Anda di halaman 1dari 57

Askep Limfoma(kanker kelenjar getah bening)

A.Pendahuluan

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH,
dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun,
jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH
telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan,
penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia
antara 45 sampai 60 tahun. Makin tua umur, makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi
secara umum, LNH bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus LNH lebih sering ditemukan pada pria ketimbang
wanita.Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor enam yang paling sering
ditemukan (www.compas.com)
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci
dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan
putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang
semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit
yaitu: Sel B dan Sel T. Sel B membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan jalan
membuat antibodi yang menyerang dan memusnahkan bakteri.

B.Pengertian Limfoma maligna

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma
malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara
sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh
limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma
bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa
dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

C.Klasifikasi

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan
limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya
dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif

Perbedaan Gejala Klinis antara LNH dan PH

LNH
PH
Pola kelenjar getah bening yang terlibat
Sentrifugal; KGB yang terlibat lebih luas
Sentripetal; KGB yang terlibat setempat-setempat (terlokalisasi); KGB aksila adalah yang
paling sering terkena
Sifat kelenjar getah bening
Keras dan berbatas tegas
Kenyal
Cincin Waldeyer, KGB epitroklear, traktus gastrointestinal dan testis
+
-
KGB Abdomen
+
- ; kecuali pada penderita PH jenis sel B dan usia lanjut
KGB mediastinum
< 20% pasien
> 50% pasien
Sumsum tulang
+
-
Hati
+ ; terutama pada tipe limfoma folikuler
-

D.Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin
lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

E.Patofisiologi Dan Gambaran Klinis

Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ
tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama
beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel
limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
1.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
2.Sering keringat malam
3.Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan

F.Klasifikasi Patologi

Klasifikasi patologi limfoma telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun
1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma menjadi tipe
nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi
ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang
membagi limfoma menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan
patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru
pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of
Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working
Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Klasifikasi Patologi Berdasarkan Working Formulation
Keganasan rendah

Limfoma malignum, limfositik kecil


Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran kecil cleaved
Limfoma malignum, folikular, campuran sel berukuran kecil cleaved dan besar
Keganasan menengah

Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran besar


Limfoma malignum, difus, sel berukuran kecil
Limfoma malignum, difus, campuran sel berukuran kecil dan besar
Limfoma malignum, difus, sel berukuran besar

Keganasan tinggi

Limfoma malignum, sel imunoblastik berukuran besar


Limfoma malignum, sel limfoblastik
Limfoma malignum, sel berukuran kecil noncleaved

Lain-lain

Komposit
Mikosis fungoides
Histiosit
Ekstamedular plasmasitoma
Tidak terklasifikasi

G.Stadium limfoma maligna

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering


dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV
dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1.Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah
bening.
2.Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
3.Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah
bening, serta pada dada dan perut.
4.Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu
organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak

H.Pemeriksaan Diagnosis
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena,
untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan
pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan
darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk
membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi
limfoma maligna:
1.Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar
2.Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan jarum
suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.
3.Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat
apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

I.Penatalaksanaan

Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa cara, sesuai
dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah kambuh, stadium berapa, umur,
kondisi badan, kebutuhan dan keinginan pasien. Secara garis besar penyembuhan terjadi
sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan.
Penatalaksanaan Berdasarkan Tipe Keganasan dan Stadium

Stadium I dan II
Stadium III dan IV
Keganasan Rendah
Rekomendasi:
Radioterapi lapangan terbatas (involvement field radiation therapy)

Alternatif:
Kombinasi terapi (dengan kemoterapi)
Rekomendasi:
Asimtomatik atau ukuran tumor kecil:
Observasi dan deferred
Simtomatik atau ukuran tumor besar:
Kombinasi kemoterapi dengan tanpa interferon

Alternatif:
Asimtomatik atau bulk kecil:
Kemoterapi regimen tunggal
Total-body irradiation
Keganasan Menengah/Tinggi
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP diikuti dengan involved-field radiation therapy
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP
Radiasi adjuvan atau profilaksis
Profilaksis kraniospinal

