Anda di halaman 1dari 42

NO Jenis Foto Proyeksi/Teknik Pengambilan

1 Intraoral Periapikal Paralel

2 Intraoral Periapikal Bisecting


3 Interproksimal Bitewing

4 Intraoral Oklusal Anterior Maxillary Oclusal Projection


5 Intraoral Oklusal Cross-sectional Maxillary Occlusal
projection

6 Intraoral Oklusal Lateral Cross-sectional Maxillary


Occlusal projection

7 Intraoral Oklusal Anterior Mandibular Occlusal


8 Intraoral Oklusal Cross-sectional Mandibular Occlusal

9 Intraoral Oklusal Lateral cross-sectional mandibular


occlusal projection

10 Extraoral Panoramik Panoramik


11 Extraoral Cephalometri Postero-Anterior

12 Extraoral Cephalometri Lateral

13 Extraoral Radiografi Proyeksi Water’s


14 Extraoral Radiografi Proyeksi Reverse-Towne

15 Extraoral submentovertex

16 Extraoral Mandibula Oblique Lateral


Radiografi
17 Extraoral mandibular oblique - ramus mandible

18 Extraoral Temporo Mandibular Joint -


Trancranial projection
19 Extraoral transpharyngeal projection

20 Extraoral transorbital (zimmer projection)


Anggota Kelompok 3:
1. Berlian Andromeda Giantama 10618018
2. Bramantio 10618019
3. Ceria Mustika Paramitha 10618020
4. Charlita Annasya Camyadi 10618021
5. Chika Kencana Prameswari 10618022
6. Delvina Magalatta Making 10618023
7. Devintha Sutra Narendraswari 10618024
8. Deyla Rose Tirta Rahajeng 10618025
9. Dinda Hana Mufida 10618026
10. Diovandia Inas Zahrani 10618027
Cara Foto
a. Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah gunakan film holder khusus untuk regio a
secara vertikal. Sedangkan untuk gigi premolar dan molar gunakan film holder khusus untuk regio posterior, film
Harus diperhatikan sisi film yang berwarna putih dan tonjol identifikasi menghadap ke arah datangnya sinar-x.
b. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai

a. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar yang disebut ga
b. Tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-x diarahkan ke daerah apikal g
c. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besarnya pada
- Penentuan sudut vertikal tabung sinar-x adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-x terh
- Penentuan sudut horizontal tabung sinar-x ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidan
diarahkan melalui titik kontak interproksimal untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya
d. Film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan film tertekuk
Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula. Kem
bitewing tab atau bitewing film holder dan sinar-x diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal kuran
diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. P
digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk m
kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan. Teknik posisinya ada 2 yaitu :
a. Menggunakan tab yang dilekatkan pada film dan tube X-ray diletakkan sejajar mata.
b. Menggunakan film pocket holder dengan arah sinar untuk memfasilitasi posisi dan kesejajaran tube X-ray.

