Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI 2

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Mata Kuliah Landasan Ilmu Pendidikan

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Syahrul R., M.Pd.

LARASATI

NIM. 20174043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. ANTROPLOGI PENDIDIKAN
Negara Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam kategori negara
berkembang. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang tentu diperlukan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk dapat mengolah
sumber daya alam yang dimiliki, negara Indonesia terlebih dahulu harus memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tentu
sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan pokok bagi setiap individu.
Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan serta
merubah perilaku manusia untuk menjadi lebih baik. Pendidikan dapat dibedakan
menjadi 3 jalur yaitu pendidikan formal, non formal, maupun informal. Pendidikan
formal adalah jalur peniddikan yang terstruktur, memiliki organisasi yang jelas, dan
memiliki syarat-syarat tertentu serta berjenjang. Sedangkan pendidikan nonformal
yaitu jalur pendidikan yang memiliki kesamaan dengan pendidikan formal dimana
terdapat struktur dan organisasi yang jelas sehingga tersistem dengan jelas namun
berada di luar pendidikan formal. Kemudian pendidikan informal yaitu jalur
pendidikan yang tidak memiliki struktur dan organisasi secara tertulis karena berada
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat pada umumnya (Satria, R. 2020).
Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan melalui
enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarga. Dalam masyarakat yang
sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Kebudayaan
tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Secara faktual, dan sebagaimana tersurat
dalam definisi yang dikemukakan Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik
diri manusia sehingga menjadi karakteristiknya yang esensial dibanding dengan
hewan hanyalah melalui belajar (Widyaningsih, 2011).
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistermatis mengenai praktik pendidikan dalam prespektif
budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda
budaya yang 2 menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada
kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga
sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas
para pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktik pendidikan sebagai satu
keseluruhan (Mardia., & Rahmat, A., 2018)

B. Makna Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup manusia.
Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji evolusi
fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda dan
antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada
maupun kebudayaan yang sudah punah. Antropologi budaya mencakup antropologi
bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan-
kebudayan yang sudah punah, ekologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada
atau kebudayaan yang hidup yang masih dapat diamati secara langsung. Jadi
antropolgi adalah kajian yang mendalam tentang kebudayaan-kebudayaan tertentu
(Septiarti, S.W., 2017).
Awalnya antropologi dikenal sebagai konsep kebudayaan yang merupakan
satu totalitas (Ruth). Sementara itu, Boas mempertimbangkan aspek-aspek tertentu
dari kebudayaan yang berbeda, yaitu kebudayaan berfungsi sebagai satu keseluruhan
dalam pola-pola tertentu. Ada banyak pertentangan lain tentang antropologi, namun
semenjak itu inovasi utama yang terjadi adalah kajian tentang kebudayaan dan
kepribadian yaitu tentang proses bagaimana sebuah kebudayaan diinternalisasikan dan
dirubah oleh individu. Jadi antropologi mengkaji aspek-aspek tertentu dari
kebudayaan. Jika sarana sosial lain membicarakan rentangan tertentu, maka sarjana
antropologi mengkaji keseluruhan sejarah umat manusia sebagai bidang kajiannya.
Dengan mempelajari antropologi, kita bisa menyadari keragaman budaya umat
manusia dan pengaruh dalam pendidikan (Septiarti, S.W., 2017).

C. Makna Kebudayaan
Kebudayaan berarti semua cara hidup yang telah diperkembangkan oleh
anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan kebudayaan tertentu dimaksudkan
totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu masyarakat tertentu yang terdiri dari cara
berpikir, cara bertindak, dan cara merasa yang dimanifestasikan seperti agama,
hukum, bahasa, seni dan kebiasaan-kebiasaan. Kebudayaan yang paling sederhana
mencakup cara tidur, cara makan atau pun cara berpakaian. Untuk membedakan
antara kebudayaan dan masyarakat adalah bahwa masyarakat adalah suatu penduduk
local yang bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan kebudayaan adalah cara hidup dari masyarakat tersebut, atau hal-
hal yang mereka pikirkan, rasakan, dan kerjakan (Mardia., & Rahmat, A., 2018).
Makna kebudayaan, secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life)
yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa
memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama
(pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-
artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted)
secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti
dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam
suatu masyarakat.

D. Antropologi dan Pendidikan


Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik
dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat
kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat
besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak
diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat
kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam
mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam
hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-
sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat
konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang
dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-
kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis
jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi
bermanfaat bagi pendidikan. Dimana para pendidik harus melakkan secara hati-hati.
Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat
bersifat unik, sukar untuk dibandingkan sehingga harus ada perbandingan baru yang
bersifat tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan
memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif
budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda
budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada
kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga
sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas
para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu
keseluruhan.
Antropologi pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu
pada pertengahan abab ke-20. Sejak saat itu, antropologi pendidikan berupaya
menemukan pola budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat
merubah perubahan social. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para
ahli mengambil kebijakan pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial budaya
mendapat perhatian. Konferensi pendidikan antropologi yang berorientasi pada
perubahan sosial di Negara-negara baru khususnya melalui pendidikan persekolahan
mulai digelar. Hasil-hasil  kajian pendidikan di persekolahan melalui antropologi
diterbitkan pada tahun 1954 dibawah redaksi G.D. Spindler (1963).
Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori.
Pertama, pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber dari antropologi
budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua, pendekatan teori
pendidikan yang bersumber dari filsafat.
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan social
budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:
1. Orientasi teoritik yang focus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis.
Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis.
Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi
dan tekno-ekonomi yang menjadi andalanya
3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana
sumber teori dating dari rumpun teori structural.
4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas
gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multicultural termasuk
didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
Laksono, P. M. (2013). Kontekstualisasi (Pendidikan) Antropologi Indonesia. Jurnal
Komunitas, 5 (1) hlm 101-111
Mardia., & Rahmat, A. (2018). Sosio Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Zahir Publishing.
Rohmad, Z. (2018). Problematika Pendidik Sosiologi Antropologi Di Masyarakat
Multikultural. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi Dan Antropologi, 2(1), hlm
151–172.
Satria, R. (2020). Landasan Antropologi Pendidikan dan Implementasinya Dalam
Pembangunan Indonesia. Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE)
2(1).
Septiarti, S.W. (2017). Sosiologi dan Antropologi Pendidikan. UNY Press: Yogyakarta.
Widyaningsih. (2011). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Antropologi
Masyarakat Indonesia Melalui Pendekatan Pembelajaran Kreatif Kritis. Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai