Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


tropis, termasuk Indonesia. Penyakit ini juga paling rentan dialami anak usia
Sekolah Dasar (SD). Cacingan adalah keadaan dimana seseorang terserang
berbagai macam cacing yang dapat merusak kesehatan. Akibat cacingan sangat
beragam salah satunya kurang darah dan diare. Cacing kremi (Enterobius
vermicularis) adalah salah satu jenis cacing usus yang juga masih tinggi infeksinya
di Indonesia. Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit
yang banyak menginfeksi anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala
khas berupa rasa gatal di sekitar anus. Cacing dewasa dalam jumlah banyak
kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang yang terinfeksi. Cacing
Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama
biasanya menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis (cacing
kremi) tumbuh dan berkembang biak di dalam usus. Penyakit cacingan biasanya
melanda orang-orang miskin yang sehari hari sulit mendapat makanan dan kadang
hanya bisa mengais sampah di jalan-jalan dan menelan sisa makanan basi di tengah
kerumunan lalat. Penyakit cacing yang disebabkan karena makanan yang tidak
bersih inilah yang disebut penyakit cacing kremi. Cacing ini biasanya berkembang
biak di perut dan terbuang bersama kotoran, jika bersarang di dubur akan
menimbulkan lubang dubur terasa gatal karena biasanya cacing betina
meninggalkan telurnya di lubang dubur tersebut. Oleh sebab itu, makalah ini
membahas tentang cacing kremi agar masyarakat mengetahui bahaya cacing kremi
dan lebih berhati hati dalam menjaga kesehatan lingkungan dan tubuh.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui


rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana morfologi cacing kremi?

2. Bagaimana klasifikasi cacing kremi?

3. Bagaimana siklus hidup cacing kremi?

4. Apa saja penyakit yang ditimbulkan akibat cacing kremi?

5. Bagaimana gejala penyakit akibat cacing kremi?

6. Bagaimana epidemiologi penyakit akibat cacing kremi?

7. Bagaimana cara pemeriksaan laboratorium cacing kremi?

8. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit akibat cacing kremi?


C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuannya
adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui morfologi cacing kremi.

2. Dapat mengetahui klasifikasi cacing kremi.

3. Dapat mengetahui siklus hidup cacing kremi.

4. Dapat mengetahui penyakit yang ditimbulkan akibat cacing kremi.

5. Dapat mengetahui gejala penyakit akibat cacing kremi.

6. Dapat mengetahui epidemiologi penyakit akibat cacing kremi.

7. Dapat mengetahui cara pemeriksaan laboratorium cacing kremi.

8. Dapat mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit akibat cacing kremi.

BAB II PEMBAHASAN A. Morfologi Cacing Kremi Cacing kremi mempunyai


morfologi sebagai berikut :

1. Cacing Dewasa Ukuran jantan : 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, betina : 8-13 mm x 0,3-
0,5 mm. Mulut simple 3 bibir yang mengelilinginya. Ujung anterior dan posterior
runcing. Pada ujung posterior jantan : melingkar tajam ke ventral. Pada betina
ujung posteriornya berbentuk sebagai ekor, lurus, dan runcing.

2. Telur Bentuk asimetris, salah satu sisi datar. Ukuran 50-60 mikron x 20-32
mikron. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan albuminous bersifat mechanical
protection, lapisan dalam berupa membran yang berupa lemak berfungsi sebagai
chemical protection. Didalam telur selalu terdapat bentuk larvanya. Dalam keadaan
lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. B. Klasifikasi Cacing Kremi Cacing
kremi (Enterobius vermicularis) hidup dalam usus besar manusia, panjang tubuh
antara 9-15mm. Pada saat bertelur, cacing menuju anus untuk memperoleh oksigen
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Gerakan cacing ini dapat menyebabkan rasa
gatal di bagian anus. Tubuh yang terkena infeksi cacing ini dapat mengandung
5000 cacing. Contoh: Oxyuris equi pada dubur kuda

Oxyuris equi pada dubur keledai Ø Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum:
Nematoda Kelas: Secernentea Upakelas: Spiruria Ordo: Oxyurida Famili:
Oxyuridae Genus: Enterobius Species : a. Enterobius vermicularis (Linnaeus,
1758) b. Enterobius anthropopitheci (Gedoelst, 1916) c. Enterobius gregorii
(Hugot, 1983) (disputed). C. Siklus Hidup Habitat cacing dewasa biasanya di
rongga sekum usus besar dan diusus halus yang berdekatan dengan rongga sekum.
Makanannya adalah isi dari usus. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000
15.000 butir telur, bermigrasi kedaerah perianal untuk bertelur dengan cara
kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga
jarang ditemukan di dalam tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6
jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap desinfektan dan
udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Kopulasi
cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah
kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila
menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas didaerah perianal
bermigrasi kembali keusus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di
duedenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di
yeyunum dan bagian atas ileum. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya,
mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang
bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Mungkin hanya berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing dapat
ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi
cacing kremi dapat sembuh sendiri (sel limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa
pengobatan infeksi dapat berakhir. D. Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Cacing
Kremi Penderita cacingan akibat terjangkit cacing kremi ini biasanya baru akan
merasakannya setelah menelan telur cacing kremi sekitar 2 sampai 6 minggu
karena proses menetasnya telur untuk menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu
yang cukup lama. Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis
sebagaimana nama latin cacing kremi yaitu Enterobious vermicularis. Cacing
kremi yang telah menetas di

usus halus dan menjadi dewasa pergi ke usus besar kemudian ke anus untuk
bertelur. Pada saat inilah terdapat sensasi rasa gatal yang terasa karena perpindahan
cacing tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada waktu malam hari ketika penderita
tertidur. Setelah bertelur, dia akan masuk kembali ke usus besar. Karena mungkin
gak tahu jalan, cacing ini sering nyasar(^_^). Bukannya kembali ke usus besar,
malah masuk ke liang vagina jika penderita adalah wanita. Akibatnya, korban akan
mengalami keputihan karena cacing kremi. Pada kejadian ini,timbul gejala selain
rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna sedikit kekuningan seperti
susu yang terkadang berbusa. Keputihan ini dapat diderita anakanak perempuan
(balita sampai anak besar). Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di
daerah vagina terasa gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah
periksakan ke dokter. Mungkin penyebabnya cacing kremi. Dibawah ini adalah
tanda-tanda seseorang dihinggapi cacing kremi, antara lain:

1. Rasa gatal di daerah anus Seperti disebutkan diatas, cacing kremi betina
mengeramkan telurnya di tempat yang lengket dan kotor. Anus adalah tempat yang
paling cocok untuk hal tersebut. Anus juga merupakan tempat yang nyaman bagi
telur-telur cacing hingga mereka menetas. Rasa gatal dapat dideskripsikan sebagai
rasa menggelitik, ada yang merayap atau sensasi sakit yang halus.
2. Tidak bisa tidur atau insomnia Ini adalah salah satu tanda-tanda infeksi cacing
karena banyaknya kegiatan di dalam usus maupun anus ketika seharusnya seluruh
anggota badan beristirahat(karena aktifitas cacing kremi dilakukan pada malam
hari saat tidur). Hal ini tentu membuat otak mengirimkan sinyal untuk merespon
kegiatan cacing, termasuk dengan menggaruk untuk menghilangkan rasa gatal di
anus.

3. Nafsu makan menurun Aktivitas cacing dalam tubuh akan mengakibatkan nafsu
makan seseorang menjadi turun drastis. Biasanya ini terjadi pada anak-anak. Jika
dibiarkan secara jangka panjang dapat menyebabkan penyakit thypus.

4. Dapat menyebabkan radang vulva dan Vagina Cacing ini tidak memiliki dampak
buruk yang berarti saat menjangkiti pria jika langsung diobati dengan benar dan
bergaya hidup bersih. Sedangkan bagi kaum wanita, cacing ini bisa menjadi
musibah karena dapat menyebabkan radang pada vulva dan vagina. Seperti
dijelaskan di atas,cacing ini dapat masuk ke liang vagina melalui vulva dan
menyebabkan vulvovaginitis atau peradangan pada daerah vagina. Hal ini dapat
dijadikan sebuah peringatan bagi wanita untuk membersihkan daerah
kewanitaannya dengan baik dan teratur. Ø Gejala lain yang dapat dirasakan oleh
penderita infeksi cacing kremi adalah : Berat badan menurun Aktivitas meningkat
Sering mengompol Cepat marah Sulit tidur.

E. Gejala Penyakit Akibat Cacing Kremi Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang
menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi
disekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi
kedaerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh karena
cacing bermigrasi kedaerah anus dan menyebabkan pruritus ani maka penderita
menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus. Keadaan
ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan
menjadi lemah. Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus
bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan didaerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat
bersarang di vagina dan di tuba falopi sehingga menyebabkan radang disaluran
telur. Cacing sering ditemukan diapendiks tetapi jarang menyebabkan appendisitis.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis dikemukakan oleh
beberapa penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktifitas
meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeletak, insomnia dan masturbasi,
tetapi kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi.
Infeksi cacing kremi ringan dengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa dalam
tubuh tidak ada gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau infeksi berat.
Beberapa minggu setelah menelan telur cacing kremi, cacing betina dewasa
bermigrasi dari usus ke daerah sekitar anus, di mana mereka bertelur. Migrasi
biasanya terjadi pada malam hari. Ø Migrasi ini menyebabkan: - Gatal-gatal di
daerah anal atau vaginal - Insomnia, lekas marah dan gelisah - Gejala saluran
pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan mual Ø
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa
gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila
gejala tersebut sudah nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari
karena bila lecet dapat mengakibatkan infeksi. Hindari makan makanan berlemak,
kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak zaitun atau air garam. Ø Gejala
lainnya berupa: - Rasa gatal hebat di sekitar anus - Rewel (karena rasa gatal dan
tidurnya pada malam hari terganggu) - Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal
yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus
dan menyimpan telurnya disana) - Nafsu makan berkurang, berat badan menurun
(jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat) - Rasa gatal atau iritasi
vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina) - Kulit
di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

F. Epidemiologi Penyakit Cacing Kremi Penyakit cacing kremi tersebar di seluruh


dunia dengan konsentrasi pada daerah-daerah yang faktor prilaku sehatnya masih
rendah. Meskipun penyakit ini menyerang semua umur, namun penderita
terbanyak adalah anak berusia 5-14 tahun. Hal ini karena prilaku menggaruk dan
daya tahan tubuh yang masih rendah pada anak. Penyebaran cacing kremi di dunia
merupakan yang terluas di antara cacing lainnya a. Epidemiologi Enterobius
Vermicularis 1. Insiden tinggi di negara barat terutama USA 35 41 % 2.
Merupakadn penyakit keluarga 3. Tidak merata di lapisan masyarakat 4. Yang
paling sering diserang yaitu anak usia 5 14 tahun 5. Pada daerah tropis insiden
sedikit karena cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu
sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet). Akibat hal tersebut
di atas maka pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini
tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih
dipengaruhi iklim dan kebiasaan 6. Udara yang dingin, lembab, dan ventilasi yang
kurang baik merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur. b. Segitiga
Epidemiologi Penyakit Enterobiasis Segitiga epidemiologi ini sangat umum
digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan konsep berbagai permasalahan
kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit. Hal ini sangat
komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat
tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. segitiga epidemiologi
cacingan sendiri sebagai berikut. a) Agent merupakan penyebab penyakit, dapat
berupa makhluk hidup maupun tidak hidup. Agent penyakit cacingan ini tentu saja
adalah cacing. b) Host atau panjamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia
merupakan satu-satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan
telur infektif. Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa
dalam caecum, termasuk appendix (Mandell et al., 1990). Faktor penjamu yang
biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut: 1) Umur
Anak-anak lebih rentan terkena penyakit cacingan. Data departemen kesehatan
(1997) menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 80% dan dewasa 40 60%
(Kompas, 2002). Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak, meski tak
sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Semua umur dapat terinfeksi
cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak.

2) Jenis Kelamin Prevalensi menurut jenis kelamin sangat erat hubungannya


dengan pekerjaan dan kebiasaan penderita. Distrik Mae Suk, Provinsi Chiangmai
Thailand ditemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 48,8% dibandingkan
dengan anak perempuan yang hanya 36,9% pada umur 4,58 ± 2,62 tahun
(Chaisalee et al., 2004). Sedangkan di Yogyakarta infeksi cacing lebih banyak
ditemui pada penderita laki-laki dibandingkan penderita perempuan. 3) Kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial dari hostsendiri Penyakit ini sangat erat hubungannya
dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Tingkat infeksi
kecacingan juga dipengaruhi oleh jenis aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar
aktivitas yang berhubungan atau kontak langsung dengan lingkungan terbuka maka
semakin besar kemungkinan untuk terinfeksi. Selain itu, prevalensi kecacingan
yang berhubungan dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan diteliti di
Cirebon, Jabar. Ternyata prevalensi kecacingan semakin tinggi pada kelompok
sosial ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan kelompok
sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik (Tjitra, 1991). G.
Cara Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Akibat Cacing Kremi Cacing kremi
dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2
jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan
setipis rambut, mereka aktif bergerak. Telur maupun cacingnya bisa didapat
dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari
sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek
dan diperiksa dengan mikroskop. Infeksi cacing sering diduga pada anak yang
menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat
dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan
mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi
hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).

Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah
sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive
tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan
mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut. H.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Cacing Kremi Infeksi keremi ringan
atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan pengobatan. Jika seseorang
memiliki gejala, perlu obat anti-parasit. Untuk gejala infeksi, obat-obatan hampir
selalu efektif dalam menghilangkan parasit. Karena anak-anak begitu mudah
menyebar cacing kremi kepada keluarga mereka, dokter akan meresepkan obat
untuk seluruh anggota keluarga mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya
pencegahan berupa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau
bagaimanapun upaya pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Menjaga
kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain
dengan : Kuku hendaknya selalu dipotong pendek Tangan hendaknya selalu dicuci
sebelum makan Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang
mengandung parasit Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti
setiap hari. Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya
pengobatan diberikan kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini dapat
dihentikan secara menyeluruh. Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi
pengobatan bila ditemukan salah seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat
piperazin dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat badan (anak-anak),
sangat efektif bila diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga obat
sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan
muntah. Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat
badan atau mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400
mg. Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi,
sedangkan pirantel dan piperazin dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium
muda. Pengobatan sebaiknya diulang 2-3 minggu kemudian. Pengobatan secara
periodik memberikan prognosis yang baik. Infeksi cacing kremi dapat
disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole,
albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah
harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang
kepada yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep
anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati,
sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus

dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan
mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang
tersisa. Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
infeksi cacing kremi adalah : Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku Mencuci seprei minimal 2
kali/minggu Mencuci jamban setiap hari Menghindari penggarukan daerah anus
karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang
dipegang/disentuhnya Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut Ø
Pengobatan Tradisional Cacing Kremi Cacing kremi biasanya dialami oleh anak-
anak yang kurang menjaga kebersihan tangannya ketika ingin makan sesuatu.
Penularan penyakit ini juga bisa dikatakan sangat cepat, karena proses
penularannya sangat gampang sekali. Apalagi jika Anda tinggal ditepi sungai yang
airnya tercemar oleh bekas kotoran manusia, akan lebih mudah terkena penyakit
ini. Adapun Gejala dari penyakit ini adalah sebagai berikut :

