Anda di halaman 1dari 17

A. APAKAH IDENTITAS ITU?

Identitas sering dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada individu yang sebenarnya
memiliki sifat majemuk. Misalnya atribut kelamin (pria atau wanita) yang hadir secara kodrati
pada seseorang bisa bergandeng dengan atribut atribut kodrati lainnya yang tidak bisa ditolak
seseorang sejak ia lahir, seperti agama, suku, ras, kasta maupun kebangsaan. Selain identitas
atau atribut yang bersifat kodrati (diberikan oleh Tuhan sejak lahir), ia juga bersifat nonkodrati
atau bisa dibuat akibat dari usaha seseorang. Misalnya kelas pendidikan, ekonomi, sosial, dan
agama. Dua jenis atribut atau lebih bisa melekat pada setiap individu. Seorang Muslim adalah
Batak dan pada saat yang sama beridentitas kelas menengah, kelas terdidik, dan sebagainya.

Identitas bisa berdampak positif juga bisa berdampak negatif. Jika identitas tersebut dapat
menimbulkan rasa bangga, baik bagi dirinya maupun komunitasnya, maka identitas bernilai
positif. Sebaliknya identitas dapat melahirkan masalah manakała ia menjadi alasan untuk
berkonflik bahkan berperang. Banyak contoh konflik yang tidak lepas dari persoalan identitas
kelompok, seperti konflik suku, ras, dan agama yang sering terjadi di berbagai belahan dunia.
Konflik suku di Rwanda (suku Tutsi dan Hutsi), konflik agama di India (Hindu-Muslim), di
Serbia (Katolik dan Islam), di Palestina (Islam dan Yahudi), di Irak (Sunni dan Syi’ah). Konflik
serupa terjadi pula di sejumlah daerah di Indonesia, seperti konflik suku di Kalimantan Barat
antara suku Dayak dan Madura. atau konflik bernuansa keyakinan di Ambon antara komunitas
Kristen dan Muslim

Identitas dipahami pula sebagai ungkapan nilai nilai budaya yang dimiliki suatu komunitas,
kelompok, atau bangsa yang bersifat khas yang membedakannya dengan kelompok atau bangsa
yang lain. Keikhlasan yang melekat pada sebuah bangsa ini dikenal secara umum dengan sebutan
"identitas nasional" . Identitas yang melekat pada suatu bangsa tidaklah bersifat statis. Identitas
adalah sesuatu yang dapat dibentuk oleh suatu individu atau kelompok.

Secara teoretis identitas hakikatnya adalah sesuatu yang dinamis dan beragam ekspresi: individu
ataupun kelompok yang terlibat dalam prosesnya hanyalah bersifat parsial dan tidak lengkap.
Identitas teramat sering dibentuk oleh praktik-praktik yang khas dan kejadian - kejadian yang
saling terkait satu dengan lainnya. Dalam kenyataan sehari-hari, identitas dapat berupa
pengakuan subjektif yang dijelaskan oleh seseorang atau kelompok untuk dikenali oleh pihak
luar atau pernyataan orang luar yang disematkan kepada kelompok tersebut. Penyematan
terhadap pihak luar terhadap suatu kelompok kadang kala tidak sesuai dengan kenyataannya.
Penyematan bisa saja terbentuk atas reduksi hakikat seseorang atau kelompok yang
sesungguhnya majemuk.

Reduksi sering kali melahirkankan stereotip (atau atribut) yang dapat mengotakkan seseorang
atau kelompok ke dalam suatu identitas yang bukan sebenarnya. Proses ini sering disebut dengan
istilah politisasi identitas untuk kepentingan subjektif seseorang, kelompok atau lembaga negara.
Politisasi identitas ini tak jarang melahirkan tindakan diskriminasi kelompok dominan terhadap
kelompok minoritas. Agar hal ini tidak terjadi gagasan tentang pendidikan multikultural bagi
Indonesia yang majemuk menjadi salah satu tawaran solusi yang diharapkan mampu menjadikan
Indonesia rumah bagi sebuah komponen bangsa yang ada dengan beragam identitasnya.

B. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Identitas nasional Indonesia terbentuk oleh bermacam unsur, fisik, dan non fisik. Salah satu
Identitas yang melekat pada bangsa Indonesia adalah sebutan sebagai sebuah bangsa yang
majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia ini tercermin pada ungkapan sesanti Bhinneka
Tunggal Ika yang terdapat pada symbol nasional Burung Garuda dengan lima symbol yang
mewakili sila sila dalam dasar negara Pancasila.

1. sejarah

menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara bangsa (notion state), Nusantara pernah
mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan besar yakni Sriwijaya dan Majapahit
dikenal sebagai pusat-pusat kekuasaan di Nusantara yang pengaruhnya menembus batas – batas
teritorial di mana dua kerajaan ini berdiri. Kebesaran dua kerajaan tersebut turut menjadi
rujukan semangat perjuangan manusia Nusantara pada abad-abad berikutnya ketika penjajahan
asing menancapkan kekuatan imperialismenya. Semangat juang manusia Nusantara dalam
mengusir penjajah dari tanah kelahirannya telah menjadi ciri khas tersendiri bagi cikal bakal
bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasionalnya
sebagai bangsa yang pantang menyerah dan pejuang kebebasan. Hal ini tercermin dalam
konstitusi Indonesia diama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit menyatakan
dukungan Bangsa Indonesia bagi kemerdekaan setiap bangsa didunia.
2. Kebudavaan

Kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas Nasional meliputi 3 unsur, yaitu akal budi,
peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia tampak dari keramahan dan
kesantunan orang Indonesia yang telah dikenal dunia. Adapun unsur identitas peradabannya
tecermin dalam dasar negara Pancasila yang menunjukkan kekuatan atas nilai-nilai bersama yang
majemuk. Sedangkan aspek pengetahuan dapat dilihat dari kekayaan pencapaian bangsa
Indonesia sebagai bangsa maritim. Kapal Pinisi dan sejumlah bangunan candi yang menawan
merupakan unsur identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di
dunia. Keragaman budaya lokal Nusantara merupakan kekuatan dari eksistensi kebudayaan
nasional. Capaian kebudayaan ini sekaligus sebagai bukti bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia merupakan manusia yang kreatif dan inovatif yang mampu mengadopsi pengetahuan,
nilai, dan budaya asing lalu mengembangkannya menjadi produk peradaban yang bernilai
tambah dan meniadi ciri khas yang membedakannya dengan produk kebudayaan bangsa lain
didunia.

3. suku bangsa

Kemajukan merupakan pembentuk identitas lain bangsa Indonesia. Lebih dari sekedar
kemajemukan yang bersifat alamiah, tradisi bangsa lndonesia untuk hidup bersama dalam
kemajemukan merupakan unsu utama pembentukan identitas yang perlu terus dikembangkan dan
dilestarikan. Kemajukan alamiah bangsa Indonesia yang tercermin dalam ribuan suku, bahasa,
dan budaya, dan kesatuan atas kemajemukan merupakan gambaran bahwa Indonesia adalah
kesatuan dan keberagaman yang secara simbolik diungkapkan dalam sesanti Bhinneka Tunggal
Ika yang dicengkeram kuat oleh kuku burung elang Garuda. Dengan demikian, tidaklah keliru
jika terdapat ungkapan umum, "bukanlah Indonesia jika tidak majemuk"

4. agama

Keragaman agama dan keyakinan merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah bangsa
Indonesia. Begitu pentingnya keberadaan keragaman unsur agama dan keyakinan ini, para
pendiri bangsa menjadikannya unsur paling penting dalam konstitusi negara, sebagai upaya
wajib negara untuk melindungi rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan
disyukuri bangsa Indonesia. Para perumus dasar negara Pancasila telah bersepakat untuk
menempatkan dasar spritualitas Nusantara ini dalam urutan pertama dari kelima sila Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai yang terkandung dalam sila ini adalah kewajiban Bangsa
Indonesia untuk beragama secara berkebudayaan yakni suatu sikap dan perilaku beragama
tersebut dapat dilakukan dengan menjauhkan sikap dan tindakan memaksakan keyakinan
seseorang atau kelompok atas individu atau kelompok lainnya

5. Bahasa

Bahasa Indonesia adalah unsur lain pembentuk identitas nasional bangsa Indonesia. Keberadaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dijamin oleh konstitusi negara, UUD 1945. Ribuan
pulau, etnis dan keragaman budaya dan keyakinan dapat dipersatukan dengan bahasa Indonesia,
yang sebelumnya merupakan bahasa pengantar (lingua franca), bahasa transaksi perdagangan
dan pergaulan, masyarakat yang mendiami kepulauan yang tersebar di seluruh Nusantara.

Kesadaran akan unsur pemersatu bahasa Indonesia bagi masyarakat Nusantara yang majemuk
dapat ditelusuri pada peristiwa lahirnya Sumpah Pemuda, 28 oktober 1928. Sumpah pemuda
1928 menegaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia dalam perjuangan
merebut dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Momentum Sumpah Pemuda 1928 telah
memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional Indonesia, sebagai unsur
pembentuk persatuan dan nasionalisme Indonesia yang masih relevan hingga hari ini.

e.

d. Pada SEWAASANEGARA NCASLA CEMOKASI, & PENCEGAHAN KORUPS


membentuk identitas nasional Indonesia, sebagai pembentuk persatuan nasionalisme dan
nasionalisme Indonesia yang masih relevan hingga hari ini. e. Bangsa Indonesia telah
merumuskan identitas nasionalnya dengan apa yang disebut konsep Wawasan Kebangsaan dan
Wawasan Nusantara. Dua kon. Pandangan Bangsa Indonesia tentang diri dan Lingkungan B.
WAWASANNUSANTARA tiya. Melalui konsep diri ini, bangsa Indonesia memiliki ukuran
dan kategori siapa yang bertanya dan bagaimana mengerjakan dan memandang dunia luar. Jika
konsep Wawasan Kebangsaan banyak membahas aspek nilai yang terkandung pada empat
bahasa dasar Indonesia, dibahas pada bab sebelumnya, bagian ini akan menjelaskan sekilas
tentang konsep Wawasan Nusantara yang lebih banyak bersandar pada hakekatnya, demikian
juga dengan informasi yang diperlukan. adalah untuk mewujudkan rasa persatuan dan
kebersamaan dengan bangga. Cara ini merupakan Pe 2. a. dan cinta negeri di kalangan warga
negara Indonesia. Dalam Desain Induk Pemantapan Wawasan Kebangsaan Tahun 2012-2024
yang disusun oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko
Polhukam) yang menguraikan Wawasan Nusantara adalah berdasarkan per-sepsi pada segenap
komponen bangsa semua aspek kehidupan nasional, sebagai faktor pendorong untuk melakukan
dan berprestasi bagi kejayaan negara dan bangsa. Wawasan Nusantara mengenai bagaimana
cara mengimplementasikan konvensi dari hubungan geografis dan keanekaragaman yang
diberikan NKRI sebagai negara kepulauan yang memiliki konsep keberagaman padu: ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Dalam Wawasan Nusantara
terkandung empat konsepsi pokok, yaitu: L Mewujudkan Kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan politik a. Terkait kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan
matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa; b. Berkaitan dengan
bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa daerah, afiliasi politik, dan
sebagainya merupakan satu kesatuan bang yang solid: C Keanekaragaman Indonesia ini terdiri
dari nanggungan, sebangsa dan setanah air, dan memiliki satu visi dalam mewujudkan cita-cita
bangsa; psikologis bersatu, senasib, sepe 64

