Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya lahir dengan sempurna, memperoleh


pendidikan dan pekerjaan yang layak. Ketika hal tersebut tidak terpenuhi, tak jarang di antara
mereka yang kecewa bahkan tidak ingin menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus.
Sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus, karena anak-anak
yang dianggap cacat itu sebenarnya sama saja dengan anak-anak pada umumnya, punya
kelebihan dan kekurangan. Tetapi karena pemahaman sebagian masyarakat yang kurang,
maka masyarakatlah yang memberi label cacat itu. Untuk itu perlu dipahami sebuah
pendekatan kepada masyarakat bahwa mereka yang mempunyai keterbatasan ada dalam
lingkungan mereka, sama-sama mempunyai hak yang sama dengan anak yang normal pada
umumnya. Jika kita melihat anak-anak yang mengalami kecacatan mental, mungkin kita
beranggapan bahwa mereka mengalami jenis kecacatan mental yang sama. Namun kita harus
mengetahui kecacatan mental yang dialami anak-anak tersebut berbeda penyebabnya yang
dalam hal ini adalah cerebral palsy. Walaupun perkembangan dan kemajuan dalam bidang
obstetrik dan perinatologi akan mengakibatkan penurunan angka kematian bayi yang pesat,
namun tidak dapat mencegah peningkatan jumlah anak cacat. Ini disebabkan, meskipun bayi
berhasil diselamatkan dari keadaan gawat, akan tetapi biasanya meninggalkan gejala sisa
akibat kerusakan jaringan otak yang gejala-gejalanya dapat terlihat segera ataupun di
kemudian hari.

Cerebral Palsy adalah salah satu gejala sisa yang cukup banyak dijumpai. Istilah
Cerebral Palsy (CP) pertama kali dikemukakan oleh Phelps. Cerebral : yang berhubungan
dengan otak; Palsy : ketidaksempurnaan fungsi otot. Dalam kepustakaan, CP sering juga
disebut diplegia spastik, tetapi nama ini kurang tepat, sebab CP tidak hanya bermanifestasi
spastik dan mengenai 2 anggota gerak saja, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk lain
dan dapat mengenai ke 4 anggota gerak. Nama lain ialah : Little’s disease, oleh karena dokter
John Little adalah orang yang pertama pada pertengahan abad ke 19 menguraikan gambaran
klinik CP. Makalah ini menguraikan secara singkat : definisi, insidensi, etiologik,
neurofisiologik dan patologik, gambaran klinik dan klasifikasi, diagnosis, diagnosis banding,
pemeriksaan khusus, penanganan, pencegahan dan prognosis CP.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Cerebral Palsy?
2. Apa etiologi dari Cerebral Palsy?
3. Apa saja manifestasi klinis pada Cerebral Palsy?
4. Bagaimana penatalaksanaanya?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Cerebral Palsy?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang permasalahan yang
timbul pada kasus Cerebral Palsy.
2. Memporoleh pemahaman konsep yang benar tentang Cerebral Palsy sehingga
nantinya dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien.
3. Asuhan keperawatan yang kita berikan akan lebih bermutu bila ada keseimbangan
antara pengetahuan teori.
4. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.
BAB 2

KONSEP DASAR

2.1 Definisi

Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan


postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan
bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang.
(Behrman:1999,hal 67-70)

Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas
system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai
dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal. (Suriadi Skep :
2006,hal 23-27)

Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi
pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga
gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal
dan sebelum juga kelainan mental. (Ngastiyah : 2000,hal 54-56)

Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik didalam susunan saraf
pusat,bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang
belum selesai pertumbuhannya. (Yulianto : 2000,http:// www.medicastore .com)

2.2 Etiologi

Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi dalam 3 bagian :

1. Pranatal :
 Infeksi intrauterin : TORCH,sifilis,rubella,toksoplasmosis,sitomegalovirus
 Radiasi
 Asfiksia intrauterin (abrupsio plasenta previa,anoksia maternal,kelainan
umbilicus,perdarahan plasenta,ibu hipertensi,dan lain-lain)
 Toksemia grafidarum
2. Perinatal :
 Anoksia/hipoksia
 Perdarahan otak
 Prematuritas
 Ikterus
 Meningitis purulenta
3. Postnatal :
 Trauma kepala
 Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan
 Racun: logam berat
 Luka Parut pada otak pasca bedah

Beberapa penelitian menyebutkan factor pranatal dan perinatal lebih berperan dari
pada factor pascanatal.Studi oleh nelson dkk(1986) menyebutkan bayi dengan berat lahir
rendah,asfiksia saat lahir,iskemia pranatal,faktor penyebab Cerebral palsy. Faktor prenatal
dimulai saat masa gestasi sampai saat akhir,sedangkan factor perinatal yaitu segala faktor
yang menyebabkan Cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.Sedangkan
faktor pascanatal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun. (Hagbreg
dkk,1975),atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,1982),atau sampai 16 tahun
(Perlstein,Hod,1964)

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luas jaringan otak yang
mengalami kerusakan :

1. Spastisitas Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus dan
reflek Babinski kerusakan yaitu :
 Monoplegia / monoparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi salah satu
anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
 Hemiplegia / hemiparisis Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
 Diplegia / diparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi tungkai lebih
hebat dari pada lengan.
 Tetraplegia / tetraparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi lengan
lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai yang lain.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang,
sehingga tampakseperti keainan pada “lower motor neuron“ menjelang umur 1 tahun berubah
menjadi tonus otot dari rendah hingga tinngi. Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus
“cerebral palsy”

3. Ataksia Ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum, terdapat kira-kira


5% dari kasus “cerebral palsy”
4. Gangguan pendengaran Terdapat pada 5-10% anak dengan “cerebral palsy”.gangguan
berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi,sehingga sulit menangkap
kata-kata.
5. Gangguan bicara Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan dilidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot sehingga sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak
berliur.
6. Gangguan mata Biasanya berupa strabismus convergen dan kelainan refraksi, asfiksia
berat, dapat terjadi katarak, hampir 25% penderita “cerebral palsy” menderita
kelainan mata.
2.4 Patofisiologi

WOC

Prenatal Perinatal Postnatal

Infeksi intrauterin Anoksi/Hipoksia Trauma Kepala


Radiasi Perdarahan otak Meningitis
Asfiksia intrauterin Prematuritas Racun
Toksemia grafidarum Ikterus Luka
Meningitis Purulenta

Cerebral Palsy

Adanyan gangguan Kecacatan Multifases Operative


pada N vagus Gangguan metabolism Luka insisi
Kemampuan menelan Gangguan citra diri Kerusakan saringan
terganggu RESIKO KERUSAKAN RISIKO CEDERA
Nafsu makan menurun INTEGRITAS KULIT

Mual muntah Kurangnya informasi

KETIDAKSEIMBANGAN DEFISIEN
NUTRISI : KURANG DARI PENGETAHUAN
KEBUTUHAN TUBUH

2.5 Penatalaksanaan
Pada umumnya penanganan penderita CP meliputi :

1. Reedukasi dan rehabilitasi.

Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu


mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat
oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang
tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat
perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya
sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan
untuk memperoleh keterampilan secara independent untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi
ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara
tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisio
terapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa
dan bila mungkin di sekolah biasa bersamasama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar
Biasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan
keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah
dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana
normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial
dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.

2. Psiko terapi untuk anak dan keluarganya.

Oleh karena gangguan tingkah laku dan adaptasi sosial sering menyertai CP, maka
psiko terapi perlu diberikan, baik terhadap penderita maupun terhadap keluarganya.

3. Koreksi operasi.

Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis,
menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering
dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada anggota
gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan
disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada saraf motorik,
tendon, otot atau pada tulang.

4. Obat-obatan.
Pemberian obat-obatan pada CP bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah laku,
neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada penderita CP yang kejang.
pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada
CP tipe spastik dan atetosis obat ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan
kurang berhasil menurunkan tonus otot pada CP tipe spastik dan atetosis. Pada penderita
dengan kejang diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik
kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang
berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau mogadon dapat
dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada
keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine 5 -- 10
mg pada pagi hari dan 2,5 -- 5 mg pada waktu tengah hari.

ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko (angka kejadian sekitar 1-5/1000 anak
2. Jenis kelamin (laki-laki lebih banyak daripada wanita)
3. Kap iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kap fungsi intelektual anak

Pemeriksaan Fisik :

 Muskuluskeletal :
- Spastisitas
- Ataksia
 Neurosensory :
- Gangguan menangkap suara tinggi
- Gangguan bicara
- Anak berliur
- Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya
- Strabismus konvergen dan kelainan refraksi
 Eliminasi :
- Konstipasi
 Nutrisi :
- Intake yang kurang

Pemeriksaan Diagnostik :

 Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran)


 Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihat)
 Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubella, toksoplasmosis, dan herpes
 MRI kepala/ CT scan menunjukan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel
 Analisa kromosom
 Biopsi otot
 Penilaian psikologik
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d kesukaran menelan
dan meningkatnya aktivitas
2. Resiko Kerusakan Integritas Kulit b.d imobilitas
3. Risiko Cidera b.d gangguan pada fungsi motoric
4. Defisien Pengetahuan b.d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
III. Intervensi
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d kesukaran menelan
dan meningkatnya aktivitas