PATHWAYS

Kelenjar getah bening (nodal)


Diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal)

Mendesak jaringan sekitar


Mendesak Sel syaraf
Mendesak Pembuluh darah

ASUHAN KEPERAWATAN LOMFOMA MALIGNA

A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan
sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.Wajah pucat

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi


2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
terhadap perdaharan
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak ke
jaringan luar
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,
pengobatan dan perawatan
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

C.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi


a.Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºC)
b.Intervensi :
Observasi suhu tubuh pasien
Rasional : dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat.
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)
Rasional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh.
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
Rasional : kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi.
Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.
Rasional : Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan
tubuh menjadi seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.

2.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf


a.Tujuan : nyeri berkurang
b.Intervensi :
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan
meningkat
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi penekanan dan
nyeri.
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.

3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.Intervensi :
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk
makan
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

4.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,


kelelahan.
a.Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan
b.Intervensi :
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan
tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan
oksigen
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien
Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan
oksigen).

5.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan


dan perawatan
a.Tujuan : pasien tidak cemas/berkurang
b.Intervensi
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
Rasional ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur yang akan
dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan
meningkatkan pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalahnya
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien

D.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat

E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºc)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang
http://indokes.blogspot.com/2010/07/askep-limfomakanker-kelenjar-getah.html
ASKEP LIMFOMA

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Limfe adalah cairan jaringan yang masuk kedalam pembuluh limfe

Pembuluh limfe berbentuk seperti tasbih karena mempunyai banyak katub sepanjang
perjalanannya

Pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe → pembuluh limfe kecil → pembuluh limfe
besar → masuk ke aliran darah

Limfe sebelum masuk aliran darah, melalui satu atau banyak kelenjar limfe

Pembuluh limfe aferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe masuk kelenjar
limfe

Pembuluh limfe eferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar
limfe

Limfe masuk aliran   pada pangkal leher melalui: Ductus Limphaticus dexter dan Ductus
thoracicus (Ductus Limphaticus sinister)
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.

Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.

Sebagian cairan darah yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan masuk pembuluh


darah melalui 

saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.

Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan


kelebihan cairan secara  langsung dari ruang interstisial.

Beberapa pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian
dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.

Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.

Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di
dalam saluran limfe.

Limfe dalam pembuluh limfe digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu
oleh katup yang terdapat di sepanjang pembuluh limfe.

FUNGSI SISTEM LIMFATIK

1) Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.


2) Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3) Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran
limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal (di mukosa usus halus)
4) Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu ke dalam jaringan, dan bagian lain
tubuh.
5) Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme

SALURAN LIMFE

Terdapat dua saluran limfe utama, ductus thoracicus dan ductus limfaticus dextra.

Ductus thoracicus atau ductus limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe dari
tubuh bagian tungkai bawah (kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri, kepala kiri,
lengan kiri, kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena subclavia sinistra \

Ductus Limphaticus Dexter ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya ke dalam vena subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan leher.

Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe dapat meradang (kelenjar limfe bengkak, merah dan
sakit), proses ini biasa disebut nglanjer (limfadenitis)

Limfadenitis menunjukan adanya infeksi pada pembuluh limfe (jaringan) diatasnya

PEMBULUH LIMFE

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.

Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium.

Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai
rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.

Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron), disebut lacteal villi

KELENJAR LIMFE / LIMFONODI

Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.

Kerjanya sebagai penyaring limfe dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.

Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan
paha.
TONSIL

Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila
faringialis, tonsila palatina, tonsila lingualis)

Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung dan
tenggorokan

Tonsil yang gagal menahan infeksi akan meradang yang disebut: tonsilitis

LIMPA / LIEN
Lien adalah kelenjar yang terletak di regio hipogastrium sinistra, didalamnya berisi
banyak jaringan limfe dan sel darah
Fungsi lien:
1) Membentuk eritrosit (terutama saat janin)
2) Memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah
3) Menghasilkan limfosit, antibodi
4) Menghancurkan leukosit dan trombosit
RES (RETIKULO ENDOTELIAL SITEMA)
                Sistem didalam jaringan dan organ yang berfungsi memakan (fagosit) benda asing
dan bakteri yang masuk tubuh

                Yang termasuk RES adalah:

1.             Kelenjar limfe

2.             Limpa

3.             Hati

4.             Sumsum tulang

2.       DEFINISI
         Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar
getah bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah bening
merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar di
seluruh tubuh.
         Limfoma Hodgkin : Pada limfoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh
secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin
berkembang, maka akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada
penyakit ini ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-
Sternberg (sel B adalah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama
penemu penyakit ini pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.

3.        ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet
dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai
peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.

4.        GEJALA KLINIS


Pasien dengan limfoma Hodgkin dapat hadir dengan gejala berikut:
         Malam berkeringat

         Unexplained berat badan

         Kelenjar getah bening: gejala yang paling umum dari Hodgkin adalah pembesaran
menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah bening. Node juga mungkin merasa
lemas dan bengkak saat diperiksa. Node pada leher dan bahu (leher rahim dan
supraklavikula) yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata). Kelenjar
getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada sebuah radiograf
dada.

         Splenomegali: pembesaran limpa terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma
Hodgkin. Pembesaran, bagaimanapun, jarang besar dan ukuran limpa dapat
berfluktuasi selama pengobatan.

         Hepatomegali: pembesaran hati, karena keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5%
kasus.

         Hepatosplenomegali: pembesaran baik hati dan limpa disebabkan oleh penyakit yang
sama.

         Nyeri:
Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat adalah menyakitkan setelah
konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat jarang.

Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang tidak dapat lokal atau
penyebabnya ditentukan oleh pemeriksaan atau teknik pemindaian) telah dilaporkan
dalam beberapa kasus limfoma Hodgkin. Punggung bawah yang paling sering terkena.

         Tambalan berwarna merah pada kulit, perdarahan yang mudah dan petechiae karena
jumlah platelet rendah (sebagai akibat infiltrasi sumsum tulang, meningkatkan
menjebak dalam limpa dll - yaitu penurunan produksi, penghapusan meningkat)

         Sistemik gejala: sekitar sepertiga pasien dengan penyakit Hodgkin juga dapat hadir
dengan gejala sistemik, termasuk demam, berkeringat di malam hari; berat badan yang
tidak dapat dijelaskan setidaknya 10% dari total massa tubuh pasien dalam enam bulan
atau kurang, kulit gatal (pruritus) karena meningkatnya kadar eosinofil dalam aliran
darah, atau kelelahan (kelesuan). Gejala-gejala sistemik seperti demam, keringat malam,
dan penurunan berat badan yang dikenal sebagai gejala B, dengan demikian, adanya
demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam menunjukkan bahwa
panggung pasien, misalnya, 2B 2A bukan.

         Siklus demam: pasien mungkin juga hadir dengan demam tinggi kelas siklis dikenal
sebagai demam Pel-Ebstein, atau lebih sederhana "demam PE". Namun, ada perdebatan
mengenai apakah atau tidak demam PE benar-benar ada.

5.        PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan
organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau
diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan
gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa
dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi
pertumbuhan sel-sel limfoma.

6.        KLASIFIKASI

Stadiu Penyebaran penyakit Kemungkin untuk sembuh


m (angka harapan hidup
selama 15 tahun tanpa
penyakit lebih lanjut)
I Terbatas ke kelenjar getah bening dari satu Lebih dari 95%
bagian tubuh
(misalnya leher bagian kanan)
II Mengenai kelenjar getah bening dari 2 atau 90%
lebih daerah pada sisi yang sama
dari diafragma, diatas atau dibawahnya
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening
di leher dan ketiak)
III Mengenai kelenjar getah bening diatas & 80%
dibawahdiafragma
(misalnya pembesaran kelenjar getah bening
di leher dan selangkangan)
IV Mengenai kelenjar getah bening dan bagian 60-70%
tubuh lainnya
(misalnya sumsum tulang, paru-paru atau
hati

7.        PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a.       Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di
dekat jantung
b.      Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut
dan panggul
c.       CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau
penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
d.      Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari
pengobatan
e.       Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.