BAL1 DENTITAS NASIONAL & GLOBALISAS d. Pancasila adalah satu-satunya falsafah


serta ideologi bangsa dan negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa
menuju tujuan-nya: Kehidupan politik di seluruh wilayah NKRI terkait politik yang
diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; f Seluruh kepulauan Nusantara
merupakan satu kesatuan hukum dalam arti hanya ada satu sistem hukum yang mengabdi bagi
kepentingan nasi- c. g Bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan negara lain ikut men-
ciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
yang diabdikan untuk kepentingan nasional. onal; Kekayaan Nusantara, baik potensi maupun
efektif adalah modal dan mi-lik bersama bangsa, dan kebutuhan hidup sehari-hari harus tersedia
di se luruh wilayah NKRI; b Perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah tan- pa ciri khas yang diterima oleh daerah dalam pengembang- an kehidupan
ekonominya; c. Kehidupan keuangan di seluruh wilayah NKRI merupakan satu unit ekononmi
yang dikelola bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan dialokasikan untuk sebesar-besaran
kemakmuran rak- 2 Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai gabungan ekonomi: a. yat.
sebuah Masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupa- kan kehidupan
yang serasi dengan tingkat kemajuan masyarakat yang sama, setara dan seimbang serta seimbang
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa; b. Budaya Indonesia pada
hakikatnya adalah satu, sedangkan keragaman bu-daya yang ada merupakan kekayaan budaya
bangsa yang menjadi modal dan pengembangan budaya bangsa dengan tidak menghargai nilai
budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa, yang dapat
disediakan oleh seluruh komponen bangsa 3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan sosial dan budaya: keamanan yang didukung terhadap satu pulau atau satu daerah pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara Indonesia; 6 setiap kali
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di dalam kerangka pembelaan negara dan
bangsa; 4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan

EAN KEWARGANEGARAAN PANCA hanan dan keamanan rakyat semesta, yaitu seluruh
komponen bangsa t Hbat dan memiliki peran: rakyat sebagai kekuatan pendukung sedang kan
TNI dan Kepolisian sebagai kekuatan utama. Terkait selunuy rakyat, wilayah dan sumber daya
nasional secara aktif, terpadu, terarah Sistem pertahanan dan keamanan negara IndollL dan
berkelanjutan memperburuk sifat-sifat tersebut C. KETAHANAN DAN KEWASPADAAN
NASIONAL Jika ermpat konsepsi persatuan (politik, ekonomi, sosial-budaya, dan keamanan
keamanan ) ini dijalankan secara konsisten, fleksibel, dan terintegrasi pada akhirnya akan
melahirkan kualitas ketahanan nasional (Tannas) Indonesia yang diharap kan. Tentu saja dalam
implementasi harus mempertimbangkan perkembangan masyarakat dan tantangan dan peluang
yang diakibatkan oleh arus global. isasi. Terkait konsep-konsep Wawasan Nusantara monolitik
melalii mengakses keamanan (pendekatan keamanan) yang terlalu dominan seperti yang
dilakukan di masa lalu telah terbukti gagal menghasilkan kemakmuran untuk se luruh wilayah
dan negara negara Indonesia. Pendelkatan dan Perundingan Pembukaan UUD 1945 sebagai
sebuah konsep yang mendukung, Ketahanan Nasional adalah sebuah konsep tentang bangsa-
bangsa yang berkaitan dengan keselamatan atau keselamatan hidup bangsa, yang diperuntukkan
bagi orang yang berkerasian Aspek kehidupan seperti ideologi, poli tik, ekonomi, di mana
masing-masing tidak saling terkait dan memengaruhi satu dengan yang lain. Kestabilan antara
tidak-tidak ini akan sangat berpe ngaruh bagi kekuatan pertahanan nasional. Dengan kata lain,
kekuatan Tannas tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer saja, tetapi juga sangat dipenga-
ruhi oleh lemah non-militer. Konflik sosial tanpa kesulitan yang lengkap dan adil dan tinggi
angka korupsi, mis-alnya, akan dipertimbangkan sebagai keamanan serius tas negara untuk
mempertahankan. Ketahanan Nasional Indonesia mengelola zona berdasar (gatra), yang biasa
disebut dengan tilah Asta Gatra, yang terdiri dari tiga zona alamiah (Tri Gatra) dan lima zona
(Panca Gatra) sosial. Tri Gatra alamiah yang disetujui adalah meliputi geografi, harta alam
(SDA), dan kependudukan Indonesia: sedangk Panca Gatra dilampirkan ideologi, politik,
eknonomi, sangkalan dan bantuan kesejahteraan dan tas kesejahteraan masyarakat Pembukaan
UD 1945 66

