Anda di halaman 1dari 19

“RESUME MATERI TEORI KOMUNIKASI“

Untuk memenuhi tugas UTS TEORI KOMUNIKASI yang diampu oleh dosen
pengampu ibu Khairunnisa, M.I.Kom

Disusun Oleh :
Mardiana Anggeli Mutmainah (1970201009)

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Hukum Dan Ilmu Sosial
Universitas Muhammadiyah Kotabumi
2020
Definisi Ilmu dan Teori Komunikasi

 Ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang


diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang
dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan
digeneralisasikan.

 Teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai


fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia.

 Teori mempunyai 9 fungsi, yakni: mengorganisasikan dan menyimpulkan,


memfokuskan, menjelaskan, mengamati, membuat prediksi, heuristic, komunikasi,
kontrol/mengawasi, dan generatif.

 Pengembangan teori meliputi empat tahapan:

(1) mengembangkan pertanyaan,

(2) menyusun hipotesis,

(3) menguji hipotesis, dan

(4) memformulasikan teori.

 Untuk mengevaluasi kesahihan teori, ada lima patokan yang dapat dipergunakan
yakni:

 cakupan teoretis,

 kesesuaian,

 heuristic,

 validitas, dan

 parsimony (kesederhanaan).

Berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori
komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
 Kelompok pertama disebut kelompok “teori-teori umum” (general theories).

 Kelompok kedua adalah kelompok “teori-teori kontekstual” (contextual theories).

Ada empat jenis teori yang diklasifikasikan masuk ke dalam kelompok teori-teori umum:

(1) teori-teori fungsional dan struktural,

(2) teori-teori behavioral dan cognitive,

(3) teori-teori konvensional dan interaksional,

(4) teori-teori kritis dan interpretif.

 Sementara kelompok teori-teori kontekstual terdiri dari teori-teori tentang :

(1) komunikasi antarpribadi,

(2) komunikasi kelompok,

(3) komunikasi organisasi, dan

(4) komunikasi massa.

Metode dari Teori Komunikasi

 Dalam teori komunikasi, ada beberapa metode yang digunakan saat meneliti suatu
penelitian, yaitu sbb :

1. Metode Objektif

Dalam hal ini, peneliti melihat dunia sedemikian rupa sehingga peneliti lain yang
menggunakan cara atau metode melihat yang sama akan menghasilkan kesimpulan yang
sama pula.

2. Metode Subjektif

Metode ini kebalikan dari metode objektif. Yang menekankan pada diri peneliti sebagai
manusia. Mereka yang menggunakan pendekatan ini disebut dengan humanistic scholarship.
Jika ilmu pengetahun berupaya untuk mengurangi perbedaan diantara peneliti terhadap objek
yang diteliti maka para peneliti humanistik berupaya untuk memahami tanggapan subjektif
individu.
3. Metode Sosial

Para pakar sosial memandang metode sosial sebagai kepanjangan dari penelitian pada ilmu
pengetahuan alam ( memiliki objektifitas), dana dalam pelaksanaanya juga memasukkan
elemen-elemen humanistik yang bersifat subjektif.

Tujuh Tradisi Pemikiran dalam Bidang Komunikasi

1. Semiotika

2. Fenomenologi

3. Sibernetika

4. Sosiopsikologi

5. Sosiokultural

6. Kritis

7. Retorika

Seven Traditions in the field of communication theory

 Tradisi Fenomenologi

Tradisi fenomenologis mementingkan proses pengetahuan atau pemahaman akan sebuah


realitas berdasarkan pengalaman seseorang. Contohnya, orang mencaritahu tentang bintang
atau langit karena didorong oleh pengalamannya melihat bintang dan langit. Cahaya,
kecepatan, waktu, kejadian, energi, pergerakan dan jarak, ada untuk kita ketahui dengan
melihat ke langit malam, serta dengan sadar kita memikirkan makna dari semuanya.

Gagasan Utama dari Tradisi Fenomenologis

• Istilah phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi


yang dilihat. Oleh karena itu fenomenologi adalah metode yang digunakan manusia
untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Dengan demikian pengalaman
nyata manusia adalah data pokok dari sebuah realitas di dunia.

