Anda di halaman 1dari 7

3.1.

Cara Kerja
3.4.1. Pembuatan Sediaan Emulsi
● Penimbangan Bahan

Bahan sesuai formula


Timbangan

Disiapkan alat dan bahan


Ditimbang bahan sesuai dengan formula masing-masing

Hasil

● Kalibrasi Botol 60 mL

Akuades
Gelas Ukur

Akuades diukur sebanyak 60 mL


Dimasukkan ke dalam botol 60 mL yang akan digunakan sebagai
wadah sediaan suspensi
Diberi tanda sesuai batas akuades

Hasil
● Pembuatan Emulsi

3.4.2.

CMC-Na
Mortir

Disiapkan alat dan bahan


Oleum iecoris aseli pada cawan porselen dimasukkan ke dalam mortir
Tween 80 dan Span 80 pada kaca arloji dimasukkan ke dalam mortir
menggunakan bantuan sendok tanduk
Campuran kemudian diaduk hingga homogen memakai stamper
Akuades dimasukkan sedikit demi sedikit melewati dinding mortir
menggunakan bantuan pipet tetes hingga terbentuk korpus emulsi
Diaduk hingga homogen
Ditambahkan akuades hingga 60mL dan diaduk hingga homogen
Dimasukkan ke dalam botol plastik 60mL yang sudah dikalibrasi

Hasil

Evaluasi Sediaan Emulsi


a.Uji Organoleptis

Emulsi
Botol 60 mL
Dilakukan uji organoleptis dengan menggunakan panca indra

Diamati bentuk, bau, warna, dan rasa dari sediaan emulsi

Dicatat hasil uji organoleptis

Hasil
b. Uji pH

Sediaan Emulsi

Gelas Beaker

- Dituangkan sediaan emulsi yang


telah dikocok sebelumnya ke dalam
gelas beaker

- Dimasukkan kertas pH universal ke


dalam gelas beaker berisi sediaan
emulsi

- Diamati perubahan warna yang


terjadi pada kertas pH dan
dibandingkan dengan warna yang
berada di tempat pH

Hasil

c.Uji Viskositas

Sediaan Emulsi

Gelas Beaker

- Dinyalakan saklar mesin hingga monitor


menyala

- Dilepas penutup untuk spindle

- Dipasang spindle dengan menahan bagian


atas, perlahan putar spindle searah jarum jam
- Ditekan next pada monitor

- Disesuaikan ukuran spindle dengan spindle


name pada kertas list code, diisi dengan
spindle marking 61 dengan spindle name
LV01

- Diatur speed yang digunakan yaitu 100


rpm

- Disiapkan emulsi sebanyak 100 ml

- Dimasukkan kedalam gelas ukur

- Diputar knob untuk menaik-turunkan


spindle, pastikan spindle tenggelam hingga
batas ukur yang tertera

- Diklik select lalu motor on

- Diatur waktu pembacaan selama 1 menit

- Dicatat torsi (%) dan viskositas (cP) yang


terbaca.

Hasil

d. Uji Stabilitas

Emulsi
Botol 60 mL

Dikocok terlebih dahulu


Diambil 10 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dipanaskan di atas bunsen hingga suhu naik

Hasil
Tipe emulsi yang dihasilkan
Pada percobaan ini dipakai emulsi tipe o/w (oil in water). Hal ini
dikarenakan oleum iecoris aselli berperan sebagai fase terdispersi yang
merupakan minyak dan medium pendispersinya adalah air yang ditambahkan
di akhir pembuatan emulsi. Menurut Winarno (1997), emulsi tipe o/w (oil in
water) merupakan emulsi dimana fase minyak terdispersi sebagai tetesan
dalam keseluruhan fase luar air.

Uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan agar mengetahui kestabilan suatu sediaan
emulsi dengan mengamati ada atau tidak pemisahan dari fase pendispersi dan
terdispersinya. Uji ini dilakukan dengan menaikkan suhu lewat pemanasan
yang termasuk dalam uji stabilitas emulsi dipercepat. Menurut Lachman et
all, (2008), pengujian dipercepat dengan memberikan kondisi tekanan pada
produk untuk mengevaluasi kestabilan emulsi yang meliputi sentrifugasi dan
manipulasi suhu. Hal ini dilakukan untuk melihat stabilitas emulsi setelah
penyimpanan produk selama waktu simpannya (Shelf-life) pada kondisi
lingkungan.
Langkah yang dilakukan pada uji stabilitas yang pertama yaitu
dikocok emulsi terlebih dahulu kemudian diambil emulsi sebanyak 10 ml dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu dipanaskan diatas bunsen hingga
suhu naik. Menurut Pramono (2018), pemanasan hanya dilakukan dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara 50-65 o C agar tidak
bnnnnnnnnmerusak zat aktif serta emulgator pada emulsi. Pemanasannya
harus stabil agar emulsi tidak memisah. Lalu diamati perubahan yang terjadi.
Menurut Lachman et al (1994), perubahannya diamati pemisahan fase
terdispersinya karena penggumpalan.
Hasil dari percobaan uji stabilitas pada formula I, II, III, IV, dan V
yaitu emulsi yang memisah. Hal ini menunjukkan setiap formula merupakan
emulsi yang tidak stabil karena emulsi yang dikatakan stabil apabila emulsi
tersebut tidak memisah. Menurut Jufri et all. (2006), semakin meningkat
temperature, surfaktan non ionik akan semakin bersifat lipofilik. Hal ini
disebabkan karena gugus polioksietelin yang berfungsi sebagai gugus polar
atau kepala akan mengalami dehidrasi dengan meningkatnya suhu yang
mengakibatkan meningkatnya tegangan antarmuka antara minyak dan air
sehingga tampilan dari mikroemulsi menjadi tidak stabil lagi. Hal yang dapat
dilakukan jika hasil pada pembuatan dan evaluasi emulsi tidak sesuai dengan
kriteria sediaan emulsi oral adalah dengan melakukan formulasi ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Jufri, M., Anwar, E., Utami, P.M. 2006. Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi
Menggunakan Hidrolisat Pati (De 35–40) Sebagai Stabilizer. Pharmaceutical
Sciences and Research, vol. 3, no. 1

Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K. 2008. Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

Anda mungkin juga menyukai