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


Tujuan : setelah dilaksanakan tindakan 1. Ajarkan gerakan Px dalam
keperawatan selama 1x24 jam, klien dalam melaksanakan ADL.
diharapkan nutrisi menjadi ade kuat. 2. Bantu Px untuk memenuhi
Kriteria hasil : kebutuhannya.
- Adanya kemajuan 3. Perhatikan posisi penderita
peningkatan berat pada waktu istirahat/tidur.
badan
- Tidak mengalami
tanda-tanda malnitrisi

2. Resiko Kerusakan Integritas Kulit b.d imobilitas

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


Tujuan : setelah dilaksanakan 1. Kaji kulit setiap 2 jam dan
tindakan keperawatan selama 1x24 prn terhadap area tertekan,
jam, klien diharapkan kemerahan dan pucat.
mempertahankan integritas kulit. 2. Tempatkan anak pada
permukaan yang
mengurangi tekanan
3. Ubah posisi dengan sering,
kecuali jika
dikontraindikasikan
4. Pertahankan kebersihan
kulit dan kulit dalam
keadaan kering
5. Berikan cairan yang adekuat
untuk hidrasi

3. Risiko Cidera b.d gangguan pada fungsi motoric

INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


Tujuan : setelah dilaksanakan tindakan 1. Ajarkan pola makan yang
keperawatan selama 1x24 jam, klien teratur
diharapkan nutrisi menjadi ade kuat. 2. Anjurkan untuk berpartisipasi
Kriteria hasil : dalam program latihan /
- menyatakan pemahaman kegiatan, pertahankan
faktor yang menyebabkan kebersihan mulut anak
cidera 3. Kolaborasi dengan ahli gizi
- menunjukkan perubahan dalam pemberian nutrisi
perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko
dan untuk melindungi diri
dari cidera.

4. Defisien Pengetahuan b.d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi

INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


Tujuan : setelah dilaksanakan tindakan 1. menyatakan pemahaman
keperawatan selama 1x24 jam, klien terhadap perawatan dirumah dan
diharapkan nutrisi menjadi ade kuat. kebutuhan terapi
Kriteria hasil : 2. melakukan perilaku / perubahan
- menyatakan pemahaman pola hidup untuk memperbaiki
terhadap perawatan status kesehatan
dirumah dan kebutuhan 3. kebutuhan terapi dapat dipenuhi
terapi
- melakukan perilaku /
perubahan pola hidup
untuk memperbaiki status
kesehatan
- kebutuhan terapi dapat
dipenuhi

IV. Implementasi
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d kesukaran menelan
dan meningkatnya aktivitas
- Mengajarkan gerakan Px dalam melaksanakan ADL
- Membantu Px untuk memenuhi kebutuhannya
- Memperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat / tidur
2. Resiko Kerusakan Integritas Kulit b.d imobilitas
- Kaji kulit setiap 2 jam dan prn terhadap area tertekan, kemerahan dan
pucat.
- Tempatkan anak pada permukaan yang mengurangi tekanan
- Ubah posisi dengan sering, kecuali jika dikontraindikasikan
- Pertahankan kebersihan kulit dan kulit dalam keadaan kering
- Berikan cairan yang adekuat untuk hidrasi
3. Risiko Cidera b.d gangguan pada fungsi motoric
- Ajarkan pola makan yang teratur
- Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan / kegiatan,
pertahankan kebersihan mulut anak
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
4. Defisien Pengetahuan b.d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
- menyatakan pemahaman terhadap perawatan dirumah dan kebutuhan
terapi
- melakukan perilaku / perubahan pola hidup untuk memperbaiki status
kesehatan
- kebutuhan terapi dapat dipenuhi
V. Evaluasi
1. Menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera
2. Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
3. Aktifitas berjalan dengan normal
4. Adanya kemajuan peningkatan berat badan
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15 Nelson,
Jakarta : EGC
2. Dr. Soetjiningsih, SpAK, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
3. Santi Wijaya, Skep. Ns, 1999. Lumpuh Otak, Bandung : http//:id.wikipedia.org
4. Soetomenggolo, Taslim S, 1999. Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia
5. Supriadi Skp dkk, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta : Sagung Seto
6. Yulianto, 2000. Cerebral Palsy Pada Anak, Jakarta : http://www.pediatrik.com. 20
april 2008
7. Wong Donna L, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakarta : EGC

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai