354 671 1 SM
354 671 1 SM
ABSTRACT
Geological mapping as a preliminary step in the exploration of natural resources. Landsat
8 imagery and SRTM 30 meter spatial resolution has not been widely used for geological
studies, especially in Rembang.This research aims to determine the ability of Landsat 8 and SRTM
processing for identification of geological structure and lithology; and to map the geological
structure and lithology. The methods are band combination 567, spatial filtering, histogram
equalization, and the merger of Landsat8 and SRTM image. The result show the geological structures
such as faults lineament trending southwest-east, 6 anticlinal and 3 sinklinal. There are also 6 types
of rocks (lithology) such as alluvium sediments (clay, sand, gravel, siltstone), andesite and tuff, marl,
claystone, limestone, and sandstone. Merger Landsat8 and SRTM have the best ability in
identification of physical aspects terrain. The interpretation of the geological structure has an
accuracy of 90%, whereas accuracy for lithological interpretation is 78,90%.
Keywords: Landsat 8, SRTM, structural geology, lithology, spatial filtering, visual interpretation.
ABSTRAK
Pemetaan geologi sebagai langkah awal dalam kegiatan eksplorasi sumberdaya alam. Citra
Landsat 8 dan SRTM resolusi spasial 30 meter belum banyak dimanfaatkan untuk kajian geologi,
khususnya di Kabupaten Rembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pengolahan Landsat 8 dan citra SRTM untuk identifikasi struktur geologi dan litologi; dan untuk
memetakan struktur geologi dan litologi. Metode yang digunakan yaitu kombinasi band 567 Landsat8,
pemfilteran spasial, ekualisasi histogram, dan penggabungan citra Landsat8 dan citra SRTM. Hasilnya
menunjukkan struktur geologi berupa kelurusan sesar tampak berarah baratdaya-timur, dan terdapat 6
antiklinal dan 3 sinklinal. Terdapat pula 6 jenis batuan (litologi) diantaranya endapan aluvium
(lempung, pasir, kerikil, kerakal, batu lanau), andesit dan tuff, napal, batulempung, batugamping, dan
batupasir. Metode penggabungan citra Landsat 8 dan SRTM memiliki kemampuan terbaik dalam
identifikasi aspek fisik medan. Interpretasi struktur geologi memiliki akurasi sebesar 90%, sedangkan
interpretasi litologi 78,90%.
Kata kunci: Citra Landsat 8, SRTM, struktur geologi, litologi, pemfilteran spasial, interpretasi visual
1
PENDAHULUAN dengan mendeteksi, mengidentifikasi, dan
menganalisis kenampakan geologi yang ada di
Indonesia merupakan negara kepulauan permukaan bumi, yaitu berupa struktur geologi
yang sangat luas dan menyimpan beragam dan litologi. Pemetaan geologi tersebut dapat
sumberdaya. Sumberdaya mineral dan energi di dilakukan secara lebih cepat dan efisien melalui
merupakan kebutuhan pokok masyarakat teknik penginderaan jauh. Penelitian dengan
Indonesia. Kebutuhan sumberdaya di Indonesia menggunakan data penginderaan jauh untuk
semakin meningkat dari waktu ke waktu, pemetaan geologi terkait eksplorasi
sehingga dibutuhkan kegiatan inventarisasi sumberdaya mineral dan energi telah banyak
sumberdaya alam untuk dapat memenuhi dilakukan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan
kebutuhan dalam negeri. Pemetaan geologi bahwa teknik penginderaan jauh sangat
merupakan bagian dari kegiatan inventarisasi membantu dalam melakukan pemetaan geologi
sumberdaya alam yang penting untuk karena lebih efektif dan efisien dari segi waktu,
memberikan informasi kondisi geologi di suatu biaya, dan tenaga.
wilayah. Kondisi geologi dapat dijadikan dasar Pemetaan geologi secara terestrial
untuk mengetahui potensi dan permasalahan masih banyak dilakukan untuk memperoleh
yang ada sehingga membantu dalam informasi geologi permukaan. Namun teknik
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. pemetaan secara terestrial tersebut
Kondisi geologi yang umumnya dapat diamati menghabiskan banyak waktu, biaya, dan tenaga
berupa kondisi tipe batuan (litologi) dan dalam proses perolehan data di lapangan. Citra
struktur geologi. Landsat 8 dan SRTM dengan resolusi spasial
Cekungan Jawa Timur bagian utara 30 meter sebagai data penginderaan jauh dapat
telah menjadi bukti memiliki sumberaya alam dimanfaatkan untuk memberikan informasi
berupa sumberdaya mineral dan energi yang geologi permukaan dengan lebih cepat.
signifikan untuk memenuhi kebutuhan Pemetaan geologi menggunakan teknik
masyarakat di Indonesia. Kabupaten Rembang penginderaan jauh telah banyak digunakan di
merupakan salah satu kabupaten yang berada di Indonesia. Namun pemanfaatan citra Landsat 8
provinsi Jawa Tengah bagian utara dengan dan SRTM resolusi spasial 30 meter belum
kondisi geologi yang kompleks. Hal tersebut banyak dimanfaatkan untuk kajian geologi,
juga didukung dengan terdapatnya khususnya di Kabupaten Rembang. Hal
kenampakan-kenampakan struktur geologi pada tersebut disebabkan karena kedua citra tersebut
daerah penelitian, seperti kelurusan, sesar, merupakan produk baru sehingga pemanfaatan
kekar, dan lipatan. Kenampakan-kenampakan untuk kajian geologi belum banyak digunakan,
geologi tersebut sangat menarik untuk diteliti terutama dalam kaitannya eksplorasi
lebih lanjut. Eksplorasi sumberdaya alam sumberdaya alam. Oleh karena itu, diperlukan
secara berkelanjutan penting dilakukan untuk perbandingan hasil interpretasi citra dengan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kegiatan lapangan untuk mengetahui
terus meningkat. Oleh karena itu, pemetaan kemampuan citra Landsat 8 dan SRTM dalam
geologi dapat dijadikan dasar dalam kegiatan menyajikan informasi geologi permukaan
eksplorasi sumberdaya alam di Kabupaten berupa struktur geologi dan litologi. Interpretasi
Rembang. tersebut dilakukan pada citra hasil pengolahan
Tingginya kebutuhan masyarakat akan seperti kombinasi band, pemfilteran, penajaman
sumberdaya mineral dan energi memicu kontras, dan penggabungan citra Landsat dan
perkembangan teknologi dalam melakukan SRTM.
eksplorasi sumberdaya alam. Pemetaan geologi Penelitian ini bertujuan untuk:
sebagai langkah awal dalam kegiatan eksplorasi 1. Mengetahui kemampuan citra Landsat 8
sumberdaya alam merupakan kegiatan yang dan citra SRTM dalam identifikasi struktur
membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang geologi dan litologi.
cukup banyak apabila dilakukan secara 2. Memetakan struktur geologi dan litologi
terestrial. Teknik penginderaan jauh dapat sebagian Rembang dan sekitarnya.
digunakan sebagai solusi dalam mengatasi
masalah tersebut. Sistem penginderaan jauh METODE PENELITIAN
dapat digunakan untuk pemetaan geologi, yaitu
2
Metode yang digunakan dalam mampu menghasilkan citra dengan variasi nilai
penelitian ini dibagi menjadi dua metode kecerahan yang tinggi dan dapat menajamkan
utama, yaitu: batas tepi antar objek (edge enhancement),
1. Interpretasi citra untuk struktur geologi dan kenampakan linier, dan kelurusan yang sangat
litologi mendukung dalam kajian geologi (Danoedoro,
2. Evaluasi hasil ketelitian interpretasi citra 2012). Jenis filter high-pass yang digunakan
Metode yang pertama masih dibagi lagi ini adalah filter undirectional (laplacian)
menjadi 5 tahapan, yaitu tahap pengumpulan karena mampu memperjelas kenampakan-
data, pengolahan data, interpretasi citra, kenampakan geologi dengan lebih jelas,
kegiatan lapangan, dan reinterpretasi citra. seperti kenampakan kekar (joint) pada batuan
dan juga kelurusan (lineament).