SB ILNTITAS NASIONAL & GUOBALISASE sial-budaya, dan pertahanan keamanan


(IPOLEKSOSBUDHANKAM), Ketahanan nasional ada hakikatnya sangat tergantung pada
kemampuan dan profesionalitas bangsa Indonesia (negara) di dalam berbagai negara, guna, dan
men-gatur hubungan-hubungan-jaringan (sta Ras dan kualitas) Panca Gatra, yaitu pertahanan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanani Kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam banyak hal yang mendukung dengan kehidupan setiap individu. Kondisi sehat
jasmani dan rohani yang diidam- an setiap orang menghabiskan kesulitan dan merongrong
Fakebalan (imunitas) tubuh. Demikian pun sebuah bangsa, la tidak pernah lepas dari tantangan
dan ancaman terhadap imunitas ketahanannya, baik yang alamiah maupun sosial. Untuk tetap
mempertahankan ketahanan nasional tetap dan dinamis, bangsa Indonesia harus selalu peduli
tentang masalah keamanan atau tantangan dari keselamatan yang terkait dengan kerusakan sendi.
Di era demokrasi ini, kewaspadaan nasional seyogianya diorientasikan untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam proses pembangunan yang berkecimpung pada peningkatan
budaya berdemokrasi. Bagaimana cara membuat madani di Indonesia yang egaliter, toleran,
tanpa konversi dengan konisis- Diera demokrasi ini Vewaspadaan nasional seyogianya di
orientasikan pada dukungan paran serta masyarakat dalam proses pembangunan yang
berdemokrasi secarabermartusah untuk melakukan masysrakat madani di Indonesia yang
egaliter toleran, tanpa diskriminasi dengan konsistensi negara menjalankan prinsip-prinsip
demokras deliberasi dan HAM tensi negara menjalankan prinsip-prinsip demokrasi deliberasi
dan HAM. Kebijakan tentang kewaspadaan nasional di masa lalu yang lebih berorientasi pada
negara demi keamanan negara harus ditunda, dan diganti dengan menjadikan warga negara
Indonesia sebagai mitra sejajar dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas keamanan
nasional. D. GLOBALISASI DAN KETAHANAN NASIONAL Secara umum globalisasi
adalah suatu gambaran tentang semakin tinggi kesetaraan di antara sesama masyarakat dunia,
budaya budaya juga ekono mi. Istilah globalisasi juga sering dibahas dengan sirkulasi, bahasa,
dan budaya populer yang melintasi batas negara. Fenomena global acap kal disederhanakan oleh
para ahli sebagai variasi preferensi dunia menuja se

PANCASLA DEMONRASL4RENCEGAHAN HORLPS buah perkampungan global (desa


elobal) di mana interaksi manusia berlangsting tanpa halangan batas geografis. PENDDAN
KEWARNARAA dari kemajuan teknologi informasi yang menyediakan fasilitas komunikasi
yang murah dan mudah. Pada saat yang sama, isu-isu dunia di bidang politik, ekonomi
demokrasi, dan HAM dengan cepat dapat memengaruhi perubahan yang terjad Globalisasi
adalah fenomena dunia yang berwajah banyak. Globalisasi sering diiden tikkan dengan: (1)
Internasionalisasi, yaitu hubungan antarnegara, arus perdagangan dan penanaman modal; (2)
Liberalisasi, yaitu pencabutan pemba tasan - meminta pemerintah untuk membuka ekonomi
tanpa pagar (dunia tanpa batas) dalam perundingan perdagangan, mengakses keluar mata uang,
mengendalikan devisa, dan izin masuk negara (visa); (3) Universalisasi, yaitu ragam selera atau
gaya hidup seperti pakaian, makanan, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia; (4)
Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu ragam hidup model budaya Barat atau Amerika; dan (5)
de-teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografis hingga ruang sosial dalam perbatasan,
tempat, dan jarak menjadi berubah. Beberapa pengertian globalisasi di transisi: 1. Globalisasi
sebagai transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan. Ke- hidupan mengandaikan ruang
(waktu) dan waktu (waktu). Namun fakta ini juga berarti jika terjadi perubahan dalam
pengaturan tata ruang-waktu, terjadi pula transformasi pengorganisasian hidup. Misalnya,
berbeda dengan masa lampau, akibat kemajuan teknologi informasi berita atau kejadian di
kawasan dunia lain dapat dipikirkan dalam beberapa saat oleh penduduk di belahan dunia
lainnya 2. Globalisasi sebagai transformasi pendekatan cara pandang. Dengan kata lain,
globalisasi berusaha mentransformasikan cara memandang, berpikir, berpikir, dan mencoba
memahami. Isi dan perasaan kita tidak lagi hanya tergantung pada peristiwa yang terjadi dalam
hidup kita mana saja, tetapi oleh ber bagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Demikian pula dalam hal budaya, ekonomi, politik, hukum, bisnis, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pada tataran globalisasi ini mentransformasikan isi dan cara dipertemukan dengan
memahami di antara masyarakat dunia. 3. Globalisasi sebagai modus transformasi tindakan dan
praktik. Pada bagian di suatu negara ini, globalisasi menunjuk pada proses keterkaitan yang
semakin erat semua aspek kehidupan pada skala mondial. Masalah yang muncul dari interaksi
yang semakin meningkat dapat dilihat dalam dunia perdagangan, media, budaya, transportasi.
teknologi, informasi, dan sebagainya.

BAB3 IDENTITAS NASICNAL & GLOBACISAS Dengan demikian, saling meningkatkan


keterkaitan antara seseorang atau satu bangsa dengan bangsa lain telah menggiring dunia ke arah
pembentukan buah perkampungan global (global village). Perkampungan global merupakan
interaksi sosial yang saling berhubungan secara fisik tetapi saling terkait dan memengaruhi
nonfisik. Harga minyak bumi di pasaran dunia, misalnya. akan memengaruhi harga bahan bakar
minyak Indonesia, fluktuasi harga tomat di Eropa akan berdampak pada harga tomat di pasar
tradisional di Indonesia. Hal serupa terjadi pula dalam bidang sosial, politik. dan budaya. Ada
banyak faktor yang mendorong perpindahan globalisasi antara lain per-tumbuhan kapitalisme,
marakmya inovasi teknologi komunikasi dan informasi serta diciptakannya peraturan-dukungan
yang meningkatkan kompetisi dalam skala besar dan luas seperti hak cipta, standardisasi teknis
dan prosedural dalam produk dan sistem produksi serta perlindungan perdagangan . Gelombang
globalisasi yang tidak mungkin dihindari oleh semua bangsa di dunia sangat diperhitungkan
dengan perlindungan nasional masing-masing bangsa terse- but. Ketahanan nasional Indonesia
yang mengenai hakikatnya sebagai suatu keadaan yang dinamis dari bangsa yang berada di atas
dan yang mengatasi tantangan, gangguan, rintangan dan tantangan (AGHT) dari luar maupun
dari dalam yang dapat memfasilitasi integrasi, identitas, pertahanan hidup sebagai bangsa dan
negara, dapat men-jadi rujukan bersama dalam menangkal hal-hal negatif dan mengambil
manfaat sebesar-besarnya dari globalisasi. Dalam konteks ini, globalisasi tidak harus dibenci
dan dijauhi, tetapi harus digali, Manfaatnya untuk kesejahteraan bersama, dan pada saat yang
sama diminimalisasi mudaratnya. Sikap optimis dan prioritas terhadap tantangan dan tantangan
yang ditimbulkan oleh globalisasi dapat direspons dengan komitmen dan kebijakan pemerintah
sebagai berikut Demokrasi menjadi sistem politik di Indonesia yang berintikan kebebasan
mengemukakan pendapat. b. Politik luar negeri yang bebas aktif. c. Melaksanakan sistem
pemerintahan yang baik dengan prinsip partisipasi, transparasi, supremasi hukum, responsif,
efektif, dan efisien. 1. Bidang politik: a 2 Bidang ekonomi a. Menjaga kestabilan ekonomi
makro dengan menstabilkan nilal pertukaran ru-piah dan suku bunga. b. Menyediakan lembaga-
lembaga ekonomi yang modern (perbankan, pasar modal, dan lain-lain) c Mengeksploitasi
sumber daya alam secara proporsional

ANAN KORUPS 4 Meningkatkan sumber daya manusia, yaitu kompetensi dan komitme b.
Penguasaan imu dan teknologi yang diterapkan dalam kehidupan C Menyusun kode etik profesi
yang sesuai dengan karakter dan budaya bang 3 Bidang sosial-budaya melalui koordinasiasi
pendidikan sebuah masyarakat. sa. Namun, sesuai dengan prinsip dan nilai universal.

E. MULTIKULTURALISME: ANTARA NASIONALISME DAN GLOBALISME

Satu di antara isu penting yang bersifat global adalah munculnya ide dan praktik
multikulturalisme, yaitu suatu gagasan kesediaan untuk hidup berdampingan dengan orang atau
kelompok lain yang berbeda secara damai. Sebuah gagasan yang lahir dari wacana global
tentang pluralisme dan harmoni, keberagaman dalam keserasian dan kedamaian, sekaligus
sebuah kritik tajam bagi mereka yang masih bersikap diskriminatif terhadap kelompok-kelompok
marginal, minoritas, miskin, dan kaum perempuan. Menurut Farida Hanum, secara sederhana
multikulturalisme adalah sebuah pengakuan atas pluralisme budaya. Pluralisme bukanlah sesuatu
yang statis atau ada begitu saja (taken for granted), tetapi ia terbentuk akibat proses dinamis dari
pertemuan antar nilai-nilai yang ada pada sebuah komunitas.

