Anda di halaman 1dari 6

UTS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Semester Ganjil Tahun Ajaran 2020/2021

Nama: Kristila Nido

Nim: 13170014

A. Usia 7 tahun – 11 tahun


B. - Menurut teori kognitif Piaget, perkembangan kognitif anak usia dasar berada pada
dua fase yaitu pertama fase operasional konkret (7-11 tahun), pada tahap ini anak
menjadi lebih stabil, berpikir secara operasional dan menggunakan penalaran logis
daripada pemikiran intuitif.
Di tahap operasional konkret anak sudah tidak lagi mengalami centration dan dapat
melakukan conservation. Pada tahap ini, anak dapat memahami operasi (logis) dengan
bantuan benda-benda kongkrit. Yang dimaksud operasi dengan bantuan benda-benda
kongkrit disini adalah tindakan atau perbuatan mental mengenai kenyataan dalam
kehidupan nyata. Akan tetapi ada kemungkinan, anak-anak masih kesulitan membuat
generalisasi verbal dari contoh-contoh yang serupa. Oleh karena itu, anak-anak pada
tahap ini dapat dikelompokkan ke dalam taraf berpikir kongkrit yaitu selalu
memerlukan bantuan benda-benda kongkrit, atau taraf berpikir semi kongkrit, artinya
dapat mengerti jika dibantu dengan gambar benda kongkrit. Dapat pula dikatakan
taraf berpikir semi abstrak, yaitu dapat mengerti dengan bantuan diagram, torus, atau
sejenisnya.

Kedua fase operasional formal (11-12 tahun ke atas) adalah fase dimana anak sudah
dapat memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu
bersifat abstrak. Kendati berada pada fase yang sama, perkembangan kognitif anak
memiliki perbedaan di setiap tingkatan usianya yang sangat penting dipahami
khususnya dalam lingkup pendidikan yaitu pada kegiatan belajar mengajar, kemudian
anak-anak menjadi lebih sistematis dan masuk akal dan mereka tidak hanya dapat
menalar objek dan peristiwa yang nyata, tetapi juga mereka memiliki kemampuan
untuk bernalar dan berpikir secara lebih abstrak dan idealis.
anak sudah dapat membuat hipotesis mengenai suatu masalah dan menemukan cara
untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir
logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan
hipotesis, dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu, dan
cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.

C. Perbandingannya, Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam


perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat
berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-
proposisi dan hipotesis, dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat
diamati saat itu, dan cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
ciri-ciri tahap operasi formal adalah sebagai berikut:
a. Berusia sekitar 11 – 12 tahun ke atas (disebut juga anak dewasa).
b. Tidak memerlukan perantara operasi konkret lagi untuk menyajikan abstraksi
mental secara verbal.
c. Dapat mempertimbangkan banyak pandangan sekaligus dan dapat memandang
perbuatannya secara objektif dan merefleksikan proses berpikirnya.
d. Mulai belajar merumuskan hipotesis (perkiraan) sebelum ia berbuat. Misalnya ia
dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada waktu menggoreng bila ia
memasukkan daging ayam berair ke dalam katel berminyak yang sangat panas.
Percobaan dilakukan untuk membuktikan hipotesisnya.
e. Dapat merumuskan dalil/teori, menggeneralisasikan hipotesis, dan mengetes
bermacam hipotesis.
f. Dapat menghayati derajat kebaikan dan kesalahan dan dapat memandang definisi,
aturan, dan dalil dalam konteks yang benar dan objektif.
g. Dapat berpikir deduktif dan induktif, dapat memberikan alasan-alasan dari
kombinasi pernyataan dengan menggunakan konjungsi, disjungsi, negasi, dan
implikasi, serta memahami induksi matematika.
h. Anak dapat memahami dan menggunakan konteks kompleks seperti permutasi,
kombinasi, perbandingan (proposisi), korelasi dan probabilitas, dan dapat
menggambarkan besar tak hingga dan kecil tak hingga.

Lalu, menurut teori kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar 7-11
tahun disebut pemikiran operasional konkret (concrete operational). Makna
operasional konkret yang dimaksud oleh Piaget yaitu kondisi dimana anak-anak sudah
dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis terhadap sesuatu yang bersifat
konkret atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif
(naluri) dengan syarat pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh
yang konkret atau spesifi.
Pada tahap ini, anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda
kongkrit. Yang dimaksud operasi dengan bantuan benda-benda kongkrit disini adalah
tindakan atau perbuatan mental mengenai kenyataan dalam kehidupan nyata. Anak
tidak perlu selalu dengan bantuan benda-benda kongkrit ketika melakukan operasi.
Akan tetapi ada kemungkinan, anak-anak masih kesulitan membuat generalisasi
verbal dari contoh-contoh yang serupa. Oleh karena itu, anak-anak pada tahap ini
dapat dikelompokkan ke dalam taraf berpikir kongkrit yaitu selalu memerlukan
bantuan benda-benda kongkrit, atau taraf berpikir semi kongkrit, artinya dapat
mengerti jika dibantu dengan gambar benda kongkrit. Dapat pula dikatakan taraf
berpikir semi abstrak, yaitu dapat mengerti dengan bantuan diagram, torus, atau
sejenisnya. Serta dapat pula dikatakan berada pada taraf berpikir abstrak, yaitu dapat
mengerti tanpa bantuan benda-benda real, gambar ataupun diagramnya. kekurangan
dari pada fase ini adalah ketika anak dihadapkan dengan pemasalahan yang bersifat
abstrak (secara verbal) tanpa adanya objek nyata, maka ia akan mengalami kesulitan
bahkan tidak mampu untuk menyelesaikannya dengan baik.

D. Salah satu pengalaman yang paling menyenangkan dan berharga baik bagi guru /
orang tua maupun anak adalah berkomunikasi dengan anak.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap perkembangan bahasa anak usia
Sekolah Dasar yaitu, berikan sesering mungkin kesempatan pada anak untuk berlatih
berkomunikasi langsung, bercerita dalam pelajaran berbahasa. Hal tersebut dapat
merangsang atau memacu anak untuk mengolah kata membentuk suatu kalimat yang
dimengerti orang lain. Berikan pelajaran bahasa kepada siswa, mulai dari hal-hal yang
sederhana, dan dapat diberikan contoh serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya yaitu dalam berinteraksi dengan murid, sebaiknya menggunakan
pemakaian kata yang tepat dan mudah dimengerti anak, sehingga tercipta komunikasi
yang interaktif. Menyikapi perkembangan anak usia Sekolah Dasar, yang peka
terhadap peniruan segala apa yang diperhatikan, sebagai seorang guru hendaknya
memberikan tauladan yang baik dalam berbahasa dengan siswa.
Kemudian, ada beberapa cara penyesuaian dalam berkomunikasi dengan murid:
- Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Dalam proses pembelajaran, sebagai pengajar atau guru hendaknya menggunakan
bahasa dan kosa kata yang mudah dipahami oleh siswa-siswinya. Penggunaan
kata yang tepat tentu baik juga untuk perkembangan anak. Selain itu, lakukan
penekanan dan penjelasan berulang-ulang pada apa yang menjadi kata kunci dari
pelajaran tersebut. Sebisa mungkin berbicaralah dengan tempo yang tepat, yakni
tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Bicara dengan tempo yang terlalu
cepat akan membuat siswa jadi kurang bisa mencerna sedangkan tempo lambat
bisa membuat siswa jadi mengantuk.
- Perhatikan komunikasi non verbal
Dalam pembelajaran, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tapi
juga komunikasi non verbal. Gerakan seperti kening berkerut tanda berpikir keras
atau menggelangkan kepala tanda menolak merupakan contoh komunikasi non
verbal. Seorang guru sebaiknya harus bisa membaca hal tersebut. Misalnya ada
seorang siswa yang sedang menguap sambil merenggangkan tangan.
- Makna dari pesan harus jelas, Hindari terlalu banyak penggunaan bahasa ilmiah.
Sebaiknya gunakanlah bahasa yang sesuai dengan usia siswa. Berbicara pada
murid kelas 1 SD tentu berbeda saat berbicara dengan murid kelas 3 SMA.

E. Menurut saya ada 5 hal yang dapat diterapkan dikelas terkait perkembangan bahasa
pada siswa-siswi :
1. Pembelajaran bercerita didalam kelas, setiap anak akan mendapatkan kesempatan
untuk maju didepan untuk menyampaikan cerita yang mereka pilih untuk
disampaikan didepan.
Tujuannya agar melatih kepercayaan diri setiap murid dan agar dapat
mengembangan bahasa mereka, dan kegiatan bercerita dapat mengembangkan
kemampuan untuk menguasai ide cerita, penguasaan bahasa, pemilihan bahasa,
keberanian, ketenangan, kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan
teratur sehingga mampu dan terampil dalam bercerita sehingga perlu dibina secara
baik dan tepat oleh kita sebagai seorang guru mulai dari tingkat kanak-kanak.
2. Media Gambar Dapat membantu Meningkatkan Kemampuan Berbahasa, Gambar
dapat digunakan sebagai alat yang dapat menarik perhatian anak, variasi
pembelajaran dan mempertinggi proses pembelajaran, bahwa media gambar dapar
memberikan manfaat antara lain : Pembelajaran akan lebih menarik perhatian
anak sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
3. pemberian lingkungan kondusif bagi perkembangan bahasa juga sangat penting.
Dengan adanya lingkungan kondusif yang tercipta sesuai dengan kebutuhan anak
untuk perkembangan bahasa pada saatnya, akan berdampak sangat positif
terhadap perkembangan bahasa anak, tidak hanya sebagai pengguna bahasa yang
pasif, tapi juga menjadi pengguna bahasa yang aktif. Untuk menciptakan suatu
lingkungan kondusif dikelas yaitu pengaturan tata letak meja kursi dan lainnya,
dan juga suara seorang guru agar tidak begitu lirih di dalam kelas, sehingga
seorang guru harus mengatur suaranya agar dapat didengar siswa semuanya.
4. Sering menjalin komunikasi kepada murid agar mereka bisa semakin banyak
menemukan kosa kata dan semakin dapat membantu mereka dalam perkembangan
bahasanya.
5. Memberikan tugas kelompok, dengan adanya tugas kelompok siswa satu sama
lain dapat saling berinteraksi dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dapat
mengembangkan bahasa dan siswa dapat semakin aktif dalam berbahasa dan
berbicara.

F. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun) Pada saat ini, anak-anak belajar
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya
tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan
anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.
Keterampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak
mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih
teman-teman sebaya akan merasa inferior.

Anda mungkin juga menyukai