Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di

dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian

rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Resin komposit dibentuk oleh

tiga komponen yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan

coupling(McCabe, 2014).

Resin komposit mempunyai nilai estetik yang sangat baik dan paling

sering digunakan dalam kedokteran gigi karena bahannya yang sewarna

dengan gigi. Oleh karena itu resin komposit sering digunakan sebagai bahan

restorasi gigi anterior. Seiring dengan perkembangan bahan – bahan kedokteran

gigi, kini resin komposit dapat digunakan untuk gigi posterior dikarenakan

kekurangan dari bahan resin komposit seperti kurangnya daya tahan

terhadap tekanan akibat penggunaan sudah bisa diatasi dan banyaknya pasien

yang lebih tertarik untuk merestorasi giginya sewarna dengan gigi dan alergi

terhadap merkuri bahan tambal amalgam (McCabe, 2014).

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan

utama yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan

tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan

ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan

ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator
diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain

meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah

polimerisasi dini bahan penghambat seperti hidroquinon (Anusavice, 2003).

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengaplikasi resin komposit ke kavitas dengan baik.

2. Mahasiswa mengetahui polimerisasi yang baik pada resin komposit.

MANFAAT PRAKTKUM

1. Mahasiswa mampu melakukan teknik polimerisasi light cured dengan

baik.

2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami sifat-sifat resin komposit.

3. Mahasiswa dapat melakukan uji penyinaran resin komposit dengan baik.


BAB II

METODE PENGAMATAN

1. Bahan :

a. Resin komposit

b. vaselin

2. Alat :

a. cetakan (diameter 5 atau 10 mm dgn kedalaman 2 mm atau 4 mm)

b. light curing

c. Sonde lurus dan sonde halfmoon

d. Eskavator

e. Glass plate, paper pad

f. Plastis filling instrument

g. Lap putih

3. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

Gambar 1. Alat dan bahan

2. Menyiapkan vaselin setipis mungkin, dan diolesi pada cetakan akrilik

bagian bawah.
Gambar 2. Cetakan akrilik diolesi vaselin

3. Aplikasi resin komposit dilakukan secara bulk (satu kali aplikasi)

dengan plastis instrumen pada masing-masing cetakan (ketebalan 2

dan 4 mm) dan dikondensasi diratakan menggunakan kondensor

sampai penuh.

Gambar 3. Pengaplikasian resin komposit dengan ketebalan 2mm

dan 4 mm

4. Plat cetakan bagian atas diolesi tipis vaselin, plat cetakan akrilik atas

disekrup sampai permukaan sampel komposit rata, sekrup plat bagian

atas di kendorkan kemudian resin komposit disinar menggunakan

LED dengan arah sinar tegak lurus selama 20 detik, dengan jarak ±1

mm (sedekat mungkin dan tidak menempel).


Gambar 4. Mengaplikasian komposit dengan penyinaran LED

5. Setelah polimerisasi sampel resin komposit, kemudian dilakukan uji

gores sonde tanpa ada tekanan sonde pada permukaan resin komposit

yang jauh dari sumber penyinaran (permukaan komposit bagian bawah

cetakan)

Gambar 5. Uji gores sonde tanpa ada tekanan

6. Bandingkan jumlah dan kedalaman goresan permukaan bawah sampel

resin komposit ketebalan 2 mm dan 4 mm dengan mengisi tabel hasil

pengamata
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 HASIL

No Kelompok Keberadaan goresan Kejelasan goresan Kedalaman goresan

. Ada Tidak Jelas Tidak jelas >1mm 1mm<

1. Ketebalan 2 mm √ √ √
2. Ketebalan 4 mm √ √ √

BAB IV
PEMBAHASAN

Bahan restorasi atau tumpatan gigi yang sering digunakan serta mampu

untuk mengembalikan fungsi gigi dan mengunyah maupun estetik adalah resin

komposit. Resin komposit dikembangkan dari resin sintetik karena sifatnya yang

tidak mudah larut, estetis, tidak mahal dan relatif mudah untuk dimanipulasi

(Budimulia, 2018). Suatu material komposit adalah produk yang terdiri dari paling

sedikit dua fasa tertentu yang umumnya dibentuk oleh pencampuran bersama dari

komponen yang memiliki struktur-struktur dan sifat yang berbeda. Tujuan dari

pencampuran ini adalah untuk mendapatkan suatu material yang memiliki sifat

yang tidak dapat diperoleh dari masing-masing komponen tersebut secara sendiri-

sendiri (McCabe, 2014).

Menurt Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit memiliki

beberapa keunggulan, antara lain, pengerutan pada polimerisasi rendah, daya

penyerapan air rendah, kekuatan terhadap fraktur, ketahanan pada keausan

yang tinggi, warnanya radiopak, serta mudah dimanipulasi.

KomposisiMaterial resin komposit terdiri dari tiga komposisi utama, yaitu ;

a. Matriks OrganikMatriks dari resin komposit adalah polimer, bis-GMA

atau monomer yang serupa. Bis-GMA dihasilkan oleh reaksi

bisphenol-A dan glycidylmethacrylate. Bis-GMA memiliki kekentalan

yang cukup tinggi pada suhu ruangan, oleh karena itu dapat

ditambahkan bahan pengental berupa monomer dimetakrilat atau

TEGDMA (Anusavice, 2004). Bis-GMA memiliki berat molekul yang


lebih tinggi dibandingkan methyl methacrylate, sehinga dapat

membantu mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi. Nilai

pengkerutan pada polimerisasi dari methyl methacrylate adalah sebesar

22vol. % dan bis-GMA adalah sebesar 7,5vol.

b. Bahan PengisiPenambahan bahan pengisi pada resin komposit

ditujukan untuk meningkatkan sifat bahan matriks. Ukuran partikel

bahan pengisi pada resin komposit dapat mempengaruhi kehalusan

permukaan dari restorasi. Partikel besar akan menghasilkan permukaan

yang lebih kasar. gigi. Kekerasan dan ketahanan terhadap abrasi

semakin baik.

c. Bahan PengikatIkatan antara matriks organik dan artikel bahan pengisi

sangat penting untuk kesuksesan restorasi resin komposit. Penambahan

bahan pengikat yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis, fisik,

serta memberikan kestabilan hidrolitik yang lebih baik dengan

mencegah air menembus antara matriks organik dan partikel bahan

pengisi. Salah satu contoh bahan pengikat banyak digunakan adalah ɣ-

metakriloksipropiltrimetoksi silane.

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin

komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin

komposit, antara lain :

a. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh

oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Untuk mencocokan dengan warna gigi,

komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi

yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat

untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.

b. Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam,

hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi

pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin

komposit berbeda.

c. Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu

yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light

cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang

diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.

Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument

yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary

d. Adhesi

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak

disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua

benda tersebut.Resin ko mposit tidak berikatan secara kimia dengan email.

Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik
antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email

menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis

yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara

dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin

dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).

Proses polimerisasi menggunakan penyinaran dan proses penyinaran yang

kurang sempurna, misalnya jarak antara sumber sinar dengan permukaan resin

komposit yang tidak ideal dapat berpengaruh terhadap kekuatan tumpatan ataupun

terjadi kebocoran mikro, seperti yang dapat ditemukan pada tumpatan resin

komposit. Jarak maksimal antara sumber sinar dengan permukaan komposit resin

adalah 4mm dengan ketebalan material 2mm. Jarak sumber sinar yang paling

ideal untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah 1-2mm (Budimulia, 2018).

Bahan yang diaktivasi dengan sinar memiliki sejumlah keuntungan

dibandingkan dengan resin yang diaktifkan secara kimia.kelebihan menggunakan

light cured composites adalah dapat dihindarinya porositas karena material dapat

diinsersi dan dikontur sebelum kuring terinisasi. Setelah kuring terinisiasi, waktu

tambahan sekitar 40 detik dibutuhkan untuk kuring lapisan setebal 2mm, dengan

perbandingan bbrapa menit untuk material aktivasi kimia. Keuntungan lain dari

sistem kuring cahaya adalah mereka tidak sensitif terhadap inhibisi oksigen

seperti sistem kuring kimia (Anusavice, 2003).

Polimerisasi resin komposit sinar sangat dipngaruhi oleh teknik penyinaran

seperti, intensitas sinar, jarak penyinaran, ketebalan bahan, dan lama penyinaran.
Ketebalan dari resin komposit perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi

kekuatan dari resin komposit sebagai restorasi gigi. Idealnya resin komposit

diletakkan sebagai bahan restorasi sekitar 2-2,5mm, dengan demikian sinar dapat

menembus masuk sampai lapisan yang paling bawah. Apabila ketebalan dari resin

komposit melebihi 2,5 mm, maka resin komposit tidak dapat mengeras sempurna

pada saat penyinaran dan didapatkan hasil resin komposit yang lunak bagian

bawahnya. Penyinaran optimum menggunakan panjang gelombang sinar 400-515

nanometer. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin tanpa menyentuh

resin komposit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dispersi cahaya light

curing unit.variasi penyinaran resin komposit berkisar antara 20-60 detik.

Berdasarkan data penelitian, terlihat dengan jelas bahwa kekerasan maksimum

didapatkan pada sampel resin komposit sinar dengan ketebalan 2mm dan lama

waktu penyinaran 60 detik (Taringan, 2011& Susanto, 2005).

Pada penelitian uji penyinaran pada resin komposit tersebut kami

menggunakan resin komposit dengan klasifikasi packable, dimana ukuran

fillernya yang tinggi dan padat berkisaran antara 44-65%. Penelitian kali

ini menggunakandua cetakan kavitas dengan ketebalan 2 mm dan 4 mm.

resin komposit yang tlah di masukan ke dalam kavitas dengan tehnik one

layer atau bulk filk akan melalui berbagaimacam prosedur kerja terlebih

dahulu seperti kondensasi dengan eskavator serta perapian sisi cetakan

dengan plasti filling instrument.

Uji penyinaran resin komposit menggunakan teknik light cured

pada proses polimerisasinya dengan lama waktu penyinaran 20 detik dan


kedalaman sinar yang di tembus 485-750 nm. Hasil yang di dapatkan pada

uji kali ini adalah goresan yang tebal pada cetakan 4 mm dan jelasnya

kedalaman goresan, pada cetakan 2 mm di dapatin goresan namun tidak

sedalam cetakan 4 mm. hal ini menandakan hasil penyinaran dengan

tehnik one layer pada kedalaman kavitas lebih dari 2 mm mengakibatkan

tidak terjadinya polimerisasi secara optimal dan terjadinya pengkerutan

pada saat polimerisasi yang bisa mengakibatkan terjebaknya udara dan

terkontaminasi saliva di dalam rongga mulut berdampak pada kebocoran

mikro, karies sekunder, fraktur.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan teknik

one leyers menggunakan polimerisasi light cured pada kedalam resin

komposit 2 mm dan 4 mm menggunakan resin komposit packable dapat

disimpulkan bahwa polimerisasi yang terjadi tidak maksimal pada

kedalaman 4 mm jika menggunakan teknik one layers karna sinar yang

tidak dapat menembus kedalaman 4mm dengan tekhnik tersebut

mengakibatkan komposit bersifat opac, akibat polimeisasi yang tidak

optimal dapat mengakibatkan kobocoran mikro dan karies sekunder pada

sekitar kavitas.

.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, KJ 2003, Phillips’ Science of Dental Materials, 11th ed, Saunders,

pp. 449, 461-463, 465, 466.

McCabe, John F. 2014. Bahan Kedokteran Gigi. Ed.9. Jakarta:EGC.

Susanto, AA. 2005. Pengaruh Ketebalan Bahan dan Lamanya Waktu Penyinaran

terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit Sinar. Majalah Kedokteran

Gigi (Dent J). Vol. 38 No. 1 P.32.

Budimulia, B. 2018. Kebocoran Mikro Tumpatan Resin Komposit Bulkfill Flowable pada

berbagai Jarak Penyinaran. Departemen Konservasi Gigi: Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Prof. Dr. Moestopo, Indonesia.

Phinney, D.J. and Halstead, J.H., 2003. Delmar's dental assisting: a

comprehensive approach. Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai