Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rizki Anugrah Ramadani

Kelas : 1NB

Jurnal manajemen
Pengawasan secara keseluruhan merupakan aktivitas membandingkan antara hasil yang
telah ditetapkan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan. Fungsi pengawasan ini diperlukan dalam rangka menjamin terlaksananya berbagai
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, sesuai dengan apa yang direncanakan.

Menurut Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia pengawasan adalah berupa penilikan dan
penjagaan. (1976, hlm. 67)
Arti pengawasan menurut beberapa ahli:
a. Menurut Fahmi dalam Erlis Milta dkk (2015, p.653) pengawasan dapat didefinisikan
sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kerja yang efektif dan efisien serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.
b. Menurut Moekizat dalam Satriadi (2015, p.289) pengawasan adalah hal yang dilakukan,
artinya hasil pekerjaan, menilai hasil pekerjaan tersebut, dan apabila perlu mengadakan
tindakan-tindakan perbaikan sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana.
c. Menurut LAN (Amstrong) dalam Satriadi (2016, p.289) Pengawasan adalah suatu proses
kegiatan seseorang pimpinan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi
sesuai dengan recana, kebijaksanaan, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Menurut Sondang Siagian Atmodiwiryo dalam Satriadi (2016, p.290) Pengawasan adalah
proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan agar semua pekerjaan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan
e. Menurut The Liang Gie (Atmodiwiryo) dalam Satriadi (2016, p.290) Pengawasan adalah
pemeriksaan, mencocokkan dan mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta hasil yang dikehendaki.
f. Dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian Pengawasan. Pengawasan adalah proses
kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana
seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian
tujuan.

4. Jenis-Jenis Pengawasan
Pengawasan dapat dibagi dalam beberapa jenis:
a. Berdasarkan subjek dan lingkungan pengawasan yang meliputi:
1. Pengawasan Ekstern
2. Pengawasan Intern

1
b. Berdasarkan tempat pengawasan:
1. Pengawasan dari jauh (Sur Piece)
2. Pengawasan dari dekat (Sun Piece)
c. Berdasarkan waktu:
1. Pengawasan Preventif
2. Pengawasan Refrensif

5. Metode Pengawasan
Ada beberapa metode dalam pelaksanaan pengawasan. Dalam garis besarnya ada yang disebut
metode kuantitatif dan ada yang disebut metode non kuantitatif.
a. Metode Kuantitatif
1. Anggaran
2. Audit
3. Analisis break event point
4. Analasis Ratio
5. Bagan Teknik yang berhubungan dengan waktu
b. Metode Non Kuantitatif
1. Pengamatan (control by observation)
2. Inspeksi Teratur dan langsung (control by regulator and spot inspection)
3. Laporan Lisan dan Tertulis
4. Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan
5. Diskusi Antara Manajer dan Karyawan

6. Langkah-Langkah Proses Pengawasan


Ada beberapa langkah-langkah proses pengawasan, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tahap 1: Penetapan Standar
b. Tahap 2: Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
c. Tahap 3: Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis data
d. Tahap 4: Tindakan Perbaikan dari Penyimpangan-
Penyimpangan

7. Alat Bantu Pengawasan


Diantara alat bantu yang biasa digunakan dalam pengawasan adalah:
a. Management By Exception (MBE)
b. Management Information System

2
8. Karaktersitik Pengawasan
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih diperinci sebagai berikut:
a. Akurat
b. Tepat Waktu
c. Obyektif dan Menyeluruh
d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik
e. Realistis secara ekonomis
f. Realistis secara organisi
Fleksibel

ARTI PENGENDALIAN
Menurut Stephen P. Robins yang dimaksud dengan Pengendalian (controlling) adalah
suatu proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing), mengoreksi (correcting)
suatu kinerja. Kinerja karyawan adalah seberapa baik seorang karyawan didalam memberikan
kontribusi kepada organisasinya, antara lain dilihat dari: Kuantitas output, Kualitas output,
Jangka waktu penyelesaian suatu pekerjaan, Kehadiran di tempat kerja, dan Sikap kooperatif
ditempat kerja. Artinya, Penilaian Kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan
mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut dengan karyawan. Sehingga dalam suatu perusahaan
para manajer akan menerapkan suatu system penilaian manajemen kinerja yang diartikan sebagai
suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi,
meningkatkan dan memberikan penghargaan terhadap kinerja karyawan (Robert L Mathis, John
Jackson, Garry Dessler dan Randall S., Schuler)

JENIS-JENIS PENGENDALIAN
Menurut Stephen P. Robins yang dimaksud dengan Pengendalian (controlling) adalah
suatu proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing), mengoreksi (correcting)
suatu kinerja.

3
PENGAWASAN (MONITORING)
Pengawasan dapat ditujukan kebidang internal, maupun eksternal perusahaan,
pengawasan internal biasanya difokuskan pada hal-hal berikut:
a. INPUT: Jumlah dan kualitas bahan-bahan, para anggota staf, peralatan, fasilitas, dan
informasi yang dicapai oleh organisasi yang bersangkutan.
b. AKTIVITAS: scheduling dan pelaksanaan aktivitas, operasi-opersai transformasi serta
distribusi yang terjadi didalam organisasi tersebut.
c. OUTPUT: Ciri-ciri yang diinginkan, dan output yang tidak diinginkan (polusi, bahan
buangan, sampah) organisasi yang bersangkutan.
Dipandang dari sudut manejerial, pengawasan intern lebih lazim dibagi sebagai berikut:
a. Kualitas: pengawasan kualitas bahan-bahan yang masuk, operasi-operasi pemrosesan
internal dan output.
b. Biaya: Pengawasan biaya dan sumber-sumber daya financial organisasi yang bersangkutan.
c. Bahan-bahan: Mengawasi pembelian bahan-bahan.
d. Staf: Mengawasi rekruting tenaga staf melalui personil yang ada dan prestasi yang mereka
capai.
e. Persediaan: Mengawasi bahan-bahan mentah, bahan-bahan yang sedang dikerjakan dan
bahan-bahan yang telah selesai.
f. Tingkat-tingkat dan Skedul-skedul: Fungsi koordinasi.
g. Reliabilitas: Mengupayakan bahwa system total berfungsi baik.
h. Sistem informasi: kebutuhan, jumlah dan kualitas informasi untuk tujuan pelaporan dan
pengambilan keputusan.
Pengawasan eksternal biasanya ditujukan kepada permintaan lingkungan akan output dan
persaingan (sebuah fungsi pemasaran), sumber-sumber suplai input (sebuah fungsi pembelian
dan fungsi personalia), tersedianya modal (fungsi financial), teknologi baru (fungsi teknis dan
fungsi riset) dan pengembangan, hukum-hukum dan peraturan baru (fungsi yuridis) dan
pertimbangan lainnya. Agar suatu organisasi dapat mencapai tujuannya, maka upaya individu
dan system yang merupakan bagian daripadanya perlu dikoordinasi. Proses pengkoordinasian
upaya yang kita namakan “manajemen” memerlukan tindakan pengawasan: yakni, memastikan
bahwa hasil actual sesuai dengan rencana. Anthony dan Resee menyatakannya secara lebih

4
sederhana sbb: pengawasan menejerial akan menjadi lebih efektiv apabila orang-orang dapat
menetrapkan standar untuk variable-variabel yang akan diawasi dan apabila tersedia “informasi”
guna mengukur standar-standar yang ditetapkan apabila para manajer dapat menjalankan
tindakan korektif, andaikata variable-variabel yang ada menyimpang dari keadaan standar yang
diinginkan. Praktek manajemen kontemporer memanfaatkan sejumlah prosedur pengawasan dan
penerapan praktikal demikianperlu mendapatkan perhatian kita. Standar-standar dicapai dari
sasaran-sasaran dan mereka memiliki banyak diantara cirri-ciri yang ada pada sasaran-sasaran.
Standar-standar merupakan target-target. Agar standar-standar menjadi efektif, maka mereka
harus dinyatakan dengan jelas dan logis. Mereka harus dikaitkan dengan sasaran-sasaran unit
yang bersangkutan. Standar-standar merupakan criteria dengan apa orang membandingkan
tindakan masa depan, sekarang, atau yang dilakukan pada masa lampau mereka diukur dengan
macam-macam cara, dan termasuk didalamnya patokan-patokan, yaitu; Fiscal, Moneter,
Kuntitatif, dan Kualitatif.
Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe atas dasar focus aktivitas
pengawasan, yaitu: Pertama, Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control), Prosedur-
prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar
kemungkinan bahwa hasil-hasil actual akan berdekatan hasil dibandingkan dengan hasil-hasil
yang direncanakan. Dipandang dari sudut perspektif demikian, maka kebijaksanaan-
kebijaksanaan demikian merupakan alat-alat penting untuk mengimplementasikan pengawasan
pendahuluan karena kebijaksanaan merupakan pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi
walau demikian penting untuk membedakan tindakan: menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan
dan tindakan mengimplementasikannya. Merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan termasuk
dalam fungsi perencanaan, sedangkan tindakan mengimplementasikan kebijaksanaan merupakan
bagian dari fungsi pengawasan. Kedua, Pengawasan Pada Waktu Pekerjaan Sedang
Berlangsung, Terdiri dari tindakan para supervisor, yang mengarahkan pekerjaan bawahan
mereka. “Direction” berhubunga dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka
berupaya untuk: Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode
serta prosedur-prosedur yang tepat dan Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Direction mengikuti rantai komando formal karena
tanggung jawab masing-masing superior adalah menafsirkan perintah-perintah yang diberikan
oleh eselon-eselon lebih tinggi untuk para bawahan mereka. Pekerjaan riset jauh lebih kompleks

5
dan bervariasi dibandingkan dengan pekerjaan manual. “Directing” merupakan sebuah
fungsi primer supervisor garis depan. Tetapi sperti halnya berlaku bagi fungsi-fungsi
manajenmen universal, setiap manajer pada sesuatu organisasi pada saat tertentu terlibat dalam
hal mengarahkan para karyawan. Memberikan pengarahan kepada karyawan dibantu oleh tujuan
yang telah dirumuskan dankebijaksanaan organisasi yang bersangkutan yang berefleksi pada
fungsi perencanaan. Contoh: seorang pejabat eksekutif puncak akan lebih banyak mencurahkan
waktunya kepada aktivitas perencanan dan fungsi pengorganisasian. Proses memberikan
pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan, tetapi ia
meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan pengarahan. Ketiga, Pengawasan Feedback,
Sifat khas dari metode-metode pengawasan feedback (umpan balik) adalah bahwa dipustkan
perhatian pada hasil-hasil historical sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa
mendatang. Contoh: neraca sebuah perusahaan dimanfaatkan untuk mengevaluasi akseptibilitas
hasil-hasil historical dan kemudian ditetapkan apaakah akan diadakan perubahan-perubahan
pada pencapaian sumber-sumber daya masa mendatang atau aktivitas-aktivitas operasional.

MEMBANDINGKAN (COMPARING)
Kegiatan membandingkan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode prea-
action controls dan steering control. Prea-Action Controls, Adalah metode pengendalian
yang memastikan bahwa manusia, material yang dipakai serta sumber keuangan perusahaan telah
di anggarkan dengan baik. Sedangkan Steering Controls, Metode pengendalian yang disusun
untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi dari berbagai tujuan. Steering control akan efektif
apabila manajer dapat memperoleh informasi yang tepat dan akurat mengenai perubahan-
perubahan dalam lingkungan perusahaan.

Total Quality Control


Total quality control merupakan suatu system manajemen partisipatif yang
mengutamakan hasil proses yang efisien dan hasil yang berkualitas. Setelah berahirnya perang
dunia kedua, keadaan ekonomi Jepang sangat memprihatinkan, dimana barang-barang produksi
Jepang memiliki kualitas rendah dengan biaya produksi yang tinggi serta harga jual yang mahal.
Hal tersebut menimbulkan image buruk terhadap produk keluaran Jepang. Atas dasar itulah
maka Negara jepang bertekad untuk mengubah citra buruk produknya dengan membentuk “The

6
Overseas Technical Research Committee, di Tahun 1949 yang dilakukan oleh Japan Union of
Scientists and Engineers (JUSE). Sebenarnya tehnik TQC, merupakan pengembangan dari
Statistical Quality Control yang dikembangkan oleh Amerika di Tahun 1920 dan diadopsi oleh
Jepang dengan nama Total Quality Control. Menurut Armand V. Feigenboum, yang dimaksud
dengan total quality control adalah suatu system untuk mengintegrasikan kegiatan
pengembangan, perawatan, dan peningkatan kualitas dari kelompok-kelompok dalam organisasi,
sehingga tercapai kepuasan konsumen yang maksimal dengan tersedianya barang dan jasa pada
tingkat yang paling ekonomis, yang dibantu dengan konsep pengendalian kualitas dan metoda
statistic dari setiap orang yang terlibat pada semua tingkatan dalam suatu organisasi.
Sedangkan menurut I Miyauchy (general manajer Mitsubishi), total quality control
adalah berbagai kegiatan didalam penelitian, pengembangan, produksi, penjualan dan pelayanan
purna jual dengan cara yang rasional untuk mencapai kepuasan pelanggan dengan cara yang
paling ekonomis. Didalam melakukan total quality control Prof. Deming dari amerika
memperkenalkan tehnik “self control” atau yang dikenal dengan istilah “lingkaran deming”,
yang terdiri dari empat kegiatan pengendalian, yaitu “Plan-Do-Check-Action”, dimana maksud
dari penggunaan lingkaran ini adalah merupakan dasar pengendalian dari segala kegiatan atau
operasional perusahaan yang dilakukan secara terus-menerus (kontinyu) dan melibatkan semua
pihak dalam organisasi.
Plan, berarti didalam segala macam kegiatan diperlukan perencanaan yang baik, dimana
dengan adanya perencanaan ini tindakan selanjutnya akan lebih terarah dan pasti. Do, artinya,
setelah rencana dibuat dilakukanlah tindakan sebagai pedoman dari pelaksanaan operasional
perusahaan. Check, berarti melakukan pemeriksanaan atau melihat apakah rencana dan tindakan
sudah sesuai, dan bila terjadi penyimpangan, maka sejauh mana penyimpangan tersebut terjadi.
Action, adalah suatu kegiatan dimana setelah diketahui hasil dari perencanaan dan tindakan
melalui pemeriksaan, maka dapat dievaluasi apakah perlu tindakan perbaikan atau
penyempurnaan. Atas dasar Action inilah dibuat perencanaan baru untuk tindakan selanjutnya.
Sebagai contoh kasus: Plan: seorang pegawai baru dalam suatu perusahaan berencana
berangkat kerja pukul 07.00, agar dapat sampai di kantor pukul 08.00. Do: tepat jam 07.00
pegawai tersebut mulai berangkat dengan menggunakan sepeda motor, akan tetapi karena pada
saat tersebut jalanan padat dan banyak perhentian lampu merah maka pegawai tersebut sampai di
kantor pada pukul 08.15. Check: setelah diteliti ternyata terlambat 15 menit dari waktu yang

7
direncanakan. Action: berdasarkan keterlambatan tersebut maka karyawan tersebut perlu
merubah rencana keberangkatannya untuk esok hari, dengan menetapkan pukul 06.30 sebagai
batas waktu yang aman untuk sampai ke kantor tepat pada 08.00. sehingga bila kita gambarkan
maka self control dalam total quality control Prof. Deming, adalah sebagai berikut:

MENGOREKSI (CORRECTING)
Kegiatan mengoreksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu: Screening
Control dan post action control. Screening control Yaitu metode pengendalian untuk
menyaring prosedur-prosedur yang harus diikuti atau kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu
operasi berlanjut, misalnya di dunia perbankan, permohonan pinjaman dari nasabah dalam
jumlah besar harus terlebih dahulu disetujui oleh seorang kasir senior atau pejabat bank lainnya.
Sedangkan Post Action Control, Post action control adalah metode pengendalian yang
dilakukan dalam rangka mengukur dan mengevaluasi dari suatu aktivitas yang sedang dilakukan
maupun yang telah diselesaikan oleh karyawan, dimana setiap kesalahan akan dijadikan masukan
bagi kegiatan dimasa yang akan datang.

Gabungan Jurnal Manajemen

M Rizka Maulana Effendi S.E,M.Si. (n.d.). Penhantar manajemen. Palembang : Pdf.

Hendra S,E. M. Si. (n.d.). Penghantar Manajemen. Palembang: Pdf.

Khoirul Anam, S.e.,MOS. (n.d.). Penghantar Manajemen . Palembang : Pdf.

Anda mungkin juga menyukai