Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan 4 – Topik, Tema, dan Kerangka Karangan

Topik dan Tema

Kata “topik” dan “tema” berasal dari bahasa Yunani. Tema dari kata tithenai berarti

‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’, sedangkan topik dari topoi

artinya ’tempat’. Oleh karena itu, topik merupakan hal yang sangat sentral dalam menentukan

pokok pembicaraan/pembahasan dalam sebuah karangan.

Tema biasanya panjang dan berupa kalimat berpola K-S-P-O (Keterangan—Subjek—

Predikat—Objek), contoh, Dengan Semangat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Kita Sukseskan

Pembangunan Negara Berkelanjutan; Melalui Gerakan Disiplin Nasional Kita Wujudkan

Ketertiban Berlalu Lintas.

Jika dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema berarti amanat utama yang

disampaikan penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui bila seseorang

sudah selesai membaca, misalnya, sebuah novel. Setelah selesai membaca, tentunya akan

meresaplah ke dalam pikiran pembaca intisari novel tersebut.

Topik bersifat umum dan belum terurai. Topik karangan ilmiah harus sesuatu yang nyata

atau tidak boleh abstrak karena topik merupakan hal yang akan digarap untuk dijadikan

karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan “Masalah apa yang akan ditulis untuk

dibahas” atau “Hendak menulis/membicarakan tentang apa. Itulah mengapa jika seseorang mulai

menulis dengan bertumpu pada tema, terutama pada karangan ilmiah, tentunya akan mengalami

kesulitan. Mengingat bahwa pada umumnya tema bersifat lebih abstrak daripada topik.

Memilih Topik:
1. Menarik perhatian penulis.

2. Sudah dikenal baik oleh penulis.

3. Layak untuk dibahas dan bermanfaat.

4. Tidak terlalu baru dan tidak terlalu kontroversial.

5. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

Membatas Topik:

1. Lautan (Topik Besar)

2. Lautan Indonesia (subtopik/topik)

3. Kekayaan Laut Indonesia (subtopik/topik)

4. Fauna (subtopik/topik)

5. Kerang Mutiara (subtopik/topik)

6. Pembudidayaannya

7. Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan (subtopik/judul)

Cara Lain Membatasi Topik:

1. Menurut Tempat

Negara tentu lebih khusus daripada dunia dan bagian dalam sebuah negara tersebut tentu

menjadi lebih khusus lagi. Contoh: Pulau Jawa Sebelum Indonesia Merdeka, menjadi

Jakarta Sebelum Indonesia MerdekaYogyakarta Pada Masa Pangeran Diponegoro.

2. Menurut Waktu atau Periode atau Zaman

Contoh: Kebudayaan Indonesia dapat dikhususkan menjadi Seni Tari Jawa Modern, Seni

Ukir Zaman Kerajaan Majapahit, Seni Lukis Pasca kemerdekaan RI, dan Seni Pahat pada

Era Sultan Hasanuddin.


3. Menurut Sebab-Akibat

Contoh: Dekadensi Moral di Kalangan Muda-mudi, dapat dikhususkan menjadi Pokok

Pangkal Timbulnya Krisis Moral di Kalangan Muda-mudi

4. Menurut Pembagian Bidang Kehidupan Manusia ( Politik, Sosial, Ekonomi, Budaya,

Agama, Kesenian, dll)

Contoh: Usaha-usaha Pemerintah dalam bidang Ekonomi, dapat dikhususkan menjadi

Kebijaksanaan Deregulasi di Bidang Ekonomi pada Era Reformasi.

5. Menurut Aspek Khusus - Umum atau Individual - Kolektif

Contoh: Pengaruh Siaran Televisi terhadap Masyarakat Jawa Timur, dapat dipersempit

menjadi Pengaruh Siaran Televisi terhadap Kaum Tani di Jawa Timur dan Pengaruh

Media Internet terhadap Kaum Pelajar di Yogyakarta.

6. Menurut Objek Material dan Objek Formal

Objek material ialah bahan yang dibicarakan, objek formal ialah sudut darimana bahan

itu kita tinjau.

Topik dan Judul

Judul karangan pada dasarnya merupakan perincian atau penjabaran dari topik. Jika

dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik. Bahkan, sering kali telah menyiratkan sudut

pandang penulisnya atas suatu variabel yang akan dibahas.

Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan atau tulisannya akan bersifat

umum, sehingga ruang lingkupnya menjadi sangat luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat

dan padat, menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar atau inti pembahasan.
Untuk diketahui, sebenarnya proses pembuatan judul tetap berawal dari pemilihan topik.

Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yang diambil oleh mahasiswa/i

penyusun skripsi itulah yang menjadi topik utama skripsinya.

Syarat-Syarat Judul Yang Tepat:

1. Relevan, memiliki hubungan dengan isi karangan atau topik

2. Provokatif, agar menimbulkan hasrat keingintahuan pembaca

3. Singkat, supaya mudah dipahami dan diingat

4. Dalam bentuk frasa

Syarat-Syarat Tema Yang Baik:

1. Kejelasan

Kejelasan dapat dilihat pertama kali melalui gagasan sentralnya. Apakah ada satu topik

dengan tujuan utama yang akan disampaikan kepada pembaca. Jika gagasan sentralnya

jelas, tema itu dapat dirumuskan dalam kalimat yang jelas.

2. Kesatuan

Kesatuan dilihat semata-mata dari persoalan bahwa hanya ada satu gagasan sentral dalam

setiap tema. Tiap perincian hanya menunjang satu gagasan sentral tadi, dan tiap perincian

itu pun hanya boleh mengandung satu gagasan.

3. Perkembangan

Perkembangan tema dapat dilihat dari dua sudut yaitu pertama apakah gagasan sentral

yang lebih tinggi sudah diperinci secara maksimal, dan kedua, apakah perincian-perincian

tersebut juga sudah diurutkan secara logis dan teratur.

4. Keaslian
Keaslian sebuah tema dapat dilihat dari beberapa sudut, yaitu mulai dari pilihan pokok

persoalannya, sudut pandang serta pendekatannya, dan dari rangkaian kalimat serta

pilihan katanya.

Kerangka Karangan

Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan.

Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam

perencanaan karangannya. Selain itu, kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang

mengandung ketentuan-ketentuan tentang bagaimana menyusun karangan itu. Kerangka

karangan juga akan menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur.

Kerangka yang belum final disebut outline atau kerangka karangan, sedangkan yang

sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final atau kerangka mantap. Penyusunan

kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan menghindarkan penulis dari kesalahan-

kesalahan yang tidak perlu terjadi.

Kegunaan Kerangka Karangan:

1. Kerangka karangan membantu penulis menyusun karangan secara teratur, dan tidak

membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah penulis keluar dari sasaran yang

sudah dirumuskan dalam topik atau judul.

2. Sebuah kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan serta

memberi kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut. Hal ini akan membantu

penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda, sesuai dengan variasi yang diinginkan.

Oleh karena itu, kerangka karangan akan memudahkan penulis menciptakan klimaks

yang berbeda-beda.
3. Sebuah kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi

apa yang diperlukan dalam pembahasan yang akan ditulisnya nanti.

4. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. Karena hal itu hanya

akan membawa efek yang tidak menguntungkan, misalnya, bila penulis tidak menyadari

betul akan pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda

dengan yang sedang ditulisnya, ternyata kedua topik yang sama tersebut menghasilkan

sebuah pertentangan.

5. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan telah “selesai”

karena semua ide sudah terkumpul, terinci, dan teruntun dengan teratur. Pengarang hanya

tinggal menyusun kalimat-kalimatnya untuk “membunyikan” ide atau gagasannya.

6. Kerangka karangan merupakan miniatur keseluruhan karangan. Melalui kerangka

karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur karangan secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai