merusak secara serius. Sehingga klien tidak mampu
mengendalikan diri.

2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul secara agresif/amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah/diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

4
c. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (positif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bio Neurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.

2.2.2 Faktor Presipitasi


a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan
b. Lingkungan
Situasi yang ribut, padat
c. Orang lain
Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan, interaksi sosial
propokatif, dan konflik (Keliat, 1999).

2.3 Klasifikasi Perilaku Kekerasan


2.3.1 Kekerasan Fisik
Bentuk ini paling mudah dikenali. Terkategori kekerasan sebagai kekerasan
jenis ini adalah menampar, menendang, memukul/meninju, mencekik, dan
lain-lain. Korban kekerasan jenis ini biasanya tampak secara langsung pada
fisik korban.
2.3.2 Kekerasan Psikis
Bentuk ini tidak mudah dikenali. Akibat yang dirasakan oleh korban tidak
memberikan bekas yang nampak jelas bagi orang lain. Akan tetapi
berpengaruh pada situasi perasaan, tidak aman dan nyaman, serta
menurunnya harga diri dan martabat korban.

5
2.4 Manifestasi Klinis
2.4.1 Data Subjektif
a. Mengeluh perasaan terancam
b. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik,
dada sesak, bingung.

2.4.2 Data Objektif


a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebar
f. Sering memaksakan kehendak
g. Memukul jika tidak senang

2.5 Psikopatologi
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan sekitar ada 480 juta orang di dunia mengalami gangguan
keehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 % - 0,8 % penderita skizofrenia
dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang
anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004) dalam Carolina 2008. Data
WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira
12-16 % mengalami gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO,
2006).

Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan yang ada pada pasien
perilaku kekerasan di lakukan dalam 4 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan,
pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalah ke dalam

6
jadwal kegiatan. Di harapkan pasien akan berlatih sesuai jadwal kegiatan yang telah
dibuat dan akan di evaluasi oleh perawat pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, akan dinilai tingkat kemampuan klien
dalam mengatasi masalahnya yaitu mandiri, bantuan atau tergantung. Tingkat
kemampuan mandiri jika klien melaksanakan kegiatan tanpa di bombing dan tanpa
di suruh. Bantuan, jika pasien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan
dengan bantuan, pasien dapat melaksanakan dengan baik. Tergantung, jika pasien
sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat (Budiana
Keliat, 2001).

2.6 Penatalaksanaan Medis Pada Pasien Perilaku Kekerasan


Penatalaksanaan klien perilaku kekerasan adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan yang lain, seperti :
2.6.1 Fisikofarmakologis
a. Lorazepam
Pilihan yang baik digunakan untuk mengobati pasien dengan agitasi dan
prilaku kekerasan secara khusus apabila etiologi masih belum jelas.
Obat ini aman dan efektif. Obat ini adalah satu – satunya obat
benzodiazepine yang diserap dengan baik apabila diberikan
intramuskular. Lorazepam juga dapat diberikan secara oral, sublingual,
atau intravaskular. Pemberian obat ini harus hati-hati karena dapat
menimbulkan depresi pernafasan
b. Antipsikotik
Jenis ini terbagi 2 yaitu :
- Haloperidol
Generasi pertama yaitu haloperidol yang dapat diberikan secara
intramuskular untuk mengatasi agitasi dan perilaku kekerasan pada
pasien dengan variasi penyebab yang luas. Haloperidol tidak terlalu
menyebabkan hipotensi dan hanya memiliki efek antikolinergik yang
kecil.
- Risperidone, Clozapine, Ziprasidone, dan Olanzapine

