Untuk memenuhi tugas UTS TEORI KOMUNIKASI yang diampu oleh dosen
pengampu ibu Khairunnisa, M.I.Kom
Disusun Oleh :
Mardiana Anggeli Mutmainah (1970201009)
Untuk mengevaluasi kesahihan teori, ada lima patokan yang dapat dipergunakan
yakni:
cakupan teoretis,
kesesuaian,
heuristic,
validitas, dan
parsimony (kesederhanaan).
Berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori
komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
Kelompok pertama disebut kelompok “teori-teori umum” (general theories).
Ada empat jenis teori yang diklasifikasikan masuk ke dalam kelompok teori-teori umum:
Dalam teori komunikasi, ada beberapa metode yang digunakan saat meneliti suatu
penelitian, yaitu sbb :
1. Metode Objektif
Dalam hal ini, peneliti melihat dunia sedemikian rupa sehingga peneliti lain yang
menggunakan cara atau metode melihat yang sama akan menghasilkan kesimpulan yang
sama pula.
2. Metode Subjektif
Metode ini kebalikan dari metode objektif. Yang menekankan pada diri peneliti sebagai
manusia. Mereka yang menggunakan pendekatan ini disebut dengan humanistic scholarship.
Jika ilmu pengetahun berupaya untuk mengurangi perbedaan diantara peneliti terhadap objek
yang diteliti maka para peneliti humanistik berupaya untuk memahami tanggapan subjektif
individu.
3. Metode Sosial
Para pakar sosial memandang metode sosial sebagai kepanjangan dari penelitian pada ilmu
pengetahuan alam ( memiliki objektifitas), dana dalam pelaksanaanya juga memasukkan
elemen-elemen humanistik yang bersifat subjektif.
1. Semiotika
2. Fenomenologi
3. Sibernetika
4. Sosiopsikologi
5. Sosiokultural
6. Kritis
7. Retorika
Tradisi Fenomenologi
Contoh: jika ingin mengerti tentang cinta maka jangan bertanya kepada ahli psikologi tapi
pahamilah cinta berdasarkan pada pengalaman cinta pribadi anda.
Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis
1. Fenomenologi klasik
2. Fenomenologi persepsi
3. Fenomenologi hermeneutic.
Tradisi Semiotika
Tradisi semiotika mencakup sejumlah teori tentang bagaimana tanda-tanda hadir untuk
mewakili (represent) benda, ide, situasi, perasaan, ataupun kondisi di luar diri mereka
sendiri. Studi tentang tanda-tanda tidak hanya menyediakan cara untuk melihat komunikasi,
tetapi juga memiliki dampak yang kuat pada hampir semua perspektif dalam teori
komunikasi.
• Konsep dasar yang mempersatukan tradisi ini adalah tanda (sign), yang didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya; seperti asap merupakan tanda
adanya api. Tanda (sign) adalah sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita;
tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan
oleh penggunanya sehingga bisa disebut “tanda”.
• Konsep dasar kedua adalah simbol, yaitu tanda yang hubungan dengan objeknya
hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan dan aturan; simbol biasanya
bersifat arbitrary karena penandaannya bersifat “manasuka” dalam artian tidak ada
hubungan antara tanda dengan objek yang ditandai. Kata-kata dalam bahasa
umumnya adalah sebuah simbol, warna merah-putih dalam bendera kenegaraan kita
juga adalah simbol.
• Dengan fokus pada tanda dan simbol, semiotika mengintegrasikan serangkaian teori
yang berhubungan dengan bahasa, wacana (discourse), dan tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotika melibatkan ide dasar mengenai segi tiga makna
yang menegaskan bahwa makna muncul dari hubungan antara tiga aspek,
yaitu:objek (referent), orang (interpreter), dan tanda (sign).
• Tradisi Sibernetika
Teori-teori dalam tradisi sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan
perilaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai system bagian-bagian atau
variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol
karakter keseluruhan system dal layaknya organisme, menerima kesimbangan dan perubahan.
• Gagasan utama dari tradisi ini adalah, bahwa ide system membentuk inti pemikiran
sibernetika. System merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang
bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian.
