Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
UNIVERSITAS TADULAKO

PERCOBAAN V
STUDI INDUKSI DAN INHIBISI BIOTRANFORMASI OBAT SECARA
IN VIVO

DISUSUN OLEH :
NAMA : ARIZAH MAULIDYAH
NIM : G70118039
KELAS/KELOMPOK : A / II (DUA)
HARI/TANGGAL : KAMIS, 18 MARET 2021
ASISTEN : NURUL AMALIA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang

Ilmu obat-obatan dalam istilah kedokteran disebut dengan Farmakologi.


Farmakologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sejarah, asal-usul,
sifat fisika, sifat kimia, cara mencampur dan membuat obat. Farmakologi juga
mempelajari efek obat terhadap fungsi biokimia sel tubuh, fungsi fisiologi
tubuh, cara kerja obat, absorbsi obat, distribusi bat, biotransformasi obat
ekskresi obat, efek obat, efek keracunan obat serta penggunaan obat.
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses yaitu proses absorbsi
(A), distribusi (D), metabolisme (M) dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh aktif sebagai pross eiminasi obat
(Anwar Y.,dkk, 2019).

Biotransformasi yaitu istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan


metabolisme obat di badan. Pokoknya setiap obat adalah merupakan zat asing
bagi badan dan tidak diingini, oleh karena itu bada berusaha merombak zat tadi
menjadi etabolit sekaligus bersifat hidrofil agar lebih lancer diekskresikan
melalui ginjal. Jadi reaksi biotransformasi adalah merupakan peristiwa
detoksikasi. Biotransformasi berlangsung terutama di hati, tetapii ada beberapa
oabt yang mengalami biotransformasi dalam ginjal, plasma dan selaput lender
di usus. Reaksi biotransformasi biasanya oksidasi, hidrolisa dan konjugasi
(Anief M, 2018).

Aplikasi dalam bidang farmasi, yaitu dengan mempelajari mengenai Aplikasi


dalam bidang farmasi yaitu agar seorang farmasis dapat mengetahui suatu
biotransformasi obat yang sangat penting dalam pembuatan sediaan farmasi
yang aman, berkhasiat dan kualitas atau mutu obat serta biotransformasi obat
biotransformasi obat merupakan hal yang penting dalam proses ADME obat
ketika masuk kedalam tubuh hingga memberikan efek terapeutik. Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud percobaan

Memahami pengaruh pemberian suatu obat terhadap biotransformasi


secara in vivo.
2. Tujuan percobaan

Mengetahui pengaruh pemberian suatu obat terhadap biotransformasi


secara in vivo.

C. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini yaitu agar kita dapat memahami dan mengetahui

pengaruh pemberian suatu obat terhadap biotransformasi secara in vivo.

D. Prinsip Percobaan
E. Tinjauan Pustaka

Metabolisme obat merupakan proses reaksi kimia penting yang mendorong


pembentukan metabolit obat yang diekskresikan keluar dari tubuhh.
Metabolisme obat umumnya dikatalisis oleh enzim, utamanya sitokrom P450
(CYP). Obat umumnya meruakan zat lipofilik. Sifat ini memungkinkan obat
menembus ke dalam kompartemen sel yang berbeda melalui membrane
hidrofobik dengan mudah. Prinsip umum metabolisme obat yaitu untuk
mengnversi senyawa lipofilik melalui beberapa tahap reaksi kimia menjadi
senyawa hidrofilik, sehigga mudah larut dalam air dan dapat dengan mudah
dibuang dalam urin (Sarmoko, 2015).

Tujuan biotransformasi obat adalah mengubahnya dengan cara sedemikian


rupa sehingga menjadi bentuk yang mudah diekskresikan oleh ginjal, pada
umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom dan reticulum
endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat berubah sifat
antara lain menjadi lebih polar, metabolit yang lebih polar ini menjadi mudah
diekskresikan melalui ginjal. Metabolit dapat lebih aktif dari obat asal
(bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bioinaktivasi) atau
sma aktifitasnya (Ikomah & Enti S, 2018).

Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan dan organ-
organ seperti hati, ginjal, paru dan slauran cerna. Hati adalah organ tubuh yang
merupakan tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung lebih
banyak enzim-enzim metabolisme disbanding organ lain. Setelah pemberian
secara oral, obat diserap oleh saluran cerna, masuk ke peredaran darah dan
kemudian ke hati melalui efek lintas pertama. Aliran darah yang membawa
obat atau senyawa oerganik asing melewati sel-sel hati secara perlahan-lahan
dan termetaboisme menjadi senyawa yang mudah larut dalam air kemudian
diekskresikan melalui urin (Siswandono, 2016).

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk


menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organic yang
membutuhkan energy aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan terhadap
reaksi kimia dapat terjadi karena reaksi kimi dengan energy aktivasi lebih
tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebagian besar enzim bekerja
secara khas, yang berarti pada setiap jenis enzimnya hanya dapat bekerja pada
satu macam senyawa atau reaksi kimia saja. Ini disebabkan karena adanya
perbedaan struktur kimia dari tiap-tiap enzim tersebut yang bersifat tetap,
contohnya enzim a-amilase yang hanya dapat digunakan pada proses
perombokan pati menjadi glukosa. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa
faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap-
tiap enzim membuthkan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimal yang
berbeda-beda karena enzim merupakan protein yang dapat mengalami
perubahan bentuk apabila suhu dan keasamannya juga berubah. Cara kerja
enzim tentu menjadi bagian yang tak bisa terhindarkan apabila ingin lebih
mengetahui dan mempelajari mengenai metabolisme tubuh manusia.
Metabolisme merupakan keseluruhan rekasi kimia dalam sel yang melibatkan
enzim sebagai biokatalisator. Biokatalisator sendiri adalah suatu zat yang dapat
mempercepat reaksi yang terjadi di dalah sel tubuh makhluk hidup (Kurniawan
R.F, 2014).

Metabolisme obat dipengaruhi oleh obat lain baik melalui induksi atau inhibisi
siste enzim CYP450. Beberapa obat dapat berinteraksi melalui lebih dari satu
cara dan bertindak sebagai penghambat atau induser enzim CYP450 yang
berbeda. Pemahaman pengaruh induksi dan penghambatan CYP450 penting
untuk memprediksi interaksi obat. Obat-obat yang melakukan penghambatan
sistem enzim CYP450 akan meneybabkan suatu penurunan dalam klirens obat-
obat lain yang dimetabolisme oleh enzim yang sama. Penurunan kirens dapat
menyebabkan kadar obat yang lebih tinggi dan meningkatkan potensi
toksisitas. Induksi enzim biasanya memerlukan waktu untuk sintesis protein
enzim. Penghambatan metabolisme obat cenderung terjadi secara cepat
(didasarkan pada waktu paruh obat), dengan pengaruh maksimal terjadi saat
konsentrasi penghambat yang sangat tinggi dicapai (Hidayati A.F, 2019).
F. Uraian Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu:

1. Aquadest (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/ 18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


memiliki rasa

Kelarutan : -

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Persyaratan : -
kadar

2. Karbon tetraklorida (FI Edisi III, hal. 695)

Nama Resmi : KARBON TETRAKLORIDA

Nama Lain : Karbon tetraklorida

RM/BM : CCl4 / 153,82

Rumus Struktur :

(Pubchem. 2021)
Pemerian : Cairan jernih mudah menguap, tidak berwarna,

bau khas.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dapat bercampur

dengan etanol mutlak dan dengan eter.

Kegunaan : Reagensia/eluen

Penyimpanan : Dalam wadah bersumbat kaca.

3. NaCl Fisiologis (FI III, 1979: 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl / 58,44

Rumus Struktur : Na-Cl

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk


hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dala 2,7 bagian air
mendidih dan dalam kurang lebih 10 bagian

glserol P, sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P.

Kegunaan : Sebagai pelarut isotonis

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


4. Natrium thiopental (FI Edisi III, hal. 602)

Nama Resmi : THIOPENTALUM NATRIUM

Nama Lain : Tiopental Natrium

RM/BM : C11H17N2NAO2S/264,32

Rumus Struktur :

(Pubchem. 2021)

Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih, atau

serbuk kekuningan, bau tidak enak,


higroskopik.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,praktis


tidak larut dalam eter P, dalam benzen

P dan dalam heksana P.

