Dosen :
Oleh :
KELOMPOK 9JA
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
berkat dan rahmat-Nya, kami kelompok 9JA mampu menyelesaikan laporan praktikum ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan Laporan Praktikum “Modul 6:
Konduksi” ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Unit Operasi Proses 1 (UOP
1).
Pada kesempatan ini, kami kelompok 9JA selaku tim penyususn laporan ini mengucapkan
terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama penyususnan makalah ini, kepada orang tua, saudara, teman-teman, dan terutama kepada
Bapak Dr. Ir. Sukirno M.Eng. dan Riezqa Andika S.T., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing untuk
mata kuliah Praktikum Unit Operasi Proses 1 (UOP 1) dan Bregas Pambudy selaku Asisten
Laboratorium untuk Modul 6: Konduksi yang telah membimbing tim penulis, serta semua orang
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penyusunan laporan praktikum ini sudah diusahakan sebaik dan sesempurna mungkin.
Apabila masih terdapat kekurangan, tim penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik
dan saran demi perbaikan karya penulis di masa mendatang.
Demikian makalah ini disusun dengan harapan, semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 9JA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3.3 Penentuan penurunan jari-jari, hesar jari-jari, dan area permukaan logam 23
BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK 9JA_UOP1_KONDUKSI 2020 4
1.1 Latar Belakang
Perpindahan kalor secara konduksi melibatkan transfer energi dengan difusi
mikrosopik dan tumbukan partikel dalam suatu material tanpa gerak materi secara keseluruhan.
Tumbukan dan difusi mikroskopik terjadi pada molekul, elektron, atom, dan foton yang
mentransfer energi kinetik dan potensial mikroskopik sebagai energi internal. Tingkat
perpindahan panas tergantung pada gradien suhu dan konduktivitas termal material. Konduksi
hanya dapat terjadi dalam suatu benda atau materi, atau antara dua objek yang berada dalam
kontak langsung atau tidak langsung dengan satu sama lain. Konduksi terjadi di semua bentuk
materi ditimbang, seperti padat, cair, gas dan plasma, namun perpindahan kalor dengan cara
konduksi pada umumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat yang dapat menghantarkan kalor
disebut konduktor, seperti berbagai jenis logam. Konduktor logam yang baik contohnya adalah
(dalam urutan menurun) perak, tembaga, emas, aluminium, berilium, dan tungsten. Sedangkan
zat penghantar kalor yang buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda non logam
seperti kayu, plastik, udara, kertas, dan lainlain.
Pada skala mikroskopik, konduksi panas muncul sebagai "rasa panas", atom yang
bergetar atau berpindah sedemikian cepat berinteraksi dengan atom dan molekul sekelilingnya
sehingga memindahkan sejumlah energi mereka ke partikel di sekelilingnya. Dengan kata lain,
panas dipindahkan dengan konduksi ketika atom yang saling berdampingan menggetarkan satu
sama lain, atau ketika elektron berpindah dari satu atom ke atom lain. Konduksi adalah bentuk
perpindahan panas paling umum pada benda padat pada kontak termal. Fluida-terutama
gaskurang konduktif. Konduktansi kontak termal adalah studi konduksi panas antara benda
padat yang saling bersentuhan.
Proses perpindahan konduksi berlangsung dalam dua kondisi, yaitu kondisi tunak dan
kondisi tak tunak. Perbedaan dasarnya adalah pada konduksi tunak tidak terjadi perubahan
energi internal terhadap waktu, sedangkan tak tunak berubah terhadap waktu. Pada konduksi
tak tunak terjadi aliran kalor yang tidak langsung setimbang secara termal.
Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam ruang lingkup perpindahan
panas yang terjadi pada setiap elemen kecil pada suatu sistem yang akan dianalisa,
dilakukanlah praktikum mengenai perpindahan panas. Pada praktikum ini, praktikan akan
mensimulasikan proses perpindahan panas secara konduksi. Pada peristiwa konduksi, koefisien
perpindahan panas dan koefisien kontak merupakan faktor yang penting, yang dalam percobaan
ini akan ditentukan besarnya untuk dua unit yang digunakan dalam percobaan.
