Anda di halaman 1dari 66

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA SERVIK

OLEH :

ROSPIKA GIRSANG, S.Kep


NIM: 2005034

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.

Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan
genetalia interna
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah
ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari
oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan
membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva,
terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas
tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah
vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora),
maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat
muara – muara dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar
bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut
vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda – beda ada yang seperti bulan
sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada seujung jari,
ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perenium.
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum
sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari
dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut
rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium.
Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang
uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kahamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-
kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat
fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.
(Tambayong, 2002)

Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor
tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV
tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi
oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka
kejadian kanker serviks yang meningkat.
a. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
6. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun
dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin
dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )

Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada
jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga,
karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia
hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah
keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pengobatan kanker
leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah,
sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut,
sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit
merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury
pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher Rahim ini merasa
cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
2. jaringan.
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
4. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
5. Perdarahan spontan saat defekasi.
6. Perdarahan diantara haid.
7. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
8. Anemia akibat pendarahan berulang.
9. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan
yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun
sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan
bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan
stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga
mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal
anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam
perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda
infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah
pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan
pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar
selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan
latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama
terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral
sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal
dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

Stadium Karsinoma Serviks


Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat kriteria
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti
invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas
pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat
pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologic
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai
vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada
salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai
pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas
kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang
teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan
salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen
pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara
histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat
- tempat yang jauh.
Tahap Iva : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )
Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90%
bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang
tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat
didiagnosis secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang
dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber
cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai
perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi
menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan
biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan
alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan
dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi
tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan
pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan
eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan
sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

PENGKAJIAN FOKUS
5. Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
6. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks
dapat ditularkan dengan mudah.
7. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear
secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
8. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
9. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran diri,
emosional.
10. Perineum: keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher Rahim yang
mulai mengalami metastase.
11. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor
malita pada organ - organ daerah panggul.
12. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf
disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah
tersebut.
13. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu
sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti
- ganti pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar
dapat timbul gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker
leher rahim.
14. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid
adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
15. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko infeksi
4. Cemas
5. Kerusakan integritas kulit
6. Resiko injuri
Intervensi Keperawatan
Dx. Keperawatan NOC NIC
Nyeri 1. Pain Level, Pain Management
2. Pain control, 1. Lakukan pengkajian
3. Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
1. Mampu mengontrol nyeri termasuk lokasi,
(tahu penyebab nyeri, karakteristik, durasi,
mampu menggunakan frekuensi, kualitas
tehnik nonfarmakologi dan faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri, 2. Observasi reaksi
mencari bantuan) nonverbal dari
2. Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan 3. Gunakan teknik
menggunakan manajemen komunikasi
nyeri terapeutik untuk
3. Mampu mengenali nyeri mengetahui
(skala, intensitas, frekuensi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri) pasien
4. Menyatakan rasa nyaman 4. Kaji kultur yang
setelah nyeri berkurang mempengaruhi
5. Tanda vital dalam rentang respon nyeri
normal 5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and Nutrition Management
kebutuhan tubuh Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan
1. Adanya peningkatan berat 2. Kolaborasi dengan ahli
badan sesuai dengan tujuan gizi untuk menentukan
2. Berat badan ideal sesuai jumlah kalori dan
dengan tinggi badan nutrisi yang
3. Mampu mengidentifikasi dibutuhkan pasien.
kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk
4. Tidak ada tanda tanda meningkatkan intake
malnutrisi Fe
5. Tidak terjadi penurunan berat 4. Anjurkan pasien untuk
badan yang berarti meningkatkan protein
dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan 
dan tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

Resiko infeksi 1. Immune Status Infection Control (Kontrol


2. Knowledge : Infection infeksi)
control 1. Bersihkan lingkungan
3. Risk control setelah dipakai pasien
Kriteria Hasil : lain
1. Klien bebas dari tanda 2. Pertahankan teknik
dan gejala infeksi isolasi
2. Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila
penularan penyakit, factor perlu
yang mempengaruhi 4. Instruksikan pada
penularan serta pengunjung untuk
penatalaksanaannya, mencuci tangan saat
3. Menunjukkan berkunjung dan setelah
kemampuan untuk berkunjung
mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun
4. Jumlah leukosit dalam antimikrobia untuk
batas normal cuci tangan
5. Menunjukkan perilaku 6. Cuci tangan setiap
hidup sehat sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi

Cemas 1. Anxiety control Anxiety Reduction


2. Coping (penurunan kecemasan)
Kriteria Hasil : 1. Gunakan pendekatan
1. Klien mampu yang menenangkan
mengidentifikasi dan 2. Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan terhadap
cemas pelaku pasien
2. Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa yang
menunjukkan tehnik dirasakan selama
untuk mengontol cemas prosedur
3. Vital sign dalam batas 4. Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
wajah, bahasa tubuh dan 5. Berikan informasi
tingkat aktivitas faktual mengenai
menunjukkan diagnosis, tindakan
berkurangnya prognosis
kecemasan 6. Dorong keluarga untuk
menemani anak
7. Lakukan back / neck
rub
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Kerusakan Tissue Integrity : Skin and Pressure Management


integritas kulit Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien
Kriteria Hasil : untuk menggunakan
1. Integritas kulit yang baik pakaian yang longgar
bisa dipertahankan 2. Hindari kerutan padaa
(sensasi, elastisitas, tempat tidur
temperatur, hidrasi, 3. Jaga kebersihan kulit
pigmentasi) agar tetap bersih dan
2. Tidak ada luka/lesi pada kering
kulit 4. Mobilisasi pasien
3. Perfusi jaringan baik (ubah posisi pasien)
4. Menunjukkan setiap dua jam sekali
pemahaman dalam proses 5. Monitor kulit akan
perbaikan kulit dan adanya kemerahan
mencegah terjadinya 6. Oleskan lotion atau
sedera berulang minyak/baby oil pada
5. Mampu melindungi kulit derah yang tertekan
dan mempertahankan 7. Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien
perawatan alami 8. Monitor status nutrisi
pasien

Resiko injuri Risk Kontrol Environment Management


Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
1. Klien terbebas dari cedera 1. Sediakan lingkungan
2. Klien mampu yang aman untuk pasien
menjelaskan cara/metode 2. Identifikasi kebutuhan
untukmencegah keamanan pasien, sesuai
injury/cedera dengan kondisi fisik dan
3. Klien mampu fungsi kognitif  pasien
menjelaskan factor resiko dan riwayat penyakit
dari lingkungan/perilaku terdahulu pasien
personal 3. Menghindarkan
4. Mampumemodifikasi lingkungan yang
gaya hidup berbahaya (misalnya
untukmencegah injury memindahkan
5. Menggunakan fasilitas perabotan)
kesehatan yang ada 4. Memasang side rail
6. Mampu mengenali tempat tidur
perubahan status 5. Menyediakan tempat
kesehatan tidur yang nyaman dan
bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan
yang cukup
9. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
11. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
BAB II
TRIGGER CASE

Seorang perempuan, usia 26 tahun, suku Bali, warga Negara Indonesia ,dengan
nomor rekam medis CM 9.49.66.32 datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah
Denpasar pada tanggal 5 Oktober 2013 dengan keputihan pada bagian vagina.Keluhan utama
pasien saat dikonsulkan adalah adanya keputihan pada daerah vagina serta mengalami
kegatalan dan rasa nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Pasien adalah seorang pegawai
swasta.Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit yang sama. Penderita tidak pernah terkena penyakit seperti ini
sebelumnya dan penderita tidak ada alergi obat dan makanan. Pada pemeriksaan fisik
mukosa, rambut, fungsi kelenjar keringat, kelenjar limfe, saraf didapatkan hasil dalam batas
normal. Pada pemeriksaan venerologi menggunakan spekulum untuk melihat pada bagian
serviks uteri terlihat adanya eritema, erosi dan secret yang putih dan kental .Pada bagian
mukosa vagina terlihat adanya eritema dan secret yang putih dan kental.Pemeriksaan
penunjang pengecatan gram endoserviks didapatkan leukosit 1- 2/lpb, basil kokus (+), dan
diplokokus gram negative (-). Pengecatan gram mukosa vagina didapatkan leukosit 2-5/lpb,
basil kokus (+),blastospora (+) dan pseudohifa (+). Pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %
didapatkan blastospora (+) dan pesudohifa (+).Diagnosis kerja adalah kandidiasis
vaginadenganpenatalaksanaan menggunakan obat sistemik dan topical.Sistemik
menggunakan flukoazol 1x50mg dosis tunggal. Sedangkan topical menggunakan
Ketokenazol dengan cara dioleskan pada bagian lesi. KIE disarankan sebaiknya tidak
melakukan hubungan seksual sebelum dinyatakan sembuh atau menggunakan kondom.
Pasangan juga perlu diperiksa dan diobati apabila terbukti menderita kandidiasis. Prognosis
dari penyakit kandidiasis vagina ini adalah baik.

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok


penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun,
90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001).
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan
yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun
sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan
bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan
stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga
mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

1. Tingkatkan personal hygine

2. Tingkatkan intake nutrisi

3. Membatasi berhubungan dengan pasangan sampai hasil pemeriksaan keluar

4. Kalaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
Identitas diri klien
Nama : Ny. T
Usia : .47 tahun 7 bulan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Banjarnegara
Dx Medis : Ca Serviks III B, Imbalance cairan elektrolit,
hipoalbuminemia, anemia
Identitas Penanggung Jawab
Nama Suami : Tn T S
Hubungan dengan Pasien : Suami
1. Status kesehatan saat ini
a. Riwayat Masuk Rumah sakit :
Pasien dating sendiri dengan keluhan lemas, tidak mau makan, b.a.k
lancar, b.a.b cair, pasien sudah pernah diperiksa di poli dan dikatakan
Ca Serviks III B sudah mendapatkan antri mondok . Sebelumnya
pasien merupakan kiriman dari RSUP H. Adam Malik Medan dengan
keterangan Ca Serviks. Pasien mengeluh perdarahan vaginal di luar
menstruasi.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti
melilit.
c. Lamanya keluhan : ± 7 bulan
d. Timbulnya keluhan : ( V ) Bertahap ( ) Mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri :-
Oleh orang lain : Suami pasien menyatakan pada bulan Agustus
mencoba berobat ke pengobatan cina tetapi tidak
membaik dan kemudian pasien mengeluh
perdarahan.
2. Riwayat Keluarga
Genogram :

Keterangan :
: Laki – laki dan perempuan meninggal

: Laki – laki dan perempuan hidup

: Pasien

Riwayat kesehatan keluarga :


Suami pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
turunan seperti hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma. Suami
pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
1) Kanak-kanak : Tidak ada
2) Kecelakaan : Tidak ada
3) Pernah dirawat : di RS Imanuel 2 x
4) Operasi : 1x biopsi
b. Alergi : Tidak ada
c. Kebiasaan : merokok/ kopi/ obat/ alkohol/ lain-
lain : Tidak ada
d. Obat-obatan : -
5. Reproduksi
Kehamilan G0P2A0Ah2

No. Ggn. Proses Lama Tempat Masalah Masala Keadaan


anak Kehamila persalina persalinan persalina persalina h bayi anak saat
n n n/ n ini
penolong
1. Tidak ada Spontan Tidak Bidan - - Masih
terkaji hidup
(pasien
lupa)
2. Tidak ada Spontan Tidak Bidan - - Masih
terkaji Hidup
(pasien
lupa)

Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Durasi : 3 – 5 hari
Haid terakhir : 2 Oktober 2015
Dismenore : Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum
menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja.
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : 1x selama 30 tahun
Umur menikah : 17 tahun

Riwayat KB
Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB
6. Pola Kebiasaan Klien
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah makan
makan 2 – 3 kali dalam sehari yaitu dengan sayur dan lauk
pauk. Pasien mengatakan saat masih kerja di konveksi dengan
teman – temannya sering makan mie instan dan minum teh
botol.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit tidak pernah
dihabiskan. Suami pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak
mau makan dan hanya minum susu yang diberikan dari rumah
sakit itupun tidak habis.
2) Pola Cairan dan Elektrolit
a) Sebelum sakit
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah minum air
putih ± 7 – 8 gelas dalam sehari. Pasien mengatakan saat masih
kerja suka minum teh botol.
b) Selama sakit
Suami pasien mengatakan di rumah sakit minum air putih ±2
botol aqua tanggung dalam sehari. Suami pasien mengatakan
pasien semenjak sakit susah makan dan minum.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien b.a.b teratur dan lancar 1 x sehari dengan WC jongkok.
Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak. Pasien tidak
pernah memakai obat pencahar untuk melancarkan b.a.b. Klien
b.a.k sebanyak 5 - 6 kali (1500ml/hari) dengan warna urine
bening dan berbau khas urin.

b) Selama sakit
Pasien selama di Rumah Sakit sudah b.a.b. saat hari pengkajian
pasien sudah b.a.b 2x dengan konsistensi lunak berwarna kuning
dan bau khas .Pasien mengatakan b.a.k tidak tau berapa kali
karena menggunakan kateter saat pengkajian urin yang
tertampung di urin bag terdapat 1200 cc berwarna kuning
kecoklatan bau khas.
4) Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya melakukan aktifitas dasar
seperti makan, minum, toileting, berpakaian dengan mandiri
tidak menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan tidur selama
± 8 jam sehari . Sebelum tidur pasien mengatakan berdoa dulu
dan tidak pernah minum obat tidur.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidur biasa ± 8 jam
sehari, tetapi seluruh aktivitas selama di rumah sakit pasien
tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/Minum v

Mandi v

Toileting v

Berpakaian v

Mobilisasi di tempat tidur v

Berpindah v

Ambulasi ROM v
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

7. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a. Aspek Mental
Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien.
Pasien terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang
sakitnya pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak
bicara, pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab
seperlunya. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya
menangis dan diam. Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
b. Aspek Intelektual
Pasien mengatakan tahu tentang penyakitnya yaitu kanker serviks,
untuk yang lainnya pasien tidak menjawab karena pasien kurang
kooperatif.
c. Aspek Sosial
Hubungan keluarga dengan pasien sangat baik itu terbukti pasien
selama di rumah sakit selalu di tunggu oleh suaminya.
d. Aspek Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga mengatakan
selalu berdoa untuk kebaikan pasien.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
- KU : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Status Gizi :
TB = 155 cm
BB = 40 kg
IMT = 16.6 kg/m2 (normal)
Suami pasien mengatakan dahulu berat badan pasien 52 kg
- Tanda- tanda vital :
Suhu = 37 ºC
Nadi = 100 x/ menit
RR = 22 x/ menit
TD = 100/50 mmHg
b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)
1) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok,
keadaan bersih, tidak ada lesi.
2) Mata
Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
pasien mengatakan fungsi penglihatan tidak ada gangguan.
3) Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Pasien terpasang kanul binasal 3
liter/menit.
4) Mulut
Bentuk simetris, tidak ada kelainan kongenital, membran mukosa
kering.
5) Lidah
Bersih, tidak pucat, tidak ada stomatitis.
6) Dada
a) Respirasi
Inspeksi : Dada Simetris, tidak ada Retraksi, tidak ada lesi
Auskultasi : Respirasi 22 x/menit
c) Abdomen
Inspeksi : Simetris, Asites (-) , Retraksi (-) , Tidak
ada penonjolan
Auskultasi : Peristaltik usus 26 x/menit
Perkusi : Terdengar suara dull pada kuadran I dan
tympani pada kuadran II, III, IV
Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada perbesaran hepar,
tidak ada nyeri tekan pada kudran I, II, III,
IV, terdapat nyeri tekan pada abdomen
bawah.
7) Integumen
Turgor kulit elastis, Tidak ada kelainan
Kuku : Capilar Refill < 2detik
8) Ekstermitas
Atas : Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit
putih. Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur NaCl dan Vascon.
Bawah : Anggota gerak lengkap, kaki terlihat simetris, warna kulit
putih. Pada kaki kanan terpasang infus NaCl.
Tonus otot

3 3
3 3

9) Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter tunggal.

9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 16 Februari 2021
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah lengkap
Eritrosit 4.46 10^6/µL 4.06 – 5.20
Hemoglobin 11.5 g/dL 12.3 – 15.3
Hematokrit 11.5 – 15.5
MCH 34.9 % 35.0 – 45.0
MCV 25.9 pg 27.0 – 32.0
MCHC 78.1 Fl 80.0 – 99.0
RDW 33.1 g/dL 32.0 – 36.0
CH 19.8 % 11.5 – 15.5
CHCM 26.4 pg -
HDW 33.8 g/dL 33.00 – 37.0
Leukosit 3.84 % 2.20 – 3.20
Netrofil# 22.50 10^3/µL 4.50 – 14.50
Limfosit# 29.54 10^3/µL 2.20 – 4.80
Monosit# 1.24 10^3/µL 1.30 – 2.90
Eosinofil# 0.49 10^3/µL 0.30 – 0.80
Basofil# 0.01 10^3/µL 0.00 – 0.20
LVC # 0.04 10^3/µL 0.00 – 0.10
Netrofil% 0.17 10^3/µL 0.00 – 0.40
Limfosit% 91.3 % 50.0 – 70.0
Monosit% 5.5 % 22.0 – 40.0
Eosinofil% 2.2 % 2.0 – 8.0
Basofil% 0.1 % 2.0 – 4.0
LVC% 0.8 % 0.0 – 4.0
Trombosit 198 x 10^3/µL 150 – 450
MPV 5.9 fl 7.2 – 10.4

Tanggal 17 Februari 2021


Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Analisa Gas Darah
PO2 102.0 mmHg > 80.0
PcO2 34.2 mmHg 35.0-45-0
PH 7.466 7.350-7.450
THb 8.3 12.0-16.0
SO2 98.2 % > 98.0
cHcO3 24.1.mm01/L 22.0-28.0
ctCO2 ( P ) 25.1 mm01/L -
BE 0.5 mm01/L -2.0-2.0
ChCO3 St 24.8.mm01/L 22.0-28.0
Beecf 0.3 mm01/L -
SO2 ( c ) 98.2 % -
AaDO2 71.3 mmHg -
CtO2 11.5 Vol % -
a/AO2 58.9 % -
BB 45.5 mmol/L -
RI 70.0 % -
F1O2 0.300 -
Baro 753.8 mmHg -
Temp 37.8 C -

Tanggal 17 Februari 2021


FAAL Hati Hasil Rujukan
Albumin 2.38 g/dL 3.97 – 4.94
Glukosa Darah
Glukosa 2 jam PP 209 mg/L <140

Tanggal 16 Februari 2021


Kalium 1,6 mmol/L
GDP 184 mg/L

Tanggal 16 Februari 2021


Elektrolit Hasil Nilai rujukan
Natrium 126 mmol/L 136 - 140
Kalium 1.6 mmol/L 3.50 – 5.10
Klorida 87 mmol/L 98 - 107

10. Terapi
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin 240 mg/24jam ( IV )
Albumin 1 vial /24 jam ( IV )
Vascon ( IV )
Novorapid 1 – 1 – 1 ( 4 ui ) ( SC )
O2 kanul binasal 3 liter/menit
Drip Premix KCL 150 meq dalam 8 jam
B. Analisa Data

DATA Masalah Etiologi


DS : Ketidakseimbangan Faktor
-
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit nutrisi kurang dari Psikologis
tidak pernah dihabiskan. kebutuhan tubuh
-
Suami pasien mengatakan sejak sakit
pasien tidak mau makan dan hanya
minum susu yang diberikan dari rumah
sakit itupun tidak habis.
-
Suami pasien mengatakan dahulu berat
badan pasien 52 kg
-
Pasien mengatakan mules pada bagian
perut bawah, mules seperti melilit.
DO :
-
BB : 40 Kg
-
TB : 155
-
IMT sekarang : 16,6 Kg / m2
-
BB turun > 10 %
-
Diit pasien terlihat selalu masih utuh
-
KU : lemah
-
BU : 26 x/menit
DS : - Resiko Infeksi Prosedur
DO : invasif
-
Pasien terpasang kateter tunggal
-
Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur
NaCl 20 Tpm dan Vascon 45 cc/jam
-
Pada kaki kanan terpasang infus NaCl 20
Tpm
-
Leukosit : 3.84 %
-
Suhu badan : 37 °C
DS: Ansietas Mengalami
- Suami pasien mengatakan semenjak sakit penyakit
pasien hanya menangis dan diam. kronis
- Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
DO :
- Pasien terlihat sering melamun,
- Saat pengkajian saat ditanya tentang
sakitnya pasien menangis,
- Pasien jarang menatap perawat ketika
diajak bicara,
- Pasien jarang menjawab ketika ditanya
dan menjawab seperlunya.
- Berbicara pasien lirih
DS : Risiko -
- Pasien mengatakan diit dari rumah sakit ketidakstabilan Kadar
tidak pernah dihabiskan. Glukosa darah
DO :
- Glukosa 2 jam PP tanggal 8 Nov 2015 :
209 mg/L
- Tanggal 10 Nov 2015 GDP 184 mg/L
DS : Risiko -
- Pasien mengatakan mules pada bagian ketidakseimbangan
perut bawah, mules seperti melilit. elektrolit
DO :
- Tanggal 16 Februari 2021 Kalium 1,6
mmol/L
- Natrium : 126 mmol/L
- Klorida 87 mmol/L
DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
DO : umum
- Seluruh aktivitas pasien selama di rumah
sakit pasien tergantung total dan hanya
berbaring di tempat tidur
3 3
- KU : lemah
3 3
- Tonus otot

DS : - PK Anemia -
DO :
- KU : lemah
- Kesadaran : composmentis
- Konjungtiva anemis
- HB tanggal 17 Februari 2021 : 6 g/dL
- Eritrosit 4.46 10^6/µL
- Pasien sudah transfusi 3kali
Tanggal 7 November 2015, 17 Februari
2021, 9 November 2015

Diagnosa Keperawatan
1. PK Anemia
2. Ansietas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
5. Resiko Infeksi
6. Intoleransi aktivitas
Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 PK Anemi Setelah dilakukan asuhan Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
ditandai dengan KU : lemah, keperawatan selama 3 x 24 07.00 07.00
Kesadaran : composmentis, jam PK Anemi teratasi 1. Kaji keadaan umum pasien 1. Diketahuinya keadaan umum
Konjungtiva anemis, HB dengan kriteria hasil dan tanda – tanda anemi pasien dapat sebagai acuan
tanggal 17 Februari 2021 : 6 - Angka hemoglobin seperti kesadaran pasien intervensi selanjutnya
g/dL, Pasien sudah transfusi normal (12.3 – 15.3) dan konjungtiva pasien 2. Dengan pemantauan sel darah
3kali : Tanggal 7 November g/dL 2. Pantau jumlah sel darah merah berkala dapat membantu
2015, 17 Februari 2021, 9 - Eritrosit 4.06 – 5.20 merah tetap dalam batas mencegah terjadinya nekrosis
November 2015 Eritrosit 4.46 10^6/µL normal secara berkala jaringan perifer
10^6/µL - Konjungtiva tidak ( cek HB dan eritrosit ) 3. Mencegah nosokomial
anemis 3. Siapkan pasien secara fisik 4. Kesiapan pasien baik secara fisik
- KU : baik dan psikologis untuk dan psikologis dapat membantu
menjalani perawatan memperlancar jalannya terapi.
4. Kelola pemberian transfusi 5. Pemberian transfusi sesuai
ke 4 sesuai indikasi indikasi dapat mengganti darah
yang hilang
2 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
mengalami penyakit kronis keperawatan selama 3 x 07.00 07.00
ditandai dengan Suami pasien pertemuan diharapkan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya adalah
mengatakan semenjak sakit ansietas teratasi dengan percaya antara perawat - dasar hubungan terpadu yang
pasien hanya menangis dan kriteria hasil pasien mendukung klien dalam
diam, Suami pasien - Pasien rileks 2. Pahami rasa takut / mengatasi perasaan cemas
mengatakan awalnya pasien - Pasien dapat menerima ansietas pasien 2. Perasaan adalah nyata dan
merahasiakan sakitnya, Pasien keadaan perubahan 3. Kaji tingkat ansietas yang membantu pasien untuk terbuka
terlihat sering melamun, Saat status kesehatannya. dialami oleh pasien sehingga dapat mendiskusikan
pengkajian saat ditanya tentang - Pasien menatap 4. Temani atau atur supaya dan menghadapinya
sakitnya pasien menangis, dengan orang yang ada seseorang bersama 3. Mengetahui sejauh mana tingkat
Pasien jarang menatap perawat mengajak bicara pasien sesuai indikasi kecemasan yang dirasakan oleh
ketika diajak bicara, Pasien 5. Berikan penjelasan pada pasien
jarang menjawab ketika pasien tentang 4. Dukungan yang terus – menerus
ditanya dan menjawab penyakitnya mungkin membantu pasien
seperlunya, Berbicara pasien mengurangi ansietas / rasa takut
lirih. ketingkat yang dapat diatasi
5. Dapat mengurangi rasa cemas
pasien akan penyakitnya.
( rina )
3 Ketidakseimbangan nutrisi Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
kurang dari kebutuhan tubuh Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi intake makanan 1. Sebagai informasi dasar untuk
Psikologis ditandai dengan keperawatan selama 4 x 24 pasien perencanaan awal dan validasi
pasien mengatakan diit dari jam diharapkan 2. Anjurkan pasien makan data terkait dengan nutrisi pasien
rumah sakit tidak pernah ketidakseimbangan nutrisi : sedikit tapi sering 2. Makan sedikit tapi sering
dihabiskan, suami pasien kurang dari kebutuhan 3. Edukasi pasien untuk dapat mengoptimalkan fungsi
mengatakan sejak sakit pasien tubuh teratasi dengan menghabiskan diet dari pencernaan dalam mengabsorbsi
tidak mau makan dan hanya kriteria : Rumah Sakit makanan
minum susu yang diberikan - Pasien menghabiskan 4. Edukasi pasien pentingnya 3. Pemberian edukasi dapat
dari rumah sakit itupun tidak diet dari Rumah Sakit asupan makanan bagi meningkatkan motivasi klien
habis, suami pasien - BB badan pasien naik 1 kesehatan pasien 4. Edukasi dapat meningkatkan
mengatakan dahulu berat kg setiap minggu 5. Kelola diet yang sesuai motivasi klien
badan pasien 52 kg, pasien untuk pasien dengan ahli 5. Ahli gizi dapat memberikan
mengatakan mules pada bagian gizi diet yang sesuai dengan kebutuhan
perut bawah, mules seperti pasien.
melilit, BB : 40 Kg, TB : 155,
IMT sekarang : 16,6 Kg / m2,
BB turun > 10 %, Diit pasien
terlihat selalu masih utuh, KU:
lemah, BU : 26 x/menit
4 Risiko ketidakseimbangan Selasa,16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
elektrolit Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau hasil laboratorium 1. Monitoring elektrolit
keperawatan selama 3 x 24 nilai elektrolit serum 2. Tanda dan gejala penting untuk
jam diharapkan risiko darah pasien diketahui agar saat terjadi bisa
ketidakseimbangan 2. Pantau tanda – tanda dan tertangani dengan cepat.
elektrolit teratasi dengan gejala adanya peningkatan 3. Meminimalisir gangguan
kriteria hasil kadar elektrolit serum elektrolit yang mungkin saja
- pada pasien terjadi.
3. Kolaborasi dengan ahli 4. Premik KCL dapat menaikan
gizi untuk mengatur kadar kalium pada pasien
pemberian makanan
dengan pembatasan
elektrolit yang sesuai
untuk pasien
4. Kelola terapi drip premik
KCL

( rina)
5 Resiko Infeksi berhubungan Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
dengan prosedur invasive Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
ditandai dengan Pasien Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda infeksi 1. Mengetahui penyebab terjadinya
terpasang kateter tunggal, Pada keperawatan selama 3 x 24 (letargi, nafsu makan infeksi.
tangan kanan terpasang infus 2 jam resiko infeksi tidak menurun, ketidakstabilan, 2. Teknik aseptik menurunkan
jalur NaCl 20 Tpm dan Vascon terjadi dengan kriteria : perubahan warna kulit ) pertumbuhan bakteri pathogen
45 cc/jam, Pada kaki kanan - TTV dalam batas 2. Lakukan perawatan luka pada daerah luka
terpasang infus NaCl 20 Tpm, normal (Nadi : 115 dengan teknik aseptik 3. Cuci tangan dan tetap
leukosit : 3.84 %, Suhu badan : x/menit, Respirasi 30- 3. Edukasi pasien dan mempertahankan teknik aseptic
37 °C. 40menit, Suhu : 36oC keluarga untuk cuci tangan menurunkan resiko infeksi
– 37,5oC) bersih sekunder
- Tidak terdapat 4. Kelola pemberian terapi 4. Ceftazidin dan gentamicin
perdarahan, tidak obat sebagai obat antibiotic yang
terdapat kemerahan Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV ) mencegah timbulnya infeksi
Gentamicin 240 mg/24jam
(IV) ( rina )
( rina )
6 Intoleransi aktivitas Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
berhubungan dengan Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
kelemahan umum ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan gerak 1. Mengkaji kemampuan gerak
dengan, Seluruh aktivitas keperawatan selama 3 x klien dapat menentukan tindakan yang
pasien selama di rumah sakit pertemuan diharapkan 2. Bantu latihan rentang akan dilakukan.
pasien tergantung total dan pasien mampu gerak pasif aktif 2. Meningkatkan sirkulasi darah,
3. Edukasi pada pasien
hanya berbaring di tempat meningkatkan/ mempertahankan tonus otot,
pentingnya ambulasi
tidur, KU : lemah mempertahankan mobilitas mempertahakan gerak sendi,
4. Bantu ADL pasien
yang optimal dengan mencegah kontraktur/atrofi
sesuai kebutuhannya
kriteria: 3. Edukasi dapat meningkatkan
- Pasien mengetahui ( rina ) motivasi
tentang rentang gerak 4. ADL yang terpenuhi dapat
aktif-pasif membantu pasien
- Mempertahankan
posisi fungsional ( rina )
- Meningkatnya
kekuatan/fungsi yang
sakit dan
- Menunjukkan teknis
yang memampukan
melakukan aktivitas.
Implementasi dan Evaluasi
PK Anemi

Implementasi Evaluasi
Selasa , 16 Februari 2021 Selasa , 16 Februari 2021
09.00 12.00
- Mengkaji keadaan umum pasien S : -
dan tanda – tanda anemi seperti O :
kesadaran pasien dan konjungtiva - Konjungtiva pasien anemis
pasien - Ku : lemah
- Observasi hasil Lab sebelumnya - Kesadran : composmentis
- HB post transfuse ke 3 : 6.0 g%
12.50 14.00
- Mengukur tanda – tanda vital S :
pasien pre transfusi - Pasien menyatakan tidak pusing
13.05 - Transfusi darah PRC ke 4 masuk 230 cc
- Mengelola pemberian transfuse dengan 30 Tpm ( ± 4 jam ) di infus kaki
kantong ke 4 sesuai indikasi kanan
A : PK anemi teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
- Observasi TTV setelah 15 menit dan 1
jam transfusi berjalan.
- Observasi kelancaran transfusi
- Cek HB setelah selesai transfuse ke 4

Rabu , 17 Februari 2021 Rabu , 17 Februari 2021


13.00 20.00
- Mengobservasi keadaan umum S :
pasien dan tanda – tanda anemi Pasien mengatakan tidak pusing
seperti kesadaran pasien dan O :
konjungtiva pasien - Konjungtiva tidak anemis
15.00 - Kesadaran : composmentis
- Mengukur tanda – tanda vital - Ku : lemah
16.00 - TD : 121 / 84 mmHg
- Mengecek hasil lab HB dan - N : 97 x/menit
eritrosit setelah transfuse ke 4 - RR : 20 x/menit
- Hasil lab tanggal 16 Februari 2021
post transfusi ke 4 = HB :11.5 g/dL,
Eritrosit : 4.46 10^6/µL
A : PK Anemia teratasi
P : Stop intervensi

Dx . Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis

Implementasi Evaluasi
Selasa , 16 Februari 2021 Selasa , 16 Februari 2021
08.00 12.00
- Membina hubungan saling S :
percaya antara perawat - pasien - Suami pasien mengatakan awalnya
- Mengkaji tingkat ansietas yang pasien merahasiakan sakitnya
dialami oleh pasien - Suami pasien mengatakan semenjak
- memahami rasa takut / ansietas sakit pasien sering menangis dan
pasien melamun
O:
- Pasien terlihat jarang menatap lawan
bicaranya
- Jawaban pasien lirih
- Pasien menangis ketika ditanya
kenapa tidak pernah mau makan
- Pasien terlihat tidak mau
menceritakan perasaan pasien
sekarang.
A : Ansietas belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Temani atau atur supaya ada
seseorang bersama pasien untuk
mendukungnya
- Berikan penjelasan pada pasien
tentang penyakitnya

Rabu, 17 Februari 2021 Rabu, 17 Februari 2021


14.00 15.00
- Membina hubungan saling S :
percaya antara perawat - pasien - Suami pasien mengatakan sudah setiap
- Menganjurkan kepada suami hari mendampingi pasien dan
pasien untuk tetap mendampingi memberikan semangat tetapi
pasien dan memberikan dorongan pasiennya yang susah untuk
semangat hidup untuk istrinya diberitahu.
- Suami pasien mengatakan pasien kalau
diberitahu atau di suruh makan malah
menangis.
O:
- Suami pasien menjawab dengan suara
ketus
- Pasien masih terlihat melamun dan
tidak menatap orang yang mengajak
berbicara
A : Ansietas belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Berikan penjelasan pada pasien
tentang penyakitnya

Kamis, 18 Februari 2021 Kamis, 18 Februari 2021


09.00 14.00
- Membina hubungan saling S : -
percaya antara perawat - pasien O:
- Memberikan motivasi dan - Pasien terlihat hanya diam dan berkaca
dorongan semangat kepada pasien – kaca ketika diberikan motivasi dan
dorongan semangat.
- Pasien terlihat masih tidak menatap
lawan biacaranya.
A : Ansietas belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Berikan penjelasan pada pasien
tentang penyakitnya
- Konsultasikan ke psikolog

Dx Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Implementasi Evaluasi
Selasa, 16 Februari 2021 Selasa, 16 Februari 2021
08.00 10.00
- Mengobservasi intake S :
makanan pasien - Suami pasien menyatakan semenjak sakit
- Menganjurkan pasien pasien susah makan
makan sedikit tapi sering - Suami pasien mengatakan ketika menyuruh
- Mengelola diet sumsum pasien makan, pasien malah menangis
dan susu untuk pasien - Pasien menolak makan
O:
- Saat pasien ditawari untuk di suapi , pasien
menolak
- Sumsum terlihat masih utuh
- Susu terlihat habis ½ gelas
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Edukasi pasien pentingnya asupan makanan
bagi kesehatan pasien

Rabu, 17 Februari 2021 Rabu, 17 Februari 2021


14.30 15.00
- Mengedukasi pasien untuk S :
menghabiskan diet dari - Pasien menyatakan tidak mau makan
Rumah Sakit O:
- Edukasi pasien pentingnya - Saat diedukasi pasien terlihat hanya diam
asupan makanan bagi dan memalingkan muka
kesehatan pasien - Sumsum dan susu pasien terlihat masih utuh
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
( rina ) kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
- Observasi intake makanan pasien
( rina )
Kamis, 18 Februari 2021 Kamis, 18 Februari 2021
09.00 12.00
- Mengobservasi intake S :
makanan pasien - Suami pasien menyatakan pasien hanya mau
- Membujuk pasien untuk makan buah saja
menghabiskan diit dari - Suami pasien menyatakan makanan dari rumah
rumah sakit sakit selalu utuh dan hanya susunya saja yang
dihabiskan
- Pasien menolak makan
O:
- Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
- Observasi intake makanan pasien
( rina )

Dx. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa darah

Implementasi Evaluasi
Selasa , 16 Februari 2021 Selasa , 16 Februari 2021
08.00 14.00
- Memonitor level glukosa S : Pasien mengatakan tidak pusing
darah O:
- Memonitor tanda dan gejala - Tanggal 10 Nov 2015 GDP 184 mg/L
hipo/hiperglikemia - Ku : lemah
12.00 - Kesadran : composmentis
- Mengelola inj novorapid 4 - inj novorapid 4 ui (SC) sudah masuk
ui (SC) A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
( rina ) P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Edukasi pasien untuk mengontrol pola makan
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 – 1 – 1 ) (SC)

Kamis, 18 Februari 2021 Kamis, 18 Februari 2021


20.00 21.00
- Mengecek GDS pasien S:
- Mengedukasi pasien untuk - Pasien mengatakan tidak mau makan
menghabiskan diet dari O :
Rumah Sakit - GDS : 181 mg/L
- Mengelola inj novorapid 4 - Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
ui (SC) - Inj novorapid 4 ui (SC) belum jadi masuk
karena pasien tidak mau makan
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 – 1 – 1 ) (SC)

Kamis, 18 Februari 2021 Kamis, 18 Februari 2021


12.15 15.00
- Mengobservasi intake S :
nutrisi pasien - Suami pasien mengatakan pasien tidak mau
- Mengelola inj novorapid 4 makan hanya makan buah – buahan saja.
ui (SC) O:
- Diit dari rumah sakit terlihat masih utuh
- Inj novorapid 4 ui (SC) belum jadi masuk
karena pasien tidak mau makan
A : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
tertasi sebagian
P : Lanjut intervensi
- Edukasi pasien untuk menghabiskan diet dari
Rumah Sakit
- Kelola inj novorapid 4 ui ( 1 – 1 – 1 ) (SC)

Dx. Risiko ketidakseimbangan elektrolit

Implementasi Evaluasi
Selasa , 16 Februari 2021 Selasa , 16 Februari 2021
08.00 14.00
- Memantau hasil laboratorium S : -
nilai elektrolit serum darah O :
pasien - Tanggal 16 Februari 2021 Kalium 1,6
- Mengelola terapi drip inf mmol/L, Natrium : 126 mmol/L, Klorida 87
premik KCL 50 meq dalam 8 mmol/L
jam - Terapi drip inf premik KCL 50 meq dalam 8
jam sudah masuk
A : Risiko ketidakseimbangan elektrolit belum
teratasi
P : lanjut intervensi
- Pantau tanda – tanda dan gejala adanya
peningkatan kadar elektrolit serum pada pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur
pemberian makanan dengan pembatasan
elektrolit yang sesuai untuk pasien
Rabu, 17 Februari 2021 Rabu, 17 Februari 2021
15.00 16.00
- Memantau hasil laboratorium S :-
nilai elektrolit serum darah O :
pasien - Kalium 1,6 mmol/L
- Natrium : 126 mmol/L menjadi 134 mmol/L
- Klorida 87 mmol/L menjadi 93 mmol/L
A : Risiko ketidakseimbangan elektrolit belum
teratasi
P : lanjut intervensi
- Pantau tanda – tanda dan gejala adanya
peningkatan kadar elektrolit serum pada pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur
pemberian makanan dengan pembatasan
elektrolit yang sesuai untuk pasien
- Kelola terapi drip inf premik KCL 50 meq dalam
8 jam

Dx .Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

Implementasi Evaluasi
Selasa , 16 Februari 2021 Selasa , 16 Februari 2021
08.00 14.00
- Memantau tanda-tanda S : Pasien mengatakan sakit ketika obat masuk
infeksi (letargi, nafsu makan O :
menurun, ketidakstabilan, - Tidak ada tanda – tanda infeksi pada area infus
perubahan warna kulit ) tangan kanan dan tangan kiri
11. 00 - SB : 37 °C
- Mengukur suhu tubuh pasien - Terapi obat sudah masuk
12.00 Ceftazidin 1 gr ( IV )
- Mengelola pemberian terapi Gentamicin 240 mg (IV)
obat A : Resiko infeksi teratasi sebagian
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV ) - Edukasi pasien dan keluarga untuk cuci tangan
Gentamicin 240 mg/24jam (IV) bersih
- Kelola pemberian terapi obat
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin 240 mg/24jam (IV)

Rabu, 18 Februari 2021 Rabu, 18 Februari 2021


15.00 21.00
- Memantau tanda-tanda S : -
infeksi (letargi, nafsu makan O :
menurun, ketidakstabilan, - Tidak ada tanda – tanda infeksi pada area infus
perubahan warna kulit ) tangan kanan dan tangan kiri
15.00 - SB : 36,6 °C
- Mengukur suhu tubuh pasien - Terapi obat sudah masuk
20.00 Ceftazidin 1 gr ( IV )
- Mengelola pemberian terapi A : Resiko infeksi teratasi sebagian
obat - Pantau tanda-tanda infeksi (letargi, nafsu makan
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV ) menurun, ketidakstabilan, perubahan warna
kulit)
- Kelola pemberian terapi obat
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin 240 mg/24jam (IV)

Kamis , 18 Februari 2021 Kamis , 18 Februari 2021


08.00 14.00
- Memantau tanda-tanda S : Pasien mengatakan nyeri ketika obat masuk
infeksi (letargi, nafsu makan O :
menurun, ketidakstabilan, - Pada area infus kaki kiri terlihat bengkak dan
perubahan warna kulit ) kemerahan, infus macet.
10.00 - Jam 10.00 aff infus pada kaki kiri
- Aff infus kaki kanan - SB : 36.8 °C
11. 00 - Terapi obat sudah masuk
- Mengukur suhu tubuh pasien Ceftazidin 1 gr ( IV )
12.00 Gentamicin 240 mg (IV)
- Mengelola pemberian terapi A : Resiko infeksi teratasi sebagian
obat - Edukasi pasien dan keluarga untuk cuci tangan
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV ) bersih
Gentamicin 240 mg/24jam (IV) - Kelola pemberian terapi obat
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin 240 mg/24jam (IV)
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan dokumentasi Asuhan Keperawatan pada Ny T dengan diagnosa medis


Ca Serviks III B, Imbalance Elektrolit, Hipoalbuminemia di Ruangan RB2B RSUP H. Adam
Malik Medan dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosa
keperawatan yaitu
1. PK Anemia
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor Psikologis
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan waktu yang sesuai diperencanaan ,


hasilnya adalah
1. PK Anemia teratasi pada hari kedua karena setelah transfusi darah ke 4 HB pasien
yaitu HB :11.5 g/dL.
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis belum terastasi sesuai
waktu perencenaan karena pasien tidak kooperatif dan susah untuk diajak
berdiskusi. Saat pasien diajak berdiskusi pasien tidak pernah menatap perawat dan
hanya menagis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor Psikologis teratasi sebagian karena selama 3 hari perawtan pasien hanya
makan buah dan minum susu, diit sumsum dari rumah sakit tidak pernah
dimakan . Saat pasien di suruh makan, pasien hanya menanis.
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit belum teratasi karena Kalium masih 1,6
mmol/L dan pasien masih mendapat terapi premix KCL
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive teratasi sebagian pada hari
ketiga dan tidak terdapat tanda – tanda infeksi seperti kalor, dolor, rubor dan
fungsiolaesa.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum teratasi sebagian
karena keadaan umum pasien masih lemah dan aktivitasnya selama di rumah sakit
selalu dibantu suami dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology Biopsychosocial Interactions (5th ed). USA : John
Willey & Sons Inc
World Cancer Report, 2014. Diakses pada http://www.who.int/mediacentre/factsheet
s/fs297/en/ diperoleh tanggal 16 Februari 2021. (10.40).
Riskedas, 2013. Riset kesehatan dasar. Diakses pada http://www.litbang.depkes.go.id/sites/do
wnload/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF diperoleh tanggal 17 Februari 2021).
Mustian K, Jean Piere P. (2008). Chemotherapy-induced nausea and vomiting. Suportive
Oncology. US Oncology.
Grunberg, S.M. & Ireland A (2005). Epidemiology of chemotherapy induced nausea and
vomiting. Advanced studies in nursing. 3(1), 9 – 15.
Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy induce nausea and vomitin. Prevention, detection and
treatment-how are we doing? The journal of supportive Oncology, 2(1), 1-12
Widagdo, P.A., Sri, P.K., Supriyadi. Pengaruh aromaterapi lemaon dan relaksasi otot
progresif terhadap penurunan intensitas mual muntah setelah kemoterapi pada pasien
kanker payudara di rumah sakit telogorejo semarang. 2014. Jurnal ilmu keperawatan
dan kebidanan. Vol II No. 1: 24-33

Anda mungkin juga menyukai