8.        PENATALAKSANAAN
• Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati
yang bukan merupakan ancaman.

• Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada
pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama
yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini
dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran
seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

• Khemoterapi
1.Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang
dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat
rendah yang membutuhkan terapikarenapenyakittingkatlanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga
dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan
stadiumnya. 

9.        PROGNOSIS
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama
dengan pengobatan, meskipun tidak 100%. Tetapi oleh karena dapat hidup lama,
kemungkinan mendapatkan late complication makin besar. Late complicationitu antara
lain:
         Timbulnya keganasan kedua/sekunder
         Disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonade
         Penyulit kardiovaskuler terutama mereka yang medapat kombinasi radiasi  dan
pemberian antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
         Penyulit pada paru. Pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin yang
juga dose related.
         Pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001: 199).
         Sepsis

10.    KOMPLIKASI
Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di
mediastinum yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper
zooster sering menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994:
275). Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke jantung,
Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat menyebabkan
sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh sesak nafas bila
berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada bagian atas membengkak, kadang-
kadang juga lengan atas. Pada pemeriksaan selain edema dari bagian-bagian tersebut,
juga tampak dilatasi dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan
gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.
                       
11.    EPIDEMIOLOGI
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe
LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari
tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran,
angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an.
Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan
angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma
Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di
negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan
2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka kejadian
Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa
muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun. 

12.    PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Hodgkin karena penyebabnya tidak
diketahui. Suatu faktor risiko adalah sesuatu statistik yang meningkatkan prevalensi
penyakit.
Faktor risiko meliputi:
         Jenis Kelamin: laki-laki
         Usia: 15-40 dan lebih dari 55
         Riwayat keluarga
         Sejarah mononukleosis menular atau infeksi dengan virus Epstein-Barr, agen
penyebab mononucleosis
         Sistim imun yang melemah, termasuk infeksi HIV atau adanya AIDS
         Penggunaan hormon pertumbuhan dalam jangka panjang

13.    ASKEP
a.       Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini
dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di
sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan
kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
b.Sering keringat malam.
c.Cepat merasa lelah
d.Badan Lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang

2. Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat

3.Kebutuhan dasar
 • AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan

• SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda:
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa
adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi
duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

• INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan
terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

• ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari
nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
-          Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
-          Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
-          Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
-          Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
• MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih
dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava
inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
• NEUROSENSORI
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

• NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

• PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda:
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

• KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda: :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

• SEKSUALITAS
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.

• PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari
pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

b. Diagnosa Keperawatan 
1.Nyeri b.d agen cedera biologi
2.Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.

c. Intervensi
A. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan KH :
 1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang daerah nyeri
 Intervensi :
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2.Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien

B. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun /
dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga dapat
mengambil tindakan dengan tepat
3.Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
4.Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan
cairan tubuh klien)
R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh klien
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

C. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
2.Nafsu makan klien meningkat
3.Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
2.Observasi dan catat masukan makanan klien
R : mengawasi masukan kalori
3. Timbang berat badan klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi
gaster
5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori

D. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan
klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
dengan criteria hasil :
1.Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang
diderita oleh klien
3. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

E. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2.Klien bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn
yang membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan
resiko aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen
bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas

d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
o    Nyeri klien berkurang/hilang
o    Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat
celcius)
o    Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
o    Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
o    Bersihan jalan nafas klien efektif/normal

14.       ASPEK LEGAL ETIS


• Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik.

• Non Maleficence (do no harm)


Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi
kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan
bahaya yang tidak disengaja. 

• Beneficence (do good) 


Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk
melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien
dan keluarga.

• Justice (perlakuan adil) 


Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

         Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.


         Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. 
         FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
         Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

Bursa Buku Kedokteran Aesculapius Makassar

Nomor telepon Bursa Buku Kedokteran Aesculapius Makassar: +62.411.580763


Fax: 031 5348955
Website: bps.co.id
Alamat Bursa Buku Kedokteran Aesculapius: Jl Perintis Kemerdekaan Km 9, Bulu
Rokeng, Biringkanaya
Propinsi/Kota: Makassar
Kode pos: 90243
Bursa Buku Kedokteran Aesculapius
Askep Leukemia

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah
dengan judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam
yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
            Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Yusran Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

                                                                  

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan
tiga kelompok sel darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel
darah putih, dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau
serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari
jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan
dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal
tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat
berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah
normal.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik
dalam menangani pasien dengan diagnosa leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan
untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih
sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit
putih dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan
menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan
keperawatan  pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
1.2.2   Tujuan khusus
a)      Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b)      Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c)      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d)     Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
e)      Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
f)       Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g)      Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia

1.3  Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan
penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan
data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis
sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer,
2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel
batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah
ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi
khusus:

a)      Sel darah putih membantu melawan infeksi


b)      Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c)       Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di
llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

2.1.2 Jenis-jenis Leukemia


1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

3.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang
terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4.      Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit lain.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000
sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat
meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel
tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa
membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah
produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit
turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga,
neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau
sel polimorfonuklear yaitu:
1.       Basofil.

2.       Eosinofil.

3.       Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1.       Limfosit

2.       Monosit.

(skema pembelahan sel darah putih)

b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1.      Leukosit 
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-
rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah
putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak
besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat
warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam
jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing
jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,
tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-
zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami
marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat
pada endotel dan  melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan
leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan
leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau
disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000,
waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4
tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada
usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.
(Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia
dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau
cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain
seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak
jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya
disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan
ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut
akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

1.      Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2.      Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3.       Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4.      Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.      Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom
Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau
nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika
tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
(radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

2.1.4 Manisfestasi klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :

a.       Pilek tidak sembuh-sembuh


b.      Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.       Demam dan anorexia
d.      Berat badan menurun
e.       Ptechiae, memar tanpa sebab
f.       Nyeri abdomen
g.      Lumphedenopathy
h.      Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat
tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman,
1997).

2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe,
dan nyeri persendian (Iman, 1997).

Sel mesenkim, stem sel, sel retikular


Sumsum tulang
Jaringan mieloid
Sel blas, mioblast
Poliferasi SDP immatur
Mekanisme imun terganggu
Hematopoesis terganggu
akumulasi imun terganggu
Resiko infeksi
inflamasi
Hati
Tulang
SSP
Limpa
Hepatomegali
Nyeri tulang
Limfatomegali 
Sist neorologis trganngu
Nyeri tekan
Gg. nutrisi
Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea,
Prod. SDM trganggu
trombositopenia
Anemia
Pembekuan 
trganggu
Suplai o2 menurun
Pucat, lesu, letargi, dispnea
Perdarahan spontan 
Resiko syok hipovolemik
 

Risiko injuri 
Gg pola nafas 
 

(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2.  Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil
jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat


Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal
untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a)      Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan
transfusi trombosit.
-  Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b)  Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung
pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

2.2 Konsep Dasar Askep


2.2.1 Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari
20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat,
kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria,
hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
     Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d)      Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

e)   Riwayat psikososial


a.       Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b.      Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f)       Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
-          Anemi normokrom normositer
-          Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
-          Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
-          Hb                 : 7,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
-          Trombosit      : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
-          SDP : 60.000/cm (50.000)
-          PT/PTT : memanjang
-          Copper serum : meningkat
-          Zink serum : menurun 
g)    Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
(Simon, 2003).
2.2.3 Intervensi dan Rasional
            a) Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1.      Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2.      Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3.      Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4.      Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.      Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6.      Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7.      Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8.      Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9.      Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
-  Klien tidak lemah
-  HB 12 gr/%
-  Leukosit normal
-  Tidak anemis
Intervensi :
1.      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3.      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4.      Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5.      Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
                                    Tidak anemis
Intervensi :
1.      Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2.      Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3.      Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4.      Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5.      Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6.      Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7.      Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
-  Turgor kulit baik
-  Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