Contoh: jika ingin mengerti tentang cinta maka jangan bertanya kepada ahli psikologi tapi
pahamilah cinta berdasarkan pada pengalaman cinta pribadi anda.
Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis

• Ada tiga kajian pemikiran umum dalam tradisi fenomenologis yaitu:

1.      Fenomenologi klasik

2.      Fenomenologi persepsi

3.      Fenomenologi hermeneutic.

 Tradisi Semiotika

Tradisi semiotika mencakup sejumlah teori tentang bagaimana tanda-tanda hadir untuk
mewakili (represent) benda, ide, situasi, perasaan, ataupun kondisi di luar diri mereka
sendiri. Studi tentang tanda-tanda tidak hanya menyediakan cara untuk melihat komunikasi,
tetapi juga memiliki dampak yang kuat pada hampir semua perspektif dalam teori
komunikasi.

• Konsep dasar yang mempersatukan tradisi ini adalah tanda (sign), yang didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya; seperti asap merupakan tanda
adanya api. Tanda (sign)  adalah sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita;
tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan
oleh penggunanya sehingga bisa disebut “tanda”.

• Konsep dasar kedua adalah simbol, yaitu tanda yang hubungan dengan objeknya
hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan dan aturan; simbol biasanya
bersifat arbitrary karena penandaannya bersifat “manasuka” dalam artian tidak ada
hubungan antara tanda dengan objek yang ditandai. Kata-kata dalam bahasa
umumnya adalah sebuah simbol, warna merah-putih dalam bendera kenegaraan kita
juga adalah simbol.

• Dengan fokus pada tanda dan simbol, semiotika mengintegrasikan serangkaian  teori
yang berhubungan dengan bahasa, wacana (discourse), dan tindakan nonverbal.
Kebanyakan pemikiran semiotika melibatkan ide dasar mengenai segi tiga makna
yang menegaskan bahwa makna muncul dari hubungan antara tiga aspek,
yaitu:objek (referent), orang (interpreter), dan tanda (sign).

• Tradisi Sibernetika
Teori-teori dalam tradisi sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan
perilaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai system bagian-bagian atau
variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk serta mengontrol
karakter keseluruhan system dal layaknya organisme, menerima kesimbangan dan perubahan.

• Gagasan utama dari tradisi ini adalah, bahwa ide system membentuk inti pemikiran
sibernetika. System merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang
bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian.

• Layaknya keluarga, semua system adalah unik, yang kesemuanya diberi cirri oleh
sebuah bentuk hubungan. Bagian apapun dari sebuah system selalu dipaksa oleh
ketergantungan bagian-bagian lainnya yang dan bentuk saling ketergantungan inilah
yang mengatur system itu sendiri. Namun, system tidak akan bertahan tanpa
mendatangkan asupan-asupan baru salam bentuk input. Oleh karena itu, sebuah
system mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik
berupa hasil kepada lingkungan.

• Tradisi Sosio-psikologis

Pada tradisi sosiopsikologis, akan memiliki fokus pada perilaku dan proses kognitif yang
menghasilkan perilaku tersebut. Selanjutnya, dalam sosiopsikologis, arah tujuan komunikasi
yang diharapkan terbentuk -outcomes, dapat dikonstruksi melalui manipulasi situasi -input,
yang membentuk perilaku itu sendiri. Lebih jauh, didalam sosiopsikologis akan dilakukan
pembahasan terkait perilaku, personalitas, emosi, persepsi, kognisi hingga interaksi sikap.

Dengan demikian, melalui sosiopsikologi kita akan dapat melihat keterkaitan bagaimana
situasi sosisal yang akan berdampak sekaligus mempengaruhi, pada bagaimana melakukan
penilaian atas seseorang -judgements, memiliki potensi bias disebabkan karena faktor
kepercayaan -belief dan kombinasi pada perasaan penilai -feeling.

• Tradisi sosiopsikologis, kemudian menempatkan beberapa teori lain, yakni:

(1) teori perilaku membahas stimulus dan respon dalam berbagai situasi komunikasi,

(2) teori kognitif berkenaan dengan pengelolaan informasi beserta kondisi mental terkait, dan

(3) teori biologis yang mengungkapkan faktor genetic berpengaruh pada perilaku seseorang.


• Bagaimanapun, pendekatan pengelompokan tradisi teori komunikasi pada pokoknya,
merupakan upaya untuk melakukan pemilahan bagian, meski tidak sepenuhnya
terpisah dan sebahagian dari jenis klasifikasi tradisi tersebut memiliki irisan yang
terkait, tetapi upaya besar tersebut cukup memudahkan sistematika berpikir serta
pemahaman akan konsep dasar komunikasi.

Varian Paradigma dalam Ilmu Komunikasi

 Paradigma merupakan orientasi dasar untuk teori dan riset.

 Pada umumnya suatu paradigma keilmuan merupakan sistem keseluruhan dari


berfikir. Paradigma terdiri dari asumsi dasar, teknik riset yang digunakan, dan contoh
seperti apa seharusnya teknik riset yang baik.

Ada empat paradigma yang bisa dikelompokkan

dalam teori-teori penelitian ilmiah komunikasi.

Paradigma-paradigma itu adalah sebagai berikut :

 paradigma humanis radikal (radical humanist paradigm),

 paradigma struktural radikal (radical structuralist paradigm),

 paradigma interpretif (Interpretive paradigm), dan

 paradigma fungsionalis (fungsionalist

paradigm).

Paradigma Humanis Radikal

Paradigma ini didasarkan pada teori kritis frankfurtschools dan habermas. Habermas
melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan” yang
berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri manusia
dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami.

Paradigma Struktural Radikal


Paradigma strukturalis radikal adalah gabungan dari dimensi perubahan radikal dengan
obyektif. Adapun fokus dari paradigma ini adalah hubungan struktural dalam dunia sosial
yang nyata. Paradigma ini mendapat banyak kontribusi dari Marx. Paradigma ini juga
memiliki banyak implikasi terhadap ilmu organisasi, tetapi dalam bentuk yang paling dasar.

Paradigma Fungsional

• Paradigma fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton. Sebagai ahli
teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson menimbulkan kontroversi
atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. 

• Fungsional melihat individu sebagai bagian dari masyarakat yang berada dalam
sistem sosial yang besar. Sistem sosial ini bekerja untuk menciptakan stabilitas
tatanan sosial. Masyarakat, dengan demikian adalah kumpulan dari individu-individu
yang bekerja dalam sebuah sistem untuk menjaga stabilitas sosial.

• Bidang kajian ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu pengetahuan sosial, yang pada
dasarnya difokuskan pada pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam
menciptakan, mempertukarkan, dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan
tertentu.

• Namun, dengan adanya dua pendekatan (scientific dan humanistic) yang diterapkan
muncul dua kelompok masyarakat ilmuwan komunikasi yang berbeda, baik dalam
spesifikasi objek permasalahan yang diamatinya, maupun dalam hal aspek
metodologis serta teori-teori dan model-model yang dihasilkannya.

Kalangan ilmuwan komunikasi yang mendalami bidang studi speech communication


(komunikasi ujaran) umumnya banyak menerapkan metode atau pendekatan humanistic.
Teori-teori yang dihasilkannyapun lazimnya disebut sebagai teori retorika. Sementara para
ahli ilmu komunikasi yang meneliti bidang-bidang studi lainnya seperti komunikasi
antarpribadi, komunikasi dalam kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan
lain-lain, umumnya banyak menerapkan metode atau pendekatan scientific.

Teori-teori yang dihasilkannya biasanya disebut sebagai teori komunikasi


(communication theory). Namun demikian, pengelompokan semacam ini sekarang sudah
tidak jelas lagi. Karena dalam prakteknya, kalangan ilmuwan yang mendalami bidang kajian
komunikasi ujaran sering pula menerapkan pendekatan scientific. Sementara itu pendekatan-
pendekatanhumanistic juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah-masalah
komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa
dan lain-lain.

 Teori juga mempunyai fungsi, diantaranya menurut Littlejohn,

yaitu memfokuskan, memprediksi dan menjelaskan.

Apabila penjelasan tersebut diuji secara berulang-ulang dan terus

menerus melalui berbagai penelitian ilmiah serta hasilnya terbukti

benar, maka penjelasan itu dapat disebut sebagai teori. Dan apabila

penjelasan tak terbukti lagi, maka posisi teori semakin lemah.

 Teori seringkali dibandingkan, disamakan, dibedakan dan

dipertukarkan dengan model. Teori Uses and Gratification dinyatakan

sebagai model Uses and Gratification. Model difusi inovasi dikatakan

teori teori difusi inovasi, dan sebagainya. Meskipun batasan tentang

kedua konsep tersebut masih merupakan sesuatu yang diperdebatkan.

 Model merupakan suatu istilah yang terdapat dalam ilmu komunikasi dan selalu
digunakan atau dimaknai secara meluas.

 Perbedaan antara teori dan model, teori merupakan penjelasan (explanation),


sedangkan model hanya merupakan representasi (representation).

 Ada empat perspektif teori komunikasi, yaitu perspektif mekanistis, perspektif


psikologis, perspektif interaksionis dan perspektif pragmatis.

Empat perspektif teori komunikasi

• Pandangan perspektif mekanistis, yaitu setiap komponen mentransformasikan


fungsinya masingmasing dalam suatu garis linier dalam gerakan yang sekuensial.
Proses komunikasi dapat dipandang sebagai suatu serial dari rangkaian pelbagai objek
yang bersifat sebab-akibat.
• Pandangan perspektif psikologis, yaitu subjektifitas manusia mempengaruhi stimulus
yang mereka terima dan hasilkan. Setiap orang dapat memodifikasi stimulus yang
mereka terima. Persepsi yang datang bersama stimulus diterima secara selektif.

• Pandangan perspektif interaksionis, yaitu menekankan kepada tindakan manusia


dalam masyarakat. Memahami diri sendiri dimulai dari orang lain. Individu dapat
dipahami melalui kegiatan interaksi dengan sesamanya dalam masyarakat.
Komunikasi terjadi melalui pertukaran simbol yang berkaitan satu sama lain.
Hubungan sosial terbentuk melalui proses komunikasi.

• Pandangan perspektif pragmatis, yaitu pertukaran pesan yang komunikatif bukan pada
individu, melainkan pada perilaku individu yang berinteraksi. Perilaku individu
dihasilkan oleh perilaku orang lain. Dalam memahami komunikasi sebagai sistem,
harus meneliti sistem perilaku.

Teori

 Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi

untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar variabel.

Berdasar pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal.

Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling

berhubungan. 

Kedua, teori merangkan secara sistematis atau fenomena sosial dengan sosial

dengan cara menentukan hubungan  antar konsep. 

Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara

menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan

bagaimana bentuk hubungannya.

 Teori memiliki fungsi antara lain:


• Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan pertimbangan perlunya
penyelidikan

• Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci untuk penyidikan.

• Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.

• Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis


dokumen-dokumen yang memuat informasi  yang berkaitan dengan masalah
penelitian.

 Untuk menemukan teori yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, maka
perlu adanya kajian pustaka memiliki beberapa fungsi :

• Menyediakan kerangka konsepsi atau teori yang direncanakan

• Menyediakan informasi  tentang penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan


dengan penelitian yang akan datang.

• Memberikan rasa percaya diri sebab melalui kajian pustaka semua konstruk yang
berhubungan dengan penelitian kita tersedia.

• Memberikan informasi-informasi tentang metode-metode penelitian yang digunakan ,


populasi dan sample, instrumen dalam pengumpulan data dan penghitungan-
penghitungan statistic yang digunakan pada penelitian sebelumnya.

• Menyediakan temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan penyelidikan yang dapat


dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.

• Kepustakaan penelitian meliputi laporan-laporan yang diterbitkan dari penelitian yang


sebelumnya.

Ada beberapa teori-teori dalam ruang lingkup komunikasi

1. Komunikasi Lasswell

Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan

teori komunikasi awal (1948). Lasswell

menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk


menerangkan proses komunikasi adalah

menjawab pertanyaan : 

Who, Says What, In Which Channel, To Whom,

With What Effect (Siapa Mengatakan

Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan

Efek Apa). 

BAGAN PROSES KOMUNIKASI

• Who (siapa/sumber) 

• Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku utama atau pihak
yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan yang memulai suatu
komunikasi, bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai
komunikator. Pihak tersebut bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun
suatu Negara sebagai komunikator.

• Says what (pesan)

• Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada


komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi informasi. Apa yang akan
disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari
sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non
verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen
pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.

• In which channel (saluran/media)

• Saluran/media adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator


(sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung (melalu media cetak/elektronik).

• To whom (siapa/penerima)

• Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu, organisasi atau
suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.Hal tersebut dapat disebut tujuan
(destination), pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir,
penyandi balik (decoder).

• With what effect (dampak/efek)

• Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh menerima pesan
dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.

2. Teori S-O-R (Teori Stimulus Organism Respons)

 Teori S-O-R (Stimulus Organism Respon) yang di kemukakan oleh Houland, et. al
pada tahun 1953 ini lahir karena adanya pengaruh dari ilmu psikologi dalam ilmu
komunikasi. Hal ini bisa terjadi karena psikologi dan komunikasi memiliki objek
kajian yang sama, yaitu jiwa manusia; yang meliputi sikap, opini, prilaku, kognisi,
afeksi dan konasi. Asumsi dasar teori S-O-R adalah bahwa penyebab terjadinya
perubahan prilaku bergantung ada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme.

 Sebuah perubahan dalam masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan
serta dorongan dari pihak luar, meskipun masyarakat tersebut menginginkan
perubahan. Teori ini dapat diterapkan sebagai strategi untuk melakuka penyuluhan
atau penyadaran masyarakat mengenai suatu hal. Contohnya : penyadaran akan
pentingnya gaya hidup sehat yang dilakukan pemerintah pada masyarakat yang
tinggal di pinggiran sungai.

 Menurut Stimulus Organism Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan
kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur model ini
adalah:

a. Pesan (Stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

 Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “How”
bukan “Who” dan “Why”, jelasnya How to communicate, dalam hal ini how to
change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan, stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, setelah komunikan
mengolahnya dan menerimanya, maka terjadinya kesediaan untuk mengubah sikap.
 Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan kesesuaian antara
pesan dan reaksi komunikan. Proses tersebut menggambarkan “perubahan sikap” dan
bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

3. Teori Peluru atau Jarum Hipodermik

 Sebuah teori media yang memiliki dampak yang

kuat terhadap audiencenya sehingga tak jarang

menimbulkan sebuah budaya baru dan

penyaampaiannya secara langsung dari

komunikator yakni(media) kepada komunikan

(audience ).

 Komunikasi massa merupakan gambaran dari jarum

raksasa yang menyuntik audience yang pasif. Pada

umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang

yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-

pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu

diterima, bahwa media secara langsung dan cepat

memiliki efek yang kuat tehadap komunikan.

4. TEORI PERBEDAAN INDIVIDU

Teori ini diperkenalkan oleh Melvin L.Defleur yang secara lengkapnya adalah

“Individual DifferencesTheory of Mass Communication Effect”.

  Teori ini menelaah tentang perbedaan-perbedaan diantaraindividu-

individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga


menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota

khalayak sasaran media massa secara selektif menaruh perhatian terhadap pesan-

pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-

sikapnya, sesuai dengan kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilainya.

 Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan

karakteristikdan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan

beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis

dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu

mempunyai perhatian, minat, keinginan, yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor

psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam

menerima pesan yang disampaikan media massa.

5. Teori Difusi Inovasi

 Teori Difusi Inovasi muncul pada tahun 1903, oleh sosiolog Perancis, Gabriel
Tarde yang memperkenalkan kepada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped
Diffusion Curve). Kurva ini menjelaskan bahwa suatu inovasi dilakukan oleh
seseorang diperhatikan melalui dimensi waktu.

 Dalam kurva tersebut terdapat dua buah sumbu yakni sumbu  yang menjelaskan
tingkat adopsi dan sumbu yang menjelaskan dimensi waktu.

 difusi inovasi sebagai proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide
baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan
dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.

 Teori difusi inovasi pada esensinya menjelaskan bagaimana sebuah gagasan dan ide
baru dikomunikasikan pada sebuah kultur atau kebudayaan. Bahwa teori ini berfokus
pada sebuah gagasaan atau ide baru dapat dan dimungkinkan diadopsi oleh suatu
kelompok sosial atau kebudayaan tertentu.

6. Teori Agenda Setting


 Agendasetting menurut McCombs & Shaw adalah “mass media

have the ability to transfer the salience of items on their news

agendas to public agenda” (Griffin, 2010). Pengertian ini

menjelaskan bahwa media massa memang memiliki Kekuatan

untuk mempengaruhi bahkan membentuk pola pikir audience yang

terkena terpaan informasinya.

 Apa yang disampaikan media massa tentunya berpedoman

pada kaidah jurnalistik yang berlaku, terlebih lagi media memiliki

para wartawan yang meliput dan memberitakan informasi sesuai

dengan prinsip-prinsip jurnalisme mereka. Namun pada hal ini,

McCombs dan Shaw menerangkan bahwa apa yang disampaikan

media dianggap sebagai sesuatu yang penting dan patut untuk

dipikirkan oleh masyarakat luas.

 Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang


mereka pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu
hal dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa apa-
apa yang disampaikan melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk
dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah publik.

 Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah
hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi
persepsi mereka terhadap hal tersebut

 Dapat dilihat bahwa teori agenda setting memiliki keunikan yang mendukung dua


asumsi dasar yang menarik. Yang pertama, teori ini menyatakan dengan jelas bahwa
media massa memiliki kekuatan dalam mempengaruhi dan membentuk persepsi
masyarakat. Di sisi lain, teori ini juga mendukung hipotesis bahwa bagaimanapun
semuanya kembali lagi kepada individu, dimana mereka memiliki kebebasan untuk
memilih apa yang ingin mereka terima

7. Teori Uses and Gratifications

 Teori ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan

Elihu Kartz pada tahun 1974 dalam bukunya The

Uses on Mass Communication : Current Perspectives on

Grativication Research. Teori ini mengatakan bahwa

pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih

dan menggunakan suatu media. Pengguna media

berusaha untuk mencari sumber media yang paling

baik di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan

bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk

memuaskan kebutuhan.

 Teori uses and gratification ini menjelaskan tentang sifat khalayak yang aktif dalam
mengkonsumsi media sehingga mereka dapat selektif dalam memilah milah pesan
media yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan audiensi.

 Pemilihan media yang dilakukan oleh audiens merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan mereka dalam menerima informasi. Khalayak mengkonsumsi suatu media
didorong oleh motif tertentu guna memenuhi kebutuhan mereka.

 Inti teori uses and gratification sebenarnya adalah pemilihan media pada khalayak
berdasarkan kepuasan, keinginan, kebutuhan, atau motif .

Penyusunan Landasan Teori

Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kerangka/ landasan teori, antara lain:

1. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan


yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu (bisa disajikan di Bab II
atau dibuat sub-bab tersendiri).

2. Cara penulisan dari sub bab ke sub bab yang lain harus tetap mempunyai keterkaitan yang
jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.

3. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada. Apabila menggunakan
literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika
referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku.

4. Semakin banyak sumber bacaan, maka  kualitas penelitian yang akan dilakukan semakin
baik, terutama sumber bacaan yang terdiri  dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal,
artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.

5. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian .

6. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah ditulis di
BUKU)

7. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori, model konsep
(apabila diperlukan) dan model hipotesis pada sub bab tersendiri, sedangkan penelitian studi
kasus cukup menyusun model teori dan beri keterangan.

• Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang
sedang dilakukan.

• Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada.

• Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika
dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus
dicantumkan.

Cara membangun konstruksi landasan teori, yaitu sebagai berikut :


• Kita harus memahami variabel variabel(Kuantitatif) maupun fenomena-fenomena
(Kualitatif) dalam penelitian yang akan diteliti.

• Kita harus mampu menjabarkan variabel-variabel maupun permasalahan sosial


tersebut dalam bentuk konsep yang mendukung terhadap rumusan masalah yang
disusun.

• Kita harus mampu menjabarkan  variabel-variabel dan permasalahan sosial tersebut


dalam konsep yang sesuai dengan Hipotesa dan penjabaran masalah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai