Anda di halaman 1dari 15

KEGIATAN DAN JABATAN GURU

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Teacher Profession

Dosen Pengampu : Dra. Ratnawaty Maming, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nama anggota:

 Azisa A. Semmagga
 Murniati Jasia
 Aini Dwiyanti Sulfa
 Annisa Fitriah Jamal
 Nurul Octavia Zulkarnain

Pendidikan IPA ICP 2020


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul  “Kegiatan dan Jabatan Guru “ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas  dosen pada mata kuliah Teacher Profession. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kegiatan
dan Jabatan Guru  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Makassar, 20 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
Latar Belakang..........................................................................................................3
Rumusan masalah......................................................................................................5
Tujuan penulisan.......................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
Eksistensi dan Protektif Jabatan Guru.......................................................................6
Makna Jabatan Guru Sebagai Jabatan Fungsional....................................................8
BAB III.......................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
Kesimpulan:............................................................................................................10
Saran :......................................................................................................................10
Daftar Pustaka:……………………………………………………………………..11
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru profesional merupakan pondasi awal suatu keberhasilan dalam suatu
institusi pendidikan, peserta didik yang berhasil dan sukses merupakan
sumbangsih dari jasa seorang guru. Menurut Rice dan Bishoprick (dalam Bafadal
2008:5) Guru Profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru oleh kedua
pasangan penulis tersebut dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari
ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immanurity)
menjadi matang, dari diarahkan orang lain (other-directedness) menjadi
mengarahkan diri sendiri. Dalam dunia pendidikan guru yang diposisikan sebagai
praktis pendidik memiliki kewajiban mencerdaskan dan membimbing peserta
didik kearah yang lebih baik serta kegiatan guru dalam pendidikan akan dinilai
dan dievaluasi oleh seorang Kepala Sekolah atau tim Supervisi yang ada di
Sekolah.
Profesionalisme yang berkaitan dengan kompetensi guru dijabarkan dalam UU
No.14 tahun 2005 (dalam Janawi 2011:46) dalam isinya (1) Guru adalah guru
profesional dengan tugas utama mendidik mengajar dan mengarahkan melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
formal, pendidikan dasar dan menengah,
(2) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber pengahasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi, (3) Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat
pendidik, hal-hal yang bersifat lebih teknis dan penjabaranya dapat
diperhatikan melalui PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pentingnya menjaga dan mengembangkan keprofesionalan Guru diperlukan
adanya kegiatan Supervisi. Menurut Dictionary of Education Good Carter (dalam
Sahertian 2000:17) Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulasi menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. Dengan demikian kegiatan
pendidikan dalam sekolah akan diketahui kesalahan atau kekurangan guru dalam
kegiatan pengajaran serta dapat menyusun strategi pemecahan masalah guna
tercapainya tujuan pembelajaran.
MIM PK Kartasura merupakan sekolah program khusus yang dikelola dengan
sangat matang oleh Kepala Madrasah yaitu Ustadz Nasrul Harahap yang
bekerjasama dengan semua staf guru dan karyawan. Dalam pengelolaanya
terdapat struktur organisasi sekolah dengan Kepala Madrasah sebagai jabatan
tertinggi dan dibawahnya terdapat Sekertaris, Kepala Tata Usaha, Waka
Kesiswaan, Guardian Angel (Pembantu kepala sekolah dalam hal Supervisi),
Waka Sarpras, Waka Humas dan Co.Majalah. Supervisi di MI Muhammadiyah
PK Kartasura dipimpin Kepala Madrasah dan dibantu oleh GA (Guardian Angel)
sebagai Supervisor dengan tugas menyampaikan hasil kinerja guru dalam
mengajar kepada kepala madrasah. Kegiatan supervisi di MIM PK Kartasura telah
berlangsung secara continue sesuai jadwal kalender akademik di sekolah2 kali
tiap semester, dalam kegiatanya supervisor mengamati dan menilai kinerja guru
dalam kegiatan belajar mengajar, piket dan kedisiplinan guru serta kelengkapan
menyusun administrasi. melalui kegiatan supervisi diharapkan guru dapat
memperbaiki pengajaran dan menjadi guru yang memiliki kompetensi
professional.
Supervisi pada sekolah negeri biasanya hanya sebagai formalitas dengan
kepala sekolah dan Pengawas Sekolah (PS) sebagai supervisornya, dengan
kegiatan supervisi yang terjadwal maka guru biasanya mempersiapkan
administrasi sebagai kelengkapan mengajar guru dengan sistem kejar kebut
semalam, hal ini membuktikan kurangnya profesional guru dalam menjalankan
wewenang dengan disiplin, begitu pula di MIM PK Kartasura masih ada guru
yang kurang disiplin baik dari segi kelengkapan administrasi, disiplin datang, atau
hal kreatifitas. Namun dengan adanya kekurangan membuat Kepala Madrasah
untuk dapat merubah guru yang bermasalah dengan mencari solusi bersama
dengan kegiatan supervisi, dengan gaya supervisi kepala Madrasah yang
membangun peneliti ingin meneliti dengan judul Peran Supervisi Kepala Sekolah
dalam Mewujudkan Profesionalisme Guru di MIM PK Kartasura.

Rumusan masalah
1. Apa yang dimksud dengan guru
2. Apa makna jabatan guru
3. Aktivitas apa yang mesti dilakukan oleh guru
4. Bagaimana ruanglingkup kegiatan atau aktivitas guru

Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan guru
2. Untuk mengetahui makna jabatan guru
3. Untuk mengetahui aktivitas apa ayng mesti dilakukan oleh guru
4. Untuk mengetahui ruang lingkup kegiatan atau aktivitas guru

Manfaat penulisan
1. Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai dunia keguru
2. Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai dunia keguruan
3. Sebagai gambaran dan acuan agar lebih baik lagi dalam menyelesaikan makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

 Eksistensi dan Protektif Jabatan Guru


Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (Roestiyah,1982:182). Menurut
seorang ahli pendidikan “Teacer is a person who causes a person to know or be
able to do something or give a person know ledge or skill”(Roestiyah,
1982:182) sesangkan dalam persatuan guru guru Amerika serikat, guru adalah
semua petugas yang terlibat dalam tugas tugas pendidikan ”(Roestiyah,
1982:182). Menurut Balnadi Sutadipura, guru adalah orang yang layak digugu
dan ditiru (Saputra 1983:54).
Dictionary of education mengatakan teacher is

1. A person employed in an official capacity for a purpose of guiding and


directing the learning experiences of pupil in an education institution, wether
public or private.
2. A person who because of rich or unusual experience or education or borh in
given field is able to contribute to the growth and development of other person
who come in contrac with him.
3. A person who has completed a professional curiccullum in a teacher education
institution and whose training has been officially recognized by the award of an
approprivate teaching sertificat, dan
4. A person who instruct ethr (Good, 1937: 585)

Menurut undang undang No.41 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peseta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencariannya, profesinya) mengajar (moeliono, 1988:288).
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan
tenaga professional yang bertuas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, seta melakukan penelitian dan pengabdiak kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi. Pendiidk yang mengajarkan pada
satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang
mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen (Pasal 39 ayat 2 dan 3
No. 20/2003).

Berdasarkan sejumlah sumber itu daptlah disimpulkan bahwa seorang guru


bukan sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya atau
“mengecer informasi dengan menjaja-jajakannya di depan kelas” (Supardjo,
1992). Akan tetapi dia seorang tenaga professional yang dapat menjadikan
tenaga peserta didiknya mampu merencanakan, menganalisis dan
menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru
hendaklah bercita cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar
serta berprikemanusiaan yang mendalam. Disamping mengajarkan ilmu
pengetahuan guru juga harus membentuk pribadi peserta didik. Dilihat di sini,
tentu tantangan yang dihadapi oleh guru pendidikan dasar dan menengah lebih
besar.

Dalam Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 (pasal 42 ayat 1


dan 2) menyebutkan bahwa pemdidik harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pendidik untuk pedidikan formal pada jenjang untuk pendidikan usia
dinin,pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang
berakreditasi. Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 (pasal 39, 40,
41, 42, 43, dan 44) mengakui eksistensi guru sebagai profesi serta sekaligus
memberikan perlindungan hokum dan pengakuan yang lebih pasti terhadap
jabatan gutu. Dengan itu, profesi guru secara tegas dilindungi, dihargai,
dijamin, diakui keberdayaannya oleh hokum. Pengakuan status guru merupakan
pengakuan resmi pemerintah bahkan secara yuridis hal itu tekah jauh
melangkah apa yang kini dihadapi oleh profesi keguruan dalam forum
internasional. Menurut Basyuni Surimirdja di dalam UNESCO dan ILO, status
professional guru masih dalam taraf rekomendasi. Di negara kita status itu
bukan lagi rekomendasi melainkan telah ditegaskan secara yuridis melalui
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Segi lainnya adalah
perilindungan hukum bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dijamin
dalam pasal 40 ayat I Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentnang
SISDIKNAS mengenai hak hak tenaga kepndidikan, dikemukakan bahwa
tenaga kependidikan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam
menjalankan tugasnya penegasan ini boleh dikatakan luar biasa karena ia
memberiakn keistimewaan pada guru. Jadi, guru memiliki “dua jenis”
perlindungan hokum yakni sebagai warga negara biasa dan sebagai guru.

 Makna Jabatan Guru Sebagai Jabatan Fungsional


Menurut Undang-Undang Nomor 8/1974 tentang pokok kepegawaian, ada dua
jenis pegawai negeri sipil,yakni jabatan structural dan jabatan fungsional.
Jabatan structural adalah jabatan manejer yang disusun pada struktur organisasi
serta dibawahi oleh satu jabatan atasan dan membawahi beberapa struktur
bawahan. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan profesi yang disusun
untuk menetapkan menetapkan fungsi tertentu suatu organisasi, yang
didasarkan pada tingkat keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan fungsi dan profesinya. Keputusan Men-PAN No 26/1989
Tanggal 2 mei 1989 tentang Angka Kredit bagi jabatan guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menegaskan
bahwa jabatan guru adalah jabatan fungsional bagi pegawai negeri sipil yang
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan di
sekolah secara rincih jabatan fungsional sebagai berikut:
Jabatn guru terdiri dari empat bentuk keinginan atau kreativitas yakni
1. Pendidikan
2. Proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan
3. Pengembangan profesi, dan
4. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.

Kegiatan guru setelah mengadakan persiapan-persiapan mengajar, lalu


melaksanakan tugasnya dalam proses belajar mengajar, maka kegiatan guru
yang terakhir adalah membeikan evaluasi kepada siswa yang dimaksudkan
untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami dan
menelaah materi pelajaran yang disajikan tersebut.
Untuk lebih jelasnya tujuan memberi evaluasi kepada siswa, maka penulis
akan mengemukakan pendapat Abu Ahmadi sebagai berikut:
1. Untuk mengontrol apakah murid dapat menerima atau memahami bahan
pelajaran yang telah diterangkan oleh guru.
2. Untuk mengontrol apakah anak didik telah melaksanakan petunjuk-petunjuk
yang diberikan.
3. Untuk mengetahui sampai dimana kemauan, keuletan dan kemampuan anak
terhadap bahan pelajaran tersebut. Disini ditekankan prestasi anak yang
dinyatakan sebagai nilai-nilai yang diizinkan dalam rapor atau nilai terakhir
pada tahun ajaran.
Dengan melihat ketiga komponen kegiatan guru di atas, maka jelaslah bagi
kita bahwa tugas seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru harus memiliki
keterampilan baik itu keterampilan mengajar, dibutuhkan juga keterampilan
dalam memberikan penilaian kepada siswa.

Aktivitas pendiidikan yang mesti dilakukan oleh guru, yakni mengikuti dan
memperoleh ijazah formal, mengikuti dan memperoleh surat tammat
pendidikan dan latihan (STTPL) kedinasan. Aktivitas PMB atau BP meliputi
aktivitas melaksanakan PMB atau praktik atau melaksanakan proses PB,
melaksanakan tugas terpencil, melaksanakan tugas di sekolah. Aktivitas
penunjang PMB/PB meliputi aktivitas melaksanakan pengabdian pada
masyarakat dan melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan.

Ruang lingkup kegiatan/aktivitas guru dikaitkan dengan angka kreditnya


merupakan konsekwensi logis jabatan fungsional, dan sekaligus menjadi tolak
ukur menilai kemampuan porifesionalisme sorang guru. Tiga unsur utama yang
menjadi tolak ukur tiap jabatan fungsional (hingga kini ada dua puluh satu
jabatan fungsional dalam jabatan pegawai negeri sipil di Indonesia) termasuk
guru adalah

1. Pelaksanaan tugas sehari hari


2. Pengembangan ilmu dan keterampilan, dan
3. Pengabdian pada masyarakat (Tempo, 12 Agustus 1989:3)

Unsur-unsur yang dinilai dalam perolehan angka kresit terdiri dari unsur
utama (meliputi aktivitas pendidikan, PMB atau BP dan pengembangan
profesi) minimal 70% dan unsur penunjang (aktivitas penunjang PMB dan BP)
maksimal 30%. Basar kecilnya angka kredit itu (kedua unsur) ditentukan juga
oleh pendidikan terakhir yang dicapai oleh sorang guru. Penilai itu dilakukan
oleh tim yang terdiri dari tiga tingkat; tim pusat dipimpin oleh menteri bagi
golongan IV/a s.d II/d dan tim kabupaten/kotamadya oleh kakandep bagi
golongan II/a s.d II/d.

Uraian di atas memberikan makna bahwa semua guru mesti mengumpulkan


nilai minimal angka kredit untuk kenaikan pangkat berikutnya. Lengah atau
tidak waspada terhadap hal demikian sedikit saja, bukan tidak mungkin dia
akan ditinggalkan oleh teman temannya. Cepat tidaknya kenaikan pangkat
seseorang guru yang sangat tergantung kepada kegiatan dan aktivitas
individualnya. Oleh karena itu, sejak itu tidak layak lagi ada guru yang berleha-
leha dan suka berpangku tangan atau datsng ke sekolah mengisi presentasi
(absen) saja. Sebaiknya, guru segera memulai usaha peningkatan karier
profesinya dengan segera menabung hasil aktivitas jabatan guru seperti
diuraikan di muka yang akan dituangkan dalam angka kredit.

System angka kredit bagi jabatan fungsional guru berlainan dengan jabatan
structural sehingga jenjang kepangkatan (IV/e) yang kadang-kadang
berpengaruh dan bermakna dalam masyarakat itu tidak lagi bersifat “eksklusif”,
tetapi terbuka lebar-lebar. Secara teoretis pemilikan IV/e barangkali tipis bagi
banyak guru, terutama di sekolah dasar karena terbentur seolah-olah ”tidak
sopan” melangkahi pangkat kepala sekolahnya. Selai itu , guru tidak usah
menunggu empat tahun melalui kenaikan pangkat otomatis, jika jabatan
fungsional sudah berjalan mulus, kenaikan pangkat otomatis tidak berlaku lagi.
Dalam tempo dua tahun dia dapat dinaikkan pangkatnya setelah memenuhi
angka kredit yang ditetapkan. Kenaikan pangkat dua tahun tidak terbatas pada
tiga kali, tetapi dapat berlaku terus-menerus hingga pangkat tertinggi (IV/e).
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan:
Dari berbagai pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada
hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus
dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang
memerlukannya. Di dalam suatu profesi juga terdapat jabatan. Jabatan guru terdiri
empat bentuk aktifitas, yakni pedidikan, proses belajar mengajar atau bimbingan
penyuluhan, pengembangan profesi, dan penunjang proses belajar mengajar atau
bimbingan dan penyuluhan. Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru
harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap
profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh
pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),
tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan
prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif.
Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi,
pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri.

Saran :
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan adapun beberapa saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

a.Bagi mahasiswa

1)Mahasiswa sebagai calon guru diharapkan memperluas wawasan terkait kegiatan


dan jabatan profesional guru.

2)Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri sebagai calon guru dalam menunjujkan


sikap dan kinerja yang profesional.
b.Bagi guru

1)Guru harus mengetahui sikap dan kinerja profesional yang dapat diterapkan di
sekolah sesuai profesinya.

2)Guru hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat meningkatkan


kualitas profesinya.

c.Bagi penulis lain

Penulis lain diharapkan mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam
pembuatan makalah guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya
untuk bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin Syarifuddin dan Adriantoni, profesi keguruan (Cet.1;Depok: PT Raja


Grafindo Persada.2019)

A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Pers,


t.th. Muhammad Syata, Pengantar Media Pendidikan Bidang Study, IKIP Ujung
Pandang, 1990. Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta,
1998. N. K. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1998.
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Cet.I, jakarta, PT. Raja Grafindo, 1997

Anda mungkin juga menyukai