4.bab 1 Perkembangan Ekonomi Global PEKKI II 2019

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi

Global

BAB

1
PERKEMBANGAN
EKONOMI GLOBAL
Pertumbuhan ekonomi dunia emerging, terutama Tiongkok dan India.
melemah pada TW1-19. Pelemahan Pelemahan ekonomi
ekonomi dunia dipicu oleh penurunan
aktivitas konsumsi dan investasi seiring
melemahnya sentimen konsumen dan
bisnis akibat masih berlanjutnya
ketidakpastian global. Selain itu, eskalasi
konflik perdagangan semakin menekan
aktivitas perdagangan global sehingga
memengaruhi kinerja ekspor dan
menurunkan permintaan global.
Pelemahan permintaan global tersebut
menyebabkan harga komoditas secara
umum masih rendah, meski harga minyak
dan logam cenderung membaik seiring
penurunan pasokan.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara


di dunia cenderung melemah pada TW1-
19, kecuali AS, UK, dan Jepang. Kinerja
ekonomi Kawasan Euro tetap lemah seiring
masih rendahnya sentimen ekonomi dan
bisnis, serta tertekannya kinerja ekspor
akibat ketidakpastian Brexit dan
penyelesaian konflik perdagangan dunia.
Aktivitas ekonomi yang melemah juga
dialami oleh negara utama di kawasan

1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
Tiongkok antara lain disebabkan oleh
menurunnya aktivitas konsumsi dan investasi
swasta –akibat perlambatan ekonomi global
dan ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan dengan AS, serta kondisi
likuiditas yang relatif masih ketat. Sementara
itu, kinerja AS, Inggris, dan Jepang
menunjukkan perbaikan –meskipun ditopang
oleh faktor temporer. Kinerja ekonomi AS di
luar dugaan tumbuh membaik. Namun,
kinerja positif tersebut belum mencerminkan
perbaikan fundamental karena pertumbuhan
ekonomi AS lebih ditopang oleh inventori dan
penurunan impor.

Inflasi global pada TW1-19 melemah


dipicu antara lain oleh penurunan permintaan
domestik dan harga energi yang masih
rendah. Pelemahan tekanan inflasi terjadi pada
sebagian besar negara maju, sedangkan di
negara berkembang tekanan inflasi cenderung
variatif. Di negara maju, melemahnya tekanan
inflasi terutama dialami oleh AS, Kawasan
Euro, dan Inggris. Tekanan inflasi di negara
tersebut cenderung bergerak di bawah target
2%. Di negara berkembang, inflasi di beberapa

2
negara ASEAN-5 seperti Filipina, Vietnam,
moneter akomodatif guna merespons
dan Malaysia cenderung menurun dan relatif
perlambatan pertumbuhan ekonomi dan
stabil pada level yang rendah. Sementara
pelemahan inflasi. The Fed mempertahankan
inflasi di Tiongkok dan India bergerak naik
suku bunga Fed Fund Rate (FFR),
akibat kendala pasokan makanan.
memberikan sinyal akan lebih bersabar
Sentimen terhadap negosiasi dalam menetapkan FFR, dan mengurangi
perdagangan antara AS-Tiongkok yang nominal penurunan balance sheet. Sejalan
sempat membaik, dan sinyal kebijakan dengan langkah the Fed, ECB dan BOJ
sejumlah bank sentral utama yang juga mempertahankan kebijakan
cenderung dovish mendorong perilaku risk akomodatif untuk mendukung aktivitas
on investor. Hal tersebut menyebabkan pasar ekonomi dan memberikan sinyal akan
saham global TW1-19 berhasil pulih dari mempertahankan tingkat suku bunga
koreksi tajam pada triwulan sebelumnya. rendah dalam jangka waktu tertentu. ECB
Sementara itu, sinyal pelonggaran menambahkan rencana penerapan kembali
kebijakan sejumlah bank sentral utama kebijakan Targeted Long-Term Refinancing
juga mendorong peningkatan harga obligasi Operations (TLTRO) pada September 2019
(dan penurunan yield), meski terdapat hingga Maret 2021 sebagai respons
kekhawatiran perlambatan pertumbuhan kebijakan.
ekonomi global. Penurunan yield terjadi
Sementara itu, the People’s Bank of
serempak pada obligasi negara maju
China (PBC) mempertahankan suku bunga
maupun berkembang.
kebijakan dan menurunkan kembali Giro
Di tengah perlambatan ekonomi Wajib Minimum (GWM), serta berupaya
global, harga komoditas dunia mulai menambah likuiditas melalui fasilitas Targeted
membaik terutama sejalan dengan Medium-term Lending Facility (TMLF) bagi
peningkatan harga minyak dan logam. perbankan. Reserve Bank of India (RBI)
Harga minyak meningkat dipicu oleh juga memilih untuk menurunkan suku
kesepakatan penurunan produksi oleh bunga acuan untuk mendorong perbaikan
negara-negara penghasil minyak dunia, ekonomi dan inflasi.
sedangkan harga logam membaik sejalan
Pertumbuhan ekonomi global
dengan peningkatan permintaan dari
pada 2019 diprakirakan melambat. IMF
Tiongkok dan menurunnya pasokan akibat
memprediksi ekonomi dunia pada 2019
gangguan produksi di beberapa negara
tumbuh sebesar 3,3% yoy1, lebih rendah
penghasil logam. Sementara itu, harga
dibandingkan pertumbuhan ekonomi
komoditas pertanian masih lemah seiring
2018 sebesar 3,6% yoy. Pada 2020, IMF
masih memadainya pasokan.
memproyeksikan ekonomi dunia tumbuh
Bank sentral di negara maju maupun membaik mencapai 3,6%. Perbaikan prospek
negara berkembang menerapkan kebijakan
1 World Economic Outlook – IMF Juli 2019.
ekonomi global 2020 tersebut didasarkan konsumen dan bisnis yang pada
asumsi bahwa kondisi ekonomi dari negara
emerging dan developing yang mengalami
tekanan, seperti Argentina dan Turki, akan
mengalami perbaikan.

Kondisi perekonomian global ke


depan masih akan dibayangi sejumlah
risiko lama yang berpotensi makin
meningkat. Risiko tersebut antara lain
bersumber dari eskalasi konflik
perdagangan AS-Tiongkok dan potensi
perluasan ketegangan yang dapat
mengganggu rantai pasokan global,
pelemahan ekonomi Tiongkok yang lebih
besar dari ekspektasi, dan berlanjutnya
ketidakpastian negosiasi Brexit serta politik
di Eropa. Adapun beberapa risiko yang
bersumber dari faktor fundamental, antara
lain produktivitas yang menurun dan aging
population, tetap berpotensi menghambat
prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

A. Perkembangan Ekonomi Global

Kinerja Ekonomi Global

Pertumbuhan ekonomi dunia


melemah pada TW1-19. Pelemahan
ekonomi global tersebut disebabkan oleh
eskalasi konflik perdagangan antara AS
dan Tiongkok, perlambatan ekonomi
Tiongkok, berlanjutnya ketidakpastian
negosiasi Brexit, faktor idiosinkratik di
beberapa negara utama dunia (antara lain
gangguan sektor otomotif di Jerman), dan
faktor geopolitik. Berbagai faktor ini
menyebabkan pelemahan sentimen
gilirannya berdampak pada penurunan
aktivitas konsumsi dan investasi. Selain itu,
aktivitas perdagangan global makin tertekan
akibat ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan sehingga memengaruhi kinerja
ekspor negara-negara di dunia.

Pertumbuhan ekonomi negara-


negara di dunia cenderung melemah pada
TW1-19, kecuali AS, UK, dan Jepang.
Kinerja ekonomi Kawasan Euro tetap lemah
seiring tetap rendahnya sentimen ekonomi
dan bisnis, serta tertekannya kinerja ekspor
akibat ketidakpastian Brexit dan eskalasi tensi
perdagangan dunia. PDB Kawasan Euro TW1-
19 tumbuh 1,2% yoy –stabil dari capaian
triwulan sebelumnya. Meskipun stabil, level
pertumbuhan tersebut relatif rendah
dibandingkan kinerja ekonomi Kawasan Euro
periode sebelumnya. Tertahannya pelemahan
ekonomi Kawasan Euro tidak terlepas dari
peran stimulus fiskal dan kebijakan moneter
ECB yang akomodatif, serta pasar tenaga
kerja yang masih solid.

Kinerja ekonomi yang lemah juga


dialami oleh negara utama di kawasan
emerging, terutama Tiongkok dan India.
Ekonomi Tiongkok masih dalam tren yang
lemah, meskipun pada TW1-19 tumbuh 6,4%
yoy (sama dengan TW4-18). Pelemahan
ekonomi Tiongkok disebabkan oleh
menurunnya aktivitas konsumsi dan investasi
swasta –akibat perlambatan ekonomi global
dan ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan dengan AS, serta kondisi
likuiditas yang relatif masih ketat. Pelemahan
ekonomi Tiongkok yang lebih dalam dapat
dihindari –setidaknya pada TW1-19– Berbeda dengan kinerja Kawasan Euro
karena pengaruh dari stimulus fiskal yang dan beberapa negara di kawasan
ekspansif dan kebijakan moneter yang
akomodatif. Selain itu, kinerja impor yang
melambat lebih tajam dibandingkan ekspor
membuat net ekspor dapat berkontribusi
positif terhadap pertumbuhan di TW1-19.

Ekonomi India di luar dugaan


tumbuh melambat lebih dalam
dibandingkan perkiraan. PDB India TW1-
19 tumbuh 5,8% yoy (lebih rendah
dibandingkan TW4-18 sebesar 6,6% yoy).
Perlambatan ekonomi tersebut dipicu oleh
perlambatan konsumsi, investasi, dan kinerja
ekspor, sebagai dampak dari penurunan
daya beli, penurunan sentimen konsumen
dan bisnis, serta pelemahan ekonomi
global dan ketegangan perdagangan AS
dengan Tiongkok. Stimulus fiskal India
meningkat cukup signifikan sejalan dengan
persiapan pemilu, namun belum dapat
memitigasi perlambatan ekonomi India.
Sementara itu, ekonomi ASEAN-5 juga
melemah terdampak oleh perlambatan
ekonomi global dan tensi perdagangan
global. Meskipun terdapat negara ASEAN-5
(Vietnam) yang memperoleh manfaat dari
pengalihan impor AS dari Tiongkok (trade
diversion), secara keseluruhan ketegangan
perdagangan dunia telah memengaruhi
kinerja ekspor negara-negara ASEAN-5.
Kinerja ekspor beberapa negara seperti
Singapura, Filipina, dan Vietnam terkoreksi
cukup tajam, terutama untuk produk
elektronik, semi konduktor, dan mobile
phones.
emerging, kinerja AS, Inggris, dan program rekonstruksi pascabencana.
Jepang menunjukkan perbaikan – Meskipun membaik, kinerja ekonomi
meskipun ditopang oleh faktor Jepang tetap perlu dicermati karena terdapat
temporer. Ekonomi AS pada TW1-19 indikasi pelemahan permintaan domestik
tumbuh 3,2% yoy (lebih tinggi dari sebagaimana tercermin
3,0% pada TW4- 18). Membaiknya
ekonomi AS tersebut di luar
ekspektasi mengingat ekonomi AS
sebelumnya diprediksi akan
melambat akibat partial government
shutdown dan konflik perdagangan
dengan Tiongkok. Meskipun
membaik, kinerja positif tersebut
belum mencerminkan perbaikan
ekonomi secara fundamental karena
pertumbuhan ekonomi AS ditopang
oleh inventori dan penurunan impor.
Di sisi lain, terdapat indikasi ekonomi
AS ke depan akan melambat karena
sektor konsumsi AS –kontributor
terbesar pada PDB– justru melemah.

Kinerja ekonomi Inggris dan


Jepang juga membaik. PDB Inggris
TW1-19 tumbuh 1,8% yoy (lebih
tinggi dibandingkan TW4-18 sebesar
1,4%). Pencapaian positif tersebut
terutama ditopang oleh peningkatan
aktivitas investasi sejalan dengan
upaya memupuk persediaan
(stockpiling) sebagai antisipasi
keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang
semula dijadwalkan pada 29 Maret
2019. Sementara itu, ekonomi
Jepang TW1- 19 tumbuh 0,9% yoy
(membaik dari TW4-18 sebesar
0,3%). Perbaikan ekonomi Jepang
antara lain ditopang oleh peningkatan
investasi pemerintah sejalan dengan
dari melemahnya konsumsi dan
dengan Tiongkok– serta penurunan real
impor.
% disposable income. Sementara itu, aktivitas
% yoy yoy
AS Kawasan Euro Inggris Jepang, rhs 4
3,5 konsumsi di Jepang juga melambat seiring
3,5
3
3, melemahnya kepercayaan konsumen dan
3 2 2,5

2,5 2 menurunnya daya beli. Kinerja yang


2
1,5
berbeda ditunjukkan oleh Inggris dan
1,8 1
1,5 0,8 0,5 Kawaan Euro. Kinerja konsumsi di Inggris
1 1,2 0 membaik ditopang oleh aksi front loading
0,5 -0,5
-1
untuk mengantisipasi Brexit dan perbaikan
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
-1,5 sektor tenaga kerja, sedangkan aktivitas

2014 2015 2016 2017 2018 2019


konsumsi di Kawasan
Sumber: Bloomberg Euro juga meningkat ditopang oleh
perbaikan daya beli sejalan dengan
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Negara
Maju perbaikan tenaga kerja dan kenaikan upah
minimum.
% yoy Tiongkok India Malaysia Thailand, rhs %
yoy
1 % yoy % yoy
0 6 AS Kawasan Euro Inggris Jepang, rhs 7,8
8,0
9 5 6,8 6,0
8 4 5,8 4,0

72,86,6 4,8 2,0


3
0,0
66,4 3,8
2 -2,0
5 2,8
-4,0
1
44,5 1,8 -6,0

3 0 -8,0
0,8
2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -1 -10,0
Q1*
Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2014 2015 2016 2017 2018 2019


0,2 -12,0
Sumber: Bloomberg
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bloomberg

Grafik 1.2 Pertumbuhan PDB


Negara Grafik 1.3 Penjualan Ritel Negara Maju
Emerging
% yoy
Aktivitas konsumsi global konsumsi di Tiongkok
India, rhs
melambat dipicu oleh pelemahan daya 11,5

beli –seiring perlambatan ekonomi– dan 11

pemburukan consumer confidence 10,5

antara lain akibat trade tension. 10,0

Pelemahan aktivitas konsumsi dialami baik 9,5

oleh negara maju maupun berkembang, 9,0

kecuali Inggris dan Kawasan Euro. Aktivitas 8,5

8,0
Mar
Jul Mei
Sep SepMar
JulJan
Nov
% yoy -10
40 10
-20
30 00
-30
20
2015 2016 2017 2018 2019
AS tumbuh melambat seiring kepercayaan Sumber: Bloomberg

konsumen yang makin lemah –akibat Grafik 1.4 Penjualan Ritel Negara
partial government shutdown dan trade Emerging
tension
% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang penurunan daya beli.
8,0

6,0 Aktivitas produksi global


4,0 melambat cukup signifikan di tengah
2,0 pelemahan permintaan eksternal dan
0 domestik, serta pelemahan sentimen
-2,0 bisnis –antara lain akibat konflik
-4,0 perdagangan AS dengan Tiongkok.
-6,0 Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
Perlambatan aktivitas produksi terjadi pada
2015
Sumber: Bloomberg
2016 2017 2018 2019 beberapa negara utama seperti AS,
Kawasan Euro, Jepang, dan India. Diantara
Grafik 1.5 Produksi Industri Negara Maju
empat negara utama tersebut, perlambatan
aktivitas
% yoy % yoy
9,0
Tiongkok India, rhs
10,0
produksi terbesar dialami oleh Jepang
8,5 seiring perlambatan konsumsi domestik
8,0
8,0 dan pelemahan kinerja ekspor. Sementara
6,0
7,5
itu, aktivitas produksi di Inggris dan
7,0 4,0
Tiongkok mengalami perbaikan. Aktivitas
6,5
2,0 produksi di Inggris membaik sejalan
6,0

5,5
0,0 dengan upaya stockpiling, sedangkan
5,0 -2,0 aktivitas produksi di Tiongkok meningkat
Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

karena ditopang oleh


2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bloomberg konsumen akibat perlambatan permintaan
domestik dan
Grafik 1.6 Produksi Industri
Negara Berkembang

Kegiatan konsumsi di negara


emerging melemah cukup signifikan,
terutama Tiongkok dan India. Aktivitas
konsumsi di Tiongkok melambat seiring
permintaan domestik yang menurun dan
akibat konflik perdagangan dengan AS.
Sementara di India kegiatan konsumsi
turun tajam terdampak oleh penurunan
daya beli dan kepercayaan konsumen yang
melemah. Kinerja konsumsi negara-negara
di ASEAN-5 secara umum juga melemah
seiring menurunnya kepercayaan
stimulus fiskal.

Sejalan dengan perlambatan


kegiatan produksi, ekspansi
kegiatan bisnis melemah terutama
di sektor manufaktur. Perlambatan
ekspansi bisnis sektor manufaktur
dipicu antara lain oleh penurunan
new export order –seiring
perlambatan ekonomi global dan
dampak trade tension. Perlambatan
ekspansi bisnis sektor manufaktur
tersebut terjadi di beberapa negara
utama, terutama di Jepang dan
Kawasan Euro. PMI Manufaktur di
Jepang melemah akibat pelemahan
permintaan eksternal terutama dari
Tiongkok. Sementara, PMI
Manufaktur di Kawasan Euro
melemah cukup signifikan bahkan
mencapai level terendah dalam
enam tahun terakhir.
Pelemahan PMI Manufaktur juga dialami
berlanjutnya pelemahan perdagangan global.
oleh Tiongkok sejalan dengan perlambatan
Beberapa negara mengalami pelemahan
permintaan domestik dan pelemahan
ekspor yang cukup signifikan akibat trade
kinerja ekspor.
tension, terutama Tiongkok dan Jepang.
Indeks Kinerja ekspor Tiongkok melemah terutama
AS Kawasan Euro Inggris Jepang 63

61 ekspor ke AS dan beberapa negara di Asia.


59 Sementara itu, ekspor Jepang mengalami
57
kontraksi terutama ekspor ke Tiongkok, AS,
55

53
dan Kawasan Euro. Penurunan ekspor
51 Jepang terutama untuk produk manufaktur
49
dan produk elektronik. Ke depan,
47

45
perlambatan perdagangan global dapat
Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan

berlanjut seiring terdapat potensi


meluasnya eskalasi tensi
2016
Sumber: Bloomberg
2017 2018 2019 perdagangan antara AS dengan negara
mitra
utama lainnya, seperti Kawasan Euro dan
Grafik 1.7 PMI Manufacturing Negara
Maju Jepang.
% yoy
Indeks Tiongkok India 57 WTV Imports WTV Exports WTV 7,0

6,0
55
5,0
53

51 4,0

49 3,0

2,0
47
1,0
45
Mei Jul Sep Nov Jan Mar

0,0
2016 2017 2018 2019
Sumber: Bloomberg
pada akhir Desember 2018 belum dapat
Grafik 1.8 PMI Manufacturing mencegah
Negara Emerging

Aktivitas perdagangan dunia


kembali turun tajam akibat pelemahan
ekonomi global dan trade tension. Rerata Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
realisasi world trade volume (WTV) pada
TW1-19 tumbuh 0,4% yoy (lebih rendah
dibandingkan rerata TW3-18 sebesar 1,6%
yoy). Trade truce antara AS dan Tiongkok
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Central Planning Bureau, World Trade Monitor, diolah

Grafik 1.9 Volume Perdagangan Dunia

Di tengah pertumbuhan ekonomi


dunia yang melambat, harga komoditas
mulai meningkat meski masih pada kisaran
level yang rendah. Perbaikan harga
komoditas terutama ditopang oleh harga
minyak –sejalan dengan pengurangan supply
minyak dunia oleh OPEC dan non- OPEC,
serta faktor geopolitik. Sementara itu, harga
komoditas non-energi turut meningkat
ditopang oleh penguatan harga logam % yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang 3,5
seiring perbaikan permintaan dari Tiongkok 3,0

dan gangguan pasokan yang dialami oleh 2,5

2,0
beberapa negara produsen. Di sisi lain,
1,5
harga komoditas pertanian secara umum 1,0

masih lemah karena melambatnya 0,5

0,0
permintaan dan pasokan yang relatif
-0,5
memadai. -1,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy Sumber: Bloomberg
AS Kawasan Euro Inggris Jepang 20

15 Grafik 1.12 Inflasi Headline Negara Maju


10

05 % yoy Tiongkok India, rhs % yoy


3,5 7,0
00
3,0 6,0
-05
2,5 5,0
-10
2,0 4,0
-15
MarJan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

