Askep Limfoma
Askep Limfoma
A.Pendahuluan
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH,
dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun,
jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH
telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan,
penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia
antara 45 sampai 60 tahun. Makin tua umur, makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi
secara umum, LNH bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus LNH lebih sering ditemukan pada pria ketimbang
wanita.Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor enam yang paling sering
ditemukan (www.compas.com)
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci
dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan
putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang
semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit
yaitu: Sel B dan Sel T. Sel B membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan jalan
membuat antibodi yang menyerang dan memusnahkan bakteri.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma
malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara
sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh
limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma
bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa
dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.
C.Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan
limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya
dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif
LNH
PH
Pola kelenjar getah bening yang terlibat
Sentrifugal; KGB yang terlibat lebih luas
Sentripetal; KGB yang terlibat setempat-setempat (terlokalisasi); KGB aksila adalah yang
paling sering terkena
Sifat kelenjar getah bening
Keras dan berbatas tegas
Kenyal
Cincin Waldeyer, KGB epitroklear, traktus gastrointestinal dan testis
+
-
KGB Abdomen
+
- ; kecuali pada penderita PH jenis sel B dan usia lanjut
KGB mediastinum
< 20% pasien
> 50% pasien
Sumsum tulang
+
-
Hati
+ ; terutama pada tipe limfoma folikuler
-
D.Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin
lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ
tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama
beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel
limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
1.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
2.Sering keringat malam
3.Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan
F.Klasifikasi Patologi
Klasifikasi patologi limfoma telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun
1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma menjadi tipe
nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi
ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang
membagi limfoma menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan
patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru
pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of
Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working
Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Klasifikasi Patologi Berdasarkan Working Formulation
Keganasan rendah
Keganasan tinggi
Lain-lain
Komposit
Mikosis fungoides
Histiosit
Ekstamedular plasmasitoma
Tidak terklasifikasi
H.Pemeriksaan Diagnosis
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena,
untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan
pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan
darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk
membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi
limfoma maligna:
1.Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar
2.Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan jarum
suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.
3.Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat
apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
I.Penatalaksanaan
Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa cara, sesuai
dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah kambuh, stadium berapa, umur,
kondisi badan, kebutuhan dan keinginan pasien. Secara garis besar penyembuhan terjadi
sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat disembuhkan.
Penatalaksanaan Berdasarkan Tipe Keganasan dan Stadium
Stadium I dan II
Stadium III dan IV
Keganasan Rendah
Rekomendasi:
Radioterapi lapangan terbatas (involvement field radiation therapy)
Alternatif:
Kombinasi terapi (dengan kemoterapi)
Rekomendasi:
Asimtomatik atau ukuran tumor kecil:
Observasi dan deferred
Simtomatik atau ukuran tumor besar:
Kombinasi kemoterapi dengan tanpa interferon
Alternatif:
Asimtomatik atau bulk kecil:
Kemoterapi regimen tunggal
Total-body irradiation
Keganasan Menengah/Tinggi
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP diikuti dengan involved-field radiation therapy
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP
Radiasi adjuvan atau profilaksis
Profilaksis kraniospinal
PATHWAYS
A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan
sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal paha
b.Wajah pucat
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.Intervensi :
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk
makan
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
D.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat
E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºc)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang
http://indokes.blogspot.com/2010/07/askep-limfomakanker-kelenjar-getah.html
ASKEP LIMFOMA
Pembuluh limfe berbentuk seperti tasbih karena mempunyai banyak katub sepanjang
perjalanannya
Pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe → pembuluh limfe kecil → pembuluh limfe
besar → masuk ke aliran darah
Limfe sebelum masuk aliran darah, melalui satu atau banyak kelenjar limfe
Pembuluh limfe aferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe masuk kelenjar
limfe
Pembuluh limfe eferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar
limfe
Limfe masuk aliran pada pangkal leher melalui: Ductus Limphaticus dexter dan Ductus
thoracicus (Ductus Limphaticus sinister)
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
Beberapa pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian
dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di
dalam saluran limfe.