Intervensi :
1.      Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2.      Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3.      Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4.      Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.      Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e)      Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1.      Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2.      Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3.      Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4.      Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5.      Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6.      Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan
resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7.      Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8.      Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9.      Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10.  Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11.  Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12.  Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f)       Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
-  Klien tidak anemis
-  Mukosa bibir lembab
-  Nafsu makan meningkat
-  Bb meningkat

Intervensi :
1.      Dorong klien  untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2.      Izinkan klien  memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3.      Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4.      Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5.      Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.      Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk
sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan
protein yang adekuat
7.      Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
g)      Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1.      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.      Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3.      Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.      Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5.      Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h)      Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
-  Klien merasa nyaman
Intervensi :
1.      Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2.      Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3.      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4.      Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
5.      Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6.      Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7.      Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i)        Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
-  Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1.      Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2.      Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3.      Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4.      Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi,
tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j)        Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
a hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
-       Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1.      Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2.      Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3.      Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4.      Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
5.      Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan
dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6.      Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien  tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien  beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg                       : 111234
Tanggal masuk            : 10-11-2010
Tanggal Dikaji : 10-11-2010
Ruangan                      : Melati
Diagnosa Medis          : Leukemia

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama               : Tn. Z
Umur               : 27 tahun
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Alamat             : Sukamerindu
Pendidikan      : SMA
Agama             : Islam
Anak ke           : 1
Penanggung Jawab
Nama                           : Ny.K
Umur                           : 50 tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Alamat                         : Sukamerindu
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Hub dengan klien        : Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan
menurun disertai mual dan muntah.
c.       Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan
nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan
terakhir, dan akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat
melakukan pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati
didapatkan bahwa  klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri  dan nafsu
makan menurun, klien tampak gelisah.
2.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien
saat ini.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d.      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan Umum   : Lemah
b)      Kesadara              : Compos Mentis
c)      TTV                      :
TD            : 110/70 mmHg
N             : 108x/menit
S               : 38,50C
RR            : 18x/menit
GCS,    :   E          = 4
M         = 6
V         = 5
JUMLAH : 15
d)     Kepala :
Inspeksi      : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.

Palpasi        : Tidak terdapat benjolan.


e)      Mata :                                                                            
Inspeksi    : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f)       Hidung :                                                                                 
Inspeksi    : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.

g)      Mulut :                                                                                    


Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h)      Telinga :
Inspeksi    : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
 Palpasi     :  Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

i)        Leher :
 Inspeksi   : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
 Palpasi     : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j)        Dada/Thorak :
Inspeksi    : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi      : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi                 : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k)      Abdomen :
Inspeksi   : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi     : terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.        
Perkusi     : Bunyi tympani.
l)        Genetalia :
Inspeksi    : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m)    Extremitas :
Atas    : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
 Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n)      Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e.       Riwayat Psikososial


1.      Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan  keluarga baik.
Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.

2.      Sosial dan ekonomi


Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.

3.      Data Spiritual


Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering
beribadah.

f.       Data Penunjang


Hb                   : 9,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
            Leukosit          : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
            Trombosit        : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
            SDP                 : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT            : memanjang
Copper serum  : meningkat
Zink serum : menurun

Kebiasaan Sehari-hari
No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT
1. A. Nutrisi
- Makanan 3X sehari 3X sehari
       Frekuensi 1 porsi 1/2 porsi
       Jenis Nasi + sayur Nasi + Sayur
       Masalah Tidak ada ada
- Minum
       Frekuensi 6-7 gelas / hari 2-3 gelas / hari
       Jenis Air putih Air putih
       Kebiasaan minum kopi Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
BAB
     Frekuensi 1x sehari 1x sehari
     Konsistensi Lembek Agak keras
     Warna Kuning Kuning
     Bau Khas Khas
BAK
     Frekuensi 2 x sehari 1x sehari
     Warna Kuning Kuning
     Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
     Jumlah 1500 cc 1000 cc
     Bau               Khas Khas
3. Istirahat dan tidur
     Tidur siang Jarang 4-5 jam / hari
     Tidur malam 6-7 jam / hari 5-6 jam / hari
     Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
4.      Personal Hygiene
  Mandi
Frekuensi 2x / hari Hanya di Lap
Pakai Sabun Ya Tidak
- Cuci Rambut
   Frekuensi 3x / minggu Tidak pernah
   Pakai shampo      Ya Tidak
- Sikat gigi
   Frekuensi 2x / hari Tidak pernah
   Pakai pasta Ya Tidak pernah
Kebersihan
5. Aktivitas klien Aktivitas klien dibantu
Aktivitas sehari-hari dilakukan secara oleh keluarga dan perawat
mandiri

ANALISA DATA
Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : Melati
Umur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234
No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah
DS
1. : Sel mesenkim Gangguan nutrisi
-   Klien mengeluh badannya terasa ↓
Sel blast, mioblast
lemah

-  Klien mengatakan tidak nafsu makan Proliferasi SDP
immatur
- klien mengatakan mual dan muntah

DO : Akumulasi

        Klien tampak gelisah
Infiltrasi
        Klien tampak pucat dan lemah ↓
Hati
        Turgor kulit jelek

        Mukosa bibir kering Hematomegali

        BB awal 55kg
Gg nutrisi
        BB sekarang 49kg

        TB 160cm

2. Intoleransi aktivitas
Kegagalan sumsum
tulang belakang

Produksi eritrosit
DS : menurun

        Kilen mengatakan pusing
Transfor nutrisi
        Klien mengatakan badannya lemah kejaringan menurun

        Klien mengatakan berkunang saat
Kelemahan
berdiri ↓
Intoleransi aktivitas
        Klien mengatakan mengalami
tanda-tanda ini sejak  5 bulan
terakhir.
        HB 9,3 gr / %
        Leukosit 24000/mm3
DO :
        Klien tampak lemah
        Klien tampak pucat
        Klien tampak anemis
        Aktivitas klien tampak dibantu

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : Melati
Umur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234
No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
ditemukan teratasi
1. Perubahan nutrisi kurang 10-11-10 ji
dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan
dengan anoreksia,
2.
malaise, mual dan 10-11-10 ji
muntah, efek samping
kemoterapi dan atau
stomatitis
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : Melati
Umur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234
No Tgl/jam Tujuan dan kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf
dx hasil
1 10-11-10/ Setelah dilakukan 1.      Dorong klien  untuk 1.      Jelaskan bahwa ji
14.00
tindakan keperawatan tetap rileks saat hilangnya nafsu
selama 3 x 24 jam makan makan adalah akibat
diharapkan kebutuhan langsung dari mual
nutrisi terpenuhi dan muntah serta
dengan kriteria hasil :2.      Izinkan klien kemoterapi
        Klien  tidak tampak memakan semua
2.      Untuk
gelisah makanan yang dapat mempertahankan
        Klien tidak pucat dan ditoleransi, nutrisi yang optimal
lemah rencanakan untuk
        Turgor kulit baik memperbaiki kualitas
        Mukosa bibir lembab gizi pada saat selera
        Tidak anoreksia makan klien
3.      untuk
        BB meningkat meningkat memaksimalkan
3.      Berikan makanan kualitas intake
yang disertai nutrisi
suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk
atau suplemen yang
4.      Untuk mendorong
dijual agar klien mau
4.      Izinkan klien untuk makan
terlibat dalam
persiapan dan
5.      Karena jumlah yang
pemilihan makanan kecil biasanya
5.      Dorong masukan ditoleransi dengan
nutrisi dengan jumlah baik
sedikit tapi sering 6.      kebutuhan jaringan
6.      Dorong klien untuk metabolik
makan diet tinggi ditingkatkan begitu
kalori kaya nutrient juga cairan untuk
menghilangkan
produk sisa
suplemen dapat
memainkan peranan
penting dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat
7.      Timbang BB, ukur
7.      membantu dan
TB mengidentifikasikan
malnutrisi kalori,
khususnya bila BB
kurang dari normal
2 11-10-10 Setelah dilakukan
1.      Evaluasi laporan
1.      Menentukan derajat ji
15.00
tindakan keperawatan kelemahan, perhatikan dan efek
selama 3 x 24 jam ketidakmampuan ketidakmampuan
diharapkan klien dapat untuk berpartisipasi
melakukan dalam aktifitas sehari-
aktivitasnya secara hari
mandiri. Dengan
2.      Berikan lingkungan
2.      Menghemat energi
Kriteria hasil : tenang dan perlu untuk aktifitas dan
        Kilen tidak pusing istirahat tanpa regenerasi seluler
        Klien tidak lemah gangguan atau penyambungan
        Klien tidak jaringan
berkunang saat berdiri 3.      Mengidentifikasi
        HB 12 gr / % 3.      Kaji kemampuan kebutuhan individual
        Leukosit normal untuk berpartisipasi dan membantu
        Klien tidak tampak pada aktifitas yang pemeliharaan
pucat diinginkan atau intervensi
        Klien tidak tampak dibutuhkan 4.      Memaksimalkan
anemis 4.      Berikan bantuan sediaan energi untuk
dalam aktifitas sehari- tugas perawatan diri
hari dan ambulasi
5.      Kolaborasikan dengan Pemberian transfusi
pemberian transfusi darah akan
darah meningkatkan kadar
hemoglobin di dalam
darah
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : Melati
Umur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234
Tgl/jam No Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf
10-11-10 11.      Mendorong klien  untuk tetap         Klien makan dengan ji
14.30
rileks saat makan rileks
2.      Mengizinkan klien  memakan
semua makanan yang dapat         Klien hanya
ditoleransi, merencanakan menghabiskan 3/4 porsi
untuk memperbaiki kualitas makanannya
gizi pada saat selera makan
klien meningkat         Nutrisi klien tercukupi
3.      Memberikan makanan yang        Klien memilih sendiri
disertai suplemen nutrisi gizi, makanan yang ia inginkan
seperti susu bubuk atau sesuai dengan diit yang
suplemen yang dijual telah disarankan
4.      Mengizinkan klien untuk         Klien ingin memakan
terlibat dalam persiapan dan makanannya ji
pemilihan makanan         Nutrisi klien tercukupi
15.30
5.      Mendorong masukan nutrisi         BB klien 52kg dan TB
2
dengan jumlah sedikit tapi 160cm
sering
6.      Mendorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya
nutrient         Klien tampak masih
7.      Menimbang BB dan berbaring di tempat tidur
mengukur TB
        Lingkungan tenang, klien
1.      Mengevaluasi laporan merasa nyaman
kelemahan,memperhatikan
        Klien tampak
ketidakmampuan untuk
bersemangat
berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
        Klien mengikuti
2.      Memberikan lingkungan
instruktur yang diberikan
tenang dan memerlukan
istirahat tanpa gangguan         Hb klien meningkat
3.      Mengkaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktifitas
yang diinginkan atau
dibutuhkan
4.      Memberikan bantuan dalam
aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
5.      Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah

EVALUASI
Nama               : Tn. Z                                                             Ruangan          : Melati
Umur               : 27 Tahun                                                       No. Register    : 111234
Tgl No Perkembangan Paraf
dx
13-11-10 1 S = -  Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi ji
sedikit
- klien mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
        Turgor kulit baik
        Mukosa bibir lembab
        BB awal 55kg
        BB sekarang 52kg
        TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagian ji
13-11-10 2 P = Intervensi dilanjutkan

S = - Kilen mengatakan pusing


        HB 10 gr / %
        Leukosit 12.000/mm3
TD       : 120/70 mmHg
N          : 95x/menit
S          : 37,50C
RR       : 18x/menit
O =- Klien tampak lemah
        Klien tampak pucat
        Konjungtiva tampak anemis

        Aktivitas klien tampak dibantu


A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan

BAB IV
 PENUTUP

3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia,  kita harus mengenal
dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari
perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-
teman kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai