Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM e-ISSN 2656-7148

Volume 2, 2020 Website: http://ojs.unm.ac.id/semnasfisika


Hal 1 - 4 Dipublikasi: 29 Februari 2020

Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan


Masalah Mahasiswa pada Mata Kuliah Fisika Dasar
di FKIP Universitas Mulawarman
1
Muliati Syam, 2Zeni Haryanto.
Universitas Mulawarman
Email: muliati.syam@fkip.unmul.ac.id

Abstrak – Pemecahan masalah merupakan suatu proses berpikir dengan menggabungkan pengetahuan yang telah diperoleh
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kemampuan pemecahan masalah tidak dapat diperoleh hanya dengan mengingat
tetapi harus dilatihkan dengan suatu kombinasi dan rangkaian proses berpikir. Salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu dan memfasilitasi mahasiswa dalam menguasai sains fisika dan berlatih mengembangkan berbagai kecakapan dan
keterampilan berpikir adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada mata kuliah Fisika
Dasar. Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan pada mahasiswa semester 1 tahun ajaran
2018/2019 Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Mulawarman. Jumlah sampel penelitian adalah 20 mahasiswa.
Pengumpulan data menggunakan tes tertulis bentuk soal uraian sebanyak 8 item. Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik
uji t dan N-Gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model PBL berkontribusi dalam
melatih kemampuan pemecahan masalah mahasiswa. 2. Terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa fisika
setelah diterapkan PBL dengan N-gain 0,43 dan termasuk dalam kategori sedang. 3. Terdapat pengaruh pemecahan masalah
setelah diterapkan PBL pada mata kuliah fisika dasar. Penelitian ini mengharapkan mahasiswa dapat memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam situasi lain dalam kehidupan nyata, serta dapat berpikir dengan
menggabungkan pengetahuan yang telah diperoleh untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Kata kunci: Problem Based Learning, kemampuan pemecahan masalah, fisika dasar

Abstract – Problem solving is a thinking process by combining the knowledge that has been obtained to solve a problem. The
problem solving ability cannot be obtained only by remembering but must be trained with a combination and a series of thought
processes. One learning model that can help and facilitate students in mastering physics science and practice developing various
skills and thinking skills is a problem-based learning approach. The purpose of this study was to determine the effect of applying
the Problem Based Learning (PBL) model to students' problem solving abilities in the Fundamental Physics course. This research
is a quantitative descriptive study carried out for students in the first semester of the 2018/2019 academic year in the Physics
Education Study Program at Mulawarman University. The number of research samples is 20 students. Data collection uses a
written test of 8 essay items. The data obtained is processed by t-test and N-Gain statistical tests. The results of the study show
that: 1. Learning using the PBL model contributes to training students' problem solving skills. 2. There was an increase in problem
solving abilities of physics students after PBL was applied with N-gain 0.43 and included in the medium category. 3. There is
the effect of problem solving after PBL has applied it to basic physics courses. This study expects students to have problem
solving abilities that can be applied in other situations in real life, and can think by combining the knowledge that has been
obtained to solve a problem.

Keywords: Problem Based Learning, problem solving ability, fundamental physics

I. PENDAHULUAN menjadi agen-agen pemecah masalah yang handal.


Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar
terbesar di dunia Indonesia memiliki potensi menjadi negara Nasional Perguruan Tinggi, menekankan bahwa karakteristik
maju, terlebih dalam menyongsong bonus demografi pada proses pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat
tahun 2045. Untuk mampu bersaing, kuantitas penduduk interaktif, saintifik, kontekstual, kolaboratif, dan berpusat
yang besar harus didukung kualitas individu yang siap dalam pada mahasiswa. Akan tetapi, beberapa penelitian
menghadapi berbagai permasalahan. Pendidikan menjadi menunjukkan bahwa mahasiswa belum memiliki tingkat
salah satu bagian penting dalam membekali masyarakat intelektual yang diharapkan terutama pada mata kuliah
menjadi problem solver untuk permasalahan yang ada di Fisika. Penelitian Sunarti yang dilakukan pada mahasiswa
lingkungan bahkan global. Perguruan tinggi sebagai yang sedang menempuh mata kuliah Fisika Dasar
penyelenggara pendidikan dan pencetak tenaga pendidik menunjukkan bahwa mahasiswa pada umumnya hanya
diharapkan dapat membekali mahasiswa memiliki tingkat mampu menyelesaikan butir tes pada tingkat kognitif rendah
intelektual tinggi sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat [1]. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Misbah
2 Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM

didapatkan hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah penelitian. Pada tahap pelaksanaan awal penelitian, sampel
mahasiswa jurusan IPA pada mata kuliah Fisika masih diberikan pre-test berupa soal uraian yang mewakili 4
rendah dikarenakan dalam memecahkan suatu permasalahan indikator kemampuan pemecahan masalah yang meliputi
mahasiswa cenderung langsung menggunakan rumus dan identification, set up, execute, dan evaluation. Sebagai
angka-angka yang tertera pada soal [2]. kontrol pelaksanaan proses PBL, dilakukan penilaian
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based menggunakan lembar observasi aktivitas dosen dan
Learning (PBL) dipandang sebagai salah satu model mahasiswa. Pada tahap akhir pembelajaran dengan model
pembelajaran yang dapat membantu dan memfasilitasi PBL, peneliti memberikan post-test dengan soal yang sama
mahasiswa dalam menguasai sains fisika dan berlatih untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan
mengembangkan berbagai kecakapan dan keterampilan masalah. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan
berpikir. Dari kacamata pedagogik, PBL merupakan model masalah mahasiswa, dilakukan Uji Gain [10]. Nilai <g>
pembelajaran yang menginduk pada teori konstruktivisme dijabarkan ke dalam kriteria faktor gain (N-gain) untuk
dimana pengetahuan didapatkan dari interaksi antara masalah mengetahui sejauh mana tingkat peningkatan pemecahan
dan lingkungan belajar [3,4]. Reys, et. al menyatakan bahwa masalah mahasiswa. Selanjutnya untuk mengetahui
masalah adalah suatu situasi yang dihadapi seseorang, dia signifikansi perbedaan kemampuan pemecahan masalah
menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu apa cara atau tindakan sebelum dan sesudah perlakuan, maka dilakukan Uji T-Satu
yang harus dilakukan untuk mendapatkannya [5]. Dengan Sampel. Pengujian dilakukan dengan membandingkan data
adanya masalah seseorang menjadi termotivasi untuk berpikir sebelum pemberian perlakuan (pre-test) dengan data sesudah
mengerahkan pengetahuan yang telah didapatkan. Arends diberi perlakuan (post-test).
mengungkapkan bahwa dalam model PBL siswa dihadapkan
pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, Peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa
menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan Fisika dinilai dari perbandingan nilai pretest dengan nilai
inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan posttest. Pretest dilaksanakan pada awal perkuliahan sebelum
dirinya [6]. Lebih lanjut Arends menguraikan ada lima mahasiswa mendapatkan materi Fisika Dasar I. Sedangkan
tahapan utama dari pembelajaran berbasis masalah sebagai posttest dilaksanakan setelah penerapan pembelajaran Fisika
berikut: 1) Meeting the problem; 2) Problem Analysis and Dasar I menggunakan penerapan model Problem Based
generation of learning issues; 3) Discovery and Reporting; Learning (PBL). Pretest dan posttest dilakukan dengan
4) Solution presentation and reflection; 5) Overview, memberi suatu persoalan yang memuat indikator-indikator
integration, and evaluation. kemampuan pemecahan masalah yang meliputi
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan identification, set up, execute, dan evaluation. Pembelajaran
pembelajaran terintegrasi pemecahan masalah memberikan dengan menerapkan model PBL dilaksanakan selama 6 kali
dampak positif bagi kemampuan siswa. Akinoglu & pertemuan pada semester 1 yang meliputi materi 1) gerak
Tandagon menyimpulkan bahwa penerapan model berbasis pada garis lurus; 2) gerak jatuh bebas; 3) gerak parabola; 4)
masalah secara positif mempengaruhi kemampuan akademis Hukum Newton dan penerapannya; 4) usaha dan energi 1; 6)
siswa dan sikap siswa terhadap sains [7]. Hasil penelitian gerak melingkar. Penerapan pembelajaran PBL di kelas
Chang menunjukkan bahwa siswa yang dilatih dengan terlaksana 100% berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran berbasis masalah memiliki tingkat pengetahuan pembelajaran. Peran dosen sebagai fasilitator dilakukan
sains yang tinggi [8]. Hal ini dikarenakan pemecahan masalah dengan baik untuk lebih memberdayakan mahasiswa belajar
merupakan salah satu kemampuan berpikir yang secara berkelompok. Dalam kegiatan kelompok mahasiswa
membutuhkan beragam aturan-aturan sehingga mampu dituntut saling berinteraksi menyelesaikan suatu
mengembangkan kemampuan proses sains siswa [9]. permasalahan. Dosen menyusun LKM yang disesuaikan
Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui gambaran untuk menunjang peningkatan kemampuan pemecahan
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa fisika melalui masalah dan memudahkan dalam proses penilaian dan
penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada mata evaluasi pencapaian mahasiswa tiap pertemuan. LKM
kuliah Fisika Dasar. tersusun atas beberapa permasalahan yang meliputi tahapan
1) Meeting the problem; 2) Problem analysis and generation
II. METODE PENELITIAN of learning issues; 3) Discovery and Reporting; 4) Solution
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif presentation and reflection. Sampel yang digunakan
yang digunakan untuk mendeskripsikan penerapan merupakan sampel yang homogen karena hanya
pembelajaran berbasis masalah dan mengetahui sejauh mana menggunakan satu kelas tanpa membedakan adanya kelas
tingkat kemampuan pemecahan masalah mahasiswa program unggulan atau non unggulan.
studi pendidikan fisika pada mata kuliah Fisika Dasar setelah Perbandingan rata-rata skor pretest dan posttest
penerapan model tersebut. Penelitian ini melibatkan 20 kemampuan pemecahan masalah yang dicapai mahasiswa
mahasiswa program studi pendidikan fisika yang sedang disajikan dalam gambar diagram berikut.
menempuh mata kuliah Fisika Dasar sebagai sampel.
Sebelumnya, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi mahasiswa pada mata kuliah Fisika Dasar dan
menghubungkannya dengan beberapa solusi pemecahan
masalah tersebut, salah satunya dengan menggunakan model
PBL. Selanjutnya dilakukan kajian kurikulum yang sesuai
dengan isu materi pembelajaran yang akan digunakan dalam
Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM 3

mengetahui peningkatan yang dicapai meningkat secara


100 84.69
73.96 signifikan atau tidak dilakukan pengujian dengan Uji T-Satu
80 66.67 65.63 Sampel. Pengujian dilakukan dengan membandingkan data
60 43.10 40.63 sebelum diberikan perlakukan (pretest) dengan data sesudah
40 32.32 diberi perlakuan (posttest). Dari perhitungan diperoleh hasil
20 2.81 thitung sebesar 3,474 dan ttabel sebesar 2,09. Nilai thitung > ttabel
0 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
Identification Set up Execute Evaluation signifikan antara perolehan pretest dengan posttest
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa. Hal ini sesuai
pretest (%) posttest (%) yang dikemukakan Karatas bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa meningkat secara signifikan dengan
menggunakan pembelajaran berbasis pemecahan masalah
Gambar 1. Diagram Rata-rata Skor Pretest, Posttest Tiap [12]. Peningkatan terjadi karena mahasiswa dibiasakan untuk
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah menghadapi permasalahan yang kontekstual dan
menghubungkan pengetahuan yang didapat selama
Secara keseluruhan, dari hasil analisis skor pretest
perkuliahan berlangsung. Hal ini sejalan dengan yang
diketahui bahwa mahasiswa belum mampu menghubungkan
diungkapkan Makmun bahwa dalam belajar memecahkan
pengetahuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan
masalah mahasiswa harus mampu menyelesaikan
mengevaluasi hasil kerja. Akan tetapi mahasiswa telah
permasalahan dan menghubungkan pengetahuan-
mampu mengidentifikasi permasalahan yang disajikan. Hal
pengetahuan yang telah dimilikinya [13]. Setiap
ini sesuai dengan yang diungkapkan Ausubel bahwa
permasalahan disajikan berdasarkan materi terkait sehingga
mahasiswa menggunakan pengetahuan awalnya dalam
memudahkan mahasiswa dalam menghubungkan
memproses informasi eksternal untuk selanjutnya
pengetahuan yang dipelajari dengan berbagai permasalahan.
menghubungkan informasi tersebut dengan pengetahuan
Selain itu, pemberian LKM yang berbasis pada sintaks PBL
awal yang dimilikinya [11].
dapat membiasakan mahasiswa berpikir secara runtut dalam
Dari perhitungan pretest dan posttest tersebut, diketahui N-
menyelesaikan masalah. Sependapat dengan Liliasari, bahwa
gain tiap indikator pemecahan masalah dan N-gain
keaktifan mahasiswa harus dilatih melalui keterampilan
keseluruhan yang disajikan pada tabel berikut
pemecahan masalah secara bertahap dan berkelanjutan agar
Tabel 1. Hasil Analisis Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap Indikator
mahasiswa tidak canggung dalam menghadapi kesulitan yang
Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa dialami nantinya [14].

Indikator Kemampuan IV. KESIMPULAN


N-gain Penerapan model PBL mengacu pada lima tahapan yang
Pemecahan Masalah
Identification 0,41 dilakukan meliputi : 1) Meeting the problem; 2) Problem
Set up 0,41 analysis and generation of learning issues; 3) Discovery and
Execute 0,49 reporting; 4) Solution presentation and reflection; 5)
Evaluation 0,39 Overview, integration, and evaluation. Selain itu, pemberian
Keseluruhan 0,43 LKM disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai
mahasiswa yaitu kemampuan pemecahan masalah. LKM
Tabel di atas menunjukkan peningkatan paling kecil dari tersusun atas beberapa permasalahan yang meliputi tahapan
keempat tahap pemecahan masalah adalah tahap evaluation identification, set up, execute, dan evaluation. Dari penerapan
yaitu sebesar 0,39 (sedang). Pada tahap akhir ini mahasiswa pembelajaran yang dilakukan pada mahasiswa pendidikan
diharapkan dapat melakukan evaluasi dari ketiga tahap fisika mata kulian Fisika Dasar Universitas Mulawarman
pemecahan masalah untuk akhirnya mendapatkan diperoleh peningkatan secara signifikan kemampuan
kesimpulan. Sebagian besar mahasiswa setelah mendapatkan pemecahan masalah dan termasuk kategori peningkatan
hasil dari suatu perhitungan cenderung mengakhiri proses sedang.
pemecahan masalah. Mahasiswa belum sampai pada tahap
menghubungkan antara jawaban yang diperoleh dengan PUSTAKA
pertanyaan atau rumusan masalah.Tahap akhir ini penting [1] T. Sunarti, Pemahaman Literasi Sains Mahasiswa Calon
karena dapat melatih mahasiswa untuk selalu cross check dan Guru Fisika Universitas Negeri Surabaya. Seminar
teliti dalam menyelesaikan suatu masalah. Tahapan yang Nasional Fisika dan Pembelajarannya, 2015.
memiliki rata-rata persentase pretest dan posttest paling [2] Misbah, Indentifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah
tinggi yaitu tahap identification. Mahasiswa sudah mampu Mahasiswa pada Materi Dinamika Partikel, Jurnal
merumuskan dan menelaah permasalahan inti yang dimaksud Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 2017.
dalam sebuah kasus. Selain itu, kemampuan mahasiswa [3] T. Mayasari, A. Kadarohman, D. Rusdiana, Apakah
mengubah kata-kata ke dalam bentuk bahasa matematis Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
menjadi salah satu aspek pendukung tingginya perolehan Project Based Learning mampu Melatihkan
tahap identifikasi. Keterampilan abad 21. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Secara keseluruhan, diketahui bahwa kemampuan Keilmuan, 1(2), 2016, 48.
pemecahan masalah mahasiswa mengalami peningkatan. [4] J.R. Savery, & T.M. Duffy, PBL: Instructional model
Besarnya peningkatan terlihat dari N-gain sebesar 0,43 dan and its constructivist framework, Educational
termasuk dalam kategori sedang. Selanjutnya, untuk Technology, 35, 31–7, 1995.
4 Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM

[5] R.E. Reys, M. Suydam, N. M.M Lindquist, & N. L. [10] A. Rosyid, Fadhiya. Peningkatan Kemampuan
Smith, Helping Children Learn Mathematics (5thed.) Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui
USA: Allyn and Bacon, 1998. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MeAs), Jurnal
[6] Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif THEOREMS (The Original Research of Mathematics),
Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi 2 (2), 2018, 33-41.
Pustaka, 2007. [11] R.W. Dahar, Teori-teori belajar dan pembelajaran.
[7] O. Akinoglu, & Tandogan, The effect of problem-based Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011.
active learning in science education on student’s [12] I. Karatas, & A. Baki, The effect of learning
academic achievement, attitude, and concept learning. environments based on problem solving on student’s
Eurasia Journal 0f Mathematic, Science & Technology achievements of problem solving, International Journal
Education, 3(1), 2007, 71-78. of Elementary Education. 5 (3), 2013, 249-267.
[8] C. Y. Chang, Does computer-assisted instruction + [13] S. Rahayu, Analisis kemampuan siswa dalam
problem solving = improved science outcomes? A memecahkan masalah pada subkonsep pencemaran
pioneer study, The Journal of Educational Research, lingkungan melalui metode kasus, (Skripsi) Universitas
95(3), 2002, 143–150. Pendidikan Indonesia, Bandung. 2008.
[9] E.T. Aka, E. Guven, M. Aydogdu, Effect of problem [14] Liliasari & M. Tawil, Berpikir kompleks dan
solving method on science process skills and academic implementasinya dalam pembelajaran IPA, Makassar:
achievement, Journal of Turkis Science Education, 7 Badan Penerbit UNM, 2013.
(4), 2010, 13-25.

Anda mungkin juga menyukai