Limfe dalam pembuluh limfe digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu
oleh katup yang terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
SALURAN LIMFE
Terdapat dua saluran limfe utama, ductus thoracicus dan ductus limfaticus dextra.
Ductus thoracicus atau ductus limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe dari
tubuh bagian tungkai bawah (kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri, kepala kiri,
lengan kiri, kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena subclavia sinistra \
Ductus Limphaticus Dexter ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya ke dalam vena subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan leher.
Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe dapat meradang (kelenjar limfe bengkak, merah dan
sakit), proses ini biasa disebut nglanjer (limfadenitis)
PEMBULUH LIMFE
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium.
Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai
rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron), disebut lacteal villi
Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.
Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan
paha.
TONSIL
Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila
faringialis, tonsila palatina, tonsila lingualis)
Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung dan
tenggorokan
Tonsil yang gagal menahan infeksi akan meradang yang disebut: tonsilitis
LIMPA / LIEN
Lien adalah kelenjar yang terletak di regio hipogastrium sinistra, didalamnya berisi
banyak jaringan limfe dan sel darah
Fungsi lien:
1) Membentuk eritrosit (terutama saat janin)
2) Memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah
3) Menghasilkan limfosit, antibodi
4) Menghancurkan leukosit dan trombosit
RES (RETIKULO ENDOTELIAL SITEMA)
Sistem didalam jaringan dan organ yang berfungsi memakan (fagosit) benda asing
dan bakteri yang masuk tubuh
2. Limpa
3. Hati
2. DEFINISI
Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar
getah bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah bening
merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar di
seluruh tubuh.
Limfoma Hodgkin : Pada limfoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh
secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin
berkembang, maka akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada
penyakit ini ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-
Sternberg (sel B adalah salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama
penemu penyakit ini pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet
dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai
peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
Kelenjar getah bening: gejala yang paling umum dari Hodgkin adalah pembesaran
menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah bening. Node juga mungkin merasa
lemas dan bengkak saat diperiksa. Node pada leher dan bahu (leher rahim dan
supraklavikula) yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata). Kelenjar
getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada sebuah radiograf
dada.
Splenomegali: pembesaran limpa terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma
Hodgkin. Pembesaran, bagaimanapun, jarang besar dan ukuran limpa dapat
berfluktuasi selama pengobatan.
Hepatomegali: pembesaran hati, karena keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5%
kasus.
Hepatosplenomegali: pembesaran baik hati dan limpa disebabkan oleh penyakit yang
sama.
Nyeri:
Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat adalah menyakitkan setelah
konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat jarang.
Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang tidak dapat lokal atau
penyebabnya ditentukan oleh pemeriksaan atau teknik pemindaian) telah dilaporkan
dalam beberapa kasus limfoma Hodgkin. Punggung bawah yang paling sering terkena.
Tambalan berwarna merah pada kulit, perdarahan yang mudah dan petechiae karena
jumlah platelet rendah (sebagai akibat infiltrasi sumsum tulang, meningkatkan
menjebak dalam limpa dll - yaitu penurunan produksi, penghapusan meningkat)
Sistemik gejala: sekitar sepertiga pasien dengan penyakit Hodgkin juga dapat hadir
dengan gejala sistemik, termasuk demam, berkeringat di malam hari; berat badan yang
tidak dapat dijelaskan setidaknya 10% dari total massa tubuh pasien dalam enam bulan
atau kurang, kulit gatal (pruritus) karena meningkatnya kadar eosinofil dalam aliran
darah, atau kelelahan (kelesuan). Gejala-gejala sistemik seperti demam, keringat malam,
dan penurunan berat badan yang dikenal sebagai gejala B, dengan demikian, adanya
demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam menunjukkan bahwa
panggung pasien, misalnya, 2B 2A bukan.
Siklus demam: pasien mungkin juga hadir dengan demam tinggi kelas siklis dikenal
sebagai demam Pel-Ebstein, atau lebih sederhana "demam PE". Namun, ada perdebatan
mengenai apakah atau tidak demam PE benar-benar ada.
5. PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan
organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau
diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan
gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa
dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi
pertumbuhan sel-sel limfoma.
