Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS KONTROL ORTHODONSIA II

Nama : Mohamad Erlangga


No. RM : 060459
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 10 tahun
Alamat : Jl. Kacapiring III Blok 4 Gebang, Jember

Operator:

Nama : Arina Rosyida


NIM :191611101047
Instruktur : Prof. drg. Dwi Prijatmoko, Ph.D

BAGIAN ORTHODONSIA RUMAH SAKIT


GIGI DAN MULUT FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER
2020
A. RINGKASAN

a. Kontrol

Pasien laki-laki 1 tahun yang lalu saat berusia 9 tahun datang ke klinik Ortodonsia
RSGM UNEJ dengan diagnosa Maloklusi Klas I Angle, Dewey tipe 1 (berdesakan
anterior), Dewey tipe 3 (Gigitan silang anterior pada 11/41, 12/42, dan 22/32) dan
Dewey Tipe 6 (gigitan dalam).

b. Model Studi

a. Pandangan oklusal b. Pandangan labial

c. dilihat dari bidang sagital

1
d. foto panoramik

c. Diagnosa
Pasien laki-laki 1 tahun yang lalu saat berusia 9 tahun datang ke klinik Ortodonsia
RSGM UNEJ dengan diagnosa Maloklusi Klas I Angle, Dewey tipe 1 (berdesakan
anterior), Dewey tipe 3 (Gigitan silang anterior pada 11/41, 12/42, dan 22/32) dan Dewey
Tipe 6 (gigitan dalam).

Penjelasan diagnosa : diagnosa utama dari kasus ini adalah Maloklusi kelas I
Angle. Maloklusi Angle didasarkan dari relasi molar satu permanen rahang atas dan
bawah. Molar satu rahang atas dan bawah sebagai kunci oklusi/fixed anatomical
points. Maloklusi kelas I Angle menyatakan bahwa relasi dari cusp mesiobukal molar
satu rahang atas beroklusi pada bukal groove molar satu rahang bawah. Maloklusi kelas
I Angle disebut juga dengan netroklusi. Penegakkan diagnosa ini didukung oleh
pemeriksaan foto sefalometri yang menunjukkan sudut SNA pasien 840 dan SNB 840,
sehingga didapatkan ANB pasien 00, sehingga termasuk kedalam skeletal kelas I.

Pada kasus ini terdapat berdesakan anterior, sehingga diklasifikasikan ke dalam


Dewey tipe 1, gigi 11/41, 12/42, 22/32 gigitan silang masuk dalam klasifikasi Dewey
tipe 3, serta gigitan dalam masuk dalam klasifikasi dewey tipe 6. Berdesakan
merupakan keadaan minimal tiga gigi permanen yang overlapping/tumpang tindih.
Gigitan silang merupakan kondisi gigi dimana jarak gigit bernilai negatif. Jarak gigit/
overjet merupakan jarak horisontal antara insisal insisiv RA dengan bidang labial
insisiv RB. Jarak gigit normal 2-3 mm. Gigitan dalam merupakan sekelompok gigi
yang tumpang gigitnya bertambah. Tumpang gigit /overbite merupakan jarak vertikal
antara insisal insisiv RA dengan insisal insisiv RB. Tumpang gigit normal yaitu 1-2
mm.

2
d. Diskrepansi
Diskrepansi adalah selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang
dibutuhkan. Tempat yang tersedia (available space) adalah panjang lengkung geligi
yang diukur dari mesial molar pertama permanen kanan sampai mesial molar pertama
permanen kiri untuk erupsi gigi permanen pengganti dalam lengkung yang dan inklinasi
yang benar. Tempat yang dibutuhkan (requirement space) adalah jumlah lebar
mesiodistal gigi permanen pengganti.

Tabel Diskrepansi

Diskrepansi Rahang atas Rahang bawah


Tempat yang tersedia 78,5 mm 67,5 mm

Tempat yang dibutuhkan 80,64 mm 69,82 mm


-2,14 mm (kurang) -2,32 mm (kurang)

Pada kasus ini terdapat kekurangan tempat pada rahang atas sebesar 2,14 mm dan
kekurangan tempat pada rahang bawah 2,32 mm.

e. Tumpang Gigit

12 = 3 mm 11 = 5,5 mm 21= 5 mm, 22 = 3 mm


42 41 31 32

(bertambah) (bertambah) (bertambah) (bertambah)

f. Jarak Gigit

12 = -1 mm 11 = -3 mm 21= 0,5 mm, 22 = -3 mm


42 41 31 32

(berkurang) (berkurang) (berkurang) (berkurang)

3
g. Etiologi Maloklusi

Faktor umum : Keturunan dari ibu pasien yang memiliki gigi berdesakan
Faktor lokal : Letak salah benih 11,12, 24, 32, dan 42 , mesiodens pada gigi 11,
dan persistensi pada gigi 62.
h. Macam Perawatan

Macam perawatan adalah Non Ekstraksi, pada rahang atas dilakukan ekspansi
sagital dan pada rahang bawah dilakukan enamel stripping.
i. Rencana Perawatan:
1. DHE
2. Ekstraksi mesiodens, 53, 63, SA 65, 73, 83, dan SA 85
3. Koreksi berdesakan anterior
4. Koreksi gigitan silang anterior pada 11/41, 12/42, dan 22/32
5. Koreksi gigitan dalam
6. Fase evaluasi (RA : ekspansi sagital pada saat gigi 13 dan 23 akan erupsi. RB :
enamel stripping)
7. Fase retensi

j. Alat yang digunakan : alat ortho lepasan rahang atas dan rahang bawah.

k. Prognosis : baik
 Etiologi faktor dental
 Pasien dalam fase pertumbuhan
 Pasien kooperatif
 Keluarga pasien kooperatif

B. PERAWATAN YANG TELAH DILAKUKAN

1. DHE
2. Ekstraksi mesiodens, 53, 63, SA 65, 73, 83, dan SA 85
3. Koreksi berdesakan anterior
-RA : kantilever tunggal menggerakkan 12 dan 22 ke distal

4
-RB : kantilever tunggal menggerakkan 32 dan 42 ke distal

C. PROGRESS YANG TELAH DIDAPAT

1. Rahang atas : berdesakan anterior sudah terkoreksi dan terjadi diastema di


anterior sebelah kiri.
2. Rahang bawah : berdesakan masih ada

Pandangan labial

5
Dilihat dari bidang sagital

Pandangan oklusal

6
D. PERAWATAN YANG AKAN DILAKUKAN SELANJUTNYA

1. Rahang atas : Koreksi gigitan silang anterior pada gigi 11/41, 12/42, dan 22/32.
2. Rahang bawah : Melanjutkan koreksi berdesakan.

Anda mungkin juga menyukai