Multikulturalisme memberi penegasan seseorang atau kelompok bahwa segala perbedaan diakui
dan dipandang sama diruang public. Multikulturalisme menjadi semacam respons kebijakan baru
terhadap keragaman. Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena
yang tepenting adalah komunitas tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.
1. Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme (multiculturalism) atau budaya plural (culturall pluralism) adalah sebuah


kebijakan atau realitas yang menekankan pada keunikan karakteristik dari Keanekaragaman
budaya di dunia, terutama pada kalangan imigran yang ada pasa suatu negara. Istilah
Multikulturalisme pertama kali digunakan pada tahun 1957 untuk menggambarkan fenomena
keanekaragaman budaya imigran di negara Swiss. Kemudian konsep ini digunakan di Kanada
pada tahun 1960-an sebelum akhirnya menyea di negara-negara berbahasa Inggris. Menurut The
Columbia Electronic Encyclopedia, multikulturalisme adalah sebuah istilah yang menjelaskan
koeksistensi dari bermacarm budaya di suatu tempat, tanpa adanya satu budaya yang
mendominasi dengan menjadikan sejauh mungkin tingkat perbedaan manusia dapat diterima oleh
sebanyak mungkin oleh jumlah penduduk, multikulturalisme sebenarnya ingin mencari solusi
atas perilaku dan tindakan rasial dan diskriminasi. Dengan kata lain, istilah multikulturalisme
tidak lain sebagai konsep pengakuan (recognition) suatu entitas budaya dominan terhadap
keberadaan budaya-budaya yang lain.

Namun demikian, terdapat beberapa istilah yang secara konseptual tampak inirip dengan
terminologi multikulturalisme meski dalam beberapa hal berbeda. Misalnya pluralisme,
diversitas, heterogenitas, atau yang sering disebut dengan istilah "masyarakat majemuk"
Masyarakat majemuk (masyarakat pluralsociety) berbeda dengan keanekaragaman budaya atau
multikulturalisme (plural culture). Masyarakat majemuk lebih menekankan soal etnisitas atau
suku yang pada gilirannya membangkitkan gerakan etnosentrisme dan etnonasionalisme.
Sifatnya sangat askriptif dan primordial. Bahaya chauvinism (merasa paling baik dari yang lain)
sangat potensial tumbuh dan berkembang dalam masyarakat model ini. Karena wataknya yang
sangat mengagungkan ciri stereotip kesukuan, maka anggota masyarakat ini memandang
kelompok lain dengan cara pandang mereka yang rasional dan primordial. Model masyarakat ini
sangat rentan dengan konflik. Dengan kata lain, konflik yang mereka miliki dapat terjadi setiap
saat.

Berbeda dengan konsep dan perspektif masyarakat majemuk, konsep multikulturalisme sangat
menjunjung perbedaan budaya bahkan menjaganya agar tetap hidup dan berkembang secara
alamiah dan dinamis. Lebih dari sekedar memelihara dan mengambil manfaat dari perbedaan,
perspektif multikulturalisme, memandang hakikat kebahagiaan sebagai sesuatu yang universal,
manusia adalah sama. Bagi masyarakat multikultural, perbedaan merupakan kesempatan untuk
memanifestasikan hakikat sosial manusia dengan dialog dan komunikasi. Multi kulturalisme
sangat mementingkan dialektika yang kreatif.

Karakter masyarakat multikultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat hidup peaceful
coexistence, hidup berdampingan secara damai. Setiap entitas sosial dan budaya tetap membawa
jati dirinyaa, tidak terlebur kemudian hilang, namun juga tidak diperlihatkan sebagai kebanggaan
melebih penghargaan terhadap entitas lain. Dalam perspektif multikulturalisme, baik individu
maupun kelompok dari berbagai etnik dan budaya, hidup dalam lingkup kohesi sosial yang
dinamis tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka. Sekalipun mereka hidup bersatu
dalam ranah sosial, tetapi antar entitas tetap ada jarak. Prinsip “aku dapat bersatu dengan
engkau, tetapi antara kita berdua tetap ada jarak” sangat kuat dalam masyarakat multicultural. “
aku hanya bisa menjadi aku dalam arti sepenuhnya dengan ‘menjadi’ satu dengan engkau, namun
tetapa saja antara aku dengan angkau ada jarak”, merupakan prinsip lain pada masyarakat
multikultur. Untuk menjaga jarak sosial tersebut tetap kondusif diperlukan jalinan komunikasi,
dialok, dan toleransi yang kreatif.

2. Multikultural Indonesia

Meskipun istilah "Multikulturalisme" tidak trdapat dalam kosakata sejarah kebangsaan dan
budaya Indonesia, substansi multikulturalisme sangat lekat dengan proses penjalanan bangsa
indonesia yang memiliki kemajemukan dalam larangan hal. Dalam perjalanan sejarah
nasionalisme indonesia terdapat beberapa tahap yang sudah dan sedang dilalui bangsa Indonesia.
Bahkan fenomena multikultura ini telah menjadi salah satu dari nilai-nilai konsensus dasar
bangsa Indonesia. Nilai pluralis dan multikultur ada lah nilai yang dijunjung dan dikembangkan
oleh segenap bangsa Indonesia secara kreatif dengan tujuan membangun keadaban sipil (civility)
dan warga negara Indonesia yang inklusif.

Tahap-jamak plural dan multikultur yang berkembang di dalam sejarah Indonesia yang dimaksud
adalah: Tahap pertama ditandai dengan tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaan nasib
yang diikuti dengan perlawanan terhadap penjajahan, baik sebelum maupun sesudah proklamasi
kemerdekaan. Nasionalisme religius dan nasionalisme sekuler muncul bersamaan dengan
interaksi antara Indonesia merdeka. Upaya dari kelompok nasionalis Islamis untuk mendirikan
negara yang berlandaskan Islam dan kalangan nasionalis sekuler yang ingin mempertahankan
negara sekuler berdasarkan Pancasila dijadikan patokan untuk memahami kesadaran kebangsaan
atau perasaan nasionalisme bangsa.

Tahap kedua adalah bentuk nasionalisme Indonesia yang merupakan kelanjutan dari semangat
revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan peran pemimpin yang lebih besar.
Nasionalisme pada era ini mengandaikan adanya musuh dari luar terus-menerus terhadap
kemerdekaan Indonesia.
Tahap ketiga adalah nasionalisme persatuan dan kesatuan. Di era Orde Baru, misalnya,
kelompok oposisi atau mereka yangtidak sejalan dengan pemerintah disingkirkan karena
dianggap akan mengancam persatuan dan stabilitas. Perbedaan diredam agar secara nyata tampak
sama, sehingga segala perbedaan ditutupi dan disembunyikan. Terhadap luar negeri,
nasionalisme berarti kedaulatan, integritas, dan identitas bangsa. Tetapi untuk bangsa, tekanan
terhadap kedaulatan sama artinya dengan mengekang hak asasi manusia dan demokrasi. Nilai
nilai Pancasila ditekankan dalam segala bidang, dan nilai-nilai di luar Pancasila dianggap sebagai
ancaman dan perusak bangsa.

Tahap Empat adalah nasionalisme kosmopolitan. Dengan bergabungnya Indonesia dalam sistem
internasional, nasionalisme Indonesia yang dibangun adaliah nasionalisme Kosmopolitan yang
menandaskan baliwa Indonesia sebagai bangsa tidak dapat menghindari dari bangsa lain, namun
dengan tetap memiliki nasionalisme kultural keindonesiaan dengan memberikan kesempatan
kepada aktor-aktor di daerah secara langsung untuk menjadi actor cosmopolitan. Dalam konteks
dan kecendrungan global ini, semakin banyak orang membayangkan menjadi warga dunia
(World Citizen) dan terikat pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Karena tulah nilai-nilai dan
semangat generasi baru produk modernisasi dan globalisasi sekarang tidak dapat dipahami dalam
pengertian nasionalisme lama, yaitu cinta dan pembelaan kepada tanah air dengan total bahkan
membabi buta. Nilai-nilai, semangat, dan patriotisme mereka mestinya diletakkan dalam
semangat pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang sudah menjadi wacana
masyarakat dunia.

Nasionalisme kosmopolitan yang menjadikan Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia secara
otomatis menjadikan bangsa Indonesia terbuka bagi gagasan multikulturalisme . Prinsip
kebhinekaan yang terdapat pada falsafah negara Pancasila memberikan ruang dinamis bagi
muncul dan berkembangnya masyarakat multikultur Indonesia, di mana keanekaragaman budaya
dan pandangan manusia Indonesia dapat bersanding secara kreatif dan dinamis dengan nilai-nilai
budaya dan gagasan global: kemanusiaan, persamaan, keadilan, dan sebagainya.

F. PANCASILA DAN MULTIKULTURALISME

Menyediakan lima hal penting dalam melihat hubungan antara Pancasila dan multikulturalisme
di Indonesia. Pertama, multikulturalisme adalah pandangan kebudayaan yang berorientasi
praktis, yakni yang menekankan perwujudan ide menjadi tindakan. Ciri inilah yang memberikan
kata sambung dengan Pancasila yang seyogianya dipandang sebagai cita-cita. Multikulturalisme
menghendaki proses belajar mengenai perbedaan budaya yang dimulai dari sikap dan interaksi
antara budaya. Interaksi ini semakin penting apabila aneka kebudayaan hidup semakin
berdekatan. Dengan kata lain, multikulturalisme dapat juga disebut sebagai penerjemahan
Pancasila ke dalam konteks yang lebih konkret dan praktis. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika
memberikan landasan dan peluang bagi aktualisasi prinsip multikulturalisme di Indonesia.

Kedua, multikulturalisme harus menjadi strategi budaya masa depan Indonesia, yang
dicanangkan dalam program pendidikan sebagai langkah awalnya. Dalam proses pendidikan,
prinsip-prinsip belajar sambil melakukan dan berempati (Learn in by doing). Dalam perbedaan
yang berorientasi tidak semata penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan (kognitif) harus
menjadi penekanan utama dunia pendidikan nasional. Penekatan ini akan sangat selaras dengan
cita-cita cita-cita bangunan nasionalisme kosmopolit yang bersinergi dengan prinsip-prinsip
masyarakat multikulral indonesia.

Ketiga, menjadikan multikulturalisme sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila dengan


menjadikan unsur kebudayaan tidak sebatas sebagai hal yang bersifat partikular. Sebaliknya,
kebudaay dipandang sebagai suatu faktor penting bahkan utama dalam membangun karakter
bangsa, karena proses integrase bangsa bertumpu pad makalah-makalah kebudayaan.

Keempat, kalua multikulturalisme didefinisikan sebagai “sejumlah kebudayaan yang hidup


berdampingan, dan seyogyanya mengembangkan cara pandang yang mengakui dan menghargai
keberadaan kebudayaan satu sma lain, “maka secara empiris dapat dipertanyakan apakah
kriteria" saling menghargai "itu ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam konteks
empiris ini ditemukan bahwa Pancasila tampaknya kurang operasional untuk menjelaskan batas-
batas kebudayaan. Akan tetapi, jika memosisikan Pancasila sebagai cita-cita, maka persoalan
metodologis tersebut tidak akan mempersulit posisi Pancasila.

Kelima, perubahan dari cara berpikir pluralism ke multiluturalisme dalam memandang Pancasiła
adalah perubahan kebudayaan yang menyangkut nilai-nilai dasar yang tidak mudah diwujudkan.
Diperlukan dua persyaratan: (1) kita harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai
model multikulturalisme yang sesuai dengan kondisi Indonesia; (2) Kebijakan itu harus
berjangka panjang, konsisten, dan membutuh kondisi politik yang mendukung.

konsep masyarakat multikultur tampaknya relevan bagi penegasan kembali identitas nasional
bangsa Indonesia yang inklusif dan toleran dengan tetap mengakar pada identitasnya yang
majemuk sebagaimana terefleksi dalam konsep dasar negara Pancasila. Dengan demikian,
konsep masyarakat multikultural dapat menjadi wadah pengembangan demokrasi dan
masyarakat sipil di Indonesia. Ke majemuk bangsa Indonesia dapat menjadi modal sosial (social
capital) bagi pengembangan model masyarakat multikultural di Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui upaya pendidikan demokrasi yang erat kaitannya dengan konsep
multikultural.

Di balik optimisme dari konsep dan aktualisasi multikulturalimse, konsep int juga mengandung
beberapa risiko negatif. Satu diantaranya adalah peluang munsulnya sikap fanatisme di
masyarakat. Jika hal ini muncul, maka ia akan berpotensi menjadi ancaman yang akan
merontokkan seluruh bangunan kebudayaan yang sudah terbangun pada suatu komunitas.
Sebaliknya, demikian tegas Hanum, jika multikulturalisme dapat dibangun dengan baik, sikap
toleran dan saling menghargai terhadap kebudayaan orang lain akan muncul dan dapat menjadi
unsur perekat bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Unsur yang sangat dibutuhkan bagi tegaknya
semangat persatuan dalam bingkai NKRI

Terdapat sejumlah kendala yang harus diantisipasi jika konsep multikulturalisme hendak
dijalankan di Indonesia. Selain kedewasaan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan elit,
terhadap realitas konflik dan praktik berdemokrasi yang belum matang, sejumlah faktor dibawah
ini hendaknya dijadikan pertimbangan yang dapat memicu problem problem multikulturalisme.
Beberapa faktor, simpul Hanum, seperti keragaman identitas dan budaya daerah, pergeseran
kekuasaan dari pusat ke daerah, lemahnya nasionalisme masyarakat, fanatisme sempit, konflik
antara kesatuan nasional dan multikultural (seperti gerakan yang bertujuan memisah diri dari
wadah NKRI), kesenjangan kesejahteraan antara kelompok budaya, dapat menjadi kendala serius
bagi upaya-upaya mewujudkan masyarakat multikultur di Indonesia.

Kendala – kendala ini harus segera diatasi dengan memprogramkan pendidikan multikultural
sejak dini di mana peserta didik dibimbing untuk membiasakan diri dengan lingkungan dan
teman sebayanya yang majemuk dari sisi budaya, tradisi, ras, bahasa, dan agama. Pada saat yang
sama peserta didik diajarkan untuk menghormati dan mengakui perbedaan – perbedaan tersebut
dan memandangnya sebagai karunia Tuhan yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Semua
perbedaan tersebut harus dijadiikan sebagai spirit untuk merajut rasa persatuan, persaudaraan
sesama anak bangsa
membiasakan diri untuk hormon dan diterima berbeda dan dilihatnya sebagai karunia Tuhan
yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Semua perbedaan tersebut harus dijadiikan sebagai
spirit untuk merajut rasa persatuan, persaudaraan sesama anak bangsa. E Identitas nasional pada
hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
aspek-aspek kehidupan bangsa dengan ciri-ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain.
Proses pem- bentukan identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesal,
RANGKUMAN

Tapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkemban 2 Identitas nasional
Indonesia yang memiliki basis pada model masyarakat tikultur sangat relevan bagi penegasan
kembali identitas nasional bangsa Inday nesia yang inklusif dan toleran dengan tetap
mengakuisisi pada identitasnya y majemuk terefleksi dalam bahasa negara Pancasila. Konse
masyarakat multikultural dapat menjadi wadah pengembangan demokrasi dan masyarakat sipil
dapat menjadi modal sosial bagi pengem. bangan model masyarakat multikultural Indonesia
dalam bingkai Negara Ke nte unit Republik Indonesia. 3. Wawasan Nusantara adalah tanggapan
atas segenap komponen bang di Indonesia sebagai dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat
nasional dalam semua aspek kehidupan nasional, sebagai faktor pendorong untlk bekerja dan
berprestasi untuk kejayaan negara dan bangsa. 4. Ketahanan Nasional adalah sebuah konsep
yang membahas tentang keselamatan nasional atau perlindungan hidup bangsa, yang
menekankan pada aspek kehidupan seperti ideologi, politik, ekonomi, di mana masing-masing
tidak saling terkait dan memengaruhi satu dengan yang lain. Secara umum, ketahanan nasional
adalah perlindungan dinamis antara tantangan dalam mengatasi dan mengatasi, baik dalam
maupun di luar neg eri, langsung atau tidak yang dapat mengamankan koordinasi, identitas
perjuangan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.
5. Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang yang berhasil adalah mun culnya wacana
multikulturalisme. Multikulturalisme pada intinya adalah penerimaan yang diterima dan
diterima kelompok yang berbeda budaya, 9are & etnik, gender, bahasa, atau agama.

Anda mungkin juga menyukai