Dengan dilakukannya praktikum ini, tentu saja akan membantu mahasiswa untuk lebih
memahami penerapan teori perpindahan kalor yang telah dipelajari sebelumnya.
BAB II
LITERATURE REVIEW / LANDASAN TEORI
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat
meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduksi terjadi
melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Pada zat padat, energi kalor tersebut dipindahkan
hanya akibat adanya vibrasi dari atom-atom zat padat yang saling berdekatan. Hal ini
disebabkan karena zat padat merupakan zat dengan gaya intermolekular yang sangat kuat,
sehingga atom-atomnya tidak dapat bebas bergerak, oleh sebab itu perpindahan kalor hanya
dapt terjadi melalui proses vibrasi. Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan karena
Bila k dianggap sebagai fungsi dari suhu maka persamaannya adalah sebagai berikut
Gambar 2.4.1 a) Transfer kalor melalui permukaan kontak antara 2 permukaan padatan, (b)
Konduksi melalui 2 unit daerah dengan tahanan kontak
Pada gambar 2.4(b), dengan menerapkan neraca energi pada kedua bahan (bahan pertama A,
bahan kedua B) diperoleh
T 1−T 2 A T 2 A−T 2 B T −T 3
q=k A A = =k B A 2 B
∆ XA 1/h c A ∆ XB
T 1−T 3
q=
∆ XA
+1/hc A +∆ X B /k B A
kA A
T 2 A −T 2 B T −T 2 B T 2 A −T 2 B
q= +k f A v 2 A =
Lg Lg Lg 1/ hc A
+
2 k A Ac 2 kB Ac
1 A c 2k A k B A v
h c= ( + k)
L g Ak A +k B A f
Meskipun belum ada teori yang dapat meramalkan konsep tahanan kontak ini secara lengkap,
beberapa hipotesis dapat diambil:
- Tahanan kontak meningkat jika tekanan gas sekitar diturunkan hingga di bawah nilai terbesar
mean free path karena konduktivitas termal efektif akan menurun pada keadaan ini.
- Tahanan kontak menurun jika tekanan sambungan ditingkatkan karena akan memperluas
deformasi kontak.
Jika dalam sistem teradapat lebih dari satu macam bahan (komposit), aliran kalor dapat
ditulis
Untuk geometri lainnya, penurunan persamaannya dapat dilihat pada tabel 1 di bagian
lampiran.
Dengan menganggap konduktivitas termal tetap. Persamaan ini dapat diselesaikan dengan
metode analitik, numerik atau grafik. Penyelesaian persamaan di atas akan memberikan suhu
dalam benda dua dimensi sebagai fungsi dari dua kordinat ruang x dan y. aliran kalor pada arah
x dan y dapat dihitung dari persamaan Fourier:
∂T
q x =−k A x
∂x
Gambar 2.6.1 ilustrasi perpindahan panas pada plat (Sumber : Heat Transfer Practical Approach)
Jika pada kondisi tunak tidak terjadi akumulasi panas sehingga perpindahan panas
pada setiap titik tidak berubah-ubah seiring waktu, pada kondisi tak tunak, terjadi akumulasi
sehingga perpindahan panas pada setiap titik akan berubah seiring waktu.
Jika terdapat plat dengan ketebalan Δx dan densitas ρ, kapasitas kalor spesifik C, dan
area yang tegak lurus dengan arah perpindahan panas A. neraca energi pada sistem ini (dalam
interval waktu Δt) dapa diekspresikan sebagai berikut
∆ Eelement
Q̇ x −Q̇ x+ ∆ x + Ġ element =
∆t
Perubahan energi elemen dan laju generasi panas dalam elemen dapat diekpspresikan
sebagai berikut
∆ E element =Et +∆ t −Et =mC ( T t+ ∆ t−T t ) =ρCA ∆ x ( T t +∆ t −T t )
Ġ element = ġ V element = ġ A ∆ x
Dengan mensubtitusikan kedua persamaan di atas ke neraca energi keseluruhan, maka didapat :
ρCA ∆ x ( T t +∆ t −T t )
Q̇ x −Q̇ x+ ∆ x + ġ A ∆ x=
∆t
Umumnya, nilai konduktivitas termal dapat dianggap konstan pada nilai tertentu, maka :
∂2 T ∂T
2
+ ġ=ρC (constant conductivity )
∂x ∂t
Pada sistem tak tunak, tidak ada panas yang dihasilkan ( ġ=0, dan α = k/ρC, maka :
∂2 T 1 ∂ T
=
∂ x 2 α ∂t
Tabel 2.6.1 persamaan sistem perpindahan panas tak tunak untuk benda 3D (Sumber : Heat Transfer Application
for The Practicing Engineer)
Gambar 2.7.1 ilustrasi gradien suhu pada plat dan resistansi panasnya (Sumber : Heat Transfer Practical
Approach)
Pada gambar, plane wall terekspos dengan fluida panas pada sisi kiri dan fluida dingin pada sisi
kanan. Perpindahan panas yang terjadi dapat diekspresikan oleh persamaan berikut
kA
q=h1 A ( T A −T 1 )= ( T −T 2 )=h2 A(T 2−T B )
∆x 1
Proses perpindahan panas dapat direpresentasikan oleh rangkaian resistansi dan perpindahan
panas keseluruhan dihitung sebagai rasio dari perubahan suhu keseluruhan terhadap jumlah
resistansi termal, yang dapat diekspresikan oleh persamaan berikut
Gambar 2.7.2 ilustrasi alat penukar panas sederhana dan resistansi panasnnya (Sumber : Heat Transfer Practical
Approach)
untuk sebuah silinder berongga yang terekspos pada lingkungan konveksi pada permukaan
dalam dan luarnya, analogi resistansi elektrik juga akan muncul. Perhatikan bahwa konveksi
tidak sama pada kedua fluida. dalam kasus ini, luas permukaan bergantung pada diameter
dalam dan luar tabung. Besar perpindahan panas dapat diekpresikan dalam persamaan berikut
T A −T B
q=
r
1
+
( )
ln o
ri
+
1
h i Ai 2 πkL ho A o
Secara umum, untuk plat ataupun silinder, perpindahan panas dapat diekpresikan ke dalam
persamaan berikut
1
UA=
∑ Rth
3.1Data Percobaan
3.1.1 UNIT 2
Tabel 3.1.1 Tabel Hasil Percobaan Konduksi Unit 2
Laju Alir (ml/s)
PERCOBAAN 1 6,8
PERCOBAAN 2 4,4
Percobaan 1 Percobaan 2
Node
T1 air (˚C) T1 Logam (mV) T2 air (˚C) T2 Logam (mV)
1 32,9 2,3 30,2 2,2
2 33,3 1,5 30,2 1,69
3 33,9 0,85 30,3 1,21
4 33,6 0,75 30,4 1,01
5 33,7 0,65 30,5 0,9
6 33,6 0,5 30,5 0,77
7 33,9 0,44 30,6 0,61
8 33,6 0,4 30,6 0,51
9 33,7 0,38 30,8 0,46
10 34,1 0,3 30,9 0,3
3.1.2 UNIT 3
Tabel 3.1.2 Tabel Hasil Percobaan Konduksi Unit 3
Laju Alir (ml/s)
PERCOBAAN 1 6
PERCOBAAN 2 5,8
Percobaan 1 Percobaan 2
Node
T1 air (˚C) T1 Logam (mV) T2 air (˚C) T2 Logam (mV)
1 29,1 3,71 30 3,54
2 29,1 3,21 30 3,11
3 29,3 2,97 30 2,7
4 29,3 2,37 30 2,32
5 29,4 2,03 30 2,01
6 29,3 1,77 30 1,71
7 29,6 1,5 30 1,5
8 29,7 1,26 30 1,28
9 29,8 1,08 30 1,1
10 29,8 0,9 30 0,92
Rata-rata laju alir (debit) dalam waktu 10 detik yaitu Q = 5,6 ml/s = 5,6 x 10-6 m3/s
Lalu, menghitung laju alir massa ṁ dengan menggunakan ρ = 1000 kg/m3
−6 m3 kg
ṁ=Q . ρ=(5,6 ×10 )(1000 3 )
s m
kg
ṁ=0,0056
s
*Note: Tair out didapatkan melalui perhirungan rata-rata data temperatur air di tiap
rentang node.
Nilai k untuk masing-masing node dapat dihitung dengan menggunakan cara berikut:
a. kavg baja = k node 1-2
b. kavg alumunium = (k node 3-4 + k node 4-5 + k node 5-6)/3
c. kavg magnesium = (k node 7-8 + k node 8-9 + k node 9-10)/3
(Sumber k literatur : Cengel, Y.A & Moran M.j, Thermodynamics an Engineering Approach)
5. Membuat profil suhu logam (𝑻𝒂𝒗𝒈) dan profil suhu air keluaran (𝑻𝒂𝒗𝒈 𝒂𝒊𝒓) terhadap
𝑳 (jarak node terhadap pemanas unit 2):
Kemudian dilakukan ploting antara nilai T sebagai sumbu-y dan nilai L sebagai sumbu-
x:
Sehingga diperoleh nilai hc dan kesalahan literatur untuk masing-masing logam yang
ber-kontak sebagai berikut yaitu:
Sehingga diperoleh nilai 𝑸𝒂𝒊𝒓, 𝑸𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏, dan 𝑸𝒍𝒐𝒔𝒔 sebagai berikut yaitu:
y c m x
Kemudian dilakukan ploting antara nilai k sebagai sumbu-y dan nilai T sebagai sumbu-x
sehingga di dapatkan nilai k 0 . β sebagai slope atau gradien dan nilai k 0 sebagai
interceptnya.
120.0000
f(x) = − 2.25 x + 221.04
100.0000 R² = 1
K (W/mC)
80.0000
60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
36.0 38.0 40.0 42.0 44.0 46.0 48.0 50.0 52.0 54.0 56.0
T (C)
Sehingga nilai 𝑘0 dan 𝛽 untuk Alumunium dan Magnesium adalah sebagai berikut:
Alumunium (Al)
c=k 0=967,13
m=k 0 . β=−20,91
−20,91 −20,91
β= = =−0,02162
k0 967,13
Magnesium (Mg)
Selain itu, juga dihitung Tavg node dan Tavg air untuk setiap node, sehingga diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 3.3.1 Konversi suhu menjadi dalam satuan ˚C
Temperature air
2. Temperature Logam (mV) Temperature Logam (˚C) T avarage
(˚C)
Node
T1 air T2 air T1 Logam T2 Logam T1 Logam T2 Logam T Air T logam
(˚C) (˚C) (mV) (mV) (˚C) (˚C) (˚C) (˚C)
1 29,1 30 3,71 3,54 121,822 117,603 29,55 119,713
2 29,1 30 3,21 3,11 109,412 106,930 29,55 108,171
3 29,3 30 2,97 2,7 103,455 96,754 29,65 100,105
4 29,3 30 2,37 2,32 88,563 87,322 29,65 87,943
5 29,4 30 2,03 2,01 80,125 79,628 29,70 79,876
6 29,3 30 1,77 1,71 73,671 72,182 29,65 72,927
7 29,6 30 1,5 1,5 66,970 66,970 29,80 66,970
8 29,7 30 1,26 1,28 61,013 61,510 29,85 61,261
9 29,8 30 1,08 1,1 56,546 57,042 29,90 56,794
10 29,8 30 0,9 0,92 52,078 52,574 29,90 52,326
Menghitung laju alir massa dengan menghitung laju alir volume dan mengalikannya dengan
densitas air yaitu 1000 kg/m3
Tabel 3.3.2 menenntukan nilai Q
volume volume
percobaan m air (kg) Q (kg/s) Q avg
air (ml/s) air (m3)
1 25 0,000025 0,025 0,025
2 30 0,00003 0,03 0,03 0,0275
Tabel 3.3.3 Penentuan penurunan jari-jari, hesar jari-jari, dan area permukaan logam
nod
e dr (m) R (m) A (m2)
0,00204
1 - 0,0255 2
0,00168 0,02718 0,00232
2 7 7 1
0,00384 0,03103 0,00302
3 6 3 4
0,00303 0,00364
4 7 0,03407 5
0,00303 0,03710 0,00432
5 7 7 3
0,00303 0,04014
6 7 3 0,00506
0,00236 0,04250 0,00567
7 2 5 3
0,00182 0,04432
8 2 7 0,00617
0,00303 0,04736 0,00704
9 7 3 4
0,00303 0,00797
10 7 0,0504 6
4. Menghitung nilai k
Nilai k dapat dihitung menggunakan asas black yaitu:
Qlepas =Q terima
ṁ .Cp .(T ¿ ¿ out air−T ¿air )=k . A .(T ¿ ¿ node i−T node i−1) /dx ¿ ¿
ṁ. Cp.(T ¿ ¿ out air−T ¿ air ) .dx
k= ¿
A .(T ¿ ¿ node i−T node i−1 )¿
Dimana
𝑘 = konduktivitas termal (W/m°C )
𝑚𝑎𝑖𝑟 = laju alir massa air = 𝑄 × 𝜌 = 0,015 kg/s
∆𝑇𝑎𝑖𝑟 = 𝑇𝑖𝑛 𝑎𝑖𝑟 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 = perbedaan temperatur air di tiap node (°C)
𝐴 = luas permukaan logam (7,9 × 10−4m2)
𝑑𝑇𝑎𝑣𝑔 = perbedaan suhu logam pada tiap node (°C)
𝑑𝑥 = jarak antar node (m)
𝐶𝑝𝑎𝑖𝑟 = konstanta perpindahan panas (4200 J/kg°C)
6. Menghitung nilai k0 dan β dengan membuat gravik k vs. T node avg (metode least
squares)
350
300
250
k (W/mK)
100
50
0
40 50 60 70 80 90 100 110
T (°C)
BAB IV
ANALISIS
Persamaan yang diatas dapat diturunkan dari persamaan regresi grafik yang telah diplot
sebelum nya, dimana nilai k sebagai sumbu y, ko sebagai intersept sedangkan Ko.β sebagai
slope. Sehingga kita akan memperoleh nilai koefisien β pada bahan material logam adalah;
β aluminium=−0,022
β magnesium=−0,01
β tembaga=−0,00828
Pada unit dua, nilai β aluminium dan magnesium bernilai negatif. Hal ini menunjukkan
terjadi penyusutan luas daerah perpindahan panas. Nilai k dari node ke node sejenis
nilainya bertambah, tetapi dari node ke node berbeda jenis nilainya berkurang dikarenakan
adanya tahanan termal. Juga, karena kalor berpindah dari suhu yang tinggi ke rendah, dapat
disimpulkan, bahwa konduktivitas termalnya naik seiring penurunan suhu.
Selanjutnya adalah percobaan pada Unit 3. Pada unit ini hanya terdapat satu bahan
penyusun node yaitu tembaga (Cu). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai
kesalahan relatif besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketidak-idealan sistem konduksi yang
terjadi tinggi sehingga data yang diperoleh oleh praktikuan kurang akurat sehingga
Selain k, data yang diperoleh dari percobaan unit 3 ini adalah β yang diperoleh
sebesar -0,00828. nilai β bernilai negatif, karena logam selalu mengalami korosi bahkan
korosi karena air.
4.4Analisis Kesalahan
Kesalahan hasil percobaan baik pada unit 2 maupun unit 3 terhadap literatur yang
cukup besar yaitu lebih dari 10% (seperti yang terlihat dalam pengolahan data), dapat
disebabkan oleh beberapa kesalahan yang dilakukan seperti diantaranya ialah:
a. Kesalahan praktikan dalam melakukan pengukuran volume air yang terukur, suhu air
yang masuk dan keluar, ataupun suhu node yang terukur karena alat yang digunakan
belum dikalibrasi atau alat yang digunakan sudah kurang akurat (yang dapat disebabkan
dari kurangnya maintenance) ataupun lainnya. Hal ini tentunya membuat nilai
konduktivitas material dan suhu keluarnya air menjadi kurang akurat.
b. Mungkin terdapatnya Impurities logam dan air yang digunakan mempengaruhi
perhitungan dan pengukuran properties konduksi.
c. Kesalahan pengambilan data oleh praktikan yang bersifat prosedural, seperti melupakan
satu langkah dari prosedur percobaan.
d. Kesalahan pengambilan data oleh praktikan karena ketidaktelitian pengukuran, seperti
kurang teliti membaca volume di gelas ukur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan konduksi ini, dapat ditarik Kesimpulan yakni antara lain :
1. Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas
mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah,
tetapi medianya tetap. Perpindahan kalor secara konduksi tidak hanya terjadi pada
padatan saja tetapi bisa juga terjadi pada cairan ataupun gas, hanya saja konduktivitas
terbesar pada padatan.
2. Rumus umum untuk perpindahan panas secara konduksi adalah
dT
q=−kA
dx
3. Pada bagian batas antara dua benda padat bersentuhan, terjadi tahanan kontak termal
yang menyebabkan penurunan suhu secara tiba-tiba. Tahanan kontak termal muncul
akibat adanya ketidaksempurnaan pada bidang pertemuan kedua benda, sehingga
kekosongan yang ada diisi oleh fluida (gas/udara) yang akan memberikan tahanan
baru terhadap perpindahan panas konduksi pada sistem tersebut. Rumus umum bagi
tahanan kontak termal :
1 A c 2k A k B A v
h c= ( + k)
L g Ak A +k B A f
5. Pada proses konduksi yang diamati, sangat besar kemungkinan terjadinya suatu
penyimpangan akibat adanya interaksi lingkungan dengan sistem, dimana sistem
akan melepaskan panas ke lingkungan dengan laju tertentu, yang disebut dengan heat
loss. Heat loss dirumuskan sebagai selisih antara qteoritis dan qeksperimen.
6. Pada percobaan ini diperoleh hasil:
Unit 2
Untuk perhitungan nilai konduktivitas termal:
o k aluminium = 113,5688 W /mo C = 113,6 W /mo C
o k magnesium = 129,0838 W /mo C = 129,1 W /mo C
o k stainless steel = 36,7668 W /mo C = 36,8 W /mo C
Untuk perhitungan koefisien kontak termal:
o hc stainless steel dengan aluminium = 5654989,363
o hc aluminium dengan magnesium = 12183029,002
Untuk perhitungan nilai β
o β aluminium = -0,02
o β magnesium = -0,01
Unit 3
k tembaga = 137,35 W/m°C
β tembaga = -0,00828
5.2 Saran
Dengan melihat bagaimana kesalahn-kesalahan yang terjadi baik dalam melakukan
percobaan maupun dalam pengolahan data, berikut beberapa saran yang dapat praktikan
sarankan untuk meminimalisir terjadinya keselahan dalam praktikum selanjutnya atau
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
De Nevers, Noel. 1991. Fluid Mechanics for Chemical Engineering 2nd Edition. Singapore:
McGraw-Hill.
Holman, J.P. 1988. Perpindahan Kalor Edisi Keenam, Alih Bahasa Ir. E. Jasjfi M. Sc. Jakarta:
Erlangga.
Incropera, Frank P. And David P. DeWitt. 2005. Heat and Mass Transfer. Singapore: John Wiley &
Sons (Asia) Pte.
Lienhard V, John H. and John H. Leinhard IV. A Heat Transfer Textbook third edition.version1.22
January 5th 2004. http:/ /web.mit.edu/leinhard/www/ahtt.html.
Mc.Cabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th edition. Mc.Graw-Hill
International Book Company: Singapore.
Perry, Robert H. Chemical Engineers’ Handbook. USA: McGraw-Hill
Theodore, Louis. 2011. Heat Transfer Application for The Practicing Engineer. New Jersey : John
Wiley&sons
Tim Penulis. 2019. Modul Praktikum Unit Operasi Proses 1. Depok: Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Warren McCabe, Julian Smith, dan Peter Harrior. 1994. Unit Operation of Chemical Engineering,
5th edition.New-York: Mc-Graw Hill International .
White, Frank. 2009. Fluid Mechanics Seventh Edition. New York : McGraw-Hill.