7
Generasi kedua ini sekarang menjadi pilihan yang penting dalam
penanganan perilaku kekerasan pada pasien psikosis. Obat-obat ini
mempunyai efek samping yang lebih rendah dalam hal efek
ekstrapiramidal, akatisia, dan tardive diskinesia. Kedua obat generasi
berjenis antipsikotik ini tidak dianjurkan diberikan pada pasien tanpa
gangguan psikotik atau bipolar.
c. Antidepresan
Antidepresan dapat mengurangi ketakutan, irritabilitas, dan kecemasan.
Emosi ini memiliki spektrum yang sama dengan agitasi. Penemuan
sekarang menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan mood yang
negatif dan prilaku kekerasan seperti juga perubahan positif pada
kepribadian. Pasien dengan gangguan kepribadian yang diberikan obat
antidepresan serotonin ini dapat berkurang irritabilitas dan prilaku
kekerasannya.
d. Mood Stabilizer
Mood stabilizer digunakan untuk menangani pasien dengan gangguan
bipolar dan sebagai terapi tambahan pada skizofrenia. Obat – obat ini
digunakan juga untuk mengatasi perilaku kekerasan meskipun bukan
merupakan protitipe untuk tujuan ini. Valproate (Depakene) banyak
digunakan untuk mengontrol perilaku kekerasan pada beberapa keadaan
psikiatri seperti demensia, gangguan kepribadian ambang, sindrom
mood organik, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan skizoafektif,
dan retardasi mental. Divalproex (Depakote) dan Carbamazepine
digunakan secara luas untuk mengatasi impulsitas dan perilaku
kekerasan. Sayangnya Carbamazepine mempunyai efek samping seperti
pusing, ataksia, kebingungan, agranulositosis dan hepatotoksis sehingga
penggunaannya terbatas. 

2.6.2 Terapi Kejang Listrik/Electro Convulsive Therapy (ECT)


ECT merupakan jenis pengobatan untuk gangguan jiwa dengan
menggunakan aliran listrik yang dialirkan ke tubuhnya. Awalnya, pasien
diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran

8
listrik yang sangat lemah dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada
pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran
ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan,
karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya.
Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan
kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa
tentang pengobatan yang dilakukan. 

2.6.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih. Fokus terapi aktivitas kelompok adalah
membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan atau ketiganya. Terapi aktivitas kelompok dibagi kedalam 4,
yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok sensori, terapi aktivitas kelompok realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi

9
BAB 3
TINJAUAN KASUS

KASUS :
Seorang klien bernama Tn. P berusia 34 tahun datang ke UGD Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera Utara dengan diantar keluarganya. Keadaan
klien pada saat itu marah-marah dan penampilan berantakan. Keluarga klien
mengatakan Tn.P dibawa ke RS Jiwa karena habis memukul abangnya. Pengakuan Tn.P
pada saat itu Tn.P diajak makan oleh abangnya diwarung namun tiba-tiba Tn.P
memukul abangnya karena ada suara-suara yang menyuruh Tn. P untuk memukul
abangnya itu. Klien mengaku jika dirinya pernah gagal jadi polisi sehingga Tn. P sering
marah-marah dan menghancurkan barang-barang dirumah. Sebelumnya klien sudah
pernah sembuh dan pulang namun karena tidak teratur minum obat klien kambuh dan
kembali masuk ke RS Jiwa. Saat ini diagnosa klien adalah Perilaku Kekerasan.

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. P Dengan Perilaku Kekerasan Di


Ruangan Sorik Merapi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2019

RUANGAN RAWAT : Sorik Merapi


TANGGAL DIRAWAT : 1 Oktober 2019

I. Identitas Klien
Inisial/Nama : Tn. P
Tanggal Pengkajian : 7 Oktober 2019
Umur : 34 Tahun
No CM. : 03.99.64
Informan : Status klien

II. Alasan Masuk :


Keluarga klien mengatakan jika klien memukul abangnya secara tiba-tiba pada
saat diajak makan diwarung. Abang klien sama sekali tidak melawan namun

10
klien terus memukul abangnya sampai akhirnya abang klien membawanya ke
rumah sakit jiwa bersama ibunya.

III. Faktor Presdiposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
(√ ) Ya ( ) Tidak
2. Pengobatan Sebelumnya :
(√ ) Berhasil ( ) Kurang Berhasil ( ) Tidak Berhasil
3. Trauma : Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik (-)(-) (-)(-) (-)(-)
Aniaya Seksual (-)(-) (-)(-) (-)(-)
Penolakan (-)(-) (-)(-) (-)(-)
Kekerasan Dalam Kel. (-)(-) (-)(-) (-)(-)
Tindakan Kriminal (-)(-) (-)(-) (-)(-)

Jelaskan No.
1. Klien sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa tanggal 5 Mei 2019
kemudian pulang kerumah dalam keadaan tenang. Beberapa minggu
kemudian klien kambuh lagi dan keluarga membawa klien kembali ke
rumah sakit jiwa pada tanggal 1Oktober 2019.
2. Pengobatan sebelumnya berhasil namun klien kambuh lagi karena klien
mendengar suara-suara lagi dan marah-marah
3. Tidak ada aniaya fisik terhadap klien, tidak ada aniaya seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal terhadap
klien.

Masalah Keperawatan : - Regimen terapi in-efektif


- Koping keluarga in-efektif
- Perilaku kekerasan

11
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ( ) Ya (√) Tidak
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


5. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal satu rumah
: Cerai

Jelaskan :
Dari genogram terlihat jika klien adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara dan
tinggal serumah dengan kedua orangtuanya dan saudara-saudaranya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :


Klien gagal masuk jadi anggota polisi. Klien ingin sekali masuk polisi
namun orangtua tidak menyetujui permintaan klien karena biaya masuk

12
polisi mahal. Dan pada saat itu juga klien menjadi marah dan merusak
barang-barang yang ada dirumah serta memukul ibunya
Masalah Keperawatan : - Koping individu in-efektif
- Perilaku Kekerasan

IV. Fisik
1. Tanda Vital : TD : 110/70mmHg N : 80x/i S : 36oC RR : 20x/i
2. Ukur : TB : 150Cm BB : 50Kg
3. Keluhan Fisik : Ya √ Tidak
Jelaskan :
Tidak ada keluhan fisik terhadap klien ketika tiba di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. Psikososial
1. Konsep Diri :
a. Gambaran Diri :
Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya seperti mata, tangan dan
tubuhnya karena merasa cocok jadi polisi
b. Identitas
Klien dapat menyebutkan nama, usia dan alamat rumahnya ketika
diwawancarai
c. Peran
Klien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Klien juga berperan
sebagai abang diantara kedua adik-adiknya dan merasa jika dirinya
adalah abang yang baik buat adik-adiknya
d. Ideal Diri
Klien ingin cepat sembuh dan segera berkumpul dengan keluarganya
yang berada dirumah
e. Harga Diri
Klien terus diejek oleh tetangganya karena dianggap tidak punya
pekerjaan dan tidak berguna
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah (HDR)

13
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Keluarga karena klien merasa nyaman jika dekat dengan keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien tidak ada berperan dalam kegiatan kelompok/masyarakat semasa
dirinya belum masuk ke rumah sakit jiwa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien jarang berinteraksi dengan orang lain karena sering diejek oleh
tetangganya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah (HDR)

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Kristen dan yakin dengan kepercayaannya.
b. Kegiatan Ibadah :
Klien rajin melakukan kegiatan ibadah sebelum masuk ke rumah sakit
jiwa
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VI. Status Mental


1. Penampilan
√ Tidak Rapi Penggunaan Pakaian Cara Pakaian
Tidak Sesuai Tidak Seperti
Biasanya
Jelaskan :
Rambut kotor, badan bau, pakaian tidak rapi. Selama di rumah sakit jiwa
klien mandi tidak bersih
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri (DPD)

14
2. Pembicaraan :
Cepat Keras Gugup Inkoheren

Apatis √ Lambat Membisu Tidak Mampu


Memulai
Pembicaraan

Jelaskan : Klien hanya mampu berbicara dengan lambat namun jelas dan
ketika di wawancarai klien terus tertawa
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Apatis

Tik Grimasen Tremor Komlusif

Jelaskan :
Klien tidak ada merasa terganggu dengan aktivitasnya selama berada di
rumah sakit jiwa.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaan :
√ Lesu Ketakutan Putus Asa Gembira
Berlebihan

Jelaskan : Klien merasa lesu dan sedih karena keluarga belum datang
berkunjung semenjak masuk lagi ke rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah (HDR)

5. Afek :
Datar Tumpul √ Labil Tidak Sesuai

15
Jelaskan :
klien bisa tiba-tiba marah, kontak mata tajam, kadang terdiam tidak
menjawab ketika diberi beberapa pertanyaan tentang keadaanya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

6. Interaksi Selama Wawancara :


Bermusuhan Tidak Kooperatif √ Mudah Tersinggung

Kontak Mata Kurang Defensif Curiga

Jelaskan :
Selama wawancara klien mudah tersinggung, namun klien masih bisa
mengontrol amarah dan emosinya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

7. Persepsi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghirupan

Jelaskan :
Klien masih mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
orang lain namun klien bisa mengontrolnya dengan cara menutup kedua
kupingnya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran

8. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Asosiasi

Fight Of Ideas Blocking Pengulangan


Pembicaraan/
Persevasi

16
Jelaskan :
selama dirawat di rumah sakit jiwa klien tidak ada mengalami gangguan
proses pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Deporsonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

WAHAM
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilstik Sisip Pikir Siap Pikir Kontrol Pikir

Jelaskan : klien tidak ada mengalami gangguan isi pikir dan waham
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Sedasi Supor

Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan :
Klien memiliki tingkat kesadaran penuh (compos mentis) dan klien tidak
mengalami disorientasi seperti waktu, tempat dan orang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

17
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek

gangguan daya saat ini Konfabulasi

Jelaskan :
Klien mampu mengingat menu sarapan tadi pagi karena klien tidak ada
mengalami gangguan daya ingat (memori)
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi


Mudah Beralih Tidak Mampu Tidak Mampu
Berkonsntrasi Berhitung
Sederhana
Jelaskan :
Klien mampu berkonsentrasi dalam berhitung dan menjumlahkan beberapa
angka yang diberikan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian


Gangguan Ringan Gangguan Bermakna

Jelaskan :
Klien tidak mengalami gangguan kemampuan penilaian, klien mampu
mengambil keputusan sederhana
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

14. Daya Tilik Diri


Mengingkari Penyakit Menyatakan Hal-Hal Diluar
Yang Diderita Dirinya

18
Jelaskan :
Klien mengakui jika dirinya mengalami gangguan jiwa dan alasan klien
masuk ke rumah sakit jiwa karena telah memukul abangnya sehingga
keluarga langsung membawanya ke rumah sakit jiwa untuk dirawat.
Masalah Keperawatan : Koping individu in-efektif

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak
Makanan Pakaian/berhias

BAB/BAK Transportasi

Keamanan Tempat Tinggal

Perawatan Uang
Kesehatan

Jelaskan : -
- Apakah anda puas dengan pola makan anda ?
- Apakah anda makan memisahkan diri ?
- Frekuensi makan/hari......kali
- Frekuensi/hari..........kali
Meningkat Menurun Berlebih Sedikit-sedikit

- Nafsu makan
Meningkat Menurun

- Berat Badan : ......Kg BB Tertinggi : ......Kg BB Terendah : ......Kg


- Diet Khusus :
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

19
2. Tidur Ya Tidak
 Apakah ada masalah ?
 Apakah anda merasa tenang bangun ?
 Apakah anda kebiasaan tidur siang ?

Lamanya : ............Jam
 Waktu tidur malam : .................. Jam Waktu Bangun : ......... Jam
Beri tanda “√” sesuai dengan keadaan klien
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur

Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur

Somnabolisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

3. Kemampuan Klien Dalam Hal : Ya Tidak


 Apakah ada masalah ?

 Membuat Keputusan Berdasarkan Keinginan Sendiri

 Mengatur Penggunaan Obat

 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan (follow up)


Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

20
4. Klien Memiliki Sistem Pendukung
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga Teman Sejawat

Profesionalisme/Terapis Kelompok Sejawat


Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

5. Apakah klien menikmati saat bekerja. Kegiatan yang Ya Tidak


menghasilkan atau hobi?

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum Alkohol

Mampu Menyelesaikan Masalah Reaksi Lambat/berlebih

Teknik Relaksasi Bekerja Berlebihan

Aktivitas Konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai Diri

Lainnya Lainnya

Masalah Keperawatan : -

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
c. Masalah dengan pendidikan
d. Masalah Pekerjaan

21
e. Masalah Ekonomi
f. Masalah Lain

X. Pengetahuan Kurang Tentang


Adaptif Maladaptif

Penyakit Jiwa Sistem Pendukung

Faktor Pretipasi Penyakit Fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya

Masalah Keperawatan : -

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid

Terapi Medik :
- Resperidone tab 2x1 (2 mg)
- Clozapine 2x1 (25 mg)

XII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (HDR)
3. Koping Individu Inefektif
4. Koping Keluarga Individu
5. Regimen Terapi Inefektif

22
ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan


1 Data Subjek : Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan pernah mukul abangnya

Data Objektif :
- Klien tampak gelisah
- Pandangan mata klien tampak tajam
- Klien tampak memukul teman 1 ruangannya
2 Data Subjektif : Gangguan Konsep Diri
- Klien merasa terasingkan sejak dirawat di Harga Diri Rendah : (HDR)
Rumah Sakit Jiwa

Data Objektif :
- Klien tampak menyendiri dan diam
3 Data Subjektif : Koping Individu Inefektif
- Klien menyalahkan dirinya sendiri atas
penyakit yang dideritanya

Data Objektif :
- Klien tampak menghindari orang lain dan
melakukan kekerasan keika mengalami
masalah

4 Data Subjektif : Koping Keluarga Inefektif


- Klien mengatakan jika keluarganya malu
dengan sikap klien

Data Objektif :
- Klien tampak sedih mengingat ibunya
- Tidak ada keluarga klien yang datang
sampai saat ini
5 Data Subjektif : Regimen Terapi Inefektif
- Klien mengatakan sudah bosan minum obat

23
pada saat dirumah

Data Objektif :
- Klien kambuh lagi sehingga diantar kembali
ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya

XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah : (HDR)

24
XIV. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Regimen Terapi
Inefektif

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


Rendah (HDR)

Koping Keluarga
Inefektif

Koping Individu
Inefektif

25
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Perilaku SP 1 : Klien mampu : - Bina hubungan
Kekerasan Klien dapat - Menyebutkan saling percaya
mengidentifikasi penyebab, tanda, - Diskusikan bersama
penyebab dan tanda gejala dan akibat klien penyebab
perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku kekerasan
- Memperagakan cara saat ini dan yang lalu
fisik 1 dan 2 untuk - Diskusikan perasaan
mengontrol perilaku klien jika terjadi
kekerasan penyebab perilaku
kekerasan
- Diskusikan bersama
klien perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat
marah
- Diskusikan bersama
klien akibat
perilakunya
- Diskusikan bersama
klien cara
mengontrol perilaku
kekerasan
- Latih klien
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
latihan tarik nafas
dalam dan pukul
kasur bantal
- Berikan pujian jika
klien dapat
melakukannya
SP 2 : Klien mampu: - Latih klien cara
Klien dapat - Memperagakan cara berkomunikasi
berkomunikasi berkomunikasi dengan baik/verbal
dengan baik secara verbal untuk kepada lawan
mengontrol perilaku bicaranya
kekerasan - Latih klien cara
menolak dengan
baik
- Latih klien cara
meminta sesuatu
dengan baik
- Latih klien cara
mengungkapkan

26
sesuatu atau
perasaan dengan
baik
- Puji klien jika
berhasil
melakukannya
SP 3 : Klien mampu : - Diskusikan tentang
Klien dapat - Memdemonstrasikan manfaat minum obat
menggunakan obat cara minum obat dan kerugian tidak
dengan benar dengan benar dan minum obat, dosis,
patuh minum obat nama, frekuensi dan
efek samping dari
obat
- Pantau saat klien
minum obat
- Anjurkan klien
minta sendiri
obatnya pada
perawat
- Beri pujian jika klien
menggunakan obat
dengan benar
- Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi ke
dokter
- Anjurkan klien
berkonsultasi dengan
dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
SP 4 : Klien mampu : - Anjurkan klien
Klien dapat - Melakukan cara-cara untuk berdoa sesuai
memperagakan cara yang berhubungan dengan
melakukan spiritual dengan spiritual keyakinannya
- Yakinkan klien
untuk terus berdoa
dan kuat selama
dirawat.
- Beri pujian jika klien
berhasil
melakukannya
Gangguan Konsep SP 1 : Klien mampu - Diskusikan
Diri : Harga Diri Klien mampu mengidentifikasi : kemampuan dan
Rendah (HDR) mengidentifikasi - Kemampuan yang aspek positif yang
kemampuan dan dimiliki klien dimiliki klien
aspek positif yang - Aspek positif - Hindarkan memberi
dimiliki keluarga penilaian negatif

27
- Aspek positif terhadap klien setiap
lingkungan yang bertemu
dimiliki klien - Beri pujian yang
realistis
SP 2 : Klien mampu : - Diskusikan dengan
Klien mampu - Menilai kemampuan klien kemampuan
menilai kemampuan yang digunakan di yang masih
yang digunakan rumah sakit digunakan selama
dirawat di Rumah
Sakit Jiwa
- Diskusikan
kemampuan klien
yang dapat
dilanjutkan selama
di RSJ
- Beri pujian jika
klien berhasil
melakukannya

28
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
WAKTU KEPERAWATAN
selasa, 8 oktober Perilaku Kekerasan SP 1 : S:
2019 - Melatih klien Klien mengatakan
mengontrol masih sering
10.15 WIB perilaku emosi
kekerasan dengan
cara tarik nafas O:
dalam - Klien
- Kemudian tampak
mengontrol marah-
perilaku marah
kekerasan dengan - Wajah datar
cara pukul - Klien pernah
kasur/bantal memukul
- Menganjurkan tembok
klien
memasukkan cara A:
tarik nafas dalam Resiko Perilaku
dan memukul Kekerasan (+)
kasur/bantal ke
jadwal harian P:
Intervensi
dilanjutkan ke SP
2
Perilaku Kekerasan SP 2 : S:
- Mengevaluasi Klien mengatakan
jadwal kegiatan mampu
harian klien melakukan tarik
- Melatih klien nafas dalam ketika
mengonrol sedang marah dan
perilaku mampu memukul
kekerasan dengan kasur/bantal
berbicara kepada
orang lain O:
- Menganjurkan Klien tampak
klien melakukan apa
memasukkan ke yang sudah
dalam jadwal dijadwalkan
kegiatan dalam kegiatannya

A:
Resiko Perilaku
Kekerasan (+)

P:

29
Intervensi
dilanjutkan ke SP
3
Perilaku Kekerasan SP 3 : S:
- Mengevaluasi Klien mengatakan
jadwal kegiatan minum obat secara
harian klien teratur ketika
- Melatih klien diberikan kepada
mengontrol perawat rumah
perilaku sakit
kekerasan dengan
minum obat O :
secara teratur Klien tampak
- Menganjurkan meminum obat
klien yang sudah
memasukkan ke diresepkan oleh
dalam jadwal dokter
kegiatan
A:
Resiko Perilaku
Kekerasan (+)

P:
Intervensi
dilanjutkan ke SP
4
SP 4 : S:
- Mengevaluasi Klien mengatakan
jadwal harian mampu berdoa
kegiatan klien menurut
- Melatih klien agamanya ketika
mengontrol klien merasa ingin
perilaku kekerasan marah
dengan berdoa
- Menganjurkan O:
klien memasukkan Klien tampak
ke dalam jadwal berdoa ketika
kegiatan sedang sendiri

A:
Resiko Perilaku
Kekerasan (-)

P:
Intervensi
dihentikan
Rabu,9 Oktober Gangguan Konsep SP 1 : S:
2019 Diri : Harga Diri - Mengidentifikasi Klien mengatakan

30
Rendah (HDR) kemampuan dan mampu
10.30 WIB aspek positif yang melakukan
dimiliki klien aktivitas yang
- Membantu klien positif
untuk menilai
kemampuan yang O:
masih dapat Klien tampak
dilakukan mampu
- Membantu klien melakukan
memilih kegiatan aktivitas positif
yang akan dilatih sesuai
sesuai dengan kemampuannya
kemampuan
- Memberi pujian A:
yang wajar Harga Diri
terhadap Rendah (-)
keberhasilan klien
- Menganjurkan P:
klien Intervensi
memasukkan ke dihentikan
dalam jadwal
kegiatan harian

31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan kepada klien dengan masalah utama Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Ruangan Sorik Merapi, maka kelompok mendapatkan gambaran dimana terdapat
persamaan dan perbedaan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan adalah salah satu metode pendekatan masalah yang
meliputi tahap pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi yang harus dilaksanakan.
1. Tahap Pengkajian
Pada tahap pengkajian kelompok mendapatkan data yang ada pada tinjauan teoritis,
yaitu :
a. Berbicara, senyum, tertawa sendiri
b. Menyatakan mendengar sesuatu yang tak terlihat
c. Marah-marah tidak jelas, memukul tembok
d. Mudah tersinggung dan bermusuhan
e. Merasa tidak berguna
f. Penampilan tidak menarik, kacau
g. Tidak mampu melakukan perawatan diri dengan bersih
Dan adapun data yang kelompok peroleh dari hasil pengkajian pada kasus sama
dengan data teori. Namun ada beberapa hal yang tidak ditemukan pada kasus yaitu
pada tahap pembicara

2. Tahap Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang didapat, yaitu :
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Koping Individu Inefekti
d. Koping Keluarga Inefektif
e. Regimen Terapi Inefektif

32
3. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kelompok tidak menemukan hambatan karena semua
fasilitas yang ada di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi
Sumatera Utara sangat mendukung rencana tindakan yang ditetapkan jika
mengatasi masalah.

Dalam melaksanakan perencanaan tinjauan kasus, mengutamakan :


a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien
b. Bimbing pasien mengontrol halusinasi
c. Bimbing cara mengontrol perilaku kekerasan
d. Motivasi klien dengan kelebihan apa yang dimiliki
e. Ciptakan suasana empati pada klien

4. Tahap Pelaksanaan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien rencana perawat yang telah
diterapkan sebelumnya sesuai dengan kondisi dan situasi serta hubungan klien saat
sakit dan pelaksanannya dilakukan sesuai dengan diagnosa yang didapat. Banyak
hal yang mendukung dalam tahap pelaksanaan ini, seperti :
a. Tersedianya sarana ruangan perawatan yang baik
b. Adanya bimbingan dan petunjuk dari petugas kesehatan di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan
kesempatan pada kelompok untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara kelompok dengan klien sehingga
kelompok berusaha semaksimal mungkin melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah disusun.

5. Evaluasi
Pada saat kelompok melakukan evaluasi, kelompok menemukan masalah
keperawatan yang tercapai :
a. Perilaku Kekerasan
Masalah teratasi karena klien mulai bisa mengontrol amarah dan emosinya
kepada orang lain

33
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (HDR)
Masalah teratasi dan klien mulai merasa memiliki harga diri kembali

34
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah kelompok melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera
Utara, maka kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
2. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah mengeluh seperti perasaan
terancam, mengungkapkan perasaan tidak berguna, mengungkapkan perasaan
jengkel, mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, dada sesak, bingung, muka merah. pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi.
3. Dalam tahap pengkajian kelompok melakukan pendekatan pada klien untuk
melakukan pendekatan dalam membina hubungan saling percaya dan
menciptakan lingkungan yang nyaman.
4. Setelah diberikan pengobatan klien sudah mampu mengontrol emosi dan
amarahnya dengan pelan-pelan.

B. Saran
1. Bagi Klien
Klien diharapkan selalu minum obat dengan teratur, sering berkonsultasi
dengan perawat/dokter di rumah sakit, dan klien diharapkan untuk tidak
melakukan kekerasan terhadap orang yang ada disekitarnya

2. Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan selalu memberi dukungan dan memperhatikan klien ketika
sedang dalam perawatan dan pengobatan. Diharapkan klien tidak menjauhi
klien karen klien akan merasa sedih dan bisa kembali kambuh.

35
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada seluruh petugas kesehatan yang berada di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara agar terus melakukan
pendekatan kepada klien sehingga klien dapat berangsur-angsur sembuh dan
kembali ke kehidupan seperti semula.

36
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, F., Keliat, B. A., & Mustikasari, M. (2015). Penerapan Cognitif Behavior
Therapy Pada Klien Halusinasi Dan Perilaku Kekerasan Dengan Pendekatan Model
Stress Adaptasi Stuart Dan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki
Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa, 3(1), 28-42.

Subu, M. A., Holmes, D., & Elliot, J. (2016). Stigmatisasi Dan Perilaku Kekerasan Pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (Odgj) Di Indonesia. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 19(3), 191-199.

Hidayati, R. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Pernapasan Terhadap Perilaku


Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Ipcu Ruang Camar Rsj. Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Skripsi Keperawatan.

Suryanti, S., & Ariani, D. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Klaten. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(1).

Yusuf, S. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sadewa Rsjd Kota Surakarta (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

37

Anda mungkin juga menyukai