Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat ortodonsi, sendokcetak khusus,
serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baikdalam hal estetik maupun
dalam hal fungsinya. Resin akrilik adalah turunan etilen yangmengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya . (Anusavice, 2003).

Bahan basis gigi tiruan resin akrilik dibagi atas tiga jenis berdasarkan proses
polimerisasinya yaitu: 1. Resin akrilik heat-cured adalah resin akrilik yang menggunakan proses
pemanasan untuk polimerisasi. 2. Resin akrilik swapolimerisasi (self cured acrylic resin) adalah
resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin
(CH3C6H4N(CH3))2. Bila dibandingkan dengan heat cured acrylic resin bahan ini memiliki
stabilitas warna yang kurang. 3. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin
akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi. Penyinaran dilakukan selama 5
menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus
dengan menggunakan empat buah lampu halogen tungtens/ultraviolet.

Polimer dan monomer yang telah diukur dengan perbandingan yang benar kemudian
dicampur di dalam mixing jar yang terbuat dari keramik lalu dibiarkan hingga mencapai dough
stage (Craig et al., 2002). Berikut ini tahap-tahap perkembangan campuran polimer dan
monomer:
a. Tahap I : adonan seperti pasir basah (sandy stage)
b. Tahap II : adonan seperti lumpur basah (mushy stage) 17 17
c. Tahap III : adonan bersifat lekat jika disentuh dengan jari atau alat (sticky stage). Pada tahap ini
butir-butir polimer mulai larut dan monomer bebas meresap ke dalam polimer.
d. Tahap IV : adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini konsistensi adonan mudah
diangkat dan tidak merekat lagi, apabila ditarik membentuk serat (stringy stage), serta
merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam mould. Tahapan ini biasanya
dicapai dalam waktu 10 menit.
e. Tahap V : adonan kenyal seperti karet (rubber stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer
yang menguap, terutama pada permukaannya, sehingga terjadi permukaan yang kasar.
f. Tahap VI : adonan kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini permukaan adonan telah menjadi
keras dan getas sedangkan bagian dalamnya masih kenyal (Combe, 1992).
Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam mould
gips. Setelah pengisian adonan dilakukan tekanan pres pertama sebesar 1000 psi untuk mencapai
mould terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan tekanan pres
terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci (Combe, 1992). Selanjutnya kuvet dibiarkan pada
temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan pada suhu 70°C selama 90 menit dan dilanjutkan
dengan suhu 100°C selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial Standard (JIS)
(Sadamori et al., 2007).
1.2 Tujuan Praktikum
A. Mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas dan mould space
dengan tepat .

BAB II
METODE PENGAMATAN

2.1 ALAT DAN BAHAN

Bahan :
1.Serbuk polimer (1/2 tutup botol monomer) dan cairan monomer (1,5 ml)

a. Bubuk polimer b. Cairain monomer


2.Cairan CMS

3.Gipsum putih untuk kuvet kecil

4. Gipsum biru untuk kuvet kecil


5. Malam merah secukupnya (2,5 cmX 1 cm)

6. Vaselin secukupnya

Alat :
1. Stellon pot/gelas kaca

2. Pipet ukur
3. Bowl spatula gipsum

4. Kuas kecil

5.Timbangan
6.Crownmess/blade scapel

7. Kuvet kecil (atas dan bawah)

8. Masker
9. Sarung tangan
10. Plastik cellophan
11. Spatula kecil
12. Press kuvet kecil

13. Curing unit (kompor dan panci)

Cara kerja
1. Pembuatan Mould Space pada Kuvet Kecil
a. Menyipakan Alat dan Bahan
b. Mengaduk gipsum putih secukupnya

c. Menuangkan adonan gipsum putih ke kuvet bawah sampai setengah tinggi kuvet

d. Mengaduk gipsum biru secukupnya


e. Menuangkan adonan gipsum biru ke kuvet bawah sampai memenuhi kuvet
f. Menanam pola malam merah (2,5 cmX 1 cm) tepat di tengah kuvet bawah

g. Menyesuaikan kuvet atas pada kuvet bawah sambil menunggu gipsum setting (kuvet
atas dengan kuvet bawah sudah sesuai apabila sudah ada kontak logam atas dan
bawah)
h. Mengolesi vaselin secucupnya pada gipsum pada gipsum pada kuvet bawah yang
telah setting
i. Mengaduk gipsum biru secukupnya dilanjutkan menuangkan adonan gipsum biru
tersebut setinggi setengah kuvet pada kuvet atas yang sudah dipasang pada kuvet
bawah.
j. Mengaduk gipsum putih secukupnya dilanjutkan menuangkan adonan gipsum putih
tersebut sampai kuvet penuh dan berlebih pada kuvet atas yang sudah dipasang pada
kuvet bawah.
k. Menutup kuvet atas dilanjutkan mengepres kuvet kecil dengan press kuvet kecil
sampai adonan gipsum yang belum setting telah tumpah dari kuvet. Tunggu sampai
gipsum setting
l. Proses buang malam dengan merebus kuvet ±1 jam pada panci yang berisi air
mendidih.
m. Melepas kuvet perlahan, cek pola cetakan (mould space) apakah ukuran dan kontur
sudah sesuai dengan pola malam.
n. Menyiram air panas pada mould apabila masih didapatkan sisa malam.

2. Manipulasi Resin Akrilik Pada Mould Space


a. cetakan gips dalam kuvet atas atau bawah diolesi selapis CMS menggunakan kuas kecil
b.tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 1,5 ml (atau sesuai
dengan petunjuk pabrik dari merek resin akrilik yang digunakan) ke dalam stellon pot
c. serbuk polimer ditimbang sebanyak 3 gr atau setengah tutup botol monomer, kemudian
dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi
oleh monomer
d.mengaduk campuran dengan spatula kecil secara perlahan sampai homogen.
Selanjutnya stellon pot ditutup kedap cahaya. Amati fase sandy, sticky, dough dengan
membuka tutup stellon pot dan catat waktu sampai tercapainya fase dough (±6 menit).
Apabila belum mencapai fase dough, stellon pot ditutup lagi.
e. Setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimasukkan ke cetakan kuvet hingga
penuh, kemudian ditutup dengan plastik cellophan yang telah dibasahi air. Setelah itu,
kuvet ditutup (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat). Pengepresan awal
dilakukan sampai tercapai kondisi metal to metal (kuvet atas dan bawah rapat)
f. Kuvet dibuka dan plastik cellophan diambil. Kelebihan resin akrilik diambil dengan
crownmess secara cepat (kurang lebih 30 detik). Kuvet ditutup lagi dan dilakukan dan
dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas dan bawah rapat) serta kuvet biarkan tetap pada
pressnya.
g. Setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air hangat sampai
mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai air dingin kembali.
h. Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara hati-hati menggunakan crownmess
kemudian lakukan finishing dengan bur stone dan polishing.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan , didapatkan hasil yaitu :

dimana model tersebut harus sesuai dengan model rahang atas yang telah diterima dan
pinggirannya dipotong sesuai garis outline yang merupakan batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak. Dan juga membebaskan daerah frenulumnya.

1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di bagian tepinya.

2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus tidak porus
dantanpa ada daerah under cut.

3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.

4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi tapi tidak porus.

5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin akrilik yang halus,
homogen dan mengkilat.4.2 PembahasanSecara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang
digunakan dalam percobaan ini, untuk berpolimerasinya dibantu dengan penekanan tertentu dan
dipanaskan dengan suhu tertentu dalamwaktu yang tertentu pula. Akrilik yang digunakan dalam
percobaan ini adalah bermerek QC-20dan bertipe heat cured.Pembentukan Mould SpaceMould
space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model rahang dan dibentuk sesuaidengan keadaan
rahang dan outline formnya dimana malam beserta modelnya ditanam dalamgips di kuvet.
Kemudian malam ini dibuang dengan cara digodok 

10 menit dan disiram denganair mendidih sehingga bekas malam ini terbentuk rongga dan rongga
inilah yang disebut mouldspace yang akan ditempati akrilik.

Persiapan Model MalamPada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan
penutupan celah yang adapada tepi malam dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat
penanaman tidak ada gipsyang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan kesempatan
pada operator untuk melakukan finishing.