1. Gatal- gatal di sekeliling dubur.

2. Penderita akan mengalami penurunan nafsu makan

3. Berkurangnya berat badan

4. Sering mengompol dan sulit tidur


5. Penderita akan mudah tersinggung, merasakan mual dan muntah-muntah.

Obat tradisional cacing kremi BAHAN-BAHAN 1 jari akar pepaya gantung 1


siung bawang putih 1 gelas air Caranya, akar pepaya dihaluskan bersama bawang
putih, setelah itu tambahkan segelas air. Lalu didihkan di atas api sampai tinggal
setengah gelas. Anda bisa meminum obat ini 2 kali sehari, tiap kali minum yaitu ¼
gelas. Selama Anda meminum obat ini sebaiknya Anda mengurangi makan anda,
anda bisa mencampur obat ini dengan susu agar tidak terasa pahit saat diminum.
Untuk mencegah penyakit ini, sebaiknya Anda selalu mencuci tangan sampai
bersih setelah kembali dari jamban dan saat ingin menyantap makanan. Selain itu
peringatkanlah mereka untuk mandi lebih bersih dan guntinglah kuku untuk
mencegah penyakit berikutnya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Morfologi cacing kremi yaitu masa dewasa dan masa telur.

2. Cacing kremi (Enterobius Vermicularis) hidup dalam usus besar manusia,


panjang tubuh antara 9-15mm.

3. Siklus hidup atau habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar
dan diusu halus yang berdekatan dengan rongga sekum.

4. Gejala penderita penyakit akibat cacing kremi yaitu gatal-gatal di daerah anal
atau vaginal, Insomnia lekas marah dan gelisah, gejala saluran pencernaan yang
samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan mual.

B. Saran

1. Keluarga disarankan untuk dapat menjaga dan berperilaku hidup sehat dan
bersih Agar anak anaknya terhindar dari infeksi cacing terutama cacing Enterobius
Vermicularis

. 2. Disarankan kepada orang tua yang mempunyai anak untuk melakukan


pemeriksaan cacing Enterobius Vermicularis secara periodik dan jika ditemukan
hasil yang positif segera melakukan pengobatan.

3. Bagi praktisi laboratorium yang melakukan pemeriksaan telur cacing Enterobius


Vermicularis, sebaiknya pengambilan specipmen dilakukan pada pagi hari supaya
didapatkan hasil yang optimal. Daftar Pustaka
http://seputarcacing.blogspot.com/2013/01/penyakit-gara-gara-kremi.html diakses
tanggal 29 Maret 2015 https://gkreatifity.wordpress.com/2012/01/18/materi-
makalah-cacing-kremi-m-kul-epid-lingkungan/ diakses tanggal 29 Maret 2015
http://www.duniainformasikesehatan.com/2014/06/pengobatan-tradisional-
cacingkremi.html#sthash.dqrzelxp.dpuf diakses tanggal 29 Maret 2015

Sintia,ayu,desi,ratna.2012, tugas Cacing Kremi, http://daur-hidup-cacing-perut-


cacing-kremi di akses tanggal 29 Maret 2015 Anak-anak paling sering terkena
cacingan akibat cacing kremi. Cacing kremi mempunyai banyak nama yaitu
Enterobius vermicularis, Oxyuris vermicularis, pinworm dan seatworm. Cacing
kremi atau dalam bahasa kedokteran Enterobius vermicularis dapat menyebabkan
infeksi dengan nama penyakit yang disebut enterobiasis atau Oksiuriasis atau
dalam bahasa awam adalah kreminan. Berikut ini adalah gambaran detail dari
cacing kremi atau Enterobius vermicularis dimulai dari bentuknya, gambarnya,
daur hidup cacing kremi, tanda dan gejala infeksi enterobiasis akibat caing kremi
serta pengobatannya. Penyebaran cacing kremi Parasit pinworm atau cacing kremi
tersebar dan berada di seluruh dunia, namun lebih banyak ditemukan di daerah
yang beriklim atau bersuhu dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan
mengganti pakaian dalam. Penyebaran cacing Enterobius vermicularis juga
ditunjang oleh faktor eratnya hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya
serta lingkungan yang sesuai. Bentuk dan daur hidup cacing pinworm Cacing
kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran
kurikulum seperti sayap yang disebut "alae". Bulbus esofagus jelas sekali, ekorny
panjang dan runcing. Uterus atau rahim pada cacing Enterobius vermicularis yang
sedang hamil [gravid] melebar dan penuh dengan telur. Cacing kremi jantan
mempunyai panjang 2-5 mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar
sehingga bentuknya seperti tanda tanya (?); spikulum pada ekor jarang ditemukan.
Habitat cacing kremi dewasa biasanya ada di rongga sekum, usus besar, dan di
usus

halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanan cacing Enterobius


vermicularis adalah isi dari usus hospes [jasad yang menjadi tempat hidup]. Cacing
Enterobius vermicularis betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur,
bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan
vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di
dalam tinja. Telur cacing kremi berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi
(asimetrik). Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing
tambang. Telur akan menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah
dikeluarkan. Kopulasi atau hubungan seksual antara cacing Enterobius
vermicularis jantan dan betina mungkin terjadi pada sekum. Cacing kremi jantan
akan mati setelah melakukan kopulasi dan cacing kremi betina akan mati setelah
bertelur. Infeksi pada manusia oleh cacing kremi menyebabkan penyakit yang
disebut enterobiasis. Enterobiasis terjadi apabila seseorang menelan telur cacing
Enterobius vermicularis yang sudah matang. Enterobiasis dapat juga terjadi apabila
larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar
manusia. Apabila telur matang yang tertelan, telur menetas di usus duodenum dan
larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di usus yeyunum dan
bagian atas usus ileum. Waktu yang diperlukan untuk daur hidup Enterobius
vermicularis, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing kremi
dewasa yang hamil/gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-
kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daur hiduo cacing kremi ini hanya
berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing kremi dapat ditemukan
kembali pada anus secepatnya 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing kremi
atau enterobiasis dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan (selflimited).
Apabila tidak terjadi reinfeksi [cacing kremi menginfeksi lagi], tanpa pengobatan
pun infeksi dapat berakhir secara sempurna. Patologi, gejala dan tanda Klinik
penyakit enterobiasis Enterobiasis atau kreminan relatif tidak berbahaya, jarang
menimbulkan lesi atau perlukaan yang berarti. Gejala dan tanda klinik penyakit ini
yang menonjol adalah disebabkan karena iritasi pada daerah di sekitar anus,
perineum dan vagina oleh cacing Enterobius vermicularis betina gravid yang
berimigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal. Oleh
karena cacing pinworm bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani,
maka timbul gejala dan tanda penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga
timbul luka garuk di sekitar anus: Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam
hari. Sehingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang
cacing kremi dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai
ke lambung, esofagus [tenggorokan] dan hidung sehingga menyebabkan gangguan
di daerah tersebut. Cacing Enterobius vermicularis berina gravid mengembara dan
dapat bersarang

di vagina dan di tuba Fallopii [saluran telur dari organ reproduksi wanita] sehingga
menyebabkan radang di saluran telur. Cacing pinworm atau kremi sering
ditemukan di apendiks, namun jarang menyebabkan infeksi pada apendiks atau
disebut apendisitis. Beberapa gejala dan tanda lain karena infeksi cacing kremi atau
enterobiasis yang dikemukaan oleh para peneliti dan para ahli antara lain kurang
nafsu makan, berat badan menurun, aktivitas meninggi, enuresis [mengompol],
cepat marah. gigi menggertak, insomnia atau gangguan tidur dan masturbasi, tetapi
kadang-kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab dengan cacing
kremi/enterobius vermicularis. Diagnosis Penyakit Enterobiasis Infeksi cacing
kremi sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada
waktu malam hari. Diagnosis pasti dibuat apabila dalam pemeriksaan ditemukan
telur dan cacing Enterobius vermicularis. Telur cacing pinworm dapat diambil
dengan mudah dengan menggunakan alat "anal swab" yang ditempelkan di sekitar
anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan sebelum menuci
pantat (cebok). Pemeriksaan dengan alat “anal swab" adalah menggunakan suatu
alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan "Scotch
adhesive tape". Apabila "adhesive tape" ini ditempelkan pada daerah sekitar anus,
maka telur cacing kremi akan menempel pada perekatnya. Kemudian "adhesive
tape" diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit reagen toluol. Untuk
diagnosis pasti, sebaiknya pemeriksaan anal swab dilakukan tiga hari secara
berturut-turut. Pengobatan dan Prognosis/Akhir Penyakit Cacing Kremi Apabila
ditemukan dalam salah satu keluarga terinfeksi oleh parasit cacing kremi, maka
sebaiknya seluruh anggota keluarga diberi pengobatan untuk infeksi enterobiasis
oleh cacing Enterobius vermicularis. Pada umumnya dokter memberikan
pengobatan berupa obat cacing kremi yaitu seperti piperazin. Pengobatan cacing
kremi dengan piperazin sangat efektif bila diberikan pada waktu pagi dan setelah
minum obat kemudian minum segelas air sehingga obat sampai ke sekum dan
kolon. Obat cacing kremi yang lain yang diberikan dokter seperti Pirvinium
pamoat juga efektif untuk mengobati cacing kremi. Efek samping dari pengobatan
ini mungkin dapat terjadi mual dan muntah. Obat lain yang juga dapat diberikan
sebagai pengganti kedua obat cacing di atas ialah tiabendazol. Dikatakan oleh para
ahli bahwa mebendazol dan pirvinium adalah obat cacing kremi yang efektif
terhadap semua stadium perkembangan dari cacing Enterobius vermicularis,
sedangkan pirantel dan piperazin yang diberikan dalam dosis tunggal tidak efektif
terhadap stadium muda cacing pinworm Pengobatan cacing kremi yang dilakukan
secara periodik yang artinya terus menerus dan berkelanjutan dapat memberikan
hasil prognosis yang baik.

Pencegahan Penularan Infeksi Cacing Kremi Penularan infeksi cacing kremi


umumnya terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup
dalam satu tempat tinggal atau lingkungan misalnya di asrama, panti asuhan dan
sejenisnya. Telur cacing Enterobius vermicularis dapat diisolasi dari debu di
sekolah atau kafetaria sekolah, dan mungkin inilah yang bisa menjadi sumber
infeksi bagi peserta didik di sekolah. Infeksi atau penularan cacing kremi yang
terjadi pada sebuah lingkungan rumah tangga misalnya apabila ada beberapa
anggota keluarga yang mengandung cacing pinworm, telur cacing ini dapat
ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus ( toilet
seats"), bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam. Dari telur-telur inilah dapat
menjadi sumber penularan kepada anggota keluarga yang lain. Penularan infeksi
cacing Enterobius vermicularis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto-
infeksi) Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain
maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian
yang terkontaminasi. Penularan dari debu. Debu adalah merupakan sumber
infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu
dapat tertelan oleh manusia. Retrofleksi atau penularan melalui anus: larva dari
telur cacing kremi yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus. Hewan
seperti anjing dan kucing tidak mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi
sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulu dari anjing atau
kucing. Kebersihan atau sanitasi perorangan merupakan faktor penting untuk
pencegahan infeksi cacing kremi. Misalnya, kuku, sebaiknya selalu dijaga
kebersihannya dengan dipotong pendek, menjaga kebersihan tangan dengan
mencuci tangan hingga bersih sebelum makan. Bagi anak atau anggota keluarga
yang terinfeksi enterobiasis sebaiknya memakai celana panjang jika hendak
tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk
daerah perianal. Pencegahan dari faktor makanan. Menjaga makanan agar tetap
bersih maka hendaknya makanan dapat dihindarkan dari debu dan tangan yang
mengandung parasit cacing Enterobius vermicularis. Tips pencegahan infeksi
cacing kremi adalah menjaga pakaian dan alas kasur agar sebaiknya dicuci
bersih setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai