Anda di halaman 1dari 7

Membangun Kepercayaan dalam Dunia Digital (Develop

Trust in a Digitalized World)

Internet adalah inti dari teknologi informasi dan komunikasi yang modern. Internet dan
teknologi terkait telah berkontribusi pada globalisasi dengan meningkatkan jumlah informasi
yang ada di lingkungan dan kecepatan arus informasi (Friedman, 2000). Dewasa ini
perkembangan Internet tumbuh pesat dengan berbagai turunannya yang telah membangun
konteks baru, yaitu dunia yang terhubung secara digital. Berbagai macam konten aktifitas
diposting dan dibagikan setiap menitnya, pada tahun 2017 4,1 juta orang di Youtube, 46 ribu
foto di Instagram, 3,6 pencarian di google, 456 ribu di twitter.

Hal tersebut tidak lah mungkin dilakukan jika seseorang tidak memiliki kepercayaan.
Disampaikan Pratikno (2017), Kepercayaan ada bersama kita dalam kehidupan sehari-hari.
Kita mengetahui suatu kepercayaan sebagaimana kita mengetahui udara yaitu saat hal
tersebut menjadi langka & tercemar. Kita mengandalkan orang lain karena kita percaya pada
orang lain. Kita terbebas dari kekhawatiran karena kita tidak perlu memantau orang lain. Kita
mempercayai mereka karena kita mempercayai suatu sistem yang ada. Tanpa kepercayaan,
orang harus terlibat dalam tindakan melindungi diri dan mengeluarkan lebih banyak uang.
Ketidakpercayaan sangat mahal dan berisiko seperti pada perlombaan senjata selama perang
dingin.

Dunia yang terhubung masif secara digital adalah salah bentuk gangguan. Kemudian
bentuk lain dari gangguan tersebut adalah Digitalisasi, Komunikasi langsung, Globalisasi,
Simulasi virtual, Disintermediasi, Kedekatan (waktu nyata), yang mana efisiensi sebagaiman
ketidaksesuaian. Yang besar bisa dengan mudah menjadi using. Seperti halnya yang besar
dan mulai ditinggakan Kodak, Nokia, Blackberry, bahkan Perbankan. Kemudian yang
sekarang menjadi tren, Facebook (sosial media terbesar yang tidak memproduksi konten),
Uber (perusahan taksi terbesar yang tidak memiliki mobil), Alibaba (pengecer terbesar yang
tidak memiliki stok item), Airbnb (Layanan akomodasi terbesar, tidak memiliki property). Di
Indonesia sendiri telah ada yang menginisiasi seperti Gojeg, Traveloka, Ruang guru, Nulis
buku, eFishery, Bildeco, Pinjam.co.id. Diperdiksikan dimasa depan yang tidak jauh tersebut
perkembangan digitalisasi bahkan bisa lebih menggangu. Seperti dengan mudahnya membuat
digital copy pada acara yang disukai, Sepeda otomatis, Qlue-Jek (pengiriman dengan drone).
Perkembangan digitalisasi adalah bentuk inovasi karena gangguan, Perluas gangguan kreatif
dan Ganggu hal yang merusak, hal tersebut banyak manfaat tetapi juga perlu diwaspadai
masalah yang ada. Sekarang ini penggunaan media terbesar pada sosial media, aplikasi pesan
dan website dan berbagai macam media tersebut tanpa editor, sehingga hampir 800.000
website berisi berita bohong, ujaran kebencian dan konten negative. Berita bohong sekarang
sudah menjadi komoditas.

Teknologi diharapkan dapat memfasilitasi berbagai gangguan. Untuk mengatasi


berbagai masalah jadilah pengganggu kreatif. Jadilah penemu yang kreatif, melihat apa yang
tidak orang lain lihat, hubungkan yang tidak terhubung, kelur dari paradigma yang ada,
lakukan yang tidak orang lakukan dan mengharapkan kecelakaan kreatif. Sistem demokrasi
kita saat ini terganggu sehingga diperlukan dalam menetapkan kerangka kerja yang tepat.
Kebohongan besar-besaran, berita palsu, cara baru untuk dalam berkampanye serta masalah
dan tanggapan langsung menandakan perubahan besar dari demokrasi dan politik. Hal ini
lebih dari demokrasi digital. Ini merupakan gangguan dan sebuah demokrasi baru. Dalam
perpolitikan dan demokrasi baru tersebut, hal berikut ini muncul. Digitalisasi yaitu semuanya
berjalan secara digital, seperti Diskusi, narasi, debat, dan bahkan kebohongan dibagikan dan
dipertukarkan di dunia digital. Penyediaan platform online untuk kegiatan sosial politik:
referendum, e-voting, e-polling. Tidak ketinggalan konten yang dibuat pengguna dan web 2.0
(interaktif nyata). Karakteristik disruptif / demokrasi baru yang ada sekarang ini adalah
prosumer Digital. Seperti halnya yang terjadi saat ini semua orang bisa menjadi produsen dan
konsumen secara simultan.

Dis-intermediasi Politik menjadikan pemotongan perantara seperti pada partai politik,


media, calo dan menyasarnya pada Big Data pada kampanye bertarget. Karakter Pengetahuan
Politik sekarang adalah siapa yang memiliki informasi memiliki dunia. Setting agenda dalam
berpolitik sekarang yaitu tergantung apakah viral dan menarik perhatian publik melalui
platform digital atau tidak. Perpolitik yang Baru sedang muncul di Indonesia adalah petisi
digital, seperti 6 kemenangan petisi online pada tahun 2016. Digital demokrasi merupakan
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Dalam digital demokrasi publik
diharapkan mampu melawan berita bohong (hoax).

Menurut Source: Simon, Bass, et.a l., (2017) dalam membangun demokrasi baru
terdapat 10 hal, yaitu penyampaian ke warganegara, penyusunan isu, warganegara
menyampaikan informasi, warganegara menyapaikan ide, warganegara menyampaikan
keahlian teknis, pertimbangan, warganegara membangun proposal, warganegara meneliti
suatu proposal, warganegara membuat keputusan dan warganegara memonitor dan
mengakses aksi dan pelanyanan public.
Kerangka Kerja Papperd dan Ward pada Strategi sistem
informasi dan teknologi informasi

Menurut Papperd dan Ward (2002), Jika ditangani secara komprehensif, pendekatan
yang menggunakan berbagai alat dan teknik diperlukan dalam memenuhi tujuan yang
efisiensi, efektivitas, dan berdaya saing. Beberapa teknik 'formal' diperlukan untuk
memastikan bahwa semua elemen penting dari bisnis dieksplorasi secara terstruktur dan
penggerak bisnis digunakan untuk mencapai prioritas yang efektif. Namun, teknik informal
juga disertakan untuk mendorong pemikiran kreatif dan menangkap ide-ide inovatif di mana
pun mereka muncul, baik selama dan setelah proses strategi utama berakhir - ide-ide inovatif
untuk memanfaatkan SI / TI dapat muncul kapan saja.

Pendekatan keseluruhan yang dikemukakan mereka ini terdiri dari model gabungan di
mana strategi dan perencanaan bisnis, analisis bisnis, analisis informasi, dan celah inovatif
semuanya memiliki peran untuk dimainkan. Tapi mungkin unsur yang paling penting adalah
memiliki tim yang seimbang, dengan anggota berpengalaman yang, di antara mereka,
memiliki pengetahuan bisnis dan TI yang luas, keterampilan kreatif dan analitis, pikiran yang
terbuka dan ingin tahu serta banyak akal sehat. Model ikhtisar, ditunjukkan pada Gambar
berikut, menggambarkan blok bangunan perumusan strategi dan kerangka perencanaan.
Gambaran Singkatnya adalah:
Lingkungan Bisnis Lingkungan SI/TI
Ekternal Eksternal

Lingkungan Bisnis Lingkungan SI/TI


Internal Internal

Proses Strategi
SI/TI
Portofolio Aplikasi
Saat Ini

Strategi
Strategi TI
Managemen SI/TI
Strategi SI Bisnis

Portofolio Aplikasi
Kedepan

Blok Input

1. Lingkungan bisnis eksternal: iklim ekonomi, industri, sosial, peraturan dan


persaingan di mana organisasi tersebut beroperasi.
2. Lingkungan bisnis internal: strategi bisnis saat ini, produk dan layanan, tujuan,
sumber daya, proses, serta budaya dan nilai bisnis.
3. Lingkungan IS / TI eksternal: tren teknologi digital dan ekonomi ditambah peluang
aplikasi yang potensial dari teknologi baru atau yang muncul dan juga penggunaan
SI / TI oleh orang lain, terutama pelanggan, pesaing dan pemasok, tetapi juga
perusahaan di industri lain.
4. Lingkungan SI / TI internal: peran SI / TI saat ini dalam bisnis, kematangannya,
cakupan dan kontribusi bisnis, keterampilan, sumber daya, dan infrastruktur
teknologi. Portofolio aplikasi saat ini, termasuk yang dipilih dalam pengembangan,
atau direncanakan tetapi belum berjalan, juga merupakan bagian dari lingkungan SI /
TI yang mendasar.
Blok Output

1. Strategi SI Bisnis: bagaimana setiap unit atau fungsi akan menggunakan informasi
dan aplikasi TI dalam mencapai tujuan bisnisnya dan / atau menciptakan strategi dan
opsi bisnis baru.
2. Strategi TI merupakan Investasi teknologi dan rencana layanan dan strategi untuk
akuisisi dan manajemen teknologi, hubungan pemasok dan sumber daya spesialis.
3. Strategi manajemen SI / TI: kebijakan dan mekanisme tata kelola untuk
memungkinkan perumusan dan implementasi strategi yang sukses dan
memastikannya memberikan manfaat bisnis maksimum yang tersedia pada tingkat
biaya dan risiko yang dapat diterima.

Apa pun struktur dan format yang dapat dipilih organisasi untuk mendokumentasikan
output, tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pengguna, manajemen, dan profesional SI
/ TI semua memahami elemen kunci dari strategi dan masing-masing menghargai bagian-
bagian dari strategi yang harus mereka berikan. Berikut ini adalah poin-poin umum yang
berkaitan dengan output:

1. Pernyataan tentang permintaan, dalam hal persyaratan untuk informasi dan sistem,
terkandung dalam strategi SI bisnis dan portofolio aplikasi yang menyertainya. Unsur-
unsur pasokan tersebut terkandung dalam strategi TI, sedangkan strategi manajemen
SI / TI berisi pendekatan keseluruhan untuk memuaskan dan menyeimbangkan
permintaan dan pasokan.
2. Biasanya harus ada satu strategi manajemen SI / TI untuk sebuah organisasi di mana
kebijakan yang konsisten untuk SI / TI diterapkan di seluruh badan korporat, baik
sumber daya SI / TI disentralisasi atau didistribusikan atau tidak. Namun, mungkin
ada beberapa strategi SI bisnis, satu untuk setiap SBU, atau bahkan strategi terpisah
untuk layanan bersama atau unit geografis tertentu. Demikian pula, mungkin ada satu
portofolio aplikasi masa depan atau beberapa - satu per bisnis - atau gabungan yang
menunjukkan aplikasi yang dipilih secara lokal dan diamanatkan secara terpusat.
3. Sama halnya mungkin hanya ada satu strategi TI untuk seluruh organisasi, meskipun
mungkin ada perangkat keras dan layanan TI terpisah yang didedikasikan untuk unit
bisnis tertentu
Daftar Pustaka

Friedman, T. (2000). The lexus and the olive tree. New York: Anchor.

Pratikno (2017). Develop Trust in a Digitalized World. Yogyakarta: UGM.

Simon, J., Bass, T., Boelman, V., & Mulgan, G. (2017). Digital Democracy. The Tools Transforming
Political Engagement, 87.

Ward JM, Peppard J. (2002). Strategic Planning for Information Systems. 4th ed. United Kingdom
(UK): J Wiley. Hal: 108-110

Anda mungkin juga menyukai