Anda di halaman 1dari 2

Nama: Fadhila Nuril Izzati

NIM: 185090101111012
Kelas: Embriologi C

Bulu babi memiliki respon yang berhadap Cd pada tiap tingkat organisme mulai dari molekul
hingga organisme. Namun penelitian banyak dilakukan pada tahap embrio karena sistem yang
paling sensitif terhadap pencemaran lingkungan. Respon bulu babi terhadap Cd yang paling
primitif adalah adanya perkembangan abnormal dan anomali morfologi bulu babi. Adaptasi yang
dilakukan oleh bulu babi dilakukan secara konstan dan cepat karena dilakukan dengan
mekanisme molekuler dan seluler. Respon pertama terhadap paparan Cd adalah dengan
meningkatkan level protein sitoprotektif (HSPs dan MTs)(gambar 1). Adaptasi dilakukan dengan
autofagi dan apoptosis. Autofagi terlibat dalam pergantian komponen seluler seperti protein dan
organel dalam pemeliharaan homeostasis jaringan organisme dewasa embrio berkembang.
Pemeliharaan homeostasis merupakan hal yang penting dalam organisme yang terpapar
kondisi stres. Autofagi memiliki peran dalam mekanisme pelindung yang berperan dalam
respon terhadap stres dan biasanya dilakukan bersamaan dengan apoptosis.

Induksi apoptosis terjadi sebagai respons terhadap stres kimia dan fisika. Apoptosis terjadi
karena adanya aktivasi caspase-3 dan fragmentasi DNA. Selama paparan Cd terjadi
peningkatam pembelahan substrat caspase-3. Apoptosis menyebabkan keterlambatan
perkembangan dan menghasilkan kelainan larva. Walaupun kadar Cd yang rendah apabila
terakumulasi akan menghasilkan efek sitotoksik dan apoptosis yang signifika sehingga
apoptosis merupakan strategi pertahanan dengan mengorbankan beberapa sel demi
melindungi seluruh organisme. Pengamatan dilakukan dengan pembandingan antara fertilisasi,
perkembangan yang terlambat, efek penyembuhan, respon molekuler Hsp 6, stres oksidatif,
respon molekuler MTs, autofagi dan apoptosis pada beberapa konsentrasi paparan Cd. Selain
itu pengamatan immunofluorescence dilakukan dengan pembandingan apoptosis dan autofagi.
Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dari grafik dan immunofluoresensi (gambar 2)
yang didapatkan.
Gambar 1. Gambaran umum efek yang disebabkan oleh stres Cd pada P. lividus fase embrio
dan larva; A) Efek pada Fertilisasi; B) Keterlambatan perkembangan; C) Efek pemulihan ; D)
Respon molekuler: Hsp60; E) Stres oksidatif; F) Respon molekuler: MTs; G) Autofagi; H)
Apoptosis; Untuk setiap efek, data kuantitatif dari respons yang paling representatif telah
dianalisis terlebih dahulu

Gambar 2. Deteksi dengan imunofluoresensi protein p62 / SQSTM1 pada whole-mount embrio
(pengenceran antibodi p62 / SQSTM1 1: 500, Sigma-Aldrich). Gambar dari sampel embrio pada
18 jam dan 24 jam perkembangan menunjukkan bagian optik ekuator yang diamati di bawah
CLSM. Penggabungan sinyal dari deteksi protein p62 / SQSTM1 dan inti yang diwarnai dengan
propidium iodida (A1 – E1). Inti diwarnai dengan propidium iodida (A2 – E2). Deteksi protein
p62 / SQSTM1 (A3 – E3). Kontrol embrio setelah 18 jam perkembangan (A1 – A3). Embrio
yang diberi Cd selama 18 jam (B1 – B3). Kontrol embrio setelah 24 jam perkembangan (C1 –
C3). Embrio yang diberi Cd selama 24 jam (D1 – D3). Embrio kontrol negatif (E1– E3).
Pembesaran (F) dari bagian embrio yang diberi perlakuan Cd selama 18 jam (B1). Batang = 50
μm. Data dalam histogram menunjukkan kuantifikasi sinyal p62 / SQSTM1 dan disajikan
sebagai rata-rata, percobaan dilakukan dengan 3 pengulangan.

Daftar Pustaka
Chiarelli, R., C. Martino & M.C. Roccheri. 2019. Cadmium stress effects indicating marine
pollution in different species of sea urchin employed as environmental bioindicators. Cell Stress
and Chaperones. 24(4): 675-687.

Anda mungkin juga menyukai