• Layaknya keluarga, semua system adalah unik, yang kesemuanya diberi cirri oleh
sebuah bentuk hubungan. Bagian apapun dari sebuah system selalu dipaksa oleh
ketergantungan bagian-bagian lainnya yang dan bentuk saling ketergantungan inilah
yang mengatur system itu sendiri. Namun, system tidak akan bertahan tanpa
mendatangkan asupan-asupan baru salam bentuk input. Oleh karena itu, sebuah
system mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik
berupa hasil kepada lingkungan.
• Tradisi Sosio-psikologis
Pada tradisi sosiopsikologis, akan memiliki fokus pada perilaku dan proses kognitif yang
menghasilkan perilaku tersebut. Selanjutnya, dalam sosiopsikologis, arah tujuan komunikasi
yang diharapkan terbentuk -outcomes, dapat dikonstruksi melalui manipulasi situasi -input,
yang membentuk perilaku itu sendiri. Lebih jauh, didalam sosiopsikologis akan dilakukan
pembahasan terkait perilaku, personalitas, emosi, persepsi, kognisi hingga interaksi sikap.
Dengan demikian, melalui sosiopsikologi kita akan dapat melihat keterkaitan bagaimana
situasi sosisal yang akan berdampak sekaligus mempengaruhi, pada bagaimana melakukan
penilaian atas seseorang -judgements, memiliki potensi bias disebabkan karena faktor
kepercayaan -belief dan kombinasi pada perasaan penilai -feeling.
(2) teori kognitif berkenaan dengan pengelolaan informasi beserta kondisi mental terkait, dan
paradigm).
Paradigma ini didasarkan pada teori kritis frankfurtschools dan habermas. Habermas
melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan” yang
berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri manusia
dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami.
Paradigma Fungsional
• Paradigma fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton. Sebagai ahli
teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi
atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan.
• Fungsional melihat individu sebagai bagian dari masyarakat yang berada dalam
sistem sosial yang besar. Sistem sosial ini bekerja untuk menciptakan stabilitas
tatanan sosial. Masyarakat, dengan demikian adalah kumpulan dari individu-individu
yang bekerja dalam sebuah sistem untuk menjaga stabilitas sosial.
• Bidang kajian ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu pengetahuan sosial, yang pada
dasarnya difokuskan pada pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam
menciptakan, mempertukarkan, dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan
tertentu.
• Namun, dengan adanya dua pendekatan (scientific dan humanistic) yang diterapkan
muncul dua kelompok masyarakat ilmuwan komunikasi yang berbeda, baik dalam
spesifikasi objek permasalahan yang diamatinya, maupun dalam hal aspek
metodologis serta teori-teori dan model-model yang dihasilkannya.
benar, maka penjelasan itu dapat disebut sebagai teori. Dan apabila
Model merupakan suatu istilah yang terdapat dalam ilmu komunikasi dan selalu
digunakan atau dimaknai secara meluas.
• Pandangan perspektif pragmatis, yaitu pertukaran pesan yang komunikatif bukan pada
individu, melainkan pada perilaku individu yang berinteraksi. Perilaku individu
dihasilkan oleh perilaku orang lain. Dalam memahami komunikasi sebagai sistem,
harus meneliti sistem perilaku.
Teori
berhubungan.
Kedua, teori merangkan secara sistematis atau fenomena sosial dengan sosial
• Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci untuk penyidikan.
Untuk menemukan teori yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, maka
perlu adanya kajian pustaka memiliki beberapa fungsi :
• Memberikan rasa percaya diri sebab melalui kajian pustaka semua konstruk yang
berhubungan dengan penelitian kita tersedia.
1. Komunikasi Lasswell
menjawab pertanyaan :
Efek Apa).
BAGAN PROSES KOMUNIKASI
• Who (siapa/sumber)
• Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku utama atau pihak
yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan yang memulai suatu
komunikasi, bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai
komunikator. Pihak tersebut bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun
suatu Negara sebagai komunikator.
• To whom (siapa/penerima)
• Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi atau
suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.Hal tersebut dapat disebut tujuan
(destination), pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir,
penyandi balik (decoder).
• Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh menerima pesan
dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
Teori S-O-R (Stimulus Organism Respon) yang di kemukakan oleh Houland, et. al
pada tahun 1953 ini lahir karena adanya pengaruh dari ilmu psikologi dalam ilmu
komunikasi. Hal ini bisa terjadi karena psikologi dan komunikasi memiliki objek
kajian yang sama, yaitu jiwa manusia; yang meliputi sikap, opini, prilaku, kognisi,
afeksi dan konasi. Asumsi dasar teori S-O-R adalah bahwa penyebab terjadinya
perubahan prilaku bergantung ada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme.
Sebuah perubahan dalam masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan
serta dorongan dari pihak luar, meskipun masyarakat tersebut menginginkan
perubahan. Teori ini dapat diterapkan sebagai strategi untuk melakuka penyuluhan
atau penyadaran masyarakat mengenai suatu hal. Contohnya : penyadaran akan
pentingnya gaya hidup sehat yang dilakukan pemerintah pada masyarakat yang
tinggal di pinggiran sungai.
Menurut Stimulus Organism Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan
kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur model ini
adalah:
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “How”
bukan “Who” dan “Why”, jelasnya How to communicate, dalam hal ini how to
change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan, stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, setelah komunikan
mengolahnya dan menerimanya, maka terjadinya kesediaan untuk mengubah sikap.
Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuaian antara
pesan dan reaksi komunikan. Proses tersebut menggambarkan “perubahan sikap” dan
bergantung pada proses yang terjadi pada individu.
(audience ).
Teori ini diperkenalkan oleh Melvin L.Defleur yang secara lengkapnya adalah
khalayak sasaran media massa secara selektif menaruh perhatian terhadap pesan-
beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis
psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam
Teori Difusi Inovasi muncul pada tahun 1903, oleh sosiolog Perancis, Gabriel
Tarde yang memperkenalkan kepada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped
Diffusion Curve). Kurva ini menjelaskan bahwa suatu inovasi dilakukan oleh
seseorang diperhatikan melalui dimensi waktu.
Dalam kurva tersebut terdapat dua buah sumbu yakni sumbu yang menjelaskan
tingkat adopsi dan sumbu yang menjelaskan dimensi waktu.
difusi inovasi sebagai proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide
baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan
dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.
Teori difusi inovasi pada esensinya menjelaskan bagaimana sebuah gagasan dan ide
baru dikomunikasikan pada sebuah kultur atau kebudayaan. Bahwa teori ini berfokus
pada sebuah gagasaan atau ide baru dapat dan dimungkinkan diadopsi oleh suatu
kelompok sosial atau kebudayaan tertentu.
Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah
hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi
persepsi mereka terhadap hal tersebut
memuaskan kebutuhan.
Teori uses and gratification ini menjelaskan tentang sifat khalayak yang aktif dalam
mengkonsumsi media sehingga mereka dapat selektif dalam memilah milah pesan
media yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan audiensi.
Pemilihan media yang dilakukan oleh audiens merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan mereka dalam menerima informasi. Khalayak mengkonsumsi suatu media
didorong oleh motif tertentu guna memenuhi kebutuhan mereka.
Inti teori uses and gratification sebenarnya adalah pemilihan media pada khalayak
berdasarkan kepuasan, keinginan, kebutuhan, atau motif .
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kerangka/ landasan teori, antara lain:
2. Cara penulisan dari sub bab ke sub bab yang lain harus tetap mempunyai keterkaitan yang
jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
3. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada. Apabila menggunakan
literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika
referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku.
4. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas penelitian yang akan dilakukan semakin
baik, terutama sumber bacaan yang terdiri dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal,
artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
6. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah ditulis di
BUKU)
7. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori, model konsep
(apabila diperlukan) dan model hipotesis pada sub bab tersendiri, sedangkan penelitian studi
kasus cukup menyusun model teori dan beri keterangan.
• Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang
sedang dilakukan.
• Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada.
• Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika
dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus
dicantumkan.