Anda di halaman 1dari 10

INTERPRETATION OF GEOLOGICAL STRUCTURE AND LITHOLOGY BY LANDSAT 8 AND

SRTM IMAGERY IN REMBANG DISTRICT AND ITS SURROUNDING

Carolina Ajeng Sukmawati Putri


carolinaajengsp@gmail.com

Taufik Hery Purwanto


taufik_hp@yahoo.com

ABSTRACT
Geological mapping as a preliminary step in the exploration of natural resources. Landsat
8 imagery and SRTM 30 meter spatial resolution has not been widely used for geological
studies, especially in Rembang.This research aims to determine the ability of Landsat 8 and SRTM
processing for identification of geological structure and lithology; and to map the geological
structure and lithology. The methods are band combination 567, spatial filtering, histogram
equalization, and the merger of Landsat8 and SRTM image. The result show the geological structures
such as faults lineament trending southwest-east, 6 anticlinal and 3 sinklinal. There are also 6 types
of rocks (lithology) such as alluvium sediments (clay, sand, gravel, siltstone), andesite and tuff, marl,
claystone, limestone, and sandstone. Merger Landsat8 and SRTM have the best ability in
identification of physical aspects terrain. The interpretation of the geological structure has an
accuracy of 90%, whereas accuracy for lithological interpretation is 78,90%.

Keywords: Landsat 8, SRTM, structural geology, lithology, spatial filtering, visual interpretation.

ABSTRAK
Pemetaan geologi sebagai langkah awal dalam kegiatan eksplorasi sumberdaya alam. Citra
Landsat 8 dan SRTM resolusi spasial 30 meter belum banyak dimanfaatkan untuk kajian geologi,
khususnya di Kabupaten Rembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pengolahan Landsat 8 dan citra SRTM untuk identifikasi struktur geologi dan litologi; dan untuk
memetakan struktur geologi dan litologi. Metode yang digunakan yaitu kombinasi band 567 Landsat8,
pemfilteran spasial, ekualisasi histogram, dan penggabungan citra Landsat8 dan citra SRTM. Hasilnya
menunjukkan struktur geologi berupa kelurusan sesar tampak berarah baratdaya-timur, dan terdapat 6
antiklinal dan 3 sinklinal. Terdapat pula 6 jenis batuan (litologi) diantaranya endapan aluvium
(lempung, pasir, kerikil, kerakal, batu lanau), andesit dan tuff, napal, batulempung, batugamping, dan
batupasir. Metode penggabungan citra Landsat 8 dan SRTM memiliki kemampuan terbaik dalam
identifikasi aspek fisik medan. Interpretasi struktur geologi memiliki akurasi sebesar 90%, sedangkan
interpretasi litologi 78,90%.

Kata kunci: Citra Landsat 8, SRTM, struktur geologi, litologi, pemfilteran spasial, interpretasi visual

1
PENDAHULUAN dengan mendeteksi, mengidentifikasi, dan
menganalisis kenampakan geologi yang ada di
Indonesia merupakan negara kepulauan permukaan bumi, yaitu berupa struktur geologi
yang sangat luas dan menyimpan beragam dan litologi. Pemetaan geologi tersebut dapat
sumberdaya. Sumberdaya mineral dan energi di dilakukan secara lebih cepat dan efisien melalui
merupakan kebutuhan pokok masyarakat teknik penginderaan jauh. Penelitian dengan
Indonesia. Kebutuhan sumberdaya di Indonesia menggunakan data penginderaan jauh untuk
semakin meningkat dari waktu ke waktu, pemetaan geologi terkait eksplorasi
sehingga dibutuhkan kegiatan inventarisasi sumberdaya mineral dan energi telah banyak
sumberdaya alam untuk dapat memenuhi dilakukan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan
kebutuhan dalam negeri. Pemetaan geologi bahwa teknik penginderaan jauh sangat
merupakan bagian dari kegiatan inventarisasi membantu dalam melakukan pemetaan geologi
sumberdaya alam yang penting untuk karena lebih efektif dan efisien dari segi waktu,
memberikan informasi kondisi geologi di suatu biaya, dan tenaga.
wilayah. Kondisi geologi dapat dijadikan dasar Pemetaan geologi secara terestrial
untuk mengetahui potensi dan permasalahan masih banyak dilakukan untuk memperoleh
yang ada sehingga membantu dalam informasi geologi permukaan. Namun teknik
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. pemetaan secara terestrial tersebut
Kondisi geologi yang umumnya dapat diamati menghabiskan banyak waktu, biaya, dan tenaga
berupa kondisi tipe batuan (litologi) dan dalam proses perolehan data di lapangan. Citra
struktur geologi. Landsat 8 dan SRTM dengan resolusi spasial
Cekungan Jawa Timur bagian utara 30 meter sebagai data penginderaan jauh dapat
telah menjadi bukti memiliki sumberaya alam dimanfaatkan untuk memberikan informasi
berupa sumberdaya mineral dan energi yang geologi permukaan dengan lebih cepat.
signifikan untuk memenuhi kebutuhan Pemetaan geologi menggunakan teknik
masyarakat di Indonesia. Kabupaten Rembang penginderaan jauh telah banyak digunakan di
merupakan salah satu kabupaten yang berada di Indonesia. Namun pemanfaatan citra Landsat 8
provinsi Jawa Tengah bagian utara dengan dan SRTM resolusi spasial 30 meter belum
kondisi geologi yang kompleks. Hal tersebut banyak dimanfaatkan untuk kajian geologi,
juga didukung dengan terdapatnya khususnya di Kabupaten Rembang. Hal
kenampakan-kenampakan struktur geologi pada tersebut disebabkan karena kedua citra tersebut
daerah penelitian, seperti kelurusan, sesar, merupakan produk baru sehingga pemanfaatan
kekar, dan lipatan. Kenampakan-kenampakan untuk kajian geologi belum banyak digunakan,
geologi tersebut sangat menarik untuk diteliti terutama dalam kaitannya eksplorasi
lebih lanjut. Eksplorasi sumberdaya alam sumberdaya alam. Oleh karena itu, diperlukan
secara berkelanjutan penting dilakukan untuk perbandingan hasil interpretasi citra dengan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kegiatan lapangan untuk mengetahui
terus meningkat. Oleh karena itu, pemetaan kemampuan citra Landsat 8 dan SRTM dalam
geologi dapat dijadikan dasar dalam kegiatan menyajikan informasi geologi permukaan
eksplorasi sumberdaya alam di Kabupaten berupa struktur geologi dan litologi. Interpretasi
Rembang. tersebut dilakukan pada citra hasil pengolahan
Tingginya kebutuhan masyarakat akan seperti kombinasi band, pemfilteran, penajaman
sumberdaya mineral dan energi memicu kontras, dan penggabungan citra Landsat dan
perkembangan teknologi dalam melakukan SRTM.
eksplorasi sumberdaya alam. Pemetaan geologi Penelitian ini bertujuan untuk:
sebagai langkah awal dalam kegiatan eksplorasi 1. Mengetahui kemampuan citra Landsat 8
sumberdaya alam merupakan kegiatan yang dan citra SRTM dalam identifikasi struktur
membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang geologi dan litologi.
cukup banyak apabila dilakukan secara 2. Memetakan struktur geologi dan litologi
terestrial. Teknik penginderaan jauh dapat sebagian Rembang dan sekitarnya.
digunakan sebagai solusi dalam mengatasi
masalah tersebut. Sistem penginderaan jauh METODE PENELITIAN
dapat digunakan untuk pemetaan geologi, yaitu
2
Metode yang digunakan dalam mampu menghasilkan citra dengan variasi nilai
penelitian ini dibagi menjadi dua metode kecerahan yang tinggi dan dapat menajamkan
utama, yaitu: batas tepi antar objek (edge enhancement),
1. Interpretasi citra untuk struktur geologi dan kenampakan linier, dan kelurusan yang sangat
litologi mendukung dalam kajian geologi (Danoedoro,
2. Evaluasi hasil ketelitian interpretasi citra 2012). Jenis filter high-pass yang digunakan
Metode yang pertama masih dibagi lagi ini adalah filter undirectional (laplacian)
menjadi 5 tahapan, yaitu tahap pengumpulan karena mampu memperjelas kenampakan-
data, pengolahan data, interpretasi citra, kenampakan geologi dengan lebih jelas,
kegiatan lapangan, dan reinterpretasi citra. seperti kenampakan kekar (joint) pada batuan
dan juga kelurusan (lineament).
Tahap Pengumpulan Data Penajaman kontras dilakukan untuk
Tahap ini dilakukan dengan menghasilkan citra baru dengan nilai
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data kekontrasan maksimum sehingga lebih
primer berupa citra Landsat 8 (path 119 row mendukung dalam melakukan interpretasi
65) perekaman 24 September 2014 dan citra citra. Teknik yang digunakan adalah ekualisasi
SRTM resolusi spasial 30 meter. Data sekunder histogram.
yang digunakan berupa pera RBI digital skala Penggabungan citra Landsat 8 hasil
1:25.000 dan peta Geologi Lembar Rembang preprocessing bertujuan untuk memperoleh
skala 1:100.000. gambaran morfologi wilayah dengan lebih
baik pada citra dan membantu dalam
Tahap Pengolahan Data (Preprocessing) melakukan interpretasi citra. Penggabungan
Pengolahan yang dilakukan pada data tersebut dilakukan dengan menumpangkan
primer citra Landsat 8 berupa pra pemrosesan citra Landsat 8 hasil pengolahan citra diatas
(preprocessing) citra untuk memperbaiki data DEM dari citra SRTM.
kualitas dari citra tersebut. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah koreksi geometri, Tahap Interpretasi Citra
pembuatan citra komposit, pemfilteran spasial, Interpretasi kondisi geologi dilakukan
penajaman kontras, serta penggabungan dengan berdasarkan JICA-LEMIGAS (1994) yang
citra SRTM. dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
Koreksi geometri dilakukan dengan a. Tahap Interpretasi Dasar
metode transformasi berdasarkan titik kontrol Pada tahap ini dilakukan interpretasi
lapangan (ground control point, GCP). terhadap kondisi geologi umum. Tahap ini
Koreksi geometri ini dilakukan pada citra dibagi lagi menjadi 2 langkah:
Landsat 8 dan SRTM yang disesuaikan 1) Interpretasi terhadap bukti-bukti atau
koordinatnya dengan peta Rupabumi Indonesia fakta kenampakan geologi..
(image to map). 2) Interpretasi terhadap kenampakan yang
Pembuatan citra komposit dilakukan bersifat terkaan (conjectural) dari
dengan kombinasi band 567 pada citra Landsat informasi geologi.
8. Hal tersebut didasarkan pada penelitian b. Tahap Interpretasi Analitik
yang dilakukan oleh Theodor (2008) yang Tahap ini lebih tergantung pada
mengatakan bahwa komposit tersebut kemampuan interpreter untuk memprediksi
dianggap paling mampu dalam menampilkan permukaan, misalnya sumbu lipatan.
kondisi medan dengan baik, seperti pola aliran, Tahap ini dibagi lagi menjadi 2 langkah:
relief, struktur geologi, litologi, dan 1) Interpretasi distribusi struktur geologi
kenampakan geologi yang lain. Soetoto (1988) dan litologi.
menambahkan komposit 457 Landsat 7 ETM 2) Merupakan kesimpulan dari struktur
merupakan kombinasi band terbaik dalam geologi dan litologi dengan hasil
studi geologi karena baik dalam pengenalan berupa peta geologi.
tumbuhan, batas air, dan daratan, serta
kenampakan budaya yang lain.
Filter yang akan digunakan dalam Tahap Kegiatan Lapangan
penelitian ini adalah filter high-pass karena
3
Kegiatan lapangan sangat dibutuhkan vegetasi bewarna coklat kemerahan, tanah atau
dalam pemetaan geologi karena bertujuan lahan terbangun bewarna biru cerah, serta tanah
untuk mengetahui tingkat keakuratan citra terbuka bewarna putih cerah.
dalam memberikan informasi geologi wilayah,
serta untuk menambah informasi yang
diperlukan dan tidak bisa didapatkan dari citra.
Pemilihan titik sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling.
Hal-hal yang dilakukan di lapangan
antara lain: (a) mengukur kemiringan
pelapisan batuan (dip dan strike), (b)
mengambil sampel batuan, (c) pengecekan (a) (b)
hasil interpretasi citra, dan (d) pengambilan Gambar 1. Perbandingan tubuh air, vegetasi,
foto lapangan. tanah, dan budaya pada citra Landsat 8: (a)
Tahap Reinterpretasi komposit 432 (true colour), (b) komposit 567
Tahap reinterpretasi dilakukan dengan
menambahkan informasi yang didapat dalam Filter undirectional (laplacian) yang
kegiatan lapangan dan sebelumnya belum digunakan dalam penelitian ini mampu
diperoleh dari interpretasi citra. Selain itu juga menonjolkan zona kelurusan, sesar, dan pola
dilakukan pembetulan hasil interpretasi yang aliran dengan batas yang tegas. Pola-pola
tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya di kelurusan banyak ditemukan di bagian tenggara
lapangan. Hasilnya berupa peta geologi hingga selatan pada wilayah kajian. Gambar 2
(struktur geologi dan litolog) wilayah kajian. menunjukkan salah satu contoh kelurusan yang
dapat diidentifikasi pada suatu perbukitan
Metode penelitian yang kedua adalah dengan salah satu sisi yang curam yang
evaluasi ketelitian citra dilakukan untuk memiliki tekstur yang lebih tajam/kasar
mengetahui tingkat kemampuan citra dalam dibandingkan sisi lain yang tampak lebih halus
memberikan informasi kondisi geologi karena morfologi yang lebih rendah.
permukaan bumi, khususnya struktur geologi
dan litologi. Pada tahapan ini dilakukan uji
akurasi hasil interpretasi citra dan uji
kemampuan citra.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Koreksi geometri berguna untuk
mengembalikan posisi piksel sedemikian rupa
akibat kesalahan dalam proses perekaman citra. Gambar 2. Pola kelurusan pada dengan pola
Namun koreksi geometri tidak dilakukan dalam aliran sungai rectangular (biru)
penelitian ini karena citra Landsat 8 dan citra
SRTM yang digunakan telah terkoreksi Filter highpass undirectional
sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena (laplacian) memang memiliki kelebihan dan
citra Landsat 8 yang digunakan sudah pada sangat baik dalam identifikasi struktur geologi,
level 1T atau sudah terkoreksi medan. Terlihat khususnya pola-pola kelurusan yang
juga pada objek-objek yang terdapat pada peta merupakan dasar dalam identifikasi adanya
RBI, seperti sungai dan jalan, yang sudah sesar dan kelurusan yang lain. Namun teknik
bertampalan dengan objek yang sama pada citra tersebut sangat lemah dalam membantu
Landsat 8 dan citra SRTM. Pengeplotan objek interpretasi aspek-aspek medan yang lain
di peta dengan di lapangan juga tidak seperti tipe batuan (litologi), morfologi
melenceng jauh. wilayah, dan sebagainya. Hal tersebut
Kombinasi band yang digunakan pada disebabkan karena citra hasil pemfilteran
citra Landsat 8 adalah 567. Pada citra baru yang tersebut hanya menujukkan efek yang
dihasilkan tubuh air tampak bewarna hitam, cenderung diperhalus (smoothed). Citra tersebut
tidak menunjukkan kenampakan
4
relief/morfologi sehingga sangat sulit Landsat 8 hasil ekualisasi histogram dengan
mengidentifikasi objek yang lain. Oleh karena data DEM (Digital Elevation Model) yang
itu, filter laplacian dijadikan pengurang diperoleh dari citra SRTM yang digunakan.
terhadap citra Landsat komposit 567 yang Hasilnya menunjukkan citra baru dengan
menghasiilkan citra baru dengan penajaman kondisi morfologi wilayah yang lebih jelas
tepi yang maksimal dan lebih mudah dalam dibandingkan dengan citra sebelum dilakukan
mengidentifikasi objek. Hal tersebut karena penggabungan dengan DEM (Gambar 4).
rona/warna hasil komposit 567 masih dapat Kondisi morfologi yang lebih jelas ini sangat
dipertahankan sebagai salah satu kunci membantu dalam mengidentifikasi kondisi
interpretasi objek geologi. Citra baru hasil geologi yang ada di wilayah kajian, terutama
pemfilteran menunjukkan kenampakan objek sangat baik dalam menunjukkan tingkat
yang tampak lebih tajam dibandingkan citra resistensi batuan dilihat dari morfologi
komposit 567 sebelum dilakukan filter. Gambar wilayahnya.
3 menunjukkan citra komposit 567 sebelum
dilakukan filter tampak lebih kabur, tetapi
setelah dilakukan filter highpass undirectional
(laplacian) kenampakan objeknya tampak lebih
tajam. Gambar tersebut menunjukkan suatu
wilayah dengan salah satu sisi lereng yang lebih
curam pada bagian timur yang tampak sangat
tegas. Lereng tersebut terlihat telah mengalami
pengikisan/erosi yang intensif sehingga
menghasilkan lereng yang curam. Selain itu,
terlihat pula adanya perbedaan rona yang
sangat tegas antara lereng yang curam dan
lembah di sebelahnya. Rona tersebut dapat
dijadikan sebagai dasar dalam interpretasi Gambar 4. Citra Hasil Penggabungan
litologi yang juga dibantu dengan keadaan
morfologi wilayah sebagai gambaran tingkat Interpretasi visual secara digital
resistensi batuan tersebut. (digitasi on screen) dilakukan untuk
mengidentifikasi kenampakan geologi yang ada
pada citra. Interpretasi citra dilakukan
berdasarkan tahapan deteksi, identifikasi,
analisis, dan klasifikasi serta didasarkan unsur-
unsur interpretasi citra dalam mengenali objek
geologi yang ada. Kemampuan hasil
pengolahan citra dengan teknik pemfilteran
spasial dan penajaman kontras yang dilanjutkan
Gambar 3. (a) citra Landsat 8 komposit 567, dengan penggabungan DEM citra SRTM
dan (b) citra Landsat 8 komposit 567 setelah mampu menonjolkan kenampakan
difilter morfologi/relief dengan sangat baik sehingga
membantu dalam penurunan informasi struktur
Teknik pemfilteran spasial geologi dan tipe batuan (litologi). Hasil citra
menghasilkan citra komposit yang tampak lebih tersebut juga menunjukan tingkat resistensi
tajam, dan dengan pengolahan citra ekualisasi batuan dengan baik yang dilihat dari morfologi
histogram menghasilkan citra baru dengan wilayahnya, sehingga sangat membantu dalam
kekontrasan yang lebih tinggi. Citra baru melakukan interpretasi batuan (litologi).
tersebut sangat membantu dalam identifikasi Hasil interpretasi struktur geologi
kondisi geologi, berupa struktur geologi dan menunjukkan adanya kelurusan dan pelipatan
litologi. Namun citra Landsat 8 hasil pada citra. Kelurusan pada citra penginderaan
pengolahan citra umumnya masih belum jauh dapat diidentifikasi dengan pola yang
menunjukkan kondisi morfologi dengan jelas. memanjang dan terdapat perbedaan rona/warna
Hal ini diatasi dengan menggabungkan citra dengan daerah di sekitarnya. Terdapat
5
kelurusan yang teridentifikasi berupa sesar dan
bukan sesar. Kelurusan berupa sesar yang pada
citra tampak berarah baratdaya-timur laut dan
beberapa diantaranya berarah barat-timur.
Terdapat dua macam sesar yang dapat
diidentifikasi dari citra yaitu sesar normal dan
sesar geser. Sesar normal dicirkan dengan pola
kelurusan dengan pembelokan arah aliran
sungai yang mendadak, sedangkan sesar geser
dicirikan dengan bentuk kelurusan yang
mengalami dislokasi serta pergeseran bidang
pelapisan batuan. Sesar merupakan zona yang Gambar 5. Peta Hasil Interpretasi Visual
lemah dalam batuan sehingga mudah tererosi Struktur Geologi
sehingga mudah terbentuk lembah. Namum
sesar ini umumnya sangat sulit diidentifikasi di Citra baru hasil penggabungan citra
lapangan. Selain kelurusan yang berupa sesar, Landsat 8 dan SRTM sangat membantu dalam
terdapat pula kelurusan yang diidentifikasi melakukan interpretasi tipe batuan (litologi).
berupa kekar. Kekar (joint) dapat diidentifikasi Rona/warna hasil citra komposit penting dalam
di beberapa lokasi di lapangan yang membedakan jenis batuan dengan jenis batuan
ditunjukkan dengan adanya batuan yang retak- yang lain. Ekspresi topografi hasil dari DEM
retak dan belum adanya pergeseran antar citra SRTM juga membantu untuk mengetahui
batuan seperti pada kelurusan berupa sesar. tingkat resistensi batuan. Terdapat 12 tipe
Kekar tersebut biasanya masih berkaitan batuan yang dapat teridentifikasi dari citra,
dengan adanya sesar. Kekar terbentuk karena diantaranya endapan aluvium (lempung, pasir,
adanya gaya tektonik yang kekuatannya tidak kerikil, kerakal, batu lanau), batuan gunung api,
sebesar tekanan pembentuk sesar sehingga napal, napal masif, batu lempung, batugamping,
belum mengalami pergeseran antar batuannya. batugamping merah dan batupasir.
Namun kenampakan kekar umumnya sangat Batuan gunungapi terdapat pada
sulit dikenali melalui citra penginderaan jauh. bentuklahan asal proses vulkanik yang
Pelipatan yang dapat diidentifikasi dari merupakan hasil dari aktivitas Gunungapi
citra terdiri dari dua macam yaitu pelipatan Lasem. Penyusun utama endapan gunungapi ini
antiklinal dan sinklinal. Pelipatan diidentifikasi adalah tuff. Pada citra Landsat 8 komposit 567,
dengan memperhatikan sikap pelapisan batuan endapan gunungapi ini tampak bewarna orange
berupa dip dan strike. Secara keseluruhan kemerahan karena sebagian besar wilayahnya
terdapat 6 sumbu struktur antiklinal dan 3 masih tertutup oleh vegetasi yang lebat. Batuan
sumbu struktur sinklinal yang dapat dikenali. berupa batu andesit dan tuff ditemukan di
Arah sumbu lipatan relatif berarah tenggara- bentukan asal volkanik ini.
baratlaut. Pengenalan struktur lipatan pada citra Batuan yang berupa endapan aluvium
relatif sulit dilakukan karena sebagian besar umumnya terdistribusi pada bentuklahan asal
wilayahnya telah mengalami pengikisan/erosi proses fluvial, pada bagian utara wilayah
secara intensif, sehingga dibutuhkan data dip kajian. Endapan aluvium ini terdiri dari
dan strike dari data lapangan untuk menentukan endapan sungai dan pantai. Secara umum
jenis pelipatan yang ada. endapan aluvium ini memiliki rona yang biru
Berdasarkan arah sumbu lipatan, baik cerah dan berada pada dataran aluvial. Pola
antiklinal dan sinklinal, serta arah sesar yang aliran sungai dendritik dengan kerapatan aliran
telah diinterpretasi, dapat disimpulkan bahwa tinggi yang mencerminkan resistensi dan
kemungkinan gaya utama yang membentuk kekedapan batuan, Selain itu, tingkat resistensi
struktur geologi di wilayah kajian berarah batuan rendah atau tidak mudah tererosi karena
selatan-utara. Peta hasil interpretasi struktur berada pada relief yang rendah.
geologi terdapat pada Gambar 5. Batuan sedimen dan metamorf
umumnya berada pada bentuklahan asal
struktural yang menyusun sebagian besar
wilayah kajian. Batuan ini terdiri dari

6
batulanau, napal, batulempung, batugamping, akhir dari penelitian ini disajikan pada Gambar
dan batupasir. Jenis-jenis batuan sedimen 7. Peta geologi yang dihasilkan dari penelitian
tersebut merupakan penyusun utama formasi ini umumnya berbeda dengan peta geologi yang
batuan berupa Formasi Tawun (Tmt), Grayong sudah diterbitkan pada umumnya. Terdapat
(Tmn), Bulu (Tmb), Wonocolo (Tmw), Ledok beberapa hal yang membedakan diantara kedua
(Tml), Mundu (Tmpm), Lidah (Qtpl), dan peta tersebut. Perbedaan tersebut seperti tidak
Paciran (Qvl) pada peta geologi lembar terdapatnya penampang melintang (cross
Rembang. Secara umum batuan-batuan section) batuan pada peta hasil penelitian,
sedimen tersebut pada citra tampak bewarna selain itu satuan litologi yang digunakan
orange kebiruan dengan tekstur yang kasar dan berdasarkan setiap tipe batuan bukan
terletak pada morfologi yang positif atau pada berdasarkan formasi batuan yang umumnya
morfologi perbukitan. Pola aliran yang terdapat pada peta geologi pada umumnya.
dominan adalah dendritik, rectangular, dan
trelis. Batuan sedimen ini memiliki tingkat
resistensi batuan yang sangat tinggi sehingga
sangat mudah pula mengalami erosi atau
pengikisan. Hal tersebut terlihat pada
perbukitan-perbukitan yang mengalami
pengikisan batuan dengan sangat intensif.
Akibat pengikisan ini sehingga sulit
mengidentifikasi struktur geologi yang
berkembang di wilayah kajian terutama dalam
menentukan jenis struktur pelipatan yang ada,
baik antiklinal maupun sinklinal. Vegetasi yang
Gambar 7. Peta Hasil Interpretasi Visual
dominan di wilayah ini berupa hutan, kebun,
Geologi
dan semak belukar dan jarang ditemukan
adanya lahan terbangun karena reliefnya yang
Evaluasi Hasil Ketelitian Citra
berupa perbukitan. Peta hasil interpretasi
Uji Akurasi Interpretasi
litologi disajikan pada Gambar 6.
Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat keakuratan citra Landsat 8 dan SRTM
hasil pengolahan citra digital dalam
mengekstrak informasi geologi di wilayah
kajian. Uji akurasi dilakukan dengan
membandingkan hasil interpretasi visual
geologi terhadap kenampakan sesungguhnya di
lapangan. Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat
akurasi interpretasi visual struktur geologi
terhadap kenyataan di lapangan sebesar 90%.
Nilai akurasi tersebut dapat dikatakan sudah
cukup baik karena nilainya diatas 60%. Dalam
Gambar 6. Peta Hasil Interpretasi Visual hal ini penginderaan jauh menunjukkan
Litologi kelebihannya yaitu dalam mengekstrak
Reinterpretasi citra dilakukan setelah informasi geologi permukaan dengan lebih
kegiatan lapangan (pasca lapangan) yaitu efektif dan efisien terutama dari segi waktu
dengan menambahkan informasi yang yang digunakan lebih cepat.
diperoleh dari lapangan yang sebelumnya tidak
diperoleh saat interpretasi citra serta melakukan
pembetulan hasil interpretasi yang tidak sesuai
dengan kondisi sesungguhnya di lapangan.
Oleh karena itu, data lapangan merupakan data
yang sangat peting pada tahap reinterpretasi
citra ini. Peta Geologi yang merupakan hasil

7
Tabel 1. Confusion Matrix Struktur Geologi objek-objek geologi pada citra hasil
Hasil Interpretasi Visual Citra dan pengolahan. Penilaian tersebut didasarkan pada
Perhitungan Hasil Uji Akurasi 4 kelas berdasarkan tingkat kejelasan objek
yang dapat dikenali pada citra, diantaranya
sangat jelas, jelas, kurang kelas, dan tidak
terlihat yang pada setiap kriterianya dijelaskan
pada Tabel 3. Setiap kelas tersebut ditentukan
dari kemudahan objek untuk dapat
diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristik yang tampak pada citra hasil
pengolahan. Suatu objek atau aspek fisik medan
masuk dalam kelas “sangat jelas” artinya objek
Nilai Akurasi total = (9/10) x 100% = 90% tersebut sangat tampak jelas dan sangat mudah
diidentifikasi pada citra hasil pengolahan, dan
Berbeda halnya dengan hasil akurasi ketika dilakukan kegiatan lapangan tidak
struktur geologi, akurasi objek tipe batuan terdapat perbedaan yang berarti dari objek yang
(litologi) menunjukkan nilai akurasi yang tidak diidentifikasi tersebut. Semakin sulit objek atau
setinggi nilai akurasi struktur geologi. Tabel 2. aspek fisik medan dapat dikenali, maka
menunjukkan nilai akurasi objek litologi hasil semakin rendah kemampuan citra hasil
interpretasi visual citra dengan kenyataan di pengolahan tersebut dalam memberikan
lapangan sebesar 75% dengan 32 sampel informasi mengenai suatu objek dan masuk
batuan yang diperoleh di lapangan. Nilai dalam kelas “tidak jelas”. Objek tersebut juga
tersebut juga dapat dikatakan cukup baik. Nilai biasanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya
akurasi tersebut umumnya dapat diterima pada kenyataan di lapangan. Contohnya dalam
tergantung tujuan pemetaan. Semakin tinggi identifikasi aspek fisik medan berupa relief atau
nilai akurasi hasil interpretasi citra yang morfologi wilayah dapat dengan mudah
diperoleh maka semakin baik pula dalam dilakukan pada citra hasil penggabungan Citra
memberikan informasi terhadap geologi Landsat 8 dan citra SRTM sehingga masuk
permukaan di wilayah kajian. dalam kelas tertinggi, yaitu “sangat jelas”. Pada
kenyataan di lapangan, aspek fisik medan
Tabel 2. Confusion Matrix Litologi Hasil
tersebut juga dapat dibuktikan kebenarannya,
Interpretasi Visual Citra dan Perhitungan
atau sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Hasil Uji Akurasi
Namun pengenalan relief tersebut sangat sulit
dilakukan pada Citra Landsat 8 komposit 567
karena kurang menampilkan informasi
morfologi wilayah dengan baik dan masuk
dalam kelas terendah yaitu “tidak jelas”.

Tabel 3. Uji Kemampuan Pengolahan Citra

Akurasi total = (24/32) x 100% = 75%


Tabel 4 menunjukkan bahwa
Uji Kemampuan Citra
penggabungan citra Landsat 8 DEM citra
Uji kemampuan dilakukan untuk
SRTM merupakan teknik pengolahan terbaik
mengetahui kemampuan dari setiap tahap
dalam memberikan informasi struktur geologi
teknik pengolahan citra dalam memberikan
dan litologi di wilayah kajian. Hal tersebut
informasi objek geologi berupa struktur geologi
terutama sangat baik dalam mengenali tipe
dan litologi di daerah kajian. Uji kemampuan
batuan pada citra karena citra tersebut
ini akan memberikan gambaran kemampuan
memberikan informasi morfologi dan tingkat
citra Landsat 8 dan SRTM dalam mengenali
8
resistensi batuan dengan sangat baik yang kemampuan setiap tahap pengolahan citra
membantu dalam mengenali tipe batuan pada dalam menurunkan informasi fisik medan yang
citra. Aspek spektral dari citra Landsat 8 pun merupakan dasar identifikasi struktur geologi
juga tidak hilang dan masih dapat dan litologi. Semakin mudah informasi fisik
dipertahankan yang sangat membantu dalam medan dapat dikenali maka semakin baik pula
mengenali penutup lahan dan vegetasi dari citra tersebut dalam menampilkan objek-objek
rona/warna yang dihasilkan. Rona/warna di permukaan bumi.
tersebut juga bermanfaat dalam membedakan
batas antar batuan (litologi) pada citra. KESIMPULAN
Pengenalan objek geologi cukup sulit dilakukan 1. Citra hasil penggabungan citra Landsat 8
karena sebagian besar wilayah telah mengalami dengan DEM citra SRTM memiliki
erosi dan pengikisan. Oleh karena itu, kemampuan yang paling baik dalam
dibutuhkan data dip dan strike untuk memberikan informasi geologi permukaan,
mengetahui struktur geologi di wilayah kajian. berupa struktur geologi dan litologi. Hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai akurasi
Tabel 4. Uji Kemampuan Pengolahan Citra hasil interpretasi citra dengan kenyataan di
lapangan untuk objek struktur geologi
sebesar 90% dan tipe batuan (litologi)
sebesar 75%.
2. Peta geologi yang dihasilkan dari hasil
interpretasi visual dan kegiatan lapangan
umumnya sudah menunjukkan kondisi
geologi permukaan di wilayah kajian.
Struktur geologi berupa kelurusan sesar
tampak berarah baratdaya-timur laut dan
Citra Landsat 8 hasil komposit 567 beberapa diantaranya berarah barat-timur,
belum mampu menunjukkan aspek fisik medan sedangkan struktur pelipatan di wilayah
dengan baik karena objek hanya ditunjukkan kajian diantaranya terdapat 6 sumbu
dengan rona/warna yang dihasilkan. Berbeda struktur antiklinal dan 3 sumbu struktur
halnya pada citra Landsat 8 hasil komposit sinklinal dengan arah sumbu lipatan relatif
yang telah dilakukan pemfilteran spasial dan berarah tenggara-baratlaut. Berdasarkan
penajaman kontras yang menunjukkan hasil arah sumbu lipatan, baik antiklinal dan
yang lebih baik dalam memberikan informasi sinklinal, serta arah sesar yang telah
geologi dipermukaan. Kedua citra hasil diinterpretasi, dapat disimpulkan bahwa
pengolahan citra tersebut umumnya memiliki kemungkinan gaya utama yang membentuk
kemampuan yang tidak jauh berbeda dalam struktur geologi di wilayah kajian berarah
memberikan informasi struktur geologi, yang selatan-utara.. Pada daerah penelitian
mebedakan adalah teknik pengolahan citra terdapat pula 12 jenis batuan (litologi) yang
ekualisasi histogram memberikan informasi dapat diidentifikasi dan dibuktikan di
yang lebih baik untuk pengenalan litologi lapangan, diantaranya endapan aluvium
dibandingkan dengan citra hasil pemfilteran (lempung, pasir, kerikil, kerakal, batu
spasial. Hal tersebut dikarenakan citra hasil lanau), batuan gunung api, napal, napal
ekualisasi histogram memberikan kontras citra masif, batulempung, batugamping,
yang lebih tinggi dibandingkan teknik batugamping merah dan batupasir. Empat
pengolahan sebelumnya, sehingga membantu jenis tipe batuan yang terakhir tersebut
dalam penarikan batas satuan batuan pada citra. merupakan jenis batuan yang paling
Kelemahan dari metode uji kemampuan mendominasi di wilayah penelitian,
ini adalah bersifat subjektif dalam memberikan terutama merupakan penyusun utama dari
penilaian setiap tahap pengolahan citra karena perbukitan Rembang.
tergantung pada kemampuan peneliti dalam
meberikan penilaian. Walaupun bersifat SARAN
subjektif, tetapi metode penilaian ini dirasa 1. Diperlukan berbagai teknik pengolahan
sudah cukup membantu dalam mengetahui citra lain untuk mengetahui tingkat
9
kemampuan pengolahan tersebut dalam Lillesand, M., dan Kiefer, W. 1999.
memberikan informasi kondisi geologi Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
permukaan, seperti fusi citra, dan Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
sebagainya.
2. Peta geologi yang dihasilkan hanya Sabin, F. 1997. Remote Sensing, Principles,
menunjukkan kondisi geologi permukaan and Interpretation, 3rd Edition. New York:
secara umum, sehingga diperlukan W.H.Freeman and Company.
pemetaan geologi yang lebih detail untuk
mengetahui potensi wilayah secara lebih Sastroprawiro, S., Raharjo, S., dan Purnomo, H.
spesifik, seperti dalam kaitanya dengan 2008. Buku Panduan Praktikum Geologi
jebakan minyak, penambangan batu Citra Penginderaan Jauh. Yogyakarta:
gamping, dan sebagainya. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W.van. 1949. The Geology of Soetoto. 1988. Interpretasi Citra Untuk Survei
Indonesia, vol.1A. Goverment Printing Geologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi,
Office: Martinus Nijhoff, The Hague. Universitas Gadjah Mada

Billings Marland P. 1960. Structural Geology. Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta:
New Jersey: Prentice-Hall. Ombak

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Sriyono. 2014. Geologi dan Geomorfologi


Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Indonesia. Yogyakarta: Ombak
Universitas Gadjah Mada
Suharsono, Prapto. 1988. Interpretasi Citra
Hartarto, Theodor. 2008. Identifikasi Struktur untuk Survey Geomorfologi. Yogyakarta:
Geologi Pada Citra Landsat 7 ETM+ : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
Sebagai Langkah Awal Dalam Eksplorasi
Kemungkinan Adanya Jebakan Minyak Bumi Suharsono, Prapto. 1985. Identifikasi Bentuk
Di Daerah Purwodadi dan Sekitarnya. Skripsi Lahan dan Interpretasi Citra Untuk
(tidak dipublikasikan). Program Sarjana, Geomorfologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. UGM

Jensen, J. R. 1986. Introductory Digital Image Sukandarrumidi. 2011. Pemetaan Geologi –


Processing : A Remote Sensing Perspective. Penuntun Praktis Untuk Geologist Pemula.
Prentice-Hall: New Jersey. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Jensen, J. R. 2004. Introductory Digital Image Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh Jilid 1.
Processing : A Remote Sensing Perspective, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
3rd Edition. Englewood Cliffs, N.J.: Pretice
Hall. Zuidam, R.A.Van. 1983. Guide To
Geomorphologic Aerial Photographic
Kadar, D, dan Sudijono. 1994. Geologi Lembar Interpretation and Mapping. Enschede:
Rembang, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian Section of Geology and Geomorphology ITC
dan Pengembangan Geologi, Departemen
Pertambangan dan Energi. http://landsat.usgs.gov/landsat8.php
Situs Resmi Landsat 8 (Diakses oleh Carolina
LEMIGAS. 1994. A Guidline of Image Ajeng S P, 4 Oktober 2014)
Interpretation for Oil and Gas Exploration,
Jakarta Indonesia : The Project on Image http://srtm.usgs.gov/srtm.php
Processing Technology for Oil and Gas Study Situs Resmi SRTM (Diakses oleh Carolina
JICA-LEMIGAS. Jakarta: LEMIGAS Ajeng S P, 8 Oktober 2014)

10

Anda mungkin juga menyukai