BAB II Askeb Kehamilan
BAB II Askeb Kehamilan
PEMBAHASAN
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu kehamilan, tanda pasti dan
tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti dibagi menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu
dugaan atau perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan, kedua tanda objektif
(probability) atau kemungkinan hamil.
a. Tanda Pasti
Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop Laennec/ stetoskop Pinard pada
minggu ke 17-18. Serta dapat didengarkan dengan stetoskop ultrasonik (Doppler) sekitar minggu
ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan mengidentifikasi bunyi-bunyi lain yang meyertai
seperti bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu (Kumalasari, 2015: 3).
3) Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG (Sunarti, 2013: 60).
Yaitu kondisi dimana wanita yang sudah mampu hamil, mengalami terlambat haid/ datang bulan.
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi. Pada
wanita yang terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari pertama haid terakhirnya
(HPHT). supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele yaitu TTP : (hari pertama HT + 7), (bulan - 3) dan
(tahun + 1) (Kumalasari, 2015: 12).
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan
dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut dengan
morning sickness. Akibat mual dan muntah ini nafsu makan menjadi berkurang. Dalam batas
yang fisiologis hal ini dapat diatasi Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis Untuk
mengatasinya ibu dapat diberi makanan ringan yang mudah dicerna dan tidak berbau menyengat
(Kumalasari, 2015: 2).
c) Mengidam
Wanita hamil sering makan makanan terntentu, keinginan yang demikian disebut dengan
mengidam, seringkali keinginan makan dan minum ini sangat kuat pada bulan – bulan pertama
kehamilan. Namun hal ini akan berkurang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia
kehamilan.
d) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf
pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan bila berada pada tempa-tempat ramai yang sesak
dan padat. Keadaan ini akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Kumalasari,2015: 2).
e) Perubahan Payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan
lebih dari 16 minggu (Sartika, 2016: 8). Pengaruh estrogen –progesteron dan somatotropin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang,
ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (Kumalasari, 2015: 2).
Selain itu, perubahan lain seperti pigmentasi, puting susu, sekresi kolostrum dan pembesaran
vena yang semakin bertambah seiring perkembangan kehamilan f) Sering miksi Sering buang air
kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin (Prawirohardjo, 2008: 100).
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga
kesulitan untuk BAB (Sunarsih, 2011: 111).
h) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.Pigmentasi ini meliputi tempat-
tempat berikut ini :
a) Daerah pipi : Cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher)
c) Dinding perut : Strie livide/ gravidarum yaitu tanda yang dibentuk akibat serabut-serabut
elastis lapisan kulit terdalam terpisah dan putus/ merenggang, bewarna kebiruan, kadang dapat
menyebabkan rasa gatal (pruritus), linea alba atau garis keputihan di perut menjadi lebih hitam
(linea nigra atau garis gelap vertikal mengikuti garis perut (dari pusat-simpisis) (Sunarti, 2013:
45)..
e) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.
i) Epulis
Beberapa test yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya suatu kehamilan yaitu:
1. Tes Urine
Tes urine dapat dilakukan dirumah atau dilaboratorium. Tes Pack atau alat tes kehamilan yang
banyak digunakan oleh pasangan suami istri secara mandiri dengan mudah, meskipun terdapat
banyak macam jenis tes pack baik yang berbentuk strip (sekali pakai), berbentuk pena, atau
batangan kecil tetapi pada prinsipnya cara kerja tes pack tersebut sama, yaitu untuk mengetahui
ada tidaknya peningkatan hormon kehamilan HCG (Human Chorionic gonadotropin) di dalam
tubuh. Jika memang hamil, hormon ini terdapat di dalam urine dan darah. Peningkatan HCG
terjadi kurang lebih satu minggu setelah ovulasi, sehingga disarankan agar melakukan tes
minimal tujuh hari supaya hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain cara mendapatkanya yang
mudah, penggunaanya juga mudah yaitu dengan cara mencelupkan atau menetesinya dengan urin
pengguna, tunggu selama beberapa menit hingga muncul tanda positif negatif atau berapa jumlah
strip yang muncul (sesuai petunjuk penggunaan sebelum menggunakanya). Tes ini sebaiknya
dilakukan di pagi hari, karena saat pagi hari (bangun tidur) urine dalam keadaan murni belum
tercampur oleh zat-zat makanan yang dikonsumsi (Siswosuharjo, Suwignyo & Fitria C. 2010:
28-29).
2. Tes Darah
Prinsipnya sama dengan tes urine yaitu menguji adanya HCG dalam tubuh. Bedanya, tes darah
ini tidak dapat dilakukan sendiri dirumah, melainkan dilakukan di laboratorium dengan jalan
mengambil contoh darah. Jika terdapat peningkatan HCG didalam darah, maka dinyatakan
positif hamil, demikian juga seterusnya.
Tes ini di lakukan oleh seorang dokter dengan memastikan kehamilan melalui USG yang dapat
melihat bagian dalam tubuh manusia. Dari gambaran yang ditampilkan alat tersebut, dokter akn
melihat didalam rahim terdapat embrio atau tidak. Jika kehamilan sudah berjalan enam minggu,
alat ini sangat membantu dokter dalam menganalisis suatu kehamilan. Selain melihat ada
tidaknya embrio, penggunaan USG juga dapat digunakan untuk amengetahui taksiran persalinan,
perkiraan usia kehamilan, serta perkiraan berat badan dan panjang janin (Siswosuharjo,
Suwignyo & Fitria C. 2010: 30).
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang bisa
terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Asrinah, 2010).
Tanda-tansda bahaya kehamilan yang terjadi pada masa kehamilan muda dan lanjut, pada
kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum, hipertensi,
sedangkan pada kehamilan lanjut tanda-tanda bahaya kehamilan yang sering terjadi adalah
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, bengkak di wajah, keluar
cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat dan anemia
(Kusmiyati, 2008)
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan pada usia kehamilan <20
minggu tau berat janin <1000 gram. Menurut Kusmiyati (2009) ada beberapa jenis abortus:
a. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut
beberapa hari atau dpat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahaankan.
b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,
kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan
ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang
tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin
biasanya sudahmati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini, merupakan
kontraindikasi.
c. Abortus inkomplitus
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus
berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun
tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan
serviks akan menutup kembali.
d. Abortus Komplitus
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam
10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.
e. Abortus Tertunda (missed abortion) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan
pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya,
rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.
Menurut Varney (2007) mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik tidak normal,
yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Kehamilan mola hidatidosa
biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi berpotensi menjadi ganas.
b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan hebat
mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah, cenderung berwarna
merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus.
i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan 24 minggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi
berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan ektopik terjadi pada tuba,
dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen (perut). Kehamilan ektopik
merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi janin tidak memberi janin
kesempatan untuk berrkembang hingga mencapai aterm (Mangkuji, 2013).
Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak
mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu. Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkina KET dapat
ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut
bawah yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah
keterlambatan haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen, kavum
douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus (Mangkuji, 2013).
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini biasanya
diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama
disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human chorionic gonadotrophin) (Woolfson,
2009).
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa mual ini tak
membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi makanan secara seimbang
dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang mengalami mual di pagi hari cukup cepat
mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di cerna (Page, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama kehamilan. Muntah yang
membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umunya dialami wanita hamil
karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama
kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi,
hiperemesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi
(Varney, 2007).
Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis.
Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut Fadlun (2011) penyakit
hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat 1
Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, nadi
meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering dan mata
cekung.
b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu
sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernafasan.
c. Tingkat 3
Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari
samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun, komplikasi fatal
ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental, dan ikterik.
5). Hipertensi
Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg
atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan
sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak
diragukan lagi bahwa kejang eklamtik dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Cunningham,2013).
Menurut Billington (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam
dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai defenisi yang tepat:
a. Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12%
kehamilan meliputi: pre eklamsi dan elamsi, hipertensi akibat kehamilan/hipertensi
gestasional yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan
darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain pre
eklamsi.
b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan terjadi
antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses penyakit yang
mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang lebih umum terjadi
hipertensi esensial.
Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi setelah
minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema. Proteinuria
adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urine
yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita
pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan
darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika
edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat termanifestasi sendiri dalam
bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu
(Wijayarini, 2012).
Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang
wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu
pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu.
Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk
mendeteksi dini preeklamsi (Fadlun, 2011).
Pencegahan Anemia:
Menurut Jimenez (2000) ada beberapa hal yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya anemia antara lain:
Makanlah makanan yang kaya akan zat besi dari sumber hewani,
seperti hati, lidah, jantung, dan organ lain atau daging tanpa lemak,
tiram, kerang dan telur.
Untuk produk hewani yang rendah kolesterol dan lemaknya,
pilihlah ikan atau ayam.
Untuk sumber makanan vegetarian, pilih kacang-kacangan,
polong-polongan, biji-bijian, kismis, sayuran berdaun hijau dan
molase.
Diet anda harus cukup mengandung kalsium dan vitamin C, yang
dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi.
Seimbangkan diet anda karena selain zat besi, sejumlah nutrisi lain
juga berperan dalam pembentukan hemoglobin. Setiap hari,
makanlah beberapa porsi buah dan sayuran segar, biji-bijian, dan
produk olahan susu.
Makanlah tambahan vitamin dan mineral yang mengandung zat
besi setiap hari.