6. KLASIFIKASI
8. PENATALAKSANAAN
• Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati
yang bukan merupakan ancaman.
• Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada
pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama
yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini
dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran
seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.
• Khemoterapi
1.Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang
dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna keganasan tingkat
rendah yang membutuhkan terapikarenapenyakittingkatlanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga
dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan
stadiumnya.
9. PROGNOSIS
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama
dengan pengobatan, meskipun tidak 100%. Tetapi oleh karena dapat hidup lama,
kemungkinan mendapatkan late complication makin besar. Late complicationitu antara
lain:
Timbulnya keganasan kedua/sekunder
Disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonade
Penyulit kardiovaskuler terutama mereka yang medapat kombinasi radiasi dan
pemberian antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
Penyulit pada paru. Pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin yang
juga dose related.
Pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001: 199).
Sepsis
10. KOMPLIKASI
Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di
mediastinum yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper
zooster sering menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994:
275). Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke jantung,
Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat menyebabkan
sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh sesak nafas bila
berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada bagian atas membengkak, kadang-
kadang juga lengan atas. Pada pemeriksaan selain edema dari bagian-bagian tersebut,
juga tampak dilatasi dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan
gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.
11. EPIDEMIOLOGI
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe
LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari
tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran,
angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an.
Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan
angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma
Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di
negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan
2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka kejadian
Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa
muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.
12. PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Hodgkin karena penyebabnya tidak
diketahui. Suatu faktor risiko adalah sesuatu statistik yang meningkatkan prevalensi
penyakit.
Faktor risiko meliputi:
Jenis Kelamin: laki-laki
Usia: 15-40 dan lebih dari 55
Riwayat keluarga
Sejarah mononukleosis menular atau infeksi dengan virus Epstein-Barr, agen
penyebab mononucleosis
Sistim imun yang melemah, termasuk infeksi HIV atau adanya AIDS
Penggunaan hormon pertumbuhan dalam jangka panjang
13. ASKEP
a. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini
dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di
sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan
kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
b.Sering keringat malam.
c.Cepat merasa lelah
d.Badan Lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat
3.Kebutuhan dasar
• AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan
• SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda:
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa
adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi
duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
• INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan
terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
• ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari
nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
- Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
- Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
- Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
- Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
• MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih
dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava
inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
• NEUROSENSORI
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)
• NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
• PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda:
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
• KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda: :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
• SEKSUALITAS
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
• PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari
pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
b. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri b.d agen cedera biologi
2.Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
c. Intervensi
A. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan KH :
1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2.Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
E. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2.Klien bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn
yang membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan
resiko aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen
bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
o Nyeri klien berkurang/hilang
o Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat
celcius)
o Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
o Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
o Bersihan jalan nafas klien efektif/normal
• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah
dengan judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam
yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Yusran Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan
tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel
darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau
serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari
jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan
dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal
tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat
berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah
normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik
dalam menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan
untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih
sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit
putih dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan
menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan
keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
1.2.2 Tujuan khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis
sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer,
2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel
batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah
ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi
khusus:
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di
llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2. Eosinofil.
3. Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
2. Monosit.
b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-
rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah
putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak
besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat
warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam
jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing
jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,
tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-
zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami
marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat
pada endotel dan melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan
leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan
leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau
disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000,
waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4
tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada
usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.
(Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia
dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau
cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain
seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak
jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya
disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan
ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut
akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom
Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah
atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau
nyeri pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika
tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
(radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe,
dan nyeri persendian (Iman, 1997).
Risiko injuri
Gg pola nafas
(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil
jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5%.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan
transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung
pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e) Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan
resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk
sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan
protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
g) Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi,
tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j) Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
a hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan
dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg : 111234
Tanggal masuk : 10-11-2010
Tanggal Dikaji : 10-11-2010
Ruangan : Melati
Diagnosa Medis : Leukemia
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Anak ke : 1
Penanggung Jawab
Nama : Ny.K
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukamerindu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan
menurun disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan
nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan
terakhir, dan akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat
melakukan pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati
didapatkan bahwa klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu
makan menurun, klien tampak gelisah.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien
saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/menit
S : 38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E = 4
M = 6
V = 5
JUMLAH : 15
d) Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
i) Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j) Dada/Thorak :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi : terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
Perkusi : Bunyi tympani.
l) Genetalia :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m) Extremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.
Kebiasaan Sehari-hari
No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT
1. A. Nutrisi
- Makanan 3X sehari 3X sehari
Frekuensi 1 porsi 1/2 porsi
Jenis Nasi + sayur Nasi + Sayur
Masalah Tidak ada ada
- Minum
Frekuensi 6-7 gelas / hari 2-3 gelas / hari
Jenis Air putih Air putih
Kebiasaan minum kopi Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Agak keras
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
BAK
Frekuensi 2 x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
Jumlah 1500 cc 1000 cc
Bau Khas Khas
3. Istirahat dan tidur
Tidur siang Jarang 4-5 jam / hari
Tidur malam 6-7 jam / hari 5-6 jam / hari
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
4. Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi 2x / hari Hanya di Lap
Pakai Sabun Ya Tidak
- Cuci Rambut
Frekuensi 3x / minggu Tidak pernah
Pakai shampo Ya Tidak
- Sikat gigi
Frekuensi 2x / hari Tidak pernah
Pakai pasta Ya Tidak pernah
Kebersihan
5. Aktivitas klien Aktivitas klien dibantu
Aktivitas sehari-hari dilakukan secara oleh keluarga dan perawat
mandiri
ANALISA DATA
Nama : Tn. Z Ruangan : Melati
Umur : 27 Tahun No. Register : 111234
No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah
DS
1. : Sel mesenkim Gangguan nutrisi
- Klien mengeluh badannya terasa ↓
Sel blast, mioblast
lemah
↓
- Klien mengatakan tidak nafsu makan Proliferasi SDP
immatur
- klien mengatakan mual dan muntah
↓
DO : Akumulasi
↓
Klien tampak gelisah
Infiltrasi
Klien tampak pucat dan lemah ↓
Hati
Turgor kulit jelek
↓
Mukosa bibir kering Hematomegali
↓
BB awal 55kg
Gg nutrisi
BB sekarang 49kg
TB 160cm
2. Intoleransi aktivitas
Kegagalan sumsum
tulang belakang
↓
Produksi eritrosit
DS : menurun
↓
Kilen mengatakan pusing
Transfor nutrisi
Klien mengatakan badannya lemah kejaringan menurun
↓
Klien mengatakan berkunang saat
Kelemahan
berdiri ↓
Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan mengalami
tanda-tanda ini sejak 5 bulan
terakhir.
HB 9,3 gr / %
Leukosit 24000/mm3
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak pucat
Klien tampak anemis
Aktivitas klien tampak dibantu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z Ruangan : Melati
Umur : 27 Tahun No. Register : 111234
No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
ditemukan teratasi
1. Perubahan nutrisi kurang 10-11-10 ji
dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan
dengan anoreksia,
2.
malaise, mual dan 10-11-10 ji
muntah, efek samping
kemoterapi dan atau
stomatitis
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z Ruangan : Melati
Umur : 27 Tahun No. Register : 111234
No Tgl/jam Tujuan dan kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf
dx hasil
1 10-11-10/ Setelah dilakukan 1. Dorong klien untuk 1. Jelaskan bahwa ji
14.00
tindakan keperawatan tetap rileks saat hilangnya nafsu
selama 3 x 24 jam makan makan adalah akibat
diharapkan kebutuhan langsung dari mual
nutrisi terpenuhi dan muntah serta
dengan kriteria hasil :2. Izinkan klien kemoterapi
Klien tidak tampak memakan semua
2. Untuk
gelisah makanan yang dapat mempertahankan
Klien tidak pucat dan ditoleransi, nutrisi yang optimal
lemah rencanakan untuk
Turgor kulit baik memperbaiki kualitas
Mukosa bibir lembab gizi pada saat selera
Tidak anoreksia makan klien
3. untuk
BB meningkat meningkat memaksimalkan
3. Berikan makanan kualitas intake
yang disertai nutrisi
suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk
atau suplemen yang
4. Untuk mendorong
dijual agar klien mau
4. Izinkan klien untuk makan
terlibat dalam
persiapan dan
5. Karena jumlah yang
pemilihan makanan kecil biasanya
5. Dorong masukan ditoleransi dengan
nutrisi dengan jumlah baik
sedikit tapi sering 6. kebutuhan jaringan
6. Dorong klien untuk metabolik
makan diet tinggi ditingkatkan begitu
kalori kaya nutrient juga cairan untuk
menghilangkan
produk sisa
suplemen dapat
memainkan peranan
penting dalam
mempertahankan
masukan kalori dan
protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur
7. membantu dan
TB mengidentifikasikan
malnutrisi kalori,
khususnya bila BB
kurang dari normal
2 11-10-10 Setelah dilakukan
1. Evaluasi laporan
1. Menentukan derajat ji
15.00
tindakan keperawatan kelemahan, perhatikan dan efek
selama 3 x 24 jam ketidakmampuan ketidakmampuan
diharapkan klien dapat untuk berpartisipasi
melakukan dalam aktifitas sehari-
aktivitasnya secara hari
mandiri. Dengan
2. Berikan lingkungan
2. Menghemat energi
Kriteria hasil : tenang dan perlu untuk aktifitas dan
Kilen tidak pusing istirahat tanpa regenerasi seluler
Klien tidak lemah gangguan atau penyambungan
Klien tidak jaringan
berkunang saat berdiri 3. Mengidentifikasi
HB 12 gr / % 3. Kaji kemampuan kebutuhan individual
Leukosit normal untuk berpartisipasi dan membantu
Klien tidak tampak pada aktifitas yang pemeliharaan
pucat diinginkan atau intervensi
Klien tidak tampak dibutuhkan 4. Memaksimalkan
anemis 4. Berikan bantuan sediaan energi untuk
dalam aktifitas sehari- tugas perawatan diri
hari dan ambulasi
5. Kolaborasikan dengan Pemberian transfusi
pemberian transfusi darah akan
darah meningkatkan kadar
hemoglobin di dalam
darah
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z Ruangan : Melati
Umur : 27 Tahun No. Register : 111234
Tgl/jam No Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf
10-11-10 11. Mendorong klien untuk tetap Klien makan dengan ji
14.30
rileks saat makan rileks
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat Klien hanya
ditoleransi, merencanakan menghabiskan 3/4 porsi
untuk memperbaiki kualitas makanannya
gizi pada saat selera makan
klien meningkat Nutrisi klien tercukupi
3. Memberikan makanan yang Klien memilih sendiri
disertai suplemen nutrisi gizi, makanan yang ia inginkan
seperti susu bubuk atau sesuai dengan diit yang
suplemen yang dijual telah disarankan
4. Mengizinkan klien untuk Klien ingin memakan
terlibat dalam persiapan dan makanannya ji
pemilihan makanan Nutrisi klien tercukupi
15.30
5. Mendorong masukan nutrisi BB klien 52kg dan TB
2
dengan jumlah sedikit tapi 160cm
sering
6. Mendorong klien untuk
makan diet tinggi kalori kaya
nutrient Klien tampak masih
7. Menimbang BB dan berbaring di tempat tidur
mengukur TB
Lingkungan tenang, klien
1. Mengevaluasi laporan merasa nyaman
kelemahan,memperhatikan
Klien tampak
ketidakmampuan untuk
bersemangat
berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
Klien mengikuti
2. Memberikan lingkungan
instruktur yang diberikan
tenang dan memerlukan
istirahat tanpa gangguan Hb klien meningkat
3. Mengkaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktifitas
yang diinginkan atau
dibutuhkan
4. Memberikan bantuan dalam
aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
5. Mengkolaborasikan
pemberian transfusi darah
EVALUASI
Nama : Tn. Z Ruangan : Melati
Umur : 27 Tahun No. Register : 111234
Tgl No Perkembangan Paraf
dx
13-11-10 1 S = - Klien mengatakan sudah ada nafsu makan tapi ji
sedikit
- klien mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
BB awal 55kg
BB sekarang 52kg
TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagian ji
13-11-10 2 P = Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal
dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari
perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-
teman kami ucapkan terima kasih.