1,5 3,0
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bloomberg 1,0 2,0

0,5 1,0
Grafik 1.10 Ekspor (Nominal) Negara
Maju 0,0 0,0

Jan Mar
Sep Nov
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy Jul Nov
Tiongkok India
50 Sumber: Bloomberg
MeiSep
Mar Jul

40
Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May

30 Grafik 1.13 Inflasi Headline


20
Negara Emerging
10

00

-10
di negara berkembang cenderung variatif.
-20 Di negara maju, melemahnya tekanan
-30
inflasi terutama dialami oleh AS, Kawasan
-40
Euro, dan Inggris. Tekanan inflasi di negara
JanNov

2015 2016 2017 2018 2019


NovSep

tersebut
SepJul
JulMei

Sumber: Bloomberg
domestik. Pelemahan tekanan inflasi terjadi pada
Mar

Grafik 1.11 Ekspor (Nominal) Negara


Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May

sebagian besar negara maju, sedangkan


Emerging

Inflasi global pada TW1-19


melemah dipicu oleh harga energi yang
masih rendah dan penurunan permintaan
cenderung bergerak melemah
menjauhi target 2%. Sementara itu,
meskipun inflasi di Jepang meningkat
tipis, tingkat inflasi di Jepang masih
rendah dan jauh di bawah target 2%.
Di negara berkembang, inflasi di
beberapa negara ASEAN-5 seperti
Filipina, Vietnam, dan Malaysia
cenderung menurun dan relatif stabil
pada level yang rendah.
Sementara itu, inflasi di Tiongkok bergerak
(TLTRO) pada September 2019 hingga
naik akibat kendala pasokan makanan.
Maret 2021. Sementara itu, BOJ
Inflasi di India juga meningkat akibat
berkomitmen untuk mencapai target inflasi
kenaikan harga makanan. Meskipun
dengan mempertahankan kebijakan
meningkat, tingkat inflasi di Tiongkok dan
moneter akomodatif dan memberikan sinyal
India masih lebih rendah dibandingkan
akan mempertahankan suku bunga rendah
target inflasi kedua negara.
setidaknya hingga musim semi 2020.

% AS Kawasan Euro Inggris Jepang Canada


3,00
B. Respons Kebijakan dan Outlook 2,50

2,00
B.1.Respons Kebijakan
1,50

Kebijakan moneter berbagai 1,00

negara cenderung akomodatif. Kebijakan 0,50

moneter akomodatif diterapkan oleh bank 0,00

sentral baik di negara maju maupun negara -0,50


Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

berkembang di tengah pertumbuhan 2015 2016 2017 2018 2019


Sumber: Bloomberg
ekonomi yang melambat dan inflasi yang
cenderung di bawah target. Di negara Grafik 1.14 Suku Bunga
maju, the Fed menerapkan kebijakan Kebijakan Negara Maju
moneter yang lebih dovish dengan
% Tiongkok India Indonesia Brazil, rhs 8,0 %
mempertahankan suku bunga Fed Fund 7,5
16,0

Rate (FFR), memberikan sinyal akan lebih 7,0 14,0

6,5 12,0
bersabar dalam menetapkan FFR, dan 6,0
10,0
mengurangi nominal penurunan balance 5,5
8,0
5,0
sheet. Langkah ini ditempuh karena the 6,0
4,5
Fed memandang terdapat potensi ekonomi 4,0 4,0
3,5
AS akan melemah pada paruh kedua 2019 2,0
3,0
v Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

dan mengingat tekanan inflasi melambat di 0,0

bawah target.
2015 2016 2017 2018 2019
Sejalan dengan langkah the Fed, Sumber: Bloomberg

ECB dan BOJ juga mempertahankan Grafik 1.15 Suku Bunga Kebijakan
kebijakan moneter akomodatif. ECB Negara Berkembang
akan mempertahankan suku bunga pada
Bank sentral negara berkembang
level yang sama hingga akhir 2019 dan
juga menempuh kebijakan moneter
berencana menerapkan kembali kebijakan
akomodatif. Di Tiongkok, the People’s
Targeted Long-Term Refinancing Operations
Bank of China (PBC) mempertahankan
suku bunga
kebijakan dan menurunkan kembali Giro
B.2.Outlook Ekonomi Global
Wajib Minimum (GWM) guna mendukung
pertumbuhan ekonomi dan menjaga Pertumbuhan ekonomi global
likuiditas. Selain itu, PBC berupaya pada 2019 diprakirakan melambat. IMF
menambah likuiditas melalui fasilitas memprediksi ekonomi dunia pada 2019
Targeted Medium- term Lending Facility tumbuh sebesar 3,3% yoy2, lebih rendah
(TMLF) bagi perbankan. Sementara itu, RBI dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2018
menurunkan suku bunga acuan untuk sebesar 3,6% yoy. Sementara itu, IMF
mendorong ekonomi India yang melemah memproyeksikan ekonomi dunia pada 2020
cukup signifikan dan inflasi yang masih di tumbuh membaik mencapai 3,6%.
bawah target. Perbaikan prospek ekonomi global 2020
tersebut didasarkan asumsi bahwa kondisi
Sementara itu, Bank Indonesia
ekonomi dari negara emerging dan
mempertahankan BI 7-day Reverse
developing yang mengalami tekanan,
Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku
seperti Argentina dan Turki, akan
bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, mengalami perbaikan.
dan suku bunga Lending Facility sebesar
6,75%. Keputusan tersebut ditempuh Pertumbuhan ekonomi beberapa

oleh Bank Indonesia untuk memperkuat negara utama diprakirakan melambat.


stabilitas eksternal perekonomian domestik IMF memprakirakan pertumbuhan ekonomi
di tengah perlambatan ekonomi global dan AS akan melambat pada 2019 mencapai
peningkatan tensi perdagangan AS dan 2,3% yoy (dari 2,9% yoy pada 2018)
Tiongkok. Kebijakan tersebut diarahkan sejalan dengan meredanya daya dorong
untuk mengendalikan defisit transaksi fiskal dan dampak dari partial government
berjalan dalam batas yang aman dan shutdown. Pada 2020, pertumbuhan
mempertahankan daya tarik aset keuangan ekonomi AS diprakirakan kembali
domestik. Selain itu, Bank Indonesia juga melambat menjadi 1,9% yoy. Prakiraan IMF
menempuh bauran kebijakan antara lain tersebut sejalan dengan the Fed yang
untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS
meningkatkan dukungan pembiayaan pada 2019 dan 2020 akan melambat
perbankan bagi dunia usaha melalui masing-masing pada kisaran 1,9%-2,2%
kebijakan makroprudensial yang dan 1,8%-2,0%.
akomodatif, dan mengakselerasi upaya Untuk kawasan Euro, IMF
pendalaman pasar keuangan. Bank memprakirakan ekonomi Kawasan Euro
Indonesia juga akan terus memperkuat pada 2019 tumbuh 1,3% yoy (lebih
koordinasi dengan pemerintah dan otoritas rendah dari 2018 sebesar 1,8%).
terkait dalam rangka pengendalian inflasi Moderasi pertumbuhan tersebut antara lain
dan defisit transaksi berjalan. sejalan dengan eskalasi konflik
perdagangan AS

2 World Economic Outlook – IMF April 2019.


dan Tiongkok, dampak negatif dari faktor
Ekonomi Tiongkok akan kembali
idiosinkratik yang berlangsung lebih lama
termoderasi pada 2020 menjadi sebesar
dari perkiraan sebelumnya, dan faktor
6,1% yoy. Moderasi ekonomi Tiongkok
geopolitik. Untuk 2020, IMF memprediksi
tersebut antara lain sejalan dengan
ekonomi Kawasan Euro akan tumbuh
pelemahan permintaan global akibat konflik
membaik sebesar 1,5% yoy. Proyeksi IMF
perdagangan dan perlambatan domestic
tersebut sejalan dengan proyeksi ECB yang
demand. Sementara itu, IMF
memprakirakan ekonomi Kawasan Euro
memprakirakan ekonomi India pada 2019
pada 2019 melambat menjadi 1,1% yoy,
tumbuh 7,3% yoy (meningkat dari 7,1% yoy
dan membaik pada 2020 menjadi 1,6% yoy.
pada 2018). Ekonomi India diperkirakan
Ekonomi negara berkembang kembali tumbuh membaik pada 2020
diprakirakan melambat, namun tertahan mencapai sebesar 7,5% yoy. Prospek
oleh kinerja ekonomi India yang tetap pertumbuhan ekonomi India antara lain
tumbuh tinggi. IMF memproyeksikan ditopang oleh membaiknya keyakinan
ekonomi Tiongkok pada 2019 tumbuh 6,1% pasar terhadap program pemerintah India
yoy (lebih rendah dari 2018 sebesar 6,6% yang akan lebih fokus untuk mendorong
yoy). investasi dan kesinambungan program
reformasi struktural di India.