Penanaman / InvestingUntuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan
detail dankehalusan yang baik sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil
danhalus dipergunakan pada pembukaan kuvet maka permukaan gips pada kuvet bagian atas
danbawah masing-masih diolesi dengan bahan separator yaitu vaselin.

Pembuangan MalamPada pembuangan malam iniyang perlu diperhatikan adalah suhu air yang
besarnya

1000 Csedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus tepat, bila terlalu lama malam
yang adaakan mencair dan merembes kepori-pori gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil
permukaanmould space yaitu bahan separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara
sempurna.Manipulasi Bahan Akrilik * PencampuranPencampuran bahan akrilik ini harus sesuai
dengan perbandingan antara powder atau polimerdengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio
terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok 

akan bergranula dan bila terlalu rendah kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Padapencampuran
tempat yang digunakan terbuat dari bahan porselen atau dari bahan kaca yangtertutup karena
akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan terbuatdari plastik maka
bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut bereaksi dalam reaksipolimerisasi adonan
gips, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yangtertutup untuk
meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangitingkat keberhasilan
dalam pencetakan akrilik. Misalnya sinar matahari, kelembaban udara danfaktor yang lain.*
PengisianPada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. Tujuan dari bahan
separatoini adalah :a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips ) yang
berpolimerisasi disanasehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan
cetakan/ gips.b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.Adonan yang dimasukkan
kedalam mould space yang ideal pada stadium dought, hal itudipengaruhi oleh :1 Ukuran partikel
polimer dimana partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan labih cepattercapai konsistensi liat.2.
Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.3.
Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.4. Suhu, pembentuikan dought dapat
diperlambat dengan menyimpan campuran didalam freezer.5. Perbandingan polimer/ monomer,
bila tinggi waktu lebih singkat. Sedangkan penekananpendahuluan baik yang I dan II dan
penggunaan kertas selopan bertujuan untuk mengontrolkelebihan dari adonan akrilik. Tujuan
pemberian monomer/ cairan pada proses pembuangankelebihan akrilik karena monomer dari akrilik
mudah menguap sehingga dengan adanyapemberian ini menjaga agar perbandingan powder dan
liquid tetap. Setelah pengepresan terakhirkuvet beserta press direndam dalam air untuk
mempertahankan tekanan yang sudah ada danmengindari menguapnya dari monomer.* Kiur/
pemanasanKarena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan
pemanasan. Caradari pemanasannya yaitu dengan memanaskan pada air mendidih yang suhunya
kira-kira 1000 Cselama 20 menit.* PendinginanKuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan
karena selama pendinginan terdapat kontraksiantara bahan cetakan dan akrilik yang menyebabkan
timbulnya stress dalam polimer.* Deflasking/ pelepasanPelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :a.
Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah

 
dilepas terdapt kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan caramengurangi dan merapikan
sesuai dengan outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati.
Tidak terdapat porus karena mould spacekarena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda
pucat seharusnyaberwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang digunakanterlalu
tinggi.b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang halini disebabkan
karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.* Penyelesaian / finishingPada tahap ini
dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik
dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.* Pemolesan/ polishingPemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam
manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu
apung yangdipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebihhalus yaitu
whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan inidilakukan sampai permukaan akrilik halus
dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam modelrahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada
waktu posisi terbalik akrilik tetappada model rahang atau tidak jatuh

BAB IV
PEMBAHASAN

Bahan basis gigi tiruan resin akrilik (polimetil metakrilat) mulai diperkenalkan pada
tahun 1937 dan dengan cepat menggantikan bahan-bahan sebelumnya (vulkanit,
nitroselulosa, fenol formaldehid dan porselen) (Craig et al., 2002). Kelebihan dari basis
gigi tiruan resin akrilik yaitu estetik yang baik, warna dan tekstur mirip gingiva, daya
serap air relatif rendah, dan perubahan dimensi kecil (Combe, 1992). Oleh karena itu
resin akrilik masih menjadi pilihan utama dokter gigi untuk digunakan sebagai bahan
basis gigi tiruan.

