Modul 3.a Ae2201 Introduction To Pde

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

1

Kuliah Minggu Ketiga

Pengantar
Persamaan Differensial Parsial

AE2201 Teknik Analisis dan Metoda Numerik

Muhammad Kusni

Teknik Dirgantara - FTMD ITB


2

Pendahuluan
Persamaan Differensial

AE2201: Analisa Teknik dan Metoda Numerik


3

Fisika - Matematika

Kita mengasumsikan di sini bahwa gravitasi


adalah satu-satunya gaya yang bekerja
pada benda dan gaya ini konstan.
4

Persamaan Differensial ?
• Persamaan Differensial adalah persamaan yang
menghubungkan dua atau lebih variabel-differensial. Dua
atau lebih variabel-differensial tersebut biasanya
dinyatakan sebagai hasil bagi variabel-differensial tak-
bebas terhadap satu atau lebih variabel-differensial bebas.
5
Orde/Tingkat vs Pangkat Persamaan Differensial
• Turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan diffrensial
menyatakan orde persamaan diffrensial tersebut. Pangkat dari
turunan tertinggi dalam persamaan diffrensial disebut derajat
persamaan differensial.
• Contoh:

• Solusi suatu persamaan differensial adalah suatu hubungan antara


variabel-variabel tanpa turunan yang memenuhi persamaan
differensial tersebut.
6
Persamaan Differensial Linear Vs Non Linear
➢Persamaan differensial linier adalah persamaan differensial yang dapat disusun
menjadi bentuk:
𝑦 𝑛 + 𝑘(𝑥)𝑦 𝑛−1 + 𝑙 𝑥 𝑦 𝑛−2 + ⋯ … … . +𝑝 𝑥 𝑦 ′′ + 𝑞(𝑥) 𝑦 ′ + 𝑟 𝑥 𝑦 = 𝑠(𝑥)
➢Persamaan differensial non linier adalah persamaan differensial yang tidak dapat
disusun dalam bentuk:
𝑦 𝑛 + 𝑘(𝑥)𝑦 𝑛−1 + 𝑙 𝑥 𝑦 𝑛−2 + ⋯ … … . +𝑝 𝑥 𝑦 ′′ + 𝑞(𝑥) 𝑦 ′ + 𝑟 𝑥 𝑦 = 𝑠(𝑥)
➢Persamaan differensial non linier sulit untuk diperoleh solusi eksaknya, sehingga kalau
ada seseorang yang menemukan solusi persamaan differensial non linier, maka
solusinya akan diberi nama sesuai penemunya, misal : Fungsi Bessel, Fungsi Kussner,
dll (solusi PD berupa suatu fungsi). Persamaan diffrensial non linier dapat diselesaiakn
secara numerik.
7
Persamaan Differensial Biasa vs Persamaan Differensial Parsial

➢Persamaan Differensial biasa (Ordinary Diffential Equation)


adalah persamaan differensial yang mengandung hanya satu
variabel bebas.
Contoh:

➢Persamaan Differensial Parsial adalah persamaan differensial


yang mengandung lebih dari satu variabel differensial bebas.
Contoh: 𝜕2 𝑧 𝜕2 𝑧 2 𝜕 2𝑧
= 𝑥𝑦 2 + 𝑎 2 =0
𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦
8
Model Matematik
Fenomena Fisik
Persamaan Differensial Parsial
➢ Kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang
insinyur adalah
memformulasikan
kejadian fisik kedalam
bentuk persamaan
matematik.
➢ Akan dibahas masalah
persamaan differensial
parsial linier order dua.
➢ Banyak fenomena fisik
yang model
matematiknya berupa
persamaan differensial
parsial linier orde dua.
9
Dalil dasar
Bila 𝑢1 dan 𝑢2 adalah dua buah jawab persamaan differensial parsial
linier, maka : 𝑢 = 𝑐1 𝑢1 + 𝑐2 𝑢2
dengan 𝑐1 dan 𝑐2 konstanta sembarang, adalah juga jawab dari persamaan
differensial parsial tersebut (dalam daerah keberlakuan yang sama).
10

Jenis-jenis Persamaan Differensial Parsial (PDP)


𝜕2 𝑢 𝜕2 𝑢 𝜕2 𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝐴 2 + 𝐵 + 𝐶 2 +𝐷 + 𝐸 +𝐹𝑢 + 𝐺 = 0
𝜕𝑥 𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦

➢ PDP Hiperbolik ➢ PDP Parabolik ➢ PDP Eliptik


➢ 𝐵2 − 4𝐴𝐶 > 0 ➢ 𝐵2 − 4𝐴𝐶 = 0 ➢ 𝐵2 − 4𝐴𝐶 < 0
➢ Pers. Gelombang ➢ Pers. Diffusi Panas ➢ Pers. Laplace
𝜕2 𝑢 2
2𝜕 𝑢 𝜕𝑢 𝜕 2𝑢
𝜕2 𝑢 𝜕2 𝑢
➢ =𝑐 ➢ = 𝛼2 2 ➢ + =0
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
➢ 𝑢𝑡𝑡 = 𝑐 2 𝑢𝑥𝑥 ➢ 𝑢𝑡 = 𝛼 2 𝑢𝑥𝑥 ➢ 𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 = 0
2
➢ 𝑢𝑡𝑡 = 𝑐 (𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑦𝑦 ) ➢ 𝑢𝑡 = 𝛼 2 (𝑢𝑥𝑥 + 𝑢𝑥𝑥 ) ➢ Masalah kondisi tunak
➢ Masalah perambatan ➢ Masalah perambatan
11

Penurunan Persamaan Konduksi Panas


• Model matematis suatu fenomena fisika dapat dibangun menggunakan
pengalaman empiris tentang fenomena yang terlibat. Misalkan pada kasus
kondiksi panas pada suatu batang seragam yang diisolasi pada permukaan
lataeralnya, sehingga panas hanya merambat pada arah aksial.
• Pengalaman empiris menunjukkan bahwa jika dua penampang sejajar dari
area yang sama A dan suhu yang berbeda T1 dan T2, masing-masing
dipisahkan oleh jarak kecil d, maka sejumlah panas per satuan waktu akan
berpindah dari bagian yang lebih panas ke bagian yang lebih dingin, jumlah
panas yang mengalir ini sebanding dengan luas A dan sebanding dengan
perbedaan suhu| T2 - T1 |, serta berbanding terbalik dengan jarak d.
• Jadi Jumlah kalor per satuan waktu = κ A | T2 - T1 | / d,
Penurunan Persamaan Konduksi Panas
12

Jumlah kalor per satuan waktu = κ A | T2 - T1 | / d (1)


dimana κ adalah suatu konstanta yang disebut konduktivitas termal dan
nilainya tergantung pada material batang. Persamaan (1) adalah hasil empiris,
bukan teoretis, dan disebut Hukum Fourier.
Perhatikan batang dengan penampang seragam dan bahan homogen, sumbu x
terletak di sepanjang sumbu batang. Misal: x = 0 dan x = L merupakan ujung
batang.
Asumsi: 1. Sisi batang diisolasi dengan
sempurna sehingga tidak ada konduksi panas
arah radial.
2. Suhu (u) hanya tergantung pada
posisi aksial x dan waktu t

Asumsi tsb. valid bila dimensi lateral batangnya kecil dibandingkan dengan
panjangnya.
13
Penurunan Persamaan Konduksi Panas
Fluks. (cont.)
Persamaan diferensial yang memodelkan
suhu dalam batang dibangun berdasarkan
keseimbangan kalor, yaitu: laju aliran (fluks)
kalor ke bagian batang mana pun sama
dengan laju penyerapan panas di bagian
batang tersebut.

Perhatikan elemen kecil yang dibatasi penampang x = 𝑥0 dan x = 𝑥0 + ∆x. Laju


perpindahan panas sesaat H (𝑥0 , t) dari kiri ke kanan melintasi penampang x = 𝑥0
diberikan oleh
14 Penurunan Persamaan Konduksi Panas
Fluks. (cont.)
• Tanda minus muncul dalam persamaan ini karena akan ada aliran
panas positif dari kiri ke kanan hanya jika suhu bagian kiri x = 𝑥0 lebih
besar daripada bagian kanan x = 𝑥0 (dalam hal ini 𝑢𝑥 (𝑥0 , t) negatif.
Dengan cara yang sama, laju perpindahan panas dari kiri ke kanan
melalui penampang x = x = 𝑥0 + ∆x diberikan oleh

• Total kalor yang mengalir ke segmen batang antara x = 𝑥0 dan x = 𝑥0


+ x diberikan oleh

dan jumlah kalor yang memasuki elemen batang pada selang ∆t


adalah
15
Penurunan Persamaan Konduksi Panas
Jumlah Kalor Dalam (cont.)
• Sekarang mari kita hitung suku serapannya (jumlah kalor dalam).
Perubahan rata-rata suhu (u), dalam selang waktu ∆t, sebanding
dengan jumlah panas 𝑄𝑡 yang dimasukkan dan berbanding terbalik
dengan massa m elemen. Jadi

dimana s adalah kalor jenis material dan ρ adalah kerapatan material


batang. Sehingga persamaan (6) dapat ditulis sebagai

dimana 0 <θ <1


16
Penurunan Persamaan Konduksi Panas
Total kesetimbangan kalor

Untuk keseimbangan suku fluks dan absorpsi, kita menyamakan


dua ekspresi untuk Q.∆t:

Bagi persamaan (9) dengan ∆x . ∆t dan kemudian memasukkan ∆x → 0 dan


∆t → 0, kita mendapatkan persamaan konduksi/difusi panas:

Dimana = difusitas thermal


Persamaan Konduksi Panas
17

Kasus 2D dan 3D
18

Anda mungkin juga menyukai