Tabel 1.1 Outlook Ekonomi Global


% yoy
IMF Perubahan dari Consensus Perubahan dari
Realisasi Forecast
WEO April 2019 WEO Januari 2019 CF Maret 2019
April 2019
2017 2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Dunia 3,7 3,6 3,3 3,6 -0,1 -0,2 0,0 - - - - - -
AEs 2,4 2,2 1,8 1,7 -0,1 -0,2 0,0 - - - - - -
Dunia (PDB PPP) - - - - - - - - - - - - -
Amerika Serika 2,2 2,9 2,3 1,9 0,0 -0,2 0,1 2,9 2,4 2,0 0,0 0,0 0,0
Kawasan Euro 2,5 1,8 1,3 1,5 0,0 -0,3 -0,2 1,8 1,1 1,3 0,0 -0,1 -0,1
Jerman 2,5 1,5 0,8 1,4 0,0 -0,5 -0,2 1,4 0,8 1,5 0,0 -0,2 0,0
Perancis 2,3 1,5 1,3 1,4 0,0 -0,2 -0,2 1,6 1,3 1,3 0,1 0,0 0,0
Italia 1,5 0,9 0,1 0,9 -0,1 -0,5 0,0 0,9 0,0 0,5 0,0 -0,1 -0,1
Spanyol 3,1 2,5 2,1 1,9 0,0 -0,1 0,0 2,6 2,2 1,9 0,1 0,0 0,0
Inggris 1,7 1,4 1,2 1,4 0,0 -0,3 -0,2 1,4 1,3 1,5 0,0 0,0 0,0
Jepang 1,7 0,8 1,0 0,5 -0,1 -0,1 -0,1 0,8 0,6 0,5 0,0 -0,1 0,1
EMEs 4,7 4,5 4,4 4,8 -0,1 -0,1 -0,1 - - - - - -
Brazil 1,0 1,1 2,1 2,5 -0,2 -0,4 0,3 1,1 1,9 2,6 0,0 -0,2 0,0
Russia 1,5 2,3 1,6 1,7 0,6 0,0 0,0 2,3 1,5 1,8 0,0 0,0 0,0
Tiongkok 6,9 6,6 6,3 6,1 0,0 0,1 -0,1 6,6 6,2 6,1 0,0 0,0 0,0
India* 6,7 7,1 7,3 7,5 -0,2 -0,2 -0,2 7,1 7,1 7,3 0,0 -0,2 -
Indonesia 5,1 5,2 5,2 5,2 - - - 5,2 5,1 5,1 0,0 0,0 0,0
Malaysia 5,9 4,7 4,7 4,8 - - - 4,7 4,4 4,4 0,0 0,0 -0,1
Filipina 6,6 6,2 6,5 6,6 - - - 6,2 6,1 6,1 0,0 -0,1 0,0
Singapura 3,6 3,2 2,3 2,4 - - - 3,2 2,4 2,4 0,0 0,0 0,0
Thailand 3,8 4,1 3,5 3,5 - - - 4,1 3,6 3,5 0,0 0,0 -0,1
Vietnam 6,6 7,1 6,5 6,5 - - - 7,1 6,6 6,2 0,0 0,0 -0,1
Sumber: IMF-WEO April 2019, Consensus Forecast April 2019
Perekonomian global ke depan
ekonomi global diantaranya pelemahan
masih akan dibayangi sejumlah risiko
ekonomi Tiongkok yang lebih besar dari
lama yang berpotensi makin meningkat.
ekspektasi, dan berlanjutnya ketidakpastian
Risiko tersebut antara lain bersumber dari negosiasi Brexit dan politik di Eropa.
eskalasi tensi perdagangan AS dan Tiongkok,
Adapun beberapa risiko yang bersumber
dan potensi meluasnya konflik dari faktor fundamental, antara lain
perdagangan ke area lainnya (antara lain
produktivitas yang menurun dan aging
otomotif) yang dapat mengganggu rantai population, tetap berpotensi menghambat
pasokan global. Risiko lainnya juga masih
prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
akan mewarnai

Anda mungkin juga menyukai