Tahap Pengumpulan Data Penajaman kontras dilakukan untuk
Tahap ini dilakukan dengan menghasilkan citra baru dengan nilai
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data kekontrasan maksimum sehingga lebih
primer berupa citra Landsat 8 (path 119 row mendukung dalam melakukan interpretasi
65) perekaman 24 September 2014 dan citra citra. Teknik yang digunakan adalah ekualisasi
SRTM resolusi spasial 30 meter. Data sekunder histogram.
yang digunakan berupa pera RBI digital skala Penggabungan citra Landsat 8 hasil
1:25.000 dan peta Geologi Lembar Rembang preprocessing bertujuan untuk memperoleh
skala 1:100.000. gambaran morfologi wilayah dengan lebih
baik pada citra dan membantu dalam
Tahap Pengolahan Data (Preprocessing) melakukan interpretasi citra. Penggabungan
Pengolahan yang dilakukan pada data tersebut dilakukan dengan menumpangkan
primer citra Landsat 8 berupa pra pemrosesan citra Landsat 8 hasil pengolahan citra diatas
(preprocessing) citra untuk memperbaiki data DEM dari citra SRTM.
kualitas dari citra tersebut. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah koreksi geometri, Tahap Interpretasi Citra
pembuatan citra komposit, pemfilteran spasial, Interpretasi kondisi geologi dilakukan
penajaman kontras, serta penggabungan dengan berdasarkan JICA-LEMIGAS (1994) yang
citra SRTM. dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
Koreksi geometri dilakukan dengan a. Tahap Interpretasi Dasar
metode transformasi berdasarkan titik kontrol Pada tahap ini dilakukan interpretasi
lapangan (ground control point, GCP). terhadap kondisi geologi umum. Tahap ini
Koreksi geometri ini dilakukan pada citra dibagi lagi menjadi 2 langkah:
Landsat 8 dan SRTM yang disesuaikan 1) Interpretasi terhadap bukti-bukti atau
koordinatnya dengan peta Rupabumi Indonesia fakta kenampakan geologi..
(image to map). 2) Interpretasi terhadap kenampakan yang
Pembuatan citra komposit dilakukan bersifat terkaan (conjectural) dari
dengan kombinasi band 567 pada citra Landsat informasi geologi.
8. Hal tersebut didasarkan pada penelitian b. Tahap Interpretasi Analitik
yang dilakukan oleh Theodor (2008) yang Tahap ini lebih tergantung pada
mengatakan bahwa komposit tersebut kemampuan interpreter untuk memprediksi
dianggap paling mampu dalam menampilkan permukaan, misalnya sumbu lipatan.
kondisi medan dengan baik, seperti pola aliran, Tahap ini dibagi lagi menjadi 2 langkah:
relief, struktur geologi, litologi, dan 1) Interpretasi distribusi struktur geologi
kenampakan geologi yang lain. Soetoto (1988) dan litologi.
menambahkan komposit 457 Landsat 7 ETM 2) Merupakan kesimpulan dari struktur
merupakan kombinasi band terbaik dalam geologi dan litologi dengan hasil
studi geologi karena baik dalam pengenalan berupa peta geologi.
tumbuhan, batas air, dan daratan, serta
kenampakan budaya yang lain.
Filter yang akan digunakan dalam Tahap Kegiatan Lapangan
penelitian ini adalah filter high-pass karena
3
Kegiatan lapangan sangat dibutuhkan vegetasi bewarna coklat kemerahan, tanah atau
dalam pemetaan geologi karena bertujuan lahan terbangun bewarna biru cerah, serta tanah
untuk mengetahui tingkat keakuratan citra terbuka bewarna putih cerah.
dalam memberikan informasi geologi wilayah,
serta untuk menambah informasi yang
diperlukan dan tidak bisa didapatkan dari citra.
Pemilihan titik sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling.
Hal-hal yang dilakukan di lapangan
antara lain: (a) mengukur kemiringan
pelapisan batuan (dip dan strike), (b)
mengambil sampel batuan, (c) pengecekan (a) (b)
hasil interpretasi citra, dan (d) pengambilan Gambar 1. Perbandingan tubuh air, vegetasi,
foto lapangan. tanah, dan budaya pada citra Landsat 8: (a)
Tahap Reinterpretasi komposit 432 (true colour), (b) komposit 567
Tahap reinterpretasi dilakukan dengan
menambahkan informasi yang didapat dalam Filter undirectional (laplacian) yang
kegiatan lapangan dan sebelumnya belum digunakan dalam penelitian ini mampu
diperoleh dari interpretasi citra. Selain itu juga menonjolkan zona kelurusan, sesar, dan pola
dilakukan pembetulan hasil interpretasi yang aliran dengan batas yang tegas. Pola-pola
tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya di kelurusan banyak ditemukan di bagian tenggara
lapangan. Hasilnya berupa peta geologi hingga selatan pada wilayah kajian. Gambar 2
(struktur geologi dan litolog) wilayah kajian. menunjukkan salah satu contoh kelurusan yang
dapat diidentifikasi pada suatu perbukitan
Metode penelitian yang kedua adalah dengan salah satu sisi yang curam yang
evaluasi ketelitian citra dilakukan untuk memiliki tekstur yang lebih tajam/kasar
mengetahui tingkat kemampuan citra dalam dibandingkan sisi lain yang tampak lebih halus
memberikan informasi kondisi geologi karena morfologi yang lebih rendah.
permukaan bumi, khususnya struktur geologi
dan litologi. Pada tahapan ini dilakukan uji
akurasi hasil interpretasi citra dan uji
kemampuan citra.
6
batulanau, napal, batulempung, batugamping, akhir dari penelitian ini disajikan pada Gambar
dan batupasir. Jenis-jenis batuan sedimen 7. Peta geologi yang dihasilkan dari penelitian
tersebut merupakan penyusun utama formasi ini umumnya berbeda dengan peta geologi yang
batuan berupa Formasi Tawun (Tmt), Grayong sudah diterbitkan pada umumnya. Terdapat
(Tmn), Bulu (Tmb), Wonocolo (Tmw), Ledok beberapa hal yang membedakan diantara kedua
(Tml), Mundu (Tmpm), Lidah (Qtpl), dan peta tersebut. Perbedaan tersebut seperti tidak
Paciran (Qvl) pada peta geologi lembar terdapatnya penampang melintang (cross
Rembang. Secara umum batuan-batuan section) batuan pada peta hasil penelitian,
sedimen tersebut pada citra tampak bewarna selain itu satuan litologi yang digunakan
orange kebiruan dengan tekstur yang kasar dan berdasarkan setiap tipe batuan bukan
terletak pada morfologi yang positif atau pada berdasarkan formasi batuan yang umumnya
morfologi perbukitan. Pola aliran yang terdapat pada peta geologi pada umumnya.
dominan adalah dendritik, rectangular, dan
trelis. Batuan sedimen ini memiliki tingkat
resistensi batuan yang sangat tinggi sehingga
sangat mudah pula mengalami erosi atau
pengikisan. Hal tersebut terlihat pada
perbukitan-perbukitan yang mengalami
pengikisan batuan dengan sangat intensif.
Akibat pengikisan ini sehingga sulit
mengidentifikasi struktur geologi yang
berkembang di wilayah kajian terutama dalam
menentukan jenis struktur pelipatan yang ada,
baik antiklinal maupun sinklinal. Vegetasi yang
Gambar 7. Peta Hasil Interpretasi Visual
dominan di wilayah ini berupa hutan, kebun,
Geologi
dan semak belukar dan jarang ditemukan
adanya lahan terbangun karena reliefnya yang
Evaluasi Hasil Ketelitian Citra
berupa perbukitan. Peta hasil interpretasi
Uji Akurasi Interpretasi
litologi disajikan pada Gambar 6.
Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat keakuratan citra Landsat 8 dan SRTM
hasil pengolahan citra digital dalam
mengekstrak informasi geologi di wilayah
kajian. Uji akurasi dilakukan dengan
membandingkan hasil interpretasi visual
geologi terhadap kenampakan sesungguhnya di
lapangan. Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat
akurasi interpretasi visual struktur geologi
terhadap kenyataan di lapangan sebesar 90%.
Nilai akurasi tersebut dapat dikatakan sudah
cukup baik karena nilainya diatas 60%. Dalam
Gambar 6. Peta Hasil Interpretasi Visual hal ini penginderaan jauh menunjukkan
Litologi kelebihannya yaitu dalam mengekstrak
Reinterpretasi citra dilakukan setelah informasi geologi permukaan dengan lebih
kegiatan lapangan (pasca lapangan) yaitu efektif dan efisien terutama dari segi waktu
dengan menambahkan informasi yang yang digunakan lebih cepat.
diperoleh dari lapangan yang sebelumnya tidak
diperoleh saat interpretasi citra serta melakukan
pembetulan hasil interpretasi yang tidak sesuai
dengan kondisi sesungguhnya di lapangan.
Oleh karena itu, data lapangan merupakan data
yang sangat peting pada tahap reinterpretasi
citra ini. Peta Geologi yang merupakan hasil
7
Tabel 1. Confusion Matrix Struktur Geologi objek-objek geologi pada citra hasil
Hasil Interpretasi Visual Citra dan pengolahan. Penilaian tersebut didasarkan pada
Perhitungan Hasil Uji Akurasi 4 kelas berdasarkan tingkat kejelasan objek
yang dapat dikenali pada citra, diantaranya
sangat jelas, jelas, kurang kelas, dan tidak
terlihat yang pada setiap kriterianya dijelaskan
pada Tabel 3. Setiap kelas tersebut ditentukan
dari kemudahan objek untuk dapat
diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristik yang tampak pada citra hasil
pengolahan. Suatu objek atau aspek fisik medan
masuk dalam kelas “sangat jelas” artinya objek
Nilai Akurasi total = (9/10) x 100% = 90% tersebut sangat tampak jelas dan sangat mudah
diidentifikasi pada citra hasil pengolahan, dan
Berbeda halnya dengan hasil akurasi ketika dilakukan kegiatan lapangan tidak
struktur geologi, akurasi objek tipe batuan terdapat perbedaan yang berarti dari objek yang
(litologi) menunjukkan nilai akurasi yang tidak diidentifikasi tersebut. Semakin sulit objek atau
setinggi nilai akurasi struktur geologi. Tabel 2. aspek fisik medan dapat dikenali, maka
menunjukkan nilai akurasi objek litologi hasil semakin rendah kemampuan citra hasil
interpretasi visual citra dengan kenyataan di pengolahan tersebut dalam memberikan
lapangan sebesar 75% dengan 32 sampel informasi mengenai suatu objek dan masuk
batuan yang diperoleh di lapangan. Nilai dalam kelas “tidak jelas”. Objek tersebut juga
tersebut juga dapat dikatakan cukup baik. Nilai biasanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya
akurasi tersebut umumnya dapat diterima pada kenyataan di lapangan. Contohnya dalam
tergantung tujuan pemetaan. Semakin tinggi identifikasi aspek fisik medan berupa relief atau
nilai akurasi hasil interpretasi citra yang morfologi wilayah dapat dengan mudah
diperoleh maka semakin baik pula dalam dilakukan pada citra hasil penggabungan Citra
memberikan informasi terhadap geologi Landsat 8 dan citra SRTM sehingga masuk
permukaan di wilayah kajian. dalam kelas tertinggi, yaitu “sangat jelas”. Pada
kenyataan di lapangan, aspek fisik medan
Tabel 2. Confusion Matrix Litologi Hasil
tersebut juga dapat dibuktikan kebenarannya,
Interpretasi Visual Citra dan Perhitungan
atau sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Hasil Uji Akurasi
Namun pengenalan relief tersebut sangat sulit
dilakukan pada Citra Landsat 8 komposit 567
karena kurang menampilkan informasi
morfologi wilayah dengan baik dan masuk
dalam kelas terendah yaitu “tidak jelas”.
Billings Marland P. 1960. Structural Geology. Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta:
New Jersey: Prentice-Hall. Ombak
Jensen, J. R. 2004. Introductory Digital Image Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh Jilid 1.
Processing : A Remote Sensing Perspective, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
3rd Edition. Englewood Cliffs, N.J.: Pretice
Hall. Zuidam, R.A.Van. 1983. Guide To
Geomorphologic Aerial Photographic
Kadar, D, dan Sudijono. 1994. Geologi Lembar Interpretation and Mapping. Enschede:
Rembang, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian Section of Geology and Geomorphology ITC
dan Pengembangan Geologi, Departemen
Pertambangan dan Energi. http://landsat.usgs.gov/landsat8.php
Situs Resmi Landsat 8 (Diakses oleh Carolina
LEMIGAS. 1994. A Guidline of Image Ajeng S P, 4 Oktober 2014)
Interpretation for Oil and Gas Exploration,
Jakarta Indonesia : The Project on Image http://srtm.usgs.gov/srtm.php
Processing Technology for Oil and Gas Study Situs Resmi SRTM (Diakses oleh Carolina
JICA-LEMIGAS. Jakarta: LEMIGAS Ajeng S P, 8 Oktober 2014)
10