Kegunaan : Anestetikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

5. Fenobarbital (FI Edisi III, hal. 481)

Nama Resmi : PHENOBARBITALUM

Nama Lain : Fenobarbital, Luminal

RM/BM : C12H12N2O3 /232,24


Rumus Struktur :

(Pubchem, 2021)

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,

rasa agak pahit

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali


hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.

Kegunaan : Hipnotikum, sedativum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

G. Spesifikasi Hewan Uji

1. Klasifikasi Hewan Uji (Triolina dan Haryanto, 2019)


Kingdom : Animalia
Filum. : Chordata
Kelas. : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus L

2. Spesifikasi Hewan Uji


Berat badan : 200 g – 250 g
Jenis kelamin : Betina/ jantan
Nama lain : Tikus Putih
H. Prosedur Kerja (Tim Dosen, 2021)

Prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu:


1. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing dengan 3 ekor hewan
a. Kelompok I mengerjakan percobaan control (pengukuran waktu tidur
hewan dengan praperlakuan pemberian larutan garam fisiologis)
b. Kelompok II mengerjakan percobaan pemacu biotransformasi obat
(pengukuran waktu tidur dengan praperlakuan pemberian fenobarbital).
c. Kelompok III mengerjakan percobaan penghambat biotransformasi
obat (pengukuran waktu tidur dengan praperlakuan pemberian karbon
tetraklorida.
2. Timbang berat masing-masing hewan dan beri tanda atau kode.
3. Diberi perlakuan:
a. Kelompok I Hewan diberi praperlakuan dengan garam fisiologis 0,2ml
secara intraperitoneal, diamkan selama 30 menit, kemudian berikan
secara intraperitoneal larutan natrium tiopental dengan dosis 40 mg/kg
BB. Catat Onset of action dan durasi waktu tidur tiopental.
b. Kelompok II Hewan diberi praperlakuan dengan larutan natrium
fenobarbital dengan dosis 75 mg/kgBB per hari selama 5 hari berturut,
kemudian pada hari keenam diberi larutan natrium tiopental dengan
dosis seperti pada kelompok I. Pemberian dilakukan secara
intraperitoneal. Catat pula waktu tidurnya.
c. Kelompok III Hewan diberi praperlakuan dengan karbon tetraklorida
1,25 mg/kg BB secara oral 24 jam sebelum diberi natrium thiopental

I. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu:

1. Alat
- Timbangan - Lap kasar
- Stopwatch - Gelas beker
- Dispo 5 mL - Erlenmeyer
- Kandang - Batang pengaduk
- Sonde - Pipet volume

2. Bahan
- Aquadest - Karbon tetraklorida
- Kapas - Larutan Natrium fenobarbital 5 %
- Kertas koran - Larutan Natrium tiopental 5 %
- Hand scoon - Larutan NaCL fisiologis
- Masker - Fenobarbital

3. Sampel
Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)
DAFTAR PUSTAKA

Anief M (2018). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Anwar Y., dkk., (2019). Penyuluhan Kesehatan tentang Tata Cara Kerja Obat di
Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 17-Jakarta Utara. Jurnal Berdikari. Vol
2 (1) : 19-22.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia (Ed.ke-


3). In Jakarta: Departement Kesehatan RI (Ke-3). Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Hidayati A.F (2019). Manajemn HIV/AIDS. Surabaya : Airlangga University


Press

Ikomah & Enti S. (2018). Farmasi Klinik. Yogyakarta : Deepublish

Kurniawan R.F (2014). Rahasia Terbaru Kedahsyatan terapi Enzim. Jakarta :


Healty Books.

Sarmoko (2015). Pengantar Farmakogenomik dan Metabolisme Obat. Jakarta :


KS Centro.

Siswando (2016). Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga University Press.

Tim Dosen. (2021). Penuntun Praktikum Biofarmasetika. Palu : Universitas


Tadulako

Triolina, V., & Haryanto, L. (2019). Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Jeruk Mandarin
(Citrus Reticulata) Terhadap Penurunan Kadar Serum Glutamic Piruvic
Transaminase (Sgpt) Pada Tikus Putih Jantan Strain Wistar (Rattus
Norvegicus) Yang Dipapar Dengan Paracetamol. Penelitian Dan Karya
Ilmiah, 4(1), 7. https://doi.org/10.25105/pdk.v4i1.4008.

Anda mungkin juga menyukai