Tahap-tahap polimerisasi menurut Phillips (1991) terdiri dari tiga tahap sebagai
berikut:
1. Inisiasi Masa inisiasi merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari
inisiator menjadi bertenaga atau bergerak dan memulai memindahkan energy pada
molekul monomer. Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi masa inisiasi. 2. Propagasi
Propagasi merupakan tahap pembentukan rantai yang terjadi karena monomer yang
diaktifkan, kemudian terjadi reaksi antara radikal bebas dengan monomer. Tahap-tahap
polimerisasi menurut Phillips (1991) terdiri dari tiga tahap sebagai berikut: 1. Inisiasi
Masa inisiasi merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari inisiator menjadi
bertenaga atau bergerak dan memulai memindahkan energy pada molekul monomer.
Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi masa inisiasi. 2. Propagasi Propagasi merupakan
tahap pembentukan rantai yang terjadi karena monomer yang diaktifkan, kemudian terjadi
reaksi antara radikal bebas dengan monomer.

Bedasarkan proses polimerisasinya resin akrilik dibedakan menjadi :


a. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah jenis resin
akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan bantuan dari sinar tampak.
Penyinaran resin dilakukan selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar
400-500 nm.
b.Resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic) adalah jenis
resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan bantuan energi panas
maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasi, melainkan mengandung
aminestersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai bahan
akselerator kimiawi untuk membantu proses polimerisasi berlangsung.
c. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah jenis resin
akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai
pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan
bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro
(microwave).1,10,12 Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan
pengaruh nyata pada karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses
polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74℃ selama 1,5 jam dan
dilanjutkan 100 ℃ selama 1 jam.

Sifat-sifat fisik basis gigi tiruan resin akrilik tipe heat-cured meliputi:
1. Pengerutan polimerisasi Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk
membentuk poli-metilmetakrilat, kepadatan berubah dari 0,945 g/cm3 pada suhu 20oC
menjadi 1,16-1,18 g/cm3 menghasilkan pengerutan polimetrik sebesar 21 % (Craig et al.,
2002). Apabila perbandingan polimer dengan monomer sebesar 3:1, maka pengerutan
yang terjadi sekitar 6-7 % (Annusavice, 2003; Craig et al., 2002).
2. Perubahan dimensi Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi
stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan
oleh penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang
disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang
diakibatkan oleh penyerapan air (Manappalil, 2003). Free radical polimer + Free radical
Polimer chain 14 14
3. Konduktivitas termal Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika
mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan. Resin akrilik mempunyai
konduktivitas termal yang rendah yaitu 5,7 x 10-4 oC/cm (Craig et al., 2002).
4. Solubilitas Menurut Manappalil (2003), resin akrilik tidak larut dalam air dan
cairan rongga mulut, namun dapat larut dalam keton, ester, serta hidrokarbon aromatik
dan hidrokarbon yang mengandung klorin. Salah satu bahan kimia golongan hidrokarbon
aromatik yang dapat melarutkan resin akrilik adalah fenol. Menurut spesifikasi
ANSI/ADA No. 12, kelarutan resin akrilik dapat dihitung dengan merendam spesimen
(diameter 50 mm; ketebalan 0,5 mm) dalam air destilasi bersuhu 37oC selama 7 hari.
Spesimen lalu dikeringkan dan ditimbang untuk menentukan kehilangan berat spesimen
dalam satuan mg/cm2 . Kelarutan resin akrilik tidak boleh lebih besar dari 0,04 mg/cm2
(Craig et al., 2002).
5. Penyerapan air Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu. Resin akrilik menyerap air relatif sedikit
ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan
efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air
poli(metil metakrilat) adalah 0,69 mg/cm2 (Craig et al., 2002). Umumnya resin akrilik
poli(metil metakrilat) menyerap air secara difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu
substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi
yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigi tiruan menjadi
jenuh dengan air setelah direndam selama 17 hari (Annusavice, 2003).

6. Porositas Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat


mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh 15 15
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai
temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga
dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan
monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalisasi dengan adonan resin akrilik yang
homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses
pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke mould yang
tepat (Annusavice, 2003).
7. Stabilitas Warna Resin akrilik tipe heat-cured menunjukkan stabilitas warna yang
baik (Craig et al., 2002). Menurut Hussain (2004) stabilitas warna resin akrilik tipe heat-
cured lebih baik dibandingkan stabilitas warna resin akrilik tipe self-cured.

Adapun Sifat Mekanis Resin Akrilik Tipe Heat-Cured adalah respons yang terukur, baik
elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis
bahan basis gigi tiruan terdiri atas (Combe, 1992):
a. Retak : pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya tekanan
tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.
b. Fraktur : gigi tiruan dapat mengalami fraktur yang disebabkan karena benturan
(impact) misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar, fatique yang terjadi karena
gigi tiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian dan
tekanan pada basis gigi tiruan selama proses pengunyahan (transversal/fleksural).

Manipulasi Resin Akrilik Tipe Heat-Cured Combe (1992) menyatakan bahwa


perbandingan polimer dan monomer adalah 5:1 menurut volume atau 2,5:1 menurut berat.
Ketidakseimbangan perbandingan polimer dan monomer akan mempengaruhi resin
akrilik yang dihasilkan. Menurut Craig et al. (2002) monomer yang berlebihan
menyebabkan bertambahnya jumlah residual monomer yang akan mempengaruhi
kekuatan resin akrilik. Sewaktu polimerisasi monomer murni terjadi pengerutan sekitar
21 % satuan volume. Bila terlalu banyak monomer, kontraksi yang terjadi akan lebih
besar sehingga menyebabkan crazing (retak). Polimer yang berlebih akan mengakibatkan
campuran bersifat “kering”, tidak dapat diatur, serta tidak dapat mengalir ketika
dilakukan penekanan. Jumlah monomer tidak cukup untuk mengikat seluruh butiran
polimer dalam campuran yang “kering” sehingga dapat terjadi efek granular pada
permukaan gigi tiruan yang biasa disebut granular porosity. Polimer dan monomer yang
telah diukur dengan perbandingan yang benar kemudian dicampur di dalam mixing jar
yang terbuat dari keramik lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage (Craig et al.,
2002).
Berikut ini tahap-tahap perkembangan campuran polimer dan monomer:
a. Tahap I : adonan seperti pasir basah (sandy stage)
b. Tahap II : adonan seperti lumpur basah (mushy stage) 17 17
c. Tahap III : adonan bersifat lekat jika disentuh dengan jari atau alat (sticky stage).
Pada tahap ini butir-butir polimer mulai larut dan monomer bebas
meresap ke dalam polimer.
d. Tahap IV : adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini konsistensi
adonan mudah diangkat dan tidak merekat lagi, apabila ditarik membentuk
serat (stringy stage), serta merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam
mould. Tahapan ini biasanya dicapai dalam waktu 10 menit.
e. Tahap V : adonan kenyal seperti karet (rubber stage). Pada tahap ini lebih banyak
monomer yang menguap, terutama pada permukaannya, sehingga terjadi permukaan
yang kasar.
f. Tahap VI : adonan kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini permukaan adonan
telah menjadi keras dan getas sedangkan bagian dalamnya masih kenyal (Combe,
1992).
Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam mould
gips. Setelah pengisian adonan dilakukan tekanan pres pertama sebesar 1000 psi untuk
mencapai mould terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan
tekanan pres terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci (Combe, 1992). Selanjutnya
kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan pada suhu 70°C
selama 90 menit dan dilanjutkan dengan suhu 100°C selama 30 menit sesuai rekomendasi
Japan Industrial Standard (JIS) (Sadamori et al., 2007).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Resin akrilik yang dimanipulasi ke dalam mould pada fase dough memiliki hasil yang paling
baik dibandingkan dengan resin akrilik yangdimanipulasi pada fase stringy dan rubber,
karena tidak lengket, memiliki  flow yang baik dan mudah dibentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, K.J. 2003. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa:
Johan Arif Budiman, Susi Purwoko, Lilian Juwono. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Craig, R.G., Powers, J.M., & Wataha, J.C. 2000. Dental Materials: Properties and
Manipulation. 7th Ed. India: Mosby.
Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Alih Bahasa: Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hussain, S. 2004. Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publication.
Manappalil, J.J. 2003. Basic Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publication.

Anda mungkin juga menyukai