PENDAHULUAN
Atlas Diabetes edisi ke-7 (2015) dari IDF menyebutkan bahwa dari catatan
220 negara di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes diperkirakan akan naik dari
415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642 juta pada tahun 2040. Hampir setengah dari
angka tersebut berada di Asia. Penduduk Asia diperkirakan 89 juta jiwa menderita
diabetes. Tercatat 4 dari 5 negara didunia dengan jumlah penderita diabetes yang
terbesar ada di Asia, yaitu India 32,7 juta penderita, RRC 22,6 juta penderita,
Pakistan 8,8 juta penderita dan Jepang 7,1 juta penderita (International Diabetes
Federation 2014). Studi International Diabetes Federation (2014) penyakit DM
diderita oleh 382 juta orang di seluruh dunia. Pada usia 20 tahun keatas, lebih dari 10
orang menderita komplikasi akibat diabetes sedangkan pada usia 65 tahun ke-atas,
kasus DM tipe 2 ini meningkat 1-4 kali lipat.
Indonesia merupakan negara yang menduduki urutan ketujuh dengan
penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat
(Rachmaningtyas, 2013). Di Indonesia prevalensi diabetes mellitus berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun mengalami peningkatan dari 1,5%
dari jumlah populasi pada tahun 2013 menjadi 2,0 % dari jumlah populasi pada tahun
2018. Di Sumatera Utara juga mengalami peningkatan dari 1,8% dari jumlah populasi
pada tahun 2013 menjadi 2,0 % dari jumlah populasi pada tahun 2018 (Riskesdas
2018).
DM yang terus-menerus meningkat disebabkan karena adanya interaks faktor
genetik dengan lingkungan serta faktor risiko lain seperti obesitas dan gaya hidup
bermalas-malasan (Wu et al., 2014). Peningkatan angka insiden diabetes mellitus tipe
2 ini diikuti oleh peningkatan kejadian komplikasi. Komplikasi yang dialami
penderita bermacam-macam diantaranya fisik, kognitif, fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi. Pasien DM baik pada tipe 1 maupun tipe 2 memungkinkan terdapat dua
jenis komplikasi vaskuler yang, yaitu komplikasi makrovaskuler dan komplikasi
mikrovaskuler. Dua jenis komplikasi vaskuler tersebut merupakan komplikasi secara
fisiologis yang dialami penderita DM, sedangkan dampak lainnya yang dapat timbul
adalah dampak sosial dan psikologis sebagai efek dari pengobatan yang dijalani
seumur hidup dan pengaturan makanan yang harus dilakukan setiap hari.
Tujuan pengobatan DM adalah mengurangi resiko komplikasi penyakit
mikrovaskuler dan makrovaskuler, memperbaiki gejala komplikasi, dan mengurangi
jumlah kasus kematian, serta meningkatkan kualitas hidup penderita DM. Resiko
terjadinya komplikasi akibat dari pengelolaan pengobatan dan diet, serta upaya
pencegahan komplikasi DM yang kurang tepat dapat berpotensi mempengaruhi
kualitas hidup penderita DM. Komplikasi yang tidak segera ditangani dengan baik
dan tepat dapat menyebabkan pendeknya rentang hidup seseorang, sehingga sangat
mempengaruhi terhadap penurunan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2
(Restada, 2016).
Menurut WHO kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka
dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan
dalam hubungannya dengan tujuan individu, harapan, standard dan perhatian (WHO,
2014). Dalam hal ini, kualitas hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi para
profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu
tindakan/intervensi atau terapi. Penyakit diabetes mellitus ini akan menyertai seumur
hidup penderita sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika tidak
ditangani dengan baik. dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh seperti
mata, jantung, pembuluh darah, dan saraf yang akan membahayakan jiwa dan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup yang rendah dapat
memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian.