Anda di halaman 1dari 16

JURNALISME PUBLIK & JURNALISME WARGA SERTA

PERANNYA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI WARGA


DALAM PROSES DEMOKRASI
Dodot Sapto Adi
dodotrebelian@gmail.com
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Merdeka Malang

Abstrak
Sebagai lembaga sosial dan penyanggah demokrasi keempat, media berfungsi untuk mengontrol
perilaku kekuasaan politik penguasa dan kuasa ekonomi pengusaha. Namun sebagai lembaga ekonomi,
media juga dikelola untuk melayani kepentingan ekonomi politiknya sendiri. Media tidak dikelola
dalam ruang hampa; media dijalankan dengan dorongan dan motivasi untuk melayani kepentingan
ekonomi dan politiknya sendiri agar tetap bertahan hidup. Isi media dan realitas media, makanya bukan
merupakan pantulan jujur dari realitas sosial tapi adalah konstruksi dan bentukan dari para pekerja
media. Konten pemberitaan media, makanya, seakan terpisah jauh dari kepentingan masyarakat.
Kepentingan publik belum menjadi arus utama dalam rutinitas kerja redaksi. Kinerja pers seperti ini
telah menimbulkan sinisme masyarakat terhadap kehidupan publik. Jurnalisme publik/civic, makanya
menjadi keniscayaan sejarah bagi pekerja pers untuk mengembalikan fungsi pers sebagai pilar
demokrasi keempat. Lewat model jurnalisme ini diharapkan sikap apatis masyarakat dapat diganti
dengan partisipasi penuh mereka dalam kehidupan warga. Ditambah dengan jurnalisme warga,
partisipasi warga dalam mempengaruhi kebijikan publik akan semakin marak. Artikel konseptual ini
berupaya untuk menjelaskan esensi jurnalisme publik beserta latar belakang yang mendorong
kelahirannya. Model jurnalisme ini semakin bertampah daya dorongnya dengan munculnya jurnalisme
warga. Tulisan ini menyimpulkan bahwa kedua model jurnalisme penting untuk memelihara proses
demokratisasi nasional.
Kata Kunci : Jurnalisme Publik, Jurnalisme Civic, Jurnalisme warga, pillar keempat demokrasi

Abstract
National press ideally should become a fourth pillar of democracy by means of controlling state actors
and private sector effectively. This ideal practically never materializes since press it is an economic
entity operating to serve its economic and political interests. As such, it never works in vacuum. It
conducts its journalistic work to meet its vested-interest in order to survive. This was done unfortunately
at the expenses of sacrificing its duties to serve public interest as its top priority. It is not surprising to
see that issues covered are detached from the interest of the public. What being reported and
disseminated in the press are consistent with the people’s advantage. This calls for public or civic
journalism to reconnect the society with both government and news media. By doing so, press would
able to accelerate people’ participation and involve them at decision proses making which affect their
life. Citizen journalism which come into being as the result of information and communication
technology advancement have people’s involvement at public life even stronger. This article tries to
explicate the essence of public or civic journalism along with its brief historical account. Combined
with citizen journalism, public journalism could pave the way for people’s political participation within
public life.
Key Word; Public Journalism, Civic Journalism, Citizen Journalism, Press, Fourth Pillar of
Democracy
Pendahuluan lahirnya konsep jurnalisme publik. Keadaan
seperti ini pula yang mendesak segera
Wartawan sering terjebak dalam pada dilaksanakannya konsep jurnalisme publik.
bad news is good news syndrome. Berita Singkat kata, berita yang dibuat wartawan
cenderung bersifat dari atas ke bawah (top- menjadi sangat elitis dengan menggunakan nara
down) dengan mengutip berbagai berbagai sumber elit pula dan sebagai akibatnya
pernyataan pejabat pemerintah atau swasta. menggunakan perspektif elit yang sangat
Jadi, agenda setting media lebih bersifat elitis berbeda jauh dengan aspirasi dan kepentingan
alias dibuat oleh segelintir orang kuat. Tidak publik yang menjadi khalayak media. Nah, nilai
ada ruang yang cukup bagi warga masyarakat penting jurnalisme publik ini kian mendapatkan
untuk menjadi nara sumber dan mengemukakan momentum dengan hadirnya jurnalism warga
agenda mereka sendiri. Mereka tidak diberi akibat perkembangan teknologi komunikasi
kesempatan untuk menyampaikan solusi dan informasi. Menurut Minha Kim (2012 : 57)
mereka sendiri, tetapi mereka selalu ‘disuapi’ nilai penting jurnalisme publik semakin berlipat
dan dicekoki’ jalan keluar oleh pihak lain yang ganda dengan pemanfaatan teknologi
mungkin saja belum sesuai dengan kondisi komunikasi informasi yang kian interaktif.
mereka. Wartawan seperti terpisah dari realitas
warga masyarakat yang dikonstruksi dalam Memasuki abad ke-21, pertumbuhan
media. Tidak heran, kalau agenda media selalu teknologi informasi dan komunikasi
berbeda dengan agenda publik. Apa yang berkembang pesat. Internet menjadi lokomotif
diinginkan warga masyarakat tidak mampu dari transformasi peradaban masa kini.
diakomodir oleh pengelola media. Sebaliknya, Jurnalistik pun mendapatkan tantangan
media lebih senang ’bermain-main’ dengan terbesarnya terutama sejak tahun 2000 dan
agenda dan kepentingan sempit mereka sendiri. memuncak pada dua tahun terakhir seiring
Ini diperkuat dengan temuan penelitian oleh pesatnya kemajuan dunia cyber. Tantangan itu
Lembaga Konsumen Media (Media Watch berwujud sebuah konsep dan praktik yang
Surabaya) tahun 2001 dan Ronny H Mustamu disebut citizen journalism. Situasi berubah dan
tahun 2002. Ronny menemukan bahwa dari menuntut adaptasi bagi apa dan siapa saja yang
empat media cetak lokal yang dikaji ; Surya, ingin tetap bertahan hidup. Transformasi yang
Kompas, Jawapos, dan Surabaya Post ternyata terjadi di ranah jurnalistik juga terjadi dalam
tidak ada satu mediapun yang agenda media rangka mempertahankan daya hidupnya.
mereka sama dengan agenda publik. Transformasi tersebut tidak hanya terkait
seputar perubahan dan penyesuaian perangkat
Disamping itu, para jurnalis telah atau instrumen pendukung yang digunakan.
kehilangan sense of humanazing yang Akan tetapi, juga menyangkut aspek-aspek lain
memandu mereka saat melaksanakan kegiatan yang lebih luas, seperti praktik jurnalistik,
jurnalistik. Perasaan ini sebagai penjabaran dari sistem nilai dalam jurnalistik, pola dan sistem
layanan publik (public service) seharusnya bisnis jurnalistik, hingga konsep-konsep dasar
mampu mendorong mereka untuk jurnalistik. Perubahan itu juga yang dibawa
menempatkan kepentingan publik sebagai oleh gelombang citizen journalism.
prioritas utama kegiatan jurnalistik mereka. Hal
ini bisa diwujudkan dengan sajian media yang Kini setiap pengguna internet dapat
mampu merangsang masyarakat untuk peduli, membuat media mereka sendiri secara gratis.
lantas terlibat aktif dalam menyelesaikan Kehadiran komunitas blog merupakan revolusi
masalah publik mereka sendiri. Media komunikasi. Kegiatan pemberitaan telah
berkewajiban membuat masyarakat lebih beralih dari wartawan profesional kepada orang
proaktif dan media berfungsi sebagai biasa sehingga memungkinkan berlangsungnya
katalisator. Setting inilah yang mendorong pertukaran pandangan yang lebih spontan, lebih
interaktif serta lebih luas dari media pengguna pasif—memiliki manfaat sosial bagi
konvensional. Dalam citizen journalism, lingkungan hidup kita sehari-hari, baik secara
masyarakat menjadi obyek sekaligus subjek sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.
berita. Mereka dapat menjadi penulis dan Ternyata, berita dalam dunia yang sarat
sekaligus mempublikasikannya. Inilah yang informasi seperti sekarang ini dapat tampil
menempatkan setiap manusia menjadi subyek dalam banyak sisi, tidak hanya satu muka
aktif dalam kehidupan sosial. Inilah era yang karena siapa saja dapat mengartikan dan
memungkinkan potensi setiap orang yang menginterpretasikan peristiwa dalam ruang
berasal dari golongan biasa-biasa saja bisa dialog bersama yang berprinsip citizen
memiliki andil luar biasa bagi orang lain. journalism.
Meskipun, satu sama lain tidak saling mengenal
secara fisik. Tidak heran jika majalah TIME Fenomena ini telah diadopsi oleh
edisi 25 Desember 2006 lalu menutup edisi Metro TV lewat tayangan vidio amatir yang
tahun tersebut dengan emilih “Person of The ditayangkan oleh stasiun tersebut setiap hari
Year 2006” adalah Anda. Ya, Anda. Siapapun Jum’at malam sekitar pukul 19:00. Tidak
orang di muka bumi yang pernah berinteraksi hanya menayangkan, Metro juga melakukan
dalam dunia maya. TIME mencatat bahwa wawancara lewat telpon dengan sang pencipta
tahun 2006 adalah tahun penanda peradaban tayangan berita tersebut. Namun mulai akhir
masyarakat informasi. Tidak hanya di AS, April tahun 2008, acara tersebut disajikan
tetapi di belahan bumi manapun dari Inggris di dalam program khusus bertajuk ”I witness”
Eropa, Korea Selatan di Asia, hingga Maroko yang ditayangkan setiap Jum’at malam.
di Afrika. Situsweb berbasis citizen journalism Kemudian beraubah menjadi Wideshot. Net TV
bertajuk OhMyNews (ohmynews.com atau kemudian juga mengikuti langkah ini lewat
english. ohmynews.com) dari Korea Selatan program citizen journalist yang memberikan
menjadi contoh kekuatan baru di era informasi kepada hasil liputan mereka untuk ditayangkan
saat ini. dalam program NetCj. Geliat jurnalisme warga
dilakukan oleh media cetak lokal Jawa Timur,
Nah, untuk Indonesia, komunitas blog yakni Harian Surya yang memberikan ruang
masih sangat terbatas hanya pada kalangan satu halaman untuk masyarakat agar
tertentu saja. Seperti halamansatu.net baru mengisinya dengan liputan berita artikel.
mempunyai 59 penyumbang berita. Situs Bahkan pihak redaksi Surya tidak pernah
Wikimu.com baru didukung oleh 100an menyunting tulisan yang dikirim. Yang
penyumbang berita. Hal ini berbeda dengan menarik adalah bahwa foto penulis beserta
Ohmy.news milik Oh Yeon-ho, warga Korea gambar peristiwa yang diliput juga ikut
Selatan yang memiliki 42 ribu kontributor ditayangkan di media tersebut beserta nama
berita dengan 200 artikel setiap harinya. Ohmy. lengkap dan alamat domisili dan email address.
News yang berslogan ”Every Citizen is Satu rubrik bertajuk Warteg ini terbit setiap hari
Reporter” dikunjungi 700 ribu orang setiap kecuali hari Minggu. Nah untuk media radio,
hari. Meski demikian, hal ini mengundang Suara Surabaya FM telah lama melakukan
permasalahan besar terkait dengan etika karena radio semenjak awal telah
penulisan dan kode etik jurnalistik. Sebab mendeklarasikan dirinya sebagai radio berita
semua orang tanpa pengetahuan dan semenjak didirikan pada awal tahun 19800an.
ketrampilan dalam bidang jurnalistik dalam Pada acara siaran Kelana Kota yang memuat
menyajikan karya jurnalistik mereka serta berita tentang kesibukan berlalu lintas di kota
mempublikasikannya sendiri. Pertanyaannya Metropolitan Surabaya dan layanan publik,
kemudian adalah sejauh mana aktivitas dan pendengar dapat langsung menyampaikan
interaksi kita dalam jaringan citizen journalism berita sekitar lalu lintas dan beberapa layanan
tersebut—atau paling tidak sekadar sebagai
publik yang dianggap tidak sesuai dengan yang memungkinkan terjadi perbincangan
kepentingan rakyat. publik yang rasional tentang isu-isu publik yang
mempengarahi kehidupan masyarakat. Ruang
Dengan demikian dapat dikatakan ini menurut Brian Mc Nair (1999;20-21)
bahwa para warga masyarakat amatir yang merupakan esensi lembaga komunikasi
terlibat dalam proses pemberitaan baik di substansial masyarakat yang memungkinkan
Metro TV, radio Suara Surabaya FM dan disebarluaskannya fakta dan pendapat. Di ruang
Harian Surya merupakan sekolompok warga yang terdiri dari stok pengetahuan publik ini
yang peduli kepada lingkungan sekitar, dapat dibangun dasar tindakan politik kolektif
bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan masyarakat. Pada ruang ini pula, menurut
orang lain serta ingin melihat bahwa semua Croteau (2001: 20) dimungkinkan dibentuknya
penyelenggaraan layanan publik terlaksana sebuah ruang sosial untuk terjadinya
demi kepentingan masyarakat bersama. Mereka perbincangan publik secara bebas tanpa
menganggap keberadaan ruang berekspresi di pembatasan. Sebagai ruang publik masyarakat,
media tersebut sebagai sarana untuk maka jurnalisme hadir untuk membangun
memperluas kepedulian serta mengajak warga kewargaan (citizenship); untuk memenuhi hak-
lain untuk ikut berpartisipasi dalam hak warga sebab jutaan orang terberdayakan
menyelenggarakan kehidupan bersama. oleh arus informasi bebas. Lebih lanjut , Bill
Mereka yakin bahwa bahwa penyelenggaraan Kovach dan Tom Rosenstiel (2004:6 )
kehidupan berbangsa dan bernegara ini tidak menyatakan bahwa tugas utama wartawan
akan dapat lancar tanpa keikutsertaan mereka yakni menyediakan informasi yang dibutuhkan
dalam menuntut dan mendesak akuntabilitas warga agar mereka bisa hidup merdeka dan
para penyelenggara negara dalam menyediakan mengatur diri mereka. Agar tugas mulia ini bisa
berbagai layanan publik. Kewargaan aktif ini dilakukan wartawan, Bill Kovach menyarankan
disulut dan dipicu oleh adanya ruang sembilan hal yang mesti dipegang teguh dalam
bereskpresi yang disediakan media tersebut. melaksanakan kegiatan jurnalistik mereka.
Dengan ruang publik yang telah disediakan Sembilan hal tersebut adalah:
tersebut aspirasi dan kepentingan mereka akan
semakian digaungkan. Dengan demikian (1) Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada
identitas sebagai warga negara yang memiliki kebenaran;
hak-hak dan tanggungjawab menjadi perasaan
kolektif sebagai dasar untuk mendesakkan (2) Loyalitas pertama jurnalisme adalah
kepentingan bersama kepada para penyedia memenuhi hak mengetahui warga;
layanan publik. Singkat kata, media massa (3) Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam
telah ikut membantu menumbuhkembangkan verifikasi;
identitas kolektif kewargaan aktif sehingga
mampu mendorong mereka untuk selalu (4) Para wartawan harus menjaga independensi
berpartisipasi secara aktif dalam proses terhadap sumber berita;
pembuatan keputusan publik.
(5) Jurnalisme harus berfungsi sebagai
Pembahasan pemantau kekuasaan;

Media dan Demokrasi (6) Jurnalisme harus menyediakan forum


publik untuk kritik maupun dukungan
Lokus fungsi demokratisasi pers terletak warga.
pada sejauhmana pers telah mampu menjadi
sebuah ruang publik (public sphere) ; sebuah (7) Jurnalisme harus berupaya membuat hal-hal
ruang yang terbebas dari dominasi politik penting menarik dan relevan
penguasa dan kepentingan ekonomi pengusaha
(8) Jurnalisme harus menjaga agar berita e. Berfungsi sebagai saluran untuk
komprehensif dan proporsional; advokasi pendapat politik tertentu.

(9) Para praktisinya harus diperbolehkan


mengikuti nurani mereka; Dengan demikian, dapat disampaikan
bahwa media sebagai wahana demokrasi,
Dengan nada sama, Mc Nair menyatakan dengan demikian, media tak ubahnya sebuah
demokrasi mengasumsikan adanya sebuah kendaraan untuk melanggengkan kepentingan
sistem yang terbuka yang memungkinkan bisnis media dan sarana menangguk
warga untuk berpartisipasi. Untuk itu mereka keuntungan belaka. Idealisme pers nasional
harus diberikan akses yang memadai terhadap sebagai tiang penyanggah demokrasi keempat
media dan jaringan informasi yang (the fourth pillar of democracy) makanya akan
memungkinkan terjadinya advokasi. sulit terwujud dalam setting media yang tunduk
Demokrasi juga mengasumsikan khalayak pada rezim pasar. Kepentingan publik pada
dididik dan diberi pengetahuan yang cukup informasi yang akurat, objektif, netral dan
sehingga mereka dapat membuat keputusan berimbang yang bertujuan untuk mencerdaskan
rasional dan secara efektif menggunakan dan mencerahkan warga negara (citizen) lenyap
informasi yang tersebarluaskan dalam ruang begitu saja ditelan hingar-bingar mesin-mesin
publik. Lebih lanjut Mc Nair mengajukan raksasa kapitalis media. Demikian juga dengan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi fungsi kontrol sosial pers yang bermuara pada
media demi memperlancara proses pengawasan terhadap penguasa politik dan
demokratisasi. Hal tersebut adalah ; pengusaha ekonomi akan kian melemah digerus
a. memberikan informasi kepada oleh menguatnya daya dorong memenuhi
masyarakat tentang peristiwa yang ekonomi politik media kapitalis. Dengan kata
terjadi di sekitar mereka. lain, liberalisasi media akan mengubah karakter
b. Mendidik warga tentang arti dan nilai jurnalistik dan substansi isi media kepada
penting dari fakta lewat tetap menjaga kepentingan pasar. Kinerja media, menurut
objektivitas peristiwa yang diliput Croteau (2001: 20) akan semakin menjauh dari
sebagai konsekwensi dari fungsi melayani dan memenuhi kepentingan publik
sebab semua operasional media tidak dikelola
pendidik yang meniscayakan
kemandirian profesional dari isu yang sebagai sebagai ruang publik (public sphere) ;
sedang diangkat. sebuah ruang sosial yang memungkinkan
c. Menyediakan sebuah platform bagi terjadinya perdebatan publik. Menurut Croteau
terlaksananya sebuah perbincangan (2001: 37), media massa sekarang
publik tentang politik, mempermudah menempatkan public atau audience semata-
terbentuknya pendapat umum serta mata sebagai consumer bukan warga negara
menyebarluaskan opini publik tersebut. (citizens). Tujuan utama media adalah genarate
d. Mengaplikasikan fungsi sebagai anjing profits for owners and stockholders. Kemudian
mendorong khalayak untuk enjoy themselves,
penjaga (watchdog role) dengan
mempublikasikan kinerja lembaga view ads, and buy product. Karena itu apa yang
politik dan pemerintah dengan dianggap menarik bagi publik oleh media,
melakukan investigasi terhadap adalah apapun yang populer di masyarakat.
penyimpangan yang dilakukan. Opini Dengan demikian tujuan ideal media untuk
publik hanya akan bermakna dalam promote active citizenship via information,
realitas politik ketika perilaku para education and social integration, tenggelam
penyelenggara kekuasaan diungkap dengan gelombang komersialisasi dan
kepada publik sehingga publik dapat liberalisasi. Jadinya ukuran keberhasilan media
menuntut pertanggungjawaban.
semata-mata adalah profit, bukan serving the komedia menduduki peringkat atas. Fenomena
public interest. yang sama juga terjadi pada tayangan berita
kriminal yang mengumbar tontonan kekerasan
Ekonomi Politik Media di ruang keluarga. Ini tidak berbeda dengan
Media tidak beroperasi dalam ruang acara hiburan atau talkshow yang berbau
hampa; tapi dikendalikan kinerjanya erotisme dan pornografi. Kendati telah terbiasa
berdasarkan motif ekonomi politik tertentu. menyaksikan tayangan kekerasan televisi,
Motif ekonomi media mewujud dalam responden menyatakan kekhawatiran mereka
dorongan untuk membuat program siaran demi terhadap dampak negatif dari tayangan tersebut.
meraup keuntungan sudah sedemikian menguat Hal ini kemudian diperburuk dengan 42 persen
dan marak dalam televisi nasional. Fungsi responden menyatakan membebaskan anak-
anak mereka untuk menonton acara apa saja
ekonomi media lebih dikedepankan daripada
fungsi mendidik dan mencerdaskan pemirsa meski program siaran tidak layak dikonsumsi
yang merupakan tanggungjawab etis dan oleh anak mereka.
hukum jagat pertelevisian nasional. Hal tersebut menjelaskan bahwa media
Kekuatan liberalisasi pasar industri massa bukan hanya merupakan tempat lalu
media penyiaran terutama yang mulai lalangnya pesan antara unsur-unsur sosial
menggejali akhir-akhir ini justru akan dalam suatu masyarakat, tapi juga menjadi alat
mengancam kualitas kebebasan pers nasional penundukan dan pemaksaan konsensus oleh
yang baru beberapa dinikmati pers nasional kelompok yang secara politik dan ekonomi
serta menghambat proses demokratisasi yang dominan. Lewat pola-pola kepemilikan dan
sedang berjalan yang mengharuskan media produk-produk yang disajikan, media adalah
sebagai wahana informasi, pendidikan dan perangkat ideologis yang melanggengkan
pemberdayaan masyarakat. Alih-alih sebagai dominasi kelas pemodal terhadap publik yang
sarana pendidikan dan pencerdasan diperlakukan semata-mata sebagai konsumen.
masyarakat, televisi swasta nasional justru Disamping itu, media juga medium untuk
berbalik menjadi alat komersialisasi dan memciptakan opini public demi memperlancar
provokasi dengan menyebarluaskan budaya lahirnya regulasi yang pro pasar (Agus
konsumtif, kekerasan, eksploitasi erotisme, Sudibyo:2004:1). Lewat ideologi konsumsi
serta mistik yang menumpulkan logika. Hal ini serta gaya hidup hedonistik, para pengelola
diperkuat oleh Jajak Pendapat yang dilakukan media berlomba-lomba bersaing meraup
Kompas (25-08-03) bertajuk “Jajak Pendapat keuntungan ekonomi dengan menyajikan
Kompas: Menenggak Mimpi dan Kekerasan tayangan-tayangan kekerasan (violence),
Dari Sajian Televisi”, menyimpulkan bahwa ketakutan (horor), hasrat seksual (sex), dan
77 persen responden membenarkan bahwa ketenaran (fame) yang jauh dari nilai mendidik
televisi saat ini cenderung mementingkan aspek dan memberdayakan khalayak. Khalayak,
komersial. Dengan dalih meningkatkan rating dengan demikian, telah diposisikan sebagai
acara, televisi swasta berlomba-lomba untuk objek dan konsumen yang dieksploitasi
membuat acara ’seragam’ dengan sedikit sedemikian rupa untuk memenuhi kepentingan
modifikasi demi menyedot perhatian untuk ekonomi media. Ideologi konsumsi yang
’menyenangkan’ pemirsa yang seringkali menyusup dalam tayangan media massa dapat
mengabaikan idealisme dan dampak negatif dinyatakan sebagai berikut :
terhadap penonton. Terbukti seperti dalam
survei AC Neilson periode 10-16 Agustus 2003 a) Berkat uang, kecantikan dapat dibeli ;
yang menunjukkan bahwa acara-acara hiburan b) Keserasian keluarga tergantung dari
yang menawarkan cerita-cerita fiktif seperti produk yang dibeli;
gaya hidup mewah, kesaktian serta cerita
c) Dunia remaja akan penuh gairah kalau ada Konsep jurnalisme civic, jurnalisme
uang; public (Jay Rosen dan Merrit) atau community
d) Hidup wajar berarti hidup mewah; journalism, citizen journalism, communitarian
e) Kebahagian terbesar adalah tatkala journalism, focus journalism, discourse
mendapatkan hadiah; journalism (Philip Meyer), conversational
f) Sinetron adalah pameran masyarakat journalism (Anderson, Dardenne and
konsumsi dengan latar belakang iklan; Killenberg) biasanya digunakan secara
g) Gaya hidup ideal adalah gaya hidup bergantian karena ketiganya memiliki makna
Amerika. yang sama. Konsep ini dikembangkan dan
dipopulerkan pertama kali oleh Jay Rosen di
Amerika era 1990an. Rosen gelisah melihat
Tayangan tersebut dibuat semenarik dan kinerja jurnalitistik media Amerika yang sama
seringan mungkin untuk mudah dicerna dan sekali terlepas dari masyarakatnya. Seakan-
menghibur khalayak dari rasa penat keseharian akan terdapat jarak antara apa yang ditampilkan
sehingga tercipta budaya pop (popular culture). wartawan dengan apa yang diinginkan warga
Namun, budaya pop ini dibuat dengan masyarakat. Realitas yang ditampilkan media
mengabaikan dan terkadang melecehkan nilai- nampaknya terpisah dari realitas sosial
nilai asli masyarakat setempat (local genius). masyarakat. Pemberitaan media bersifat elitis,
Tidak heran, kalau masyarakat secara perlahan hanya menampilkan segelintir warga
telah tercerabut dari nilai-nilai asli mereka masyarakat. Hal ini sebagai ‘harga’ yang harus
akibat tumpulnya apresiasi mereka terhadap dibayar dari praktik jurnalistik tradisional yang
nilai-nilai budaya mereka sendiri (Komkat mengagungkan nilai objektivitas ekstrem yang
KWI:1997:23-27). membuat para wartawan harus menjaga jarak
dengan realitas yang diliput demi untuk
Akibat langsung dari komersialisasi media
adalah melemahnya proses demokrasi serta mendapatkan pemberitaan yang objektif.
Berangkat dari kenyataan ini, Rosen berusaha
kian tidak berdayanya masyarakat secara
politik seperti yang disebut oleh Herbert J Gans mempertemukan kedua realitas tersebut dengan
(2003;15) sebagai political disempowerment. mencoba menyuguhkan pemberitaan
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong
Hal ini karena kekuatan pasar, lanjut Croteau
(2001: 21-23) memiliki beberapa kelemahan. warga masyarakat untuk ikut terlibat, peduli
Pertama, pasar tidak demokratis sebab pasar terhadap permasalahan mereka serta berupaya
tidak sesuai dengan asumsi dasar demokrasi menyelesaikan masalah menurut cara mereka
bahwa masing-masing individu memiliki hak- sendiri. Konsep inilah yang kemudian disebut
hak yang sama. Padahal hukum pasar adalah; jurnalisem publik. Visi dari konsep ini adalah
”the more money you have, the more influence bahwa media sebagai ruang publik seharusnya
you have in the marketplace”. Kedua, pasar menjadi wadah untuk mempersatukan semua
akan semakin melanggengkan ketimpangan warga masyarakat untuk saling berbicara,
sosial. Ketiga, pasar tidak bermoral sebab berdialog membahas permasalahan public dan
kepentingan utamanya adalah menjual dan mencari solusi terhadap masaah tersebut secara
memenuhi tuntutan tanpa mempedulikan bersama-sama. Pandangan seperti dipengaruhi
adakah produk tersebut bermanfaat dan oleh pemikir seperti Jurgen Habermas (Konsep
berbahaya terhadap masyarakat. Keempat, public sphere) dan John Dewey.
pasar tidak selamanya bisa memenuhi Pendapat Rosen tentang alasan
kepentingan sosial. Kelima, pasar tidak mampu munculnya konsep ini diperkuat oleh Redmond
memenuhi kepentingan demokrasi. Batario, Direktur Eksekutif Center For
Community Journalism and Development
Konsep Jurnalisme Publik/Civic
Filipina. Menurut Redmond, konsep ini muncul
karena adanya beberapa kelemahan dalam lain. Ada satu kelurahan yang mempunyai
praktek jurnalistik konvensional. Wartawan masalah kekurangan pasokan air tapi ada
sering terjebak dalam pada bad news is good kelurahan lain yang memiliki pengalaman
news syndrome. Berita cenderung bersifat dari menyelesaikan masalah ini. Dalam konsep
atas ke bawah (top-down) dengan mengutip jurnalisme publik, kedua cerita itu harus ditulis
berbagai berbagai pernyataan pejabat sekaligus untuk memberikan perspektif yang
pemerintah atau swasta. Jadi, agenda setting lebih bermanfaat. Media, dengan demikian,
media lebih bersifat elitis alias dibuat oleh membuka debat publik bahwa ada masalah di
segelintir orang kuat. Tidak ada ruang yang satu kelurahan tetapi ada solusi di kelurahan
cukup bagi warga masyarakat untuk menjadi yang lain. Pendek kata, jurnalisme publik
nara sumber dan agenda mereka sendiri. memperkenalkan pendekatan baru untuk
Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengatur agenda pemberitaan dan bagaimana
menyampaikan solusi mereka sendiri, tetapi meliput pemberitaan. Caranya, memberi
mereka selalu ‘disuapi’ dan dicekoki’ jalan prioritas utama untuk diskusi publik tentang
keluar oleh pihak lain yang mungkin saja belum berbagai topik, serta mendorong masyarakat
sesuai dengan kondisi mereka. Wartawan menemukan solusi mereka sendiri (Kompas:
seperti terpisah dari realitas warga masyarakat 02-10-2002).
yang dikonstruksi dalam media. “Kita sering
mengatakan ada masalah dalam masyarakat, Penjelasan konsep jurnalisme publik
tapi kita tidak menanyakan kepada mereka tapi dengan pengungkapan yang sedikit
apakah itu memang masalah mereka,” kata Red berbeda disampaikan Philip Meyer dalam
Batario. Meski demikian, kata Red Batario, Public Journalisme and The problem of
konsep jurnalisme publik tidak sama sekali Objectivity (31-10-2000). Menurutnya konsep
berpretensi mengubah konsep tradisional ini dapat dijabarkan dalam enam dimensi
jurnalistik yang berupaya mengedepankan seperti di bawah ini:
objektivitas, keberimbangan, fairness dan
1. A desire to rebuild a community’s sense
akurasi berita. Tapi hanya berupaya of itself: Keinginan untuk membangun
menambahkan satu aspek yakni humanizing; kembali perasaan sebagai warga
pelibatan warga masyarakat dalam melihat
komunitas. Peningkatan jumlah
masalah. Media berkewajiban membuat pembaca berkorelasi positif dengan
masyarakat lebih proaktif dan media berfungsi komitmen pengelola media untuk
sebagai katalisator. menanamkan perasaan kewargaan
Dengan demikian, jurnalisme publik dalam isi sajian media mereka.
memberi kesempatan yang luas kepada Semakin baik kesadaran pengelola
masyarakat untuk berdialog dan berdebat media untuk tetap selalu menanamkan
tentang segala hal yang mempengaruhi perasaan ini dalam sajian media
kehidupan mereka. Lantas, media massa mereka akan berpotensi meningkatkan
memberi kesempatan kepada mereka untuk jumlah pembaca media tersebut.
mencari solusi mereka sendiri. Berita, 2. A longer attention span; Perhatian
makanya, dalam model jurnalisme ini berasal pemberitaan media terhadap isu
dari bawah dan dibuat untuk mereka (bottom- tertentu hendaknya tersaji secara
up). Sekedar ilustrasi, apabila media mengupas mendalam dengan durasi yang agak
masalah korupsi, ia tidak hanya berhenti lama hingga ke akar permasalahan,
dengan menulis berita tersebut. Media harus tidak hanya menyentuh kepada kulit
tetap memberi kesempatan kepada masyarakat permasalahan semata. Media
untuk melanjutkan debat tersebut hingga hendaknya memusatkan pada sebuah
tercapai solusi. Ia memberikan contoh kasus masalah atau isu tertentu meski kadang
beresiko pengulangan kembali. Hal ini mengajak dan mendorong para wartawan untuk
diharapkan nanti akan mengakibatkan menempatkan masyarakat sebagai warga
terpusatnya perhatian warga negara agar dapat terlibat dalam diskusi publik
masyarakat pada isu tersebut lantas daripada hanya sekedar penonton atau bahkan
membahasnya secara rasional. korban dari kebijakan publik ; (2) membantu
3. A willingness to go deeply into para penyelenggara layanan publik/ komunitas
explaining the systems that direct our politik untuk dapat segera menyelesaikan
lives: kemauan wartawan untuk lebih masalah daripada hanya menampung keluhan
menjelaskan peristiwa secara dan mempelajari masalah keluhan yang
mendalam dan detil. disampaikan; (3) meningkatkan menggiatkan
4. More attention to the rational middle atmosfir diskusi publik daripada membiarkan
ground of issues and less attention to nya memburuk tanpa upaya apapun; (4)
extremes: Perhatian lebih diberikan membantu memperlancar kehidupan publik.
kepada penjelasan isu-isu dengan cara Kalau ini dapat dilakukan wartawan,
yang moderat , bukan dengan deskripsi kepercayaan masyarakat terhadap pers akan
isu yang ekstrim. Ini dimaksudkan menguat, menyambungkan kembali jalinan
untuk memperlancar pembuatan hubungan dengan masyarakat yang telah mulai
keputusan yang demokratis rasional. melemah serta merevitalisasi idealisme pers.
Moderasi merupaka kata kunci utama
dalam demokrasi. Konsep ideal ini ternyata mendapatkan
5. A preference for substance over tactics berbagai kritik dari berbagai pihak. Salah
in covering political argument: Dalam satunya adalah Paul McMasters yang secara
meliput pemberitaan argument politik retoris mempertanyakan adakah ini sebuah
hendaknya dipusatkan kepada teknik, sebuah teori, atau sebuah filosofi,
substansi masalah buka pada taktik. sebuah metode, atau tatanan baru, sebuah
6. A desire to foster deliberation: elaborasi tentang apa yang telah ada, atau
kemauan untuk menanamkan serta sebuah perubahan yang radikal. Untuk
mendorong gairah masyarakat untuk memperjelas kebingungan ini Fouhy dan
selalu berdialog mempermasalahkan Schaffer mencoba mengemukakan sebuah
permasalah publik. definisi praktis : “seperangkat inisiatif
jurnalistik yang berupaya menggapai,
mendekati warga masyarakat untuk
Agrawal (2006: 212) menjelaskan bahwa mendengarkan mereka dan mendorong mereka
jurnalisme civic adalah upaya pekerja pers saling bebicara dan mendengarkan pendapat
untuk mendorong masyarakat agar dapat warga yang lain“. Disini, terkandung dua
terlibat dalam kehidupan publik disamping pemikiran mendasar yakni bahwa harus diakui
tugas rutin mereka untuk selalu memberitakan bahwa aktivitas jurnalistik selalu tak
peristiwa sedang menghangat serta menjadi terpisahkan dari kehidupan publik sebuah
anjing pengawas para penyelenggara masyarakat. Selanjutnya, bahwa para
kehidupan publik. Ini menunjukkan keprihatian wartawan memiliki tanggungjawab untuk
pekerja pers ketiadaan hubungan antara warga membuat warga aktif dan peduli untuk menata
dengan pemerintahan bahkan antara khalayak dan mengelola urusan publik mereka. Ini,
dengan pers. Ini berkepentingan yang berupaya menurut Rosen, karena kebanyakan warga
untuk mendorong warga terlibat dalam kegiatan Amerika telah tidak peduli dengan urusan
proses pengambilan keputusan. Sementara itu, kehidupan publik mereka (pengambilan
Jay Rosen (1999: 21) memaparkan bahwa keputusan sosial politik). Makanya, diperlukan
jurnalisme publik adalah sebuah pendekatan lembaga yang mampu menghubungkan warga
dalam aktivitas keseharian pers yang (1) dengan kehidupan publik mereka demi
menggairahkan kehidupan demokrasi. Untuk ketika wartawan terlibat secara penuh dalam
itu, makanya, para wartawan harus rela memberikan solusi, ia akan mengasosiasikan
menyingkirkan semua ’ajaran jurnalistik dirinya dengan para pembuat kebijakan publik
tradisionil’. Ini seperti penekanan yang yang memimpin pelaksanaan kebijakan
berlebihan pada wilayah konflik kepada area tersebut. Kritik selanjutnya berkenaan dengan
harmoni/kesepakatan atau area ’abu-abu’. Juga, pengutamaan kepentingan dan aspirasi warga
mengalihkan sikap bermusuhan dengan masyarakat. Ini akan menyeret aktivitas
kekuasaan pemerintah kepada sikap kritik jurnalistik ke arah riset pemasaran. Kegiatan
rasional yang membangun. Disamping itu, semacam jajak pendapat ini akan
merubah sikap yang memandang khalayak menunmpulkan nilai kelayakan berita bagi
sebagai penonton/pembaca pasif menjadi sikap kalangan wartawan sehingga isi media tak
yang melihat mereka sebagai partisipan yang ubahnya hanya menggambarkan apa yang ingin
aktif. Juga, adanya anggapan bahwa sikap dikonsumsi khalayak bukan mencerminkan apa
(detached objectivity) objektif yang terpisah yang wartawan pikirkan tentang apa yang
dari realitas akan meningkatkan kredibilitas dibutuhkan oleh khalayak. Tapi, jurnalisme
berita wartawan. Sikap ini, harus diganti publik sebenarnya lebih menaruh perhatian
dengan asumsi bahwa wartawan hendaknya kepada kehidupan publik bukan dengan
mampu memahami keragaman aspirasi warga kegiatan jurnalistik itu sendiri. Wartawan yang
masyarakat serta mendorong mereka untuk berkeinginan mencerahkan wacana publik
selalu terlibat aktif dalam menyelesaikan tidak akan menyajikan hal-hal absurd tapi akan
masalah mereka. Dengan demikian, jurnalisme menyuguhkan menu yang populer dan ’lezat’
civic bukan merupakan sebuah sarana untuk disantap warga masyarakat (Paul S.
pemasaran (marketing device) atau komitmen Voaker: 1999: 757-758).
untuk meliput peristiwa dari sisi positifnya saja.
Tapi, ini adalah sebuah kemitraan (patnership) Agar konsep ini bisa diterapkan di
antara wartawan dan warga masyarakatnya. lapangan, Ed Fouhy, mantan direktur eksekutif
Pew Center of Civic Journalism setelah
Namun konsepsi diatas mendapatkan kritik melakukan beberapa kali penelitian,
dari berbagai pihak. Ada yang mempertanyakan mengemukakan beberapa indikator konsep
penolakan sikap objektivitas yang terlepas dari jurnalisme publik. Ini bisa dijelaskan sebagai
realitas. McMaster mengatakan wartawan harus berikut:
terlepas dari realitas yang diliput seperti
terpisahnya para fisikawan saat mendiagnosa 1. Enterprise : Usaha atau kegiatan:
masalah medis pasien. Hal ini, karena media berusaha mengembangkan cerita
keterlibatan mendalam para wartawan dalam berita yang didukung dengan tajuk
urusan masyarakat akan mengandung resiko rencana untuk memusatkan perhatian
mengorbankan kemampuan profesional publik kepada masalah masyarakat
wartawan. Friedland menyatakan bahwa serta mencoba menggerakkan mereka
penolakan sikap keterpisahan (detachement) untuk menyelesaikan persmasalahan
tidak berarti mengambil sikap memihak dalam tersebut. Ini karena jurnalisme ini
liputan peristiwa atau bersikap bias terhadap bermaksud untuk menggairahkan
golongan atau posisi tertentu. Kalaupun toh ada kehidupan publik; wartwan memiliki
bias, hal ini dilaksanakan dalam rangka tanggungjawab terhadap kesehatan
memperlancar proses kehidupan berdemokrasi. serta keberlangsungan kehidupan
Kritik yang lain berkenaan dengan melemahnya publik masyarakat dengan cara
peran anjing penjaga (watchdog) media massa membuat mereka aktif terlibat dalam
yang diamanatkan dalam (The First menyelesaikan masalah mereka.
Amandement) Amandemen Pertama. Ini karena Singkat kata, dalam benak wartawan
harus tertanam pandangan tentang penyelesaian. Hal penting yang
bagaimana meningkatkan kesehatan menentukan kesuksesan diskusi publik
kehidupan publik bukan bagaimana adalah pengakuan terhadap fakta
membuat berita yang bagus. Juga, bahwa warga merasa memiliki
bagaimana memperkuat komitmen kesempatan untuk mendiskusikan
untuk membantu masyarakat masalah mereka di forum publik bukan
menyelesaikan masalah mereka. hanya sekedar membaca isu-isu
2. Information for decision making : tersebut dalam sajian pemberitaan
ketersediaan informasi yang cukup media. Makanya, agar diskusi publik
untuk membuat kebijakan : media ini tetap terjaga keajegannya, media
menyuguhkan beberapa pilihan biasanya menyelenggarakan
penyelesaian masalah beserta resiko pertemuan publik untuk membahas isu-
yang terkandung dalam setiap pilihan. isu mendesak yang perlu ditanggapi
Ini yang disebut sebagai public bersama.
judgement; kemampuan menilai 4. Attention to Citizens’ Cencerns:
publik. Peran utama wartawan adalah perhatian terhadap aspirasi warga
untuk memberdayakan warga masyarakat; media mengadakan jajak
masyarakat untuk bukan hanya pendapat untuk menentukan masalah
berkomunikasi di arena publik tapi juga yang paling mendesak lantas
bekerja mencari penyelesaian masalah mendorong para pemimpin untuk
tanpa harus dipengaruhi kepentingan memusatkan kebijkan mereka pada isu-
para pembuat kebijakan. Wartawan isu ini. Ini berarti menolak agenda
bukan hanya mendengarkan dan yang telah ditentukan oleh otoritas
mengakomodir komentar publik tapi politik dan ekonomi serta mengganti
juga memaparkan hasil riset mandiri agenda warga.
tentang alternatif pandangan publik Dengan demikian dapat disimpulkan
yang diharapkan mampu bahwa jurnalisme publik merupakan model
mencerdaskan ketrampilan penilaian jurnalisme yang menyertakan masyarakat
publik mereka. Hal ini juga meliputi sebagai bagian dari informasi. Bahkan
usaha wartawan untuk memantau paradigmanya menempatkan masyarakat
tanggapan pembuat kebijakan tentang sebagai subjek, melalui usaha jurnalistik yang
beragam alternatif solusi tersebut. meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dengan cara liputan seperti ini, Menurut Erol Jonathan (2002:3-4) model
diharapkan akan menanamkan jurnalisme ini bisa mengandung makna sebagai
perasaan sebagai warga masyarakat. Ini berikut:
juga mencakup dimensi kewajiban
wartawan untuk mengidentifikasi nilai-  Jurnalisme yang memfungsikan diri
nilai utama yang akan dijadikan sebagai penyulut semangat golongan
patokan dalam diskusi publik dengan masyarakat yang lemah dan tak
warga masyarakat. berdaya serta terpinggirikan.
3. Facilitation of discourse: kemudahan  Jurnalisme yang membantu kreativitas
berwacana: media menyelenggarakan jurnalisme untuk memotivasi
pertemuan warga (town hall meeting) masyarakat berpikir dan berbuat ketika
untuk menemukan isu-isu utama yang mengkonsumsi informasi. Tujuannya
berkembang dalam masyarakat dan bukan sekedar untuk mengkonsumsi
menindaklanjutinya dengan informasi. Tapi menyadarkan
pemberitaan tentang isu-isu tersebut masyarakat untuk mewujudkan rasa
beserta beberapa alternatif
tanggung jawab mereka terhadap hendaknya merupakan sebuah narasi
lingkungan. yang koheren yang memberikan nilai
 Jurnalisme yang memberdayakan tambah kepada khalayak. Berita yang
masyarakat dalam posisi netral, yang selama ini ditransmisikan secara linier
berisi sekedar informasi atau cara sebagai komoditas harus dikaji ulang.
mewujudkan tanggung jawab dan Ini karena berita harus memberikan
imaginasi solusi terhadap berbagai kontribusi positif terhadap kesuksesan
masalah masyarakat. kehidupan publik dengan mencoba
 Jurnalisme yang menawarkan alternatif mengembangkan perspektif
model penyelenggaraan pemerintahan. multikulutural dan kesetaraan gender.
Yaitu pemerintahan yang terbuka, b. Aktivitas jurnalistik harus lebih
transparan dan melibatkan masyarakat dipandang sebagai kegiatan
dalam setiap proses penyusunan komunikasi antar insani yang
kebijakannya. mengharuskan wartawan untuk
 Jurnalisme yang mendefinisikan mendengarkan lebih dekat kepada
kembali mazhab keberimbangan dalam aspirasi khalayak dan berupaya
pengertian sesungguhnya. Berimbang mempermudah proses dialog antara
karena melibatkan masyarakat sebagai sesama mereka. Dengan demikian,
pelaku informasi dan memberi peluang warga masyarakat mampu berbicara
mereka sebagai pengawas. antara mereka sendiri tentang masalah
 Jurnalisme yang menggeser konsep untuk menemukan solusi masalah yang
“watchdog“ menjadi “guide dog“. sedang mereka hadapi. Ini hendaknya
Yakni Jurnalisme yang terkontrol juga mendorong munculnya
karena pemberitaannya tidak hanya komunikasi yang partisipatoris untuk
menyajikan berita dan informasi tapi menciptakan rasa saling pengertian di
juga menolong masyarakat antara warga masyarakat.
melaksanakan kewajibannya sebagai c. Wartawan hendaknya menjadi seorang
warga masyarakat. Ini berarti partisipan yang terbuka dalam
jurnalisme yang tidak hanya masyarakat; harus menjadi pendorong
mengetengahkan masalah masyarakat dialog yang terkait dengan realitas
tetapi juga menantang masyarakat masyarakat sehingga mereka merasa
terlibat aktif, peduli dan ikut serta berdaya untuk mengambil keputusan
menyelesaikan masalah. Dengan kata mereka sendiri.
lain, jurnalisme yang menjadikan
masyarakat sebagai partisipan, bukan Jurnalisme Warga (citizen journalism)
melulu sebagai penonton. Prinsip dasar dunia maya memang
Meski dengan penamaan yang berbeda, membuka ruang budaya yang demikian, sedikit
jurnalisme publik merupakan jurnalisme demi sedikit user mulai mengerti dengan ciri
pluralistik yang merupakan interaksi secara tersebut. Pengertian ini menggiring kepada
segitiga antara pemberitaan, komunikasi dan pemahaman yang lebih mutakhir, sehingga
masyarakat (Shelton Gunaratne : 3-04-05). Ini dapat lebih memegang kendali atas teknologi.
dapat dijelaskan sebagai berikut: Bukan sebaliknya, manusia yang justru
dikendalikan oleh teknologi. Dalam tren
a. Nilai kelayakan berita konvensional kondisi yang demikian lahirlah beragam ruang-
seperti kedekatan, ketokohan, konflik ruang baru di dunia maya yang makin progresif.
dan keanehan hendaknya ditinjau Salah satunya adalah weblog atau yang kini
kembali sebab tidak sesuai dengan jamak disebut blog. Blog bermula dari catatan
perkembangan jaman. Sekarang, berita harian atau jurnal seseorang yang
dipublikasikan di internet. Selain catatan yang masyarakat umum dan dipublikasikan secara
sifatnya personal dan selalu di-up-date tersebut, online serta dapat saling diberi komentar oleh
blog juga menyajikan link atau daftar alamat pengguna lainnya.
koneksi ke situsweb atau blog lainnya. Ciri khas
lainnya adalah blog memungkinkan setiap Konsep dasar dalam citizen journalism
pengunjungnya meninggalkan komentar yaitu memposisikan audiens sebagai produsen
terhadap apa yang tampil di situ. Pengunjung berita juga, bukan hanya konsumen pasif
lainnya dapat melihat komentar tersebut dan seperti selama ini berjalan dalam logika kerja
dapat memberikan komentar lanjutan, demikian jurnalisme tradisional berbasis media massa.
juga dengan pemilik blognya, begitu Dengan kata lain, posisi antara jurnalis sebagai
seterusnya. pencari dan penulis berita, narasumber sebagai
muasal berita, dan audiens sebagai konsumen
Inilah cikal bakal situsweb citizen berita sudah lebur begitu cair. Antara produsen
journalism yang kini mulai menjamur sebagai dan konsumen berita tidak bisa lagi
bentuk alternatif dari praktik jurnalistik. Dunia diidentifikasi secara rigid karena setiap orang
web adalah dunia yang berbasis pada link. dapat memerankan keduanya (Gillmor, 2004:
Setiap orang atau entitas dapat saling terkait xii-xv). Intinya, dalam citizen journalism yang
dengan orang/entitas lainnya. Prinsip ini diutamakan adalah interaksi dan
mengakomodasi kebutuhan dasar manusia interkoneksitas.
untuk berkomunikasi, atau meminjam istilah
salah seorang perintis gerakan citizen Di samping itu, prinsip dasar citizen
journalism di AS, Dan Gillmor: saling journalism yang lain adalah bahwa berita
bercakap-cakap (Gillmor dalam Rosen, 2004). adalah merupakan produk konstruksi bersama
Setiap orang ingin mengekspresikan diri, antara wartawan dengan pembaca. Jika
pikiran, keresahan, dan harapannya. Setiap sebelumnya berita sebatas dimaknai sebagai
orang juga ingin mendengarkan atau membaca peristiwa yang dilaporkan melalui media massa
dan memahami pikiran, keresahan, serta (Simbolon, 2006: 87), kini berita menemukan
harapan orang lain. Selain itu, hasrat membantu makna tersendiri lewat citizen journalism.
orang lain atau paling tidak memberikan Berita bukan lagi sesuatu yang elitis dan hanya
komentar atas pikiran orang lain juga amat punya “satu sisi muka” karena tidak muncul
naluriah. Hal-hal itulah yang kemudian benar- dari sekelompok orang tertentu yang berlabel
benar mendapatkan ruangnya di dunia web, jurnalis profesional saja. Setiap orang yang
blog, dan termasuk juga kini citizen journalism. mempunyai cerita kehidupan dan berdampak
Gerakan jurnalisme baru ini mengemuka pada sosial dapat menuliskannya di situsweb yang
awal 1990-an di AS. Belum ada data yang pasti berprinsip citizen journalism. Berita di media
siapa yang memulainya karena masih massa memang bukan realitas sosial itu sendiri.
ditemukan klaim-klaim yang sifatnya pribadi Melainkan, realitas media yang juga sudah
tanpa uji silang yang komprehensif. Meski melalui proses konstruksi atas realitas sosial.
begitu, era kemunculannya memang pada Akan tetapi, proses konstruksinya selama ini
rentang waktu tersebut. Bentuk dan sifatnya hanya berkutat di jajaran redaksi media
masih beragam tergantung kepentingan setiap tersebut. Atau dengan kata lain, masih elitis.
pembuatnya dan semuanya berbasis pada Media massalah yang menentukan apa yang
aplikasi blog. Satu hal yang pasti adalah harus diliput dan apa yang luput dari pelaporan
semangat jurnalisme partisipatoris sudah peristiwa. Media pula lah yang memastikan
muncul dan menonjol. Karena memang nilai berita mana yang lebih penting untuk
sejatinya inilah ciri pokok citizen journalism. pembacanya. Media massa menentukan
Yakni, kegiatan jurnalistik yang dilakukan berbagai faktor untuk menentukan peristiwa
bukan oleh jurnalis profesional, tetapi oleh
apa yang akan mereka liput (Anderson dan yang mayoritas warganya belum mampu
Itule, 1984: 17). mengakses internet secara kontinyu karena
kemiskinan struktural yang tercipta sebagai
Pola demikian yang kemudian turunan dari perikehidupan yang korup dan
didekonstruksi oleh prinsip citizen journalism timpang selama negeri ini merdeka. Saat ini,
dalam dunia cyber. Setiap orang kembali elitisme pengetahuan sudah tidak ada lagi.
kepada definisi asali dari berita itu sendiri, Informasi dan pengetahuan tidak hanya berada
yakni segala sesuatu yang diinginkan dan di tangan para pekerja media. Bisa jadi
diperlukan untuk diketahui oleh orang lain khalayak media tersebut justru lebih dulu tahu
(Newsom dan Wollert, 1985: 11). Dengan karena kecepatan akses informasi melalui
melaporkan berita, media tidak hanya berbagi internet. Hal ini tidak menjadi soal. Sebabnya,
informasi kepada khalayak untuk kemudian saat ini pertanyaan utama dalam ranah
menggerakkan masyarakat dalam jurnalistik bukan lagi siapa yang lebih dulu dan
perikehidupan demokratis, tetapi juga menjadi lebih cepat tahu. Melainkan, bagaimana
ruang interaksi antar individu maupun ruang informasi dan pengetahuan yang mereka miliki
dialog yang konstruktif. Berita mewujud tersebut dapat memberi manfaat bagi
sebagai sebuah laporan dari warga yang bisa kehidupan bersama. Nah, agar dapat memberi
jadi bernuansa subyektif, tetapi mampu menjadi manfaat, maka informasi tidak lagi dipasung
sarana dialog untuk menemukan tesis dan sendirian.Justru interaksi dan proses dialog lah
sisntesis kehidupan bersama. yang memungkinkan suatu peradaban
bertambah maju. Dengan begitu, para jurnalis
Penutup
Kinerja pers nasional diukur profesional tidak pelu khawatir dengan geliat
sejauhmana produk-produk jurnalistiknya citizen journalism di dunia maya. Para jurnalis
tersebut dapat memanfaatkannya sebagai ruang
dapat meningkatkan partisipasi warga. Ini
mengingat fungsi utama pers adalah layanan alternatif dalam mengolah informasi dan
mengkonstruksi realitas sosial menjadi realitas
public/ public service. Kepentingan publik
dapat dipernuhi dengan memenuhi hak rakyat media. Sementara, keberadaan citizen
untuk tahu (the people’s right to know) yakni journalism juga tetap dapat memberikan andil
positif bagi ruang hidup yang demokratis. Di
memberitakan peristiwa yang menjadi
kepentingan semua warga, mencakup samping melatih setiap orang untuk lebih peka
kepentingan seluruh warga masyarakat. Untuk terhadap lingkungan sekitarnya, citizen
itu, jurnalisme publik merupakan keniscayaan journalism juga bisa menjadi sarana alternatif
sejarah kalau media nasional ingin mensukses melihat konstruk realitas sosial yang luput dari
proses demokrasi bangsa. Dengan demikian, perhatian media massa. Inilah konvergensi
partisipasi warga untuk terlibat dalam kegiatan yang penulis maksudkan. Dengan begitu,
proses pengambilan keputusan publik akan kian kecenderungan negatif laju media massa dalam
marak. Pers di sini menjadikan dirinya sebagai kancah kapitalisme global dapat ditekan.
forum diskusi publik berkaitan dengan isu-isu Kecenderungan itu di antaranya adalah
publik. Pers benar-benar menjadi ruang publik arogansi dalam melihat, memilih, dan
(public sphere) ; sebuah ruang yang memang memaknai setiap realitas sosial. Arogansi ini
didedikasikan untuk kepentingan publik. memang mendapat ruang yang luas selama ini
Kemunculan jurnalisme warga akan karena logika jurnalistik yang berjalan bersifat
kian menggiatkan komunikasi warga dengan elitis. Posisi sebagai gatekeeper justru
pemerintah serta juga dengan pers. Keberadaan menunjukkan arogansi tersebut ketimbang
citizen journalism tidak serta merta mendukung proses demokratisasi. Pekerjaan
mengeliminasi keberlanjutan hidup media rumah yang terdekat saat ini bagi pekerja media
massa konvensional. Terlebih lagi di Indonesia profesional adalah menajamkan pemahaman
terhadap situasi sosial yang makin mutakhir.
gging_deeperyour_guide_to_ci.html,
diakses pada 14 Mei 2008.
Daftar Pustaka
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan
Agrawal, Bala, Vir, 2006, Essentials of Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Practical Journalism, Concept Publishing Kompas.
Company, New Delhi, India
Jonathan, Errol, (2002), Resistensi Masyarakat
Anderson, Douglas A; Itule, Bruce D. 1984. Dalam Menerima Informasi Global,
Contemporary News Reporting. New Makalah disampaikan pada; “Seminar
York: Random House. Nasional: Dampak Perkembangan
Komunikasi Global Di Tengah
Croteau, David & Hoynes, William, (2001), Masyarakat”. Di Univeritas 17 Agustus
The Business Of Media: Corporate Media Surabaya, 21 Juni 2002.
and The Public Interest, Pine Forge Press,
California, USA. Kim, Minha., 2012, News Objectivity and
Political Conversation: An Experimental
Dirgahayu, Dida, Citizen Journalism Sebagai Study of Mad Cow Disease and
Ruang Publik (Studi Literatur Tentang Candlelight Protest, Development and
Untuk Menempatkan Citizen Journalism Society, Volume 41 | Number 1 | June
Berdasarkan Teori Jurnalistik dan 2012.
Mainstream Media, dalam Jurnal
Observasi, Kajian Komunikasi dan Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom., (2003),
Informatika, Mengamati Fenomena Sembilan Elemen Jurnalisme, Pantau,
Citizen Journalism, 2007, Simbiosa Jakarta.
Rekatama Media, Bandung,
McQuail, Dennis, (1992), Media Performace:
Gans, Robert J., 2003, Democracy and The Mass Communication and The Public
News, Oxford University Press, New Interest, Sage Publication, London
York, USA
McChesney, Robert W, 2000, Rich Media,
Gunaratne, Shelton dalam Old Wine in a New Poor Democracy: Communication in
Bottle: Public journalism movement in the Dubious Politics, The New Press, New
United States and the erstwhile NWICO York, Amerika Serikat.
debate di
__________________, 1997, Corporate
http://www.mnstate.edu/gunarat/index/htm
Media and The Threat To Democracy,
l (3-04-05).
Seven Stories Press, New York,
Gillmor, Dan. 2004. We The Media: Grassroot diterjemahkan oleh Andi Ahdian, 1998,
Journalism by The People, for The People. Konglomerasi Media Massa Ancaman
California: O'Reilly. Terhadap Demokrasi, Aliansi JUrnalis
Independen, Jakarta
Glasser, Theodore L, 1999, The Idea of Public
Journalism, The Guilford Press, New Meyer, Philip, Public Journalism and The
York, USA Problem of Objectivity dalam
http://www.unc.edu/-pmeyer/ire95pj.htm
Glaser, Mark. 2006. “Your Guide to Citizen (31-10-00).
Journalism”, diunduh dari
http://www.pbs.org/mediashift/2006/09/di
Newsom, Doug; Wollert, James A. 1985.
Media Writing, News for The Mass
Media.California: Wadsworth. Supriadi, Dandy, Online Citizen Journalism;
Memantapkan POsisi Warga Dalam
Rosen, Jay. 2004. “A Conversation Between Demokrasi, dalam Jurnal Observasi,
Dan Gillmor and Jay Rosen”, diunduh dari Kajian Komunikasi dan Informatika,
Mengamati Fenomena Citizen Journalism,
http://www.oreillynet.com/pub/a/network/200 2007, Simbiosa Rekatama Media,
4/09/14/gillmor.html?CMP=ILCFV75114 Bandung,
46129&ATT=1462, diakses pada 14 Mei
2007 Suryana, Nana, Citizen Journalism:
Partisipasi dan Masyarakat Informasi,
Rosen, Jay., 1999, The Action of the Idea: dalam Jurnal Observasi, Kajian
Public Journalism in Built Form, dalam Komunikasi dan Informatika, Mengamati
Glasser, Theodore L, 1999, The Idea of Fenomena Citizen Journalism, 2007,
Public Journalism, The Guilford Press, Simbiosa Rekatama Media, Bandung,
New York, USA
Voakes, Paul S., (1999), Civic Duties:
Simbolon, Parakitri T. 2006. Vademekum Newspaper Journalits’ View on Public
Wartawan. Jakarta: Kepustakaan Populer Journalism, dalam Jurnal Journalism &
Gramedia. Mass Communication Quarterly, Winter
Sudibyo, Agus, (2004), Ekonomi Politik Media 1999/ 76/4.
Penyiaran, LKIS, Yogyakarta. Yudhapramesti, Pandan, Citizen Journalism
Santana, Setiawan, Jurnalisme yang Memihak Sebagai Media Pemberdaya Warga dalam
Publik, Jurnal Observasi, Kajian Jurnal Observasi, Kajian Komunikasi dan
Komunikasi dan Informatika, Mengamati Informatika, Mengamati Fenomena
Fenomena Citizen Journalism, 2007, Citizen Journalism, 2007, Simbiosa
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, Rekatama Media, Bandung,

Anda mungkin juga menyukai