Teknik Maxillary Occlusal Projection digunakan untuk melihat gambaran radiografi pada gigi-geligi maksil
Occlusal Projection, yaitu :
a. Upper Standard Occlusal :
Film diletakkan pada bidang oklusal gigi dan bagian distal film menyentuh ramus mandibula lalu secara per
Memperlihatkan gambaran radiografik tulang palatum, prosesus zygomaticus, bagian anterioinferior dari antrum,
7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 (dalam penampang oklusal), dan nasal septum.
Teknik Pengambilan : Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Film diletakkan pada bidan
distal film menyentuh ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan,
hidung mengarah pada pertengahan film dengan angulasi vertikal + 65 dan angulasi horizontal 0
b. Upper Oblique Occlusal :
Gambaran yang dihasilkan dengan teknik ini sedikit berbeda dengan Upper Standard Occlusal yaitu hanya m
hingga molar tiga unilateral.
Teknik Pengambilan : Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Film diletakkan pada bidan
dikehendaki / diperiksa dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan m
perlahan. Arah sinar pada 2 cm dari sudut mata mengarah pada pertengahan film dengan angulasi vertikal + 60
c. Vertex Occlusal :
Gambaran radiografi yang akan terlihat adalah maksila dan jaringan di sekitarnya sehingga posisi bukal / pal
ditentukan.
Teknik Pengambilan : Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Kaset diletakkan pada bidan
distal film menyentuh ramus mandibula, kemudian kaset difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan
atas kepala pasien. Arah sinar pada pertengahan kepala mengarah ke bawah melalui vertex of the skull pada perten
sejalan sumbu panjang gigi insisif rahang atas) dengan angulasi vertikal + 75 dan angulasi horizontal 0
Memperlihatkan gambaran radiografik tulang palatum, prosesus zygomaticus, bagian anterioinferior dari antr
geligi 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 (dalam penampang oklusal), dan nasal septum
Cara foto :
a. Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Film diletakkan pada bidang oklusal gigi denga
ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) secara perlahan.
b. Arah sinar pada pertengahan hidung mengarah pada pertengahan film dengan angulasi vertikal + 65° dan angul

Memperlihatkan gambaran radiografik dari bagian rahang atas yang meliputi gigi-gigi dari I2 sampai dengan M3 s
atas satu sisi, antrum dalam aspek inferolateral dan procesus zygomaticus (superimposed dengan akar gigi molar)

Cara foto :
a. Posisi kepala penderita tegak dengan oklusal gigi sejajar lantai. Film diletakkan pada bidang oklusal gigi pada s
dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula, kemudian film difiksasi dengan menutup mulut (digigit) s
b. Arah sinar pada 2 cm dari sudut mata mengarah pada pertengahan film dengan angulasi vertikal + 60°

Cara foto
a. Film diletakkan antara gigi RAdan RB
b. Tube sinar X diletakkan pada sympisis menghadap ke atas dimana sinar sentral membentuk sudut 60o terhadap
c. Hasilnya terlihat gigi anterior (mahkota-akar) dan gigi posterior tampak hanya mahkotanya
d. Teknik ini untuk melihat gigi region anterior, untuk anak kecil yang tidak kooperatif bila dilakukan periapikal f
rahang sangat sempit.
Cara foto
a. Kepala pasien diatur dalam keadaan mendongak dengan posisi “ala tragus line” hampir tegak lurus dengan lanta
b. Tube diletakkan di midline dasar mulut dengan arah sinar menghadap ke mandibula
c. Hasilnya dapat melihat benda asing di dasar mulut dan batu yang menyumbat saliran keluar saliva, terlihat juga
posterior kelihatan hanya mahkotanya

cara pengambilan foto :


pasang film biasanya size 4 untuk oklusal, sudutnya 65 derajat bidang oklusal( disinar di atas hidung), instruksika
pengambilan foto, atur posisi cone

cara foto:
a. pasien dalam
b. keadaan diam sumber sinar-X dan film akan berputar mengelilingi
c. pasien secara bersamaan dan berlawanan
Cara Foto Sefalometri Postero-Anterior
a. Head stabilizing aparatus diputar 90.
b. Pasien diposisikan pada alat dengan foreheadnose position.
c. Ear rods dimasukkan ke telinga.
d. Sinar-X diberikan horizontal dengan pusat di cervical spine pada ramus mandibular.

Cara foto Sefalometri Lateral


a. Pasien diposisikan di chepalostat dengan bidang sagital kepala tegak lurus lantai dan paralel dengan film, seme
lurus garis lantai. Gigi berada dalam keadaan intercuspation maksimal (oklusi sentris).
b. Pada radiografik sefalometri, sisi kiri muka pasien diposisikan mendekati reseptor gambar.
c. Kepala tidak boleh bergerak, ear rod plastic difiksasi kedalam external auditory meatus.
d. Pesawat sinar-X berada pada jarak kurang lebih dua meter dari pasien.

Proyeksi ini juga menunjukkan kerangka wajah yang digunakan untuk melihat sinus frontal dan ethmoidal, orbital
lengkungan zygomatik dan mengevaluasi sinus maksilaris.
b. Teknik dan posisi
1. Pasien dalam posisi kepala terbalik, radiografi baseline pada 45° ke reseptor gambar, di posisi hidung-dagu
2. Tubehead sinar-X diarahkan ke bawah di atas kepala, dengan sinar pusat pada 30 ° hingga horizontal, berp
perbatasan orbit.
Radiografi reverse towne adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada pasien yang men
untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
Teknik dan posisi :
1. Pasien dalam posisi PA, yaitu kepala berujung ke depan dalam posisi dahi-hidung dengan keadaan mulutnya ter
adalah garis horisontal dan kanan angles ke reseptor gambar. Membuka mulut akan mengeluarkan kepala condyla
sehingga bisa terlihat.
2. Tubehead sinar-X diarahkan ke atas di bawah occiput, dengan tubehead sinar-X 30 ° ke horizontal, berpusat me

Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mand
maksila, dan arkus zigomatikus
Cara foto :
a. Arah sinar, tegak lurus terhadap bidang frankfurt horizontal plane, diarahkan dari bawah mandibula menuju bag
(sehingga dinamakan submentovertex)
b. Posisi kepala pasien, kepala dan leher pasien dalam keadaan ekstensi dengan vertex dari kranium menempel pa
posisi ini membuat garis imajiner midsagital sejajar lantai dan bidang frankfurt tegak lurus lantai.
c. Posisi kaset film, film yang digunakan berukuran 10x12 inci diletakan dalam arah vertikal dengan FFD minimu
sinar 9 sec, 75kVp dan 25 Ma.

proyeksi mandibula oblique lateral adalah radiografi yang digunakan untuk mengevaluasi mandibula. Mandibula B
akan memperlihatkan body mandibula dari regio premolar sampai molar dan inferior dari mandibula.
Cara foto :
a. Ukuran film yang digunakan 13x18 cm dengan kaset tempat film berukuran 15x18 cm
b. Gambaran radiografik proyeksi ini memperihatkan gigi geligi p2 sampai dengan M3 satu sisi inferior body dari
dengan gigi molar pertama terletak ditengah tengah film, batas bawah film 2 cm di bawah border inferior mandibu
langsung menuju ke arah gigi molar pertama rahang bawah dengan jarak 2 cm dari angulus mandibula
a.Penempatan reseptor gambar dan pasien
Reseptor gambar diletakkan pada ramus mandibula dan cukup jauh secara posterior agar kondilus dapat terambil
kaset paralel dan setidaknya 2 cm di bawah tepi inferior dari mandibula. Kepala dimiringkan ke arah area yang dil
agar kondilus dari area tersebut dan sudut yang kontralateral dengan mandibula membentuk garis horisontal. Man
b. Posisi Central X-Ray Beam
Central beam diarahkan pada bagian tengah dari ramus, mulai dari 2 cm di bawah tepi inferior dari sisi mandibula
Central Ray disudutkan 25 derajat secara kranial
c. Hasil Gambar
Gambar dari M3-area retromolar, sudut dari mandibula, ramus, dan kepala dari kondilus harus tercetak dalam pen
terlalu dimiringkan berlebih, distorsi yang signifikan dapat terjadi. Jika sisi yang kontralateral dari mandibula tece
dinginkan untuk dicetak, berarti kepala kurang dimiringkan

Kaset diletakkan mendatar terhadap telinga pasiendan terletak pada tengah TMJ. Untuk posisi kepala, bidang
perpendikular terhadap lantai dan paralel dengan kaset. Sinar pusat terarah pada titik 2 inci di atas dan 0,5 inci di b
sinar terarahsebesar +25 derajat dan berada pada titik tengah TMJ yang akan dilihat. Faktoreksposur berv
intensitas layar, dan penggunaan alat(Ianucci, 2006)
a. Kaset ditempatkan mendatar di telinga pasien dan ditempatkan di tengah ke titik 1/2" di anterior meatus auditor
yang diinginkan, pada kulit wajah yang sejajar dengan bidang sagital.
b. Posisi pasien: kepala disesuaikan sehingga bidang sagital vertikal. Ala tragus adalah kepala yang sejajar denga
berlawanan kranial pada sudut -5 ° hingga -10 °.

a. film di belakang kepala pasien dengan sudut 45 derajat ke sagital.


b. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga bidang sagital vertikal.
c. Garis canthomeatel harus 10 derajat ke horizontal, dengan kepala dimiringkan ke bawah.
d. Mulut harus terbuka lebar.
e. Kepala tabung ditempatkan di depan wajah pasien.
f. Sinar pusat diarahkan ke sendi yang diinginkan, pada sudut +20 derajat, untuk memukul kaset pada sudut siku-s
g. Titik masuk dapat diambil di:
1. Pupil mata yang sama,
2. meminta pasien untuk melihat lurus ke depan.
3.Canthus medial dari mata yang sama
4. Canthus medial dari mata yang berlawanan
MACAM-MACAM RADIOGRAFI
KELOMPOK 3

Indikasi
a. Deteksi infeksi apikal atau peradangan.
b. Penilaian status periodontal.
c. Apabila terjadi trauma pada gigi dan tulang alveolar.
d. Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi.
e. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.
f. Selama perawatan endodontik.
g. Penilaian pra-operasi dan pasca operasi apikal.
h. Mengevaluasi kista apikal dan lesi di dalam tulang alveolar.
i. Mengevaluasi pasca operasi implan.

a. Mengevaluasi kondisi jaringan periapikal dan periodontal


b. Sebelum, selama dan setelah perawatan endodontik
c. Penilaian terhadap gigi dan jaringan setelah terjadi trauma
d. Evaluasi patologi apikal dalam tulang alveolar
e. Untuk memperjelas ada atau tidaknya gigi yang tidak erupsi.
a. Mendeteksi adanya karies
b. Memonitor penjalaran karies
c. Menilai restorasi
d. Melihat keadaan periodontal

a. Upper Standard Occlusal :


1. Untuk melihat keadaan periapikal gigi anterior rahang atas terutama pada
penderita tidak tahan (intolerate) terhadap periapical films
2. Untuk mendeteksi unerupted canine, supernumerary
3. Mengevaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista, tumor pada anterior
maxilla
4. Untuk melihat luasnya fraktur gigi anterior rahang atas dan tulang alveolar
b. Upper Oblique Occlusal :
1. Untuk melihat keadaan periapikal gigi posterior rahang atas terutama pada
penderita tidak tahan (intolerate) terhadap periapical film
2. Mengevaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista, tumor yang
berpengaruh pada posterior maxilla
3. Untuk melihat keadaan antral floor
4. Membantu menentukan posisi akar yang tidak benar (masuk ke dalam
antrum) o.k tindakan extraksi yang kurang hati-hati pada gigi posterior rahang atas
5. Untuk melihat luasnya fraktur gigi posterior rahang atas dan tulang
alveolar.
c. Vertex Occlusal
1. Menentukan posisi bukal/palatal gigi yang tidak erupsi / impaksi
a.Untuk melihat keadaan periapikal gigi anterior rahang atas terutama pada
penderita tidak tahan (intolerate) terhadap periapical films
b. Untuk mendeteksi unerupted canine, supernumerary
c. Mengevaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista, tumor pada anterior maxilla
d. Untuk melihat luasnya fraktur gigi anterior rahang atas dan tulang alveolar

a. Untuk melihat keadaan periapikal gigi posterior rahang atas terutama pada
penderita tidak tahan (intolerate) terhadap periapical film
b. Mengevaluasi ukuran dan luasnya lesi seperti kista, tumor yang berpengaruh
pada posterior maxilla
c. Untuk melihat keadaan antral floor
d. Membantu menentukan posisi akar yang tidak benar (masuk ke dalam antrum)
oleh karena tindakan extraksi yang kurang hati-hati pada gigi posterior rahang atas
e. Untuk melihat luasnya fraktur gigi posterior rahang atas dan tulang alveolar.

a. Adanya kelainan apical atau periapikal yg tidak terdeteksi


b. Adanya fraktur pada gigiadanya karies
Menentukan akar, keutuhan anterior,medial, batas, luar lateral dari sinus
maxillary,supernumerary,mendeteksi penyakit pada palatum

menentukan akar, supernumerary, menilai keutuhan anterior, medial, batas luar


lateral dari sinus maxilarry, pasien trismus, mendeteksi penyakit pada palatum

a. Mengevaluasi trauma seperti adanya fraktur rahang.


b. Mengevaluasi ketidaksimetrisan TMJ.
c. Menentukan lokasi molar 3.
d. Mengetahui adanya Kelainan TMJ.
e. Mengetahui adanya suatu lesi seperti kista dan tumor.
f. Mengetahui adanya kelainan dental ataupun penyakit tulang.
a. Ortodonti
1. Diagnosis awal
2. Perencanaan Perawatan
3. Memonitor proses perawatan
4. Mengevaluasi di akhir perawatan
b. Operasi Ortognatik
1. Evaluasi pre-operasi tengkorak dan pola jaringan lunak
2. Perencanaan perawatan
3. Evaluasi pasca operasi dan pemeriksaan lanjutan jangka panjang

a. Ortodonti
1. Diagnosis awal
2. Perencanaan Perawatan
3. Memonitor proses perawatan
4. Mengevaluasi di akhir perawatan
b. Operasi Ortognatik
1. Evaluasi pre-operasi tengkorak dan pola jaringan lunak
2. Perencanaan perawatan
3. Evaluasi pasca operasi dan pemeriksaan lanjutan jangka panjang

a. Mendeteksi fraktur sepertiga tengah wajah berikut:


1. Le Fort I
2. Le Fort II
3. Le Fort III
b. Fraktur prosesus koroid.
a. Fraktur tinggi pada leher condylar
b. Fraktur intrasapsular TMJ
c. Investigasi kualitas permukaan artikular kepala condylar pada gangguan TMJ
d. Hipoplasia kondilus atau hiperplasia.

a. Melihat lesi patologis yang desktruktif/ekspansif pada regio palatum, pterigoid


atau dasar cranium
b. Pemeriksaan terhadap sinus sphenoid
c. Melihat ketebalan tulang mandibula sbelum osteotomi
d. Menegakan diagnosa pada fraktur zygoma
e. Melihat asimetri mandibula

a. Penilaian keberadaan dan / atau posisi gigi yang tidak erupsi


b. Deteksi fraktur mandibula
c. Evaluasi lesi atau kondisi yang mempengaruhi rahang termasuk kista, tumor,
lesi sel raksasa, dan lesi tulang lainnya
d. Sebagai alternatif bila pandangan intraoral tidak dapat diperoleh karena tersedak
parah atau jika pasien tidak dapat membuka mulut atau tidak sadar
e. Seperti gambaran spesifik dari kelenjar ludah atau sendi temporomandibular.
a. Impaksi molar 3
b. Fraktur pada ramus, kondilus, atau badan dari mandibular (namun bukan
symphysis)

untuk memeriksa sendi untuk fraktur dengan dislokasi yang ditandai dan untuk
perubahan rematik yang parah, terutama pada bagian lateral sendi.
a. Sindrom disfungsi nyeri TMJ
b. Untuk menyelidiki adanya penyakit sendi, terutama osteoartritis dan artritis
reumatoid
c. Untuk menyelidiki kondisi patologis yang mempengaruhi kepala condyl,
termasuk kista atau tumor Fraktur leher dan kepala kondilus

a. memberikan gambar dari seluruh dimensi mediolateral dan keunggulan


artikular, leher condylar dan kepala condylar dalam gambar.
b. Rentang gerak tidak dapat dinilai.
c. Terutama untuk deteksi patah tulang leher condylar
Radiograf/ gambar
Kriteria Gambaran:
• Ramus mandibula
• Kondilus mandibula
• Angulus mandibula
• Ramus mandibula kanan dan kiri tidak overlapping
Sebutkan referensinya dari mana
1. Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.
Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
2. Kumaran, Sathiya. (2015). Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal
Dan Bitewing Dalam Mendeteksi Karies Proksimal. Sumatera Utara:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

1. Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.


Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
2. Kumaran, Sathiya. (2015). Perbandingan Hasil Radiografi Periapikal
Dan Bitewing Dalam Mendeteksi Karies Proksimal. Sumatera Utara:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Mauriello SM, Shugars D. (2011). Intraoral bitewing radiographic
technique. ADA CERP, 1-3.

1. White S. C. and Pharoah, M. J, (2009), Oral Radiology : Principles and


Interpretation, 6th ed, Missouri, Mosby Elsevier.
2. Whaites E, (2003), Essentials of Dental Radiography and Radiology,
3rd ed, Philadelphia, Elsevier.
White S. C. and Pharoah, M. J. (2009). Oral Radiology : Principles and
Interpretation, 6th ed. Missouri : Mosby Elsevier.

White S. C. and Pharoah, M. J. (2009). Oral Radiology : Principles and


Interpretation, 6th ed. Missouri : Mosby Elsevier.

White SC, Pharoah MJ. (2004). Oral radiology: Principles and


interpretation. Fifth Edition. St Louis: Mosby;
  WhiteSC, Pharoah MJ. (2004). Oral radiology: Principles and interpretation.
Fifth Edition. St Louis: Mosby;

Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.


Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat

Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.


Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.
Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat

Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.


Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat

Sukmana, Bayu Indra. (2019). Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.


Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
Sukmana, Bayu Indra. (2019) . Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.
Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat

a. Macdonald D. (2012). Oral and Maxillofacial Radiology. Wiley-


blackwell
b. Marmary Y, Zilberman Y. (1979). Use of foramina to determine skull
midlines; 263-268

a. Macdonald D. (2012). Oral and Maxillofacial Radiology. Wiley-


blackwell
b. Marmary Y, Zilberman Y. (1979). Use of foramina to determine skull
midlines; 263-268
a. Singer, Steven. (2008). Extraoral Radiology. Columbia:Repository of
Columbia University.
b. White, S.C. and Pharoah, M.J. (2009). Oral Radiology: Principles and
Interpretation 6th ed. St. Louis: Elsevier. Andy,C. 2011. Mandible
Oblique. Australia: Wiki Radiography.

Ianucci, J.M, Howerton, L.J. (2006). Dental Radiography: Principles and


Techniques, 4thEdition. USA : ELSEVIER
a. Ghom, A. G., & Ghom, S. A. L. (2014). Textbook of oral medicine. JP
Medical Ltd. (2005). Temporomandibular diso4ders, classification,
diagnosis, management, 3rd edition, welden bell
b. Bell, W. E. (1990). Temporomandibular disorders. Classification,
diagnosis, management.

a. Ghom, A. G., & Ghom, S. A. L. (2014). Textbook of oral medicine. JP


Medical Ltd. (2005). Temporomandibular diso4ders, classification,
diagnosis, management, 3rd edition, welden bell
b. Bell, W. E. (1990). Temporomandibular disorders. Classification,
diagnosis, management.

Anda mungkin juga menyukai