Anda di halaman 1dari 57

TUGAS MK : SEMINAR

NAMA : LUKMAN S.
NIM : G2C119023
KELAS : “B”

5 JURNAL NASIONAL dan ANALISIS

JURNAL KE -1

143
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 143-151

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya


Meningkatkan Prestasi Kerja di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara
Andriani, Usman Tarigan *

Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima Agustus 2016; Disetujui Oktober 2016; Dipublikasikan Desember 2016

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui gaya kepemimpinan dalam dinas
kesehatan provinsi sumatera utara (2) Untuk mengetahui bagaimana peranan kepemimpinan
dalam upaya meningkatkan prestasi kerja di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang
menghasilkan prosedur analisa yang tidak menggunakan analisis statistik. Data analisa
kualitatif ini telah dikumpulkan dalam berbagai cara seperti Observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam Hasil analisis menunjukkan bahwa Pemimpin di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara menggunakan beberapa gaya kepemimpinan untuk meningkatkan prestasi
kerja, dan menggunakan beberapa gaya tersebut diharapkan dapat memacu prestasi kerja.
Peran dari pemimpin sangatlah penting dalam meningkatkan prestasi kerja staffnya. penghambat
dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya sumber daya manusia, sumber anggaran dan
fasilitas/sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan; Prestasi Kerja

Abstract
This study aims to: (1) To determine the style of leadership in North Sumatra Provincial Health
Office (2) To find out how the leadership role in efforts to improve performance in North
Sumatra Provincial Health Office.This study is a qualitative research approach is research
that produces descriptive analysis procedures that do not use statistical analysis.
Qualitative analysis of the data has been collected by various means such as observation,
interviews and documentation.In the analysis shows that the leaders in the North Sumatra
Provincial Health Office uses multiple styles of leadership to improve performance, and use
some force is expected to spur job performance. The role of leaders is essential in
improving staff
performance.
Keywords : Leadership Style; Work Performance

How to Cite : Andriani, Usman Tarigan, (2016). Peranan gaya kepemimpinan dalam upaya
Meningkatkan Prestasi Kerja di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
4 (2): 143-151

*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165


E-mail: Usmantariganuma@yahoo.com e-ISSN
144
Andriani, Usman Tarigan, (2016). Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja
PENDAHULUAN adanya dorongan dari pimpinan organisasi
Sebuah organisasi membutuhkan sosok tersebut.
pemimpin yang baik dalam mengarahkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
organisasi mencapai tujuan utamanya. Utara dalam tugasnya adalah memberikan
Pemimpin adalah seseorang yang membuat pelayanan prima pada Kesehatan di Provinsi
dan menciptakan orang lain menjadi Sumatera Utara. Dalam keberhasilan
individu yang mandiri, menjadikan orang menjalankan tugas dan fungsi nya sangat
lain menjadi matang. Menurut Rost (dalam ditentukan oleh seorang pemimpin dalam
Safaria 2004), kepemimpinan adalah sebuah menggerakkan seluruh pegawai pada dinas
hubungan yang saling mempengaruhi di tersebut. Untuk mencapai tujuan yang telah
antara pemimpin dan pengikut (bawahan) ditetapkan pimpinan dan seluruh pegawai
yang menginginkan perubahan nyata yang harus bersinergitas dan satu pemahaman
mencerminkan tujuan bersamanya. dalam melaksanakan tugasnya
Kepemimpinan mutlak diperlukan
dimana terjadi interaksi kerjasama antara METODE PENELITIAN
dua orang atau lebih dalam menjalankan Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kegiatan dalam organisasi. Kepemimpinan dengan pendekatan kualitatif. Artinya, data
menentukan arah dan tujuan serta yang diambil bukan dari angka-angka,
bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan. melainkan data tersebut berasal dari
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan wawancara, dokumen pribadi, memo dan
keinginan pegawai akan membuat pegawai dokumen resmi lainnya. Sehingga yang
merasa nyaman ketika bekerja dan menjadi tujuan penelitian kualitatif adalah
pegawai akan lebih bersemangat ketika ingin mengambarkan realita empiris dibalik
bekerja. Faktor kepemimpinan memegang fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.
peranan yang penting di dalam organisasi, Oleh karena itu penggunaan
karena pemimpin itulah yang akan pendekatan kualitatif dalam penelitian yaitu
menggerakkan dalam mengarahkan mencocokkan antara realita empiris dengan
organisasi dalam mencapai tujuan dan teori yang berlaku dengan menggunakan
sekaligus merupakan tugas yang tidak metode deskriptif. Menurut Sugiyono
mudah. Tidak mudah karena harus (2010:15) metode penelitian kualitatif adalah
memahami setiap perilaku bawahan yang metode penelitian yang berdasarkan pada
berbeda-beda. Sukses tidaknya usaha filsafat postpositivisme, digunakan untuk
pencapaian tujuan organisasi ditentukan meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
oleh kualitas kepemimpinan. (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
Faktor yang menjadikan seorang peneliti sebagai instrument kunci.
pemimpin dapat meningkatkan prestasi Pengambilan sampel sumber data dilakukan
bawahan. Pertama, pemimpin memenuhi secara Purposive, teknik pengumpulan
kebutuhan para bawahannya yang berkenaan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
dengan efektifnya pekerjaan. Kedua, induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
pimpinan memberikan latihan, bimbingan kualitatif lebih menekankan makna daripada
dan dukungan yang dibutuhkan bawahannya. generalisasi. Jenis penelitian yang digunakan
Dalam usaha meningkatkan prestasi kerja dalam penelitian ini adalah penelitian
bawahan maka peran pimpinan sangatlah kualitatif.
penting, sebab sukses tidaknya suatu tujuan Metode penelitian kualitatif sering
yang dicapai oleh sebuah organisasi disebut metode penelitian naturalistik karena
tergantung dari kepemimpinan pimpinan. penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
Maka dari faktor itu yang mendukung alamiah (natural setting). Disebut sebagai
tercapainya prestasi kerja bawahan adalah
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 143-151

metode kualitatif, karena data yang melalui komunikasi langsung antara


terkumpul dan analisisnya lebih bersifat informan dan peneliti untuk mengetahui
kualitatif. Filsafat postpositivisme sering hal-hal awal mengenai masalah maupun
juga disebut sebagai paradigma hal - hal yang lebih mendalam.
interpretative dan konstruktif, yang 2) Dokumentasi (Documentation)
memandang realitas sosial sebagai sesuatu Dokumentasi adalah melihat langsung
yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh dilokasi penelitian dengan mencatat hal-
makna, dan hubungan gejala bersifat hal yang terjadi ataupun fakta-fakta yang
interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan dijumpai yang berkaitan dengan penelitian.
pada obyek yang alamiah, obyek yang Kemudian data-data yang dikumpulkan
alamiah adalah obyek yang berkembang apa dengan teknik dokumentasi cenderung
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan merupakan data sekunder. Sedangkan
kehadiran peneliti tidak begitu data-data yang dikumpulkan dengan
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut teknik observasi dan wawancara
(Sugiyono 2010: 14-15). cenderung merupakan data primer atau
Hakikat penelitian kualitatif adalah data yang langsung didapat dari pihak
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya pertama.
berinteraksi dengan mereka, berusaha Dalam penelitian kualitatif tidak
memahami bahasa dan tafsiran meraka menggunakan populasi, karena penelitian
tentang dunia sekitarnya, mendekati atau kualitatif berangkat dari kasus tertentu
berinteraksi dengan orang-orang yang yang ada pada situasi sosial tertentu dan
berhubungan dengan focus penelitian hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
dengan tujuan mencoba memahami, pada populasi, tetapi ditransferkan ke
menggali pandangan dan pengalaman mereka tempat lain pada situasi sosial dalam
untuk mendapatkan informasi atau data kasus yang dipelajari. Sampel dalam
yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti penelitian kualitatif tidak disebut responden
menggambarkan metode kualitatif yaitu melainkan narasumber,partisipan atau
melakukan wawancara mendalam dan informan (Sugiyono, 2012:216). Informan
menggambarkan tentang peranan gaya penelitian meliputi beberapa macam
kepemimpinan dalam upaya meningkatkan (Suyanto, 2005: 171) seperti :
prestasi kerja dinas kesehatan di kota Medan, a. Informan kunci yaitu: mereka yang
untuk memperoleh gambaran secara mengetahui dan memiliki berbagai
kualitatif dan akan banyak dibutuhkan informasi pokok yang diperlukan dalam
data-data dan fakta-fakta untuk mendukung penelitian. Yang menjadi informan kunci
penelitian. dalam penelitian ini adalah semua
Penelitian ini dilakukan di Dinas pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada Sumatera Utara.
bulan Februari tahun 2015. Metode b. Informan utama yaitu: yang terlibat
pengumpulan data adalah suatu cara untuk langsung dalam interaksi yang diteliti.
memperoleh kebenaran yang dipandang Yang menjadi informan utama dalam
ilmiah dalam suatu penelitian terhadap penelitian ini adalah Pimpinan di Dinas
hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Secara empiris dengan mengumpulkan data Dalam suatu penelitian sangat
yang relevan, teknik pengumpulan data dibutuhkan suatu analisis data yang berguna
terdiri atas : untuk memberikan jawaban terhadap
1) Wawancara (interview) permasalahan yang teliti. Analisis dalam
Wawancara merupakan teknik penelitian ini menggunakan metode analisis
pengumpulan data yang dilakukan
Andriani, Usman Tarigan, (2016). Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja
kualitatif. Menurut Sugiyono (2010: 63) reduksi data. Reduksi data merupakan proses
menyatakan pada penelitian kualitatif, berfikir sensitive yang memerlukan
pengumpulan data dilakukan pada natural kecerdasan dan keluasan serta kedalaman
setting dan metode pengumpulan data lebih wawasan yang tinggi..
banyak pada wawancara mendalam dan (2) Penyajian Data (Display Data)
dokumentasi. Mengacu pada pengertian Setelah data direduksi, maka langkah
tersebut, metode pengumpulan data sebagai selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam
suatu cara untuk memperoleh data melalui penelitian kuantitatif, penyajian data dapat
beberapa langkah atau tahapan, yaitu: dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik,
wawancara, dan dokumentasi. Langkah- pictogram dan sebagainya. Melalui penyajian
langkah tersebut berfungsi untuk data tersebut, maka data terorganisasikan dan
mempermudah peneliti dalam proses tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
pemerolehan data. Selanjutnya dijelaskan oleh semakin mudah dipahami. Beda halnya dalam
Sugiyono (2009:225) bahwa pengumpulan penelitian kualitatif, di mana penyajian data
data dapat diperoleh dari hasil wawancara, dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada bagan, hubungan antarkategori dan
penelitian ini peneliti menggunakan teknik sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman,
pengumpulan data dengan cara dokumentasi, yang paling sering digunakan untuk
dan wawancara. menyajikan data dalam penelitian kualitatif
1. Reduksi data (Data reduction) adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Data yang diperoleh di lapangan Dengan adanya penyajian data, maka akan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu memudahkan untuk memahami apa yang
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya
dikemukakan makin lama peneliti di lapangan, berdasarkan apa yang telah dipahami
maka jumlah data akan makin banyak, tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan
komplit dan rumit. Untuk itu perlu segera Huberman disarankan agar dalam melakukan
dilakukan analissi data melalui reduksi data. display data, selain dengan teks yang naratif,
Mereduksi data berarti merangkum, memilih juga dapat berupa grafik, matrik, network
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- (jaringan kerja), dan chart.
hal yang penting, dicari tema dan polanya (3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
dan membuang yang tidak perlu. Dengan Kesimpulan awal yang dikemukakan
demikian data yang telah direduksi akan masih bersifat sementara dan akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, mengalami perubahan apabila tidak
dan memepermudah peneliti untuk ditemukan bukti bukti yang kuat yang
melakukan pengumpulan data selanjutnya mendukung pada tahap pengumpulan data
dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
data dapat dibantu dengan peralatan dikemukakan pada tahap awal didukung
elektronik seperti komputer mini, dengan oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
memberikan kode-kode pada aspekaspek saat peneliti kembali ke lapangan
tertentu. Dalam mereduksi, data setiap mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
peneliti akan dipandu oleh tujuan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
dicapai. Tujuan utama dalam penelitian yang kredibel.
kulitatif adalah pada temuan. Oleh karena Dengan demikian kesimpulan dalam
itu,kalau peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
penelitian, menemukan segala sesuatu yang rumusan masalah yang dirumuskan sejak
dipandang asing, tidak dikenal, belum awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
memiliki, justru itulah yang harus seperti telah dikemukakan di atas bahwa
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 143-151

masalah dan rumusan masalah dalam seperti ini bisa membuat dinas kesehatan
penelitian kualitatif masih bersifat sementara provinsi sumatera
dan akan berkembang setelah peneliti
berada di lapangan. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya
masih remang-remang atau bahkan gelap,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Kesimpulan ini dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, maupun hipotesis
atau teori.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemimpin merupakan satu-satunya
orang yang bertugas untuk memandu,
menuntun, membimbing dan memberi
supervis atau pengawasan yang efisien
kepada para pegawai yang terlibat secara
langsung mampun tidak langsung. Peranan
pemimpin pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan prestasi kerja
pegawai. Hal ini sudah terbukti di Dinas
Kesehatan Sumatera Utara bahwa peranan
pemimpin sangatlah penting. Salah satu
peran kepemimpinan yang telah dilakukan
oleh Ibu Dr. Suhartati Surjantini M.Kes
selaku kepala Dinas Kesehatan provinsi
Sumatera Utara adalah membimbing,
menuntun dan memberi masukan kepada
seluruh karyawan. Dimana peranan
kepemimpinan tersebut sangat penting
sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja
pegawai. Hasil wawancara pada tgl 12 maret
2015,“ Bagaimana peran ibu sebagai pimpinan
di dinas kesehatan ini ? “Menurut Ibu Dr.
Suhartati Surjantini M.Kes selaku kepala
Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara
peranan dan gaya kepemimpinan
yang
diberikan kepada seluruh pegawai Dinas
Kesehatan Sumatera Utara mengatakan: “saya
memberi pembinaan kepada pegawai,
mendorong dan mengarahkan pegawai untuk
lebih disiplin, saling membantu dan saling
peduli antar sesama pegawai lain dan
bersikap bijaksana dalam mengatasi segala
hal. Dan insha Allah saya selalu tegas
pada setiap pegawai tidak ada beda bedanya
antara pegawai satu dengan pegawai lain.
peraturan yg menjadi patuh untuk dipatuhi
harus bisa diikuti disini, karna dengan
utara jauh lebih baik lagi. Ibu tidak pernah
kalau dalam membuat suatu kebijakan
atau keputusan tidak melibatkan pegawai,
ibu selalu melibatkan bawahan biar dalam
menyelesaikan pekerjaan dalam suatu kantor
sama sama enak. Ya, kalau pegawai membuat
kesalahan ibu tetap menegur, karna disini ibu
sebagai pimpinan sudah menjadi tugas ibu
menegur pegawai yang buat salah. Saat ada
pegawai yg memberikan kritikan untuk saya
yang baik saya terima dengan senang hati,
tetapi untuk saat ini belum ada yang
memberikan saya kritikan apapun (sambil
senyum). Masalah utamakan pekerjaan itu
sudah menjadi kewajiban itu sudah saya
terapkan kepada semua pegawai pegawai
disini, waktu istrahat ya istrahat tapi
tergantung dari pegawai kalau juga ingin
kerja saat waktu istrahat bagi saya tidak
ada masalah”

Dari penjelasan diatas dapat diketahui


bahwa tujuan dari pembinaan yang dilakukan
adalah untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
menjadi lebih baik. Pembinaan yang
dilakukan akan membuat pegawai menjadi
giat untuk bekerja lebih baik lagi dan
mendorong pegawai lebih bertanggung
jawab, pegawai akan mampu untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
bersikap bijaksana.
Peran pemimpin dalam menciptakan
rasa nyaman dan kekeluargaan
diantara pemimpin dan pegawai ataupun
sesama pegawai sangat penting. Rasa saling
peduli yang di terapkan oleh seorang
pemimpin dilingkungan kerja juga akan
memacu kinerja pegawai. Dimana, saling
membantu dan saling peduli akan membuat
suasana pekerjaan lebih kondusif dan tidak
membuat pegawai lebih terbebani akan
pekerjaan. Pemimpin akan memberikan
nasehat, saran dan bantuan kepada pegawai
jika dibutuhkan. Pemimpin juga ikut
bersama-sama dengan pegawai
menyelesaikan masalah yang rumit. Sistem
bekerja sama dan gotong royong yang
diterapkan di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara menghasilkan pegawai
pegawai yang berkualitas. Pemimpin
akan
Andriani, Usman Tarigan, (2016). Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja
menyediakan dan memberi fasilitas apa yang dalam mengambil keputusan juga tidak
menjadi hak pegawai, tanpa ada yang sepihak melainkan dengan cara musyawarah
dikurangi maupun dihilangkan. Pemimpin di dan mufakat.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Hasil wawancara pada tgl 12 maret
memberi kesempatan kepada pegawai untuk 2015, “ Apakah pimpinan memperhatikan
mengembangkan diri dengan banyak cara, dan peduli terhadap bawahan? “Menurut Ibu
seperti mengikuti pelatihan kesehatan, Ridesman, SH. M.kes. Ka. Bidang Bina
menghadiri seminar tentang kesehatan, pengembangan SDM Kesehatan menyatakan
memberi perintah kepada pegawai untuk bahwa ibu Dr. Surjantini SH. M.kes
mengikuti diklat di rumah sakit atau balai memperhatikan bawahan dalam masalah
pengobatan milik pemerintah. Kemampuan pekerjaan dan masalah peduli ya cukup
pemimpin dalam menilai kapasitas seorang peduli. Ibu juga berusaha mengutamakan
pegawai juga dibutuhkan untuk kerja sama dan kerja tim dalam usaha
pengembangan dan kemajuan pegawai mencapai tujuan dan mau menerima saran,
maupun Dinas Kesehatan itu sendiri. pendapat bahkan kritikan dari bawahannya
Selain itu, peranan gaya pemimpin ini terlihat ketika ibu Surjantini selaku kepala
yang selalu memantau aktivitas dan dinas kesehatan Provinsi sumatera Utara
kegiatan pegawai juga sangat mempengaruhi selalu mengadakan rapat ataupun diskusi
kualitas dan kinerja pegawai di Dinas sebelum memberikan keputusan.
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Institusi atau organisasi akan
Pemimpin akan memantau pegawai yang menggunakan penghargaan atau hadiah dan
datang terlambat dan tidak tepat waktu. ketertiban untuk staff. Pemimpin yang baik
Keluar dari kantor Dinas Kesehatan, pegawai mau mendengar ide, saran, gagasan dan
yang melalaikan dan mengabaikan pekerjaan, kritikan dari para staff atau pegawai sebelum
dan pegawai yang tidak bertanggung jawab mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan
akan pekerjaan. Dengan adanya monitoring yang tepat dan bijaksana akan menciptakan
pegawai yang dilakukan oleh pemimpin maka motivasi yang tinggi kepada staff atau
pegawai-pegawai Dinas Kesehatan Sumatera pegawai sehingga lebih berprestasi dan
Utara jarang dijumpai banyak melakukan berkualitas. Sukses atau tidak seorang staff
kesalahan dalam pekerjaan. Sikap pemimpin atau pegawai tersebut dalam hal prestasi
yang peduli akan aktivitas dan kegiatan kerja dapat dipengaruhi oleh gaya
pegawai juga dibutuhkan untuk menciptakan kepemimpinan pimpinan Tampubolon
prestasi kerja di Dinas Kesehatan Provinsi (2007:212) menjelaskan bahwa pengaruh gaya
Sumatera Utara. kepemimpinan terhadap kinerja, menyatakan
Gaya kepemimpinan yang demokratis bahwa gaya kepemimpinan mempunyai
merupakan landasan dan dasar yang pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
diterapkan di Dinas Kesehatan Provinsi karyawan.
Sumatera Utara. Pemimpin yang baik akan Kepemimpinan adalah kemampuan
selalu mendengarkan dan menerima kritikan seseorang dalam mengarahkan,
yang membangun baik dari pegawai mempengaruhi, mendorong dan
ataupun masyarakat, pemimpin juga turut mengendalikan orang lain atau bawahan
hadir dalam diskusi membahas untuk dapat melakukan sesuatu pekerjaan
permasalahan- permasalahan yang ada di yang menjadi tanggung jawab sesuai
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dengan fungsinya untuk mencapai suatu
serta pemimpin juga mendengarkan alasan tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan
dan masukan untuk kemajuan Dinas merupakan cara pemimpin
Kesehatan. Pemimpin di Dinas Kesehatan memanfaatkan dan
Provinsi Sumatera Utara
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 143-151

menggunakan kekuatan yang dimilki untuk Setiap staff atau pegawai mau bekerja
memimpin para staffnya menjadi lebih baik. keras memiliki faktor yang mendorong dari
Hasil wawancara pada tgl 13 maret dalam dirinya untuk melaksanakan suatu
2015,“ Apakah pimpinan pernah memberikan aktivitas kerja. Dimana dorongan dari
dukungan atau arahan terhadap pegawai ?
pimpinan dalam bekerja ini merupakan
“Menurut Ibu Dr. Nelly Fitriani selaku
Kepala Seksi Bimdal Pendidikan Dan kondisi yang mendorong seseorang untuk
Pelatihan menyatakan bahwa:“Ibu sangatlah melaksanakan suatu kegiatan untuk
memberikan dukungan, memberikan arahan mencapai tujuan lembaga atau institusi
agar pekerjaan harus bisa selesai sesuai menjadi lebih baik. Dengan adanya dorongan
dengan waktu yg telah ditentukan disini. Dan kerja yang tinggi dalam diri seorang staff
ibu selalu mengarahkan setiap pegawai harus atau pegawai akan mendorong semangat
mematuhi peraturan-peraturan yang
diterapkan, Kepercayaan yang ibu berikan kerja untuk dapat menyelesaikan tugas-
pada pegawai harus bisa dijaga itu pesan tugasnya dengan baik dan tepat waktu.
yg selalu disampaikan setiap didalam rapat. Prestasi kerja staff sangat diperlukan
Dalam aktivitas menjalankan organisasi, dalam suatu lembaga dan institusi negeri atau
pemimpin yang menerapkan gaya ini swasta, organisasi maupun suatu perusahaan.
cenderung berorientasi kepada bawahan Beberapa upaya untuk meningkatkan prestasi
dengan mencoba untuk lebih memotivasi kerja staff, pegawai atau karyawan antara
bawahan dibandingkan mengawasi mereka
dengan ketat. Mereka mendorong para lain melalui kerja tim, serta pelatihan dan
anggota untuk melaksanakan tugas-tugas pengembangan Program pelatihan dan
dengan memberikan kesempatan bawahan pengembangan yang efektif dapat
untuk berpartisipasi dalam pembuatan meningkatkan kinerja, ketrampilan, sikap
keputusan, menciptakan suasana dan moral dan potensi suatu lembaga,
persahabatan serta hubungan-hubungan institusi, perusahaan maupun organisasi
saling mempercayai”
Gaya kepemimpinan delegatif tersebut. Untuk melihat efektivitas program
sangat cocok dilakukan jika staff yang pelatihan dan pengembangan, maka lembaga,
memiliki institusi, perusahaan maupun organisasi perlu
kemampuaan dalam bekerja. Dengan melakukan penilaian terhadap perubahan
demikian pimpinan tidak terlalu banyak sikap dan keterampilan para karyawan, baik
memberikan instruksi kepada bawahannya, sebelum maupun sesudah mengikuti
bahkan pemimpin lebih banyak memberikan
dukungan kepada bawahannya. Hasil program pelatihan dan pengembangan
wawancara pada tgl 13 maret 2015, “ sehingga diharapkan dapat meningkatkan
Apakah pimpinan bertanggung jawab prestasi kerja. Pelatihan dan pengembangan
sebagai kepala di Dinas Kesehatan Prov merupakan bagian dari tahapan pengelolaan
Sumatera Utara? “ Menurut Bapak Drs. sumber daya manusia. Penyelenggaraan
Afwan Apt. selaku Sekretaris Dinas Kesehatan
Sumatera Utara menyatakan bahwa: “ program pelatihan dan pengembanganharus
Ibu Suhartati bertanggung jawab dengan disesuaikan dengan kebutuhan jenis
jabatannya, yang menjadi kewajiban harus pekerjaan dan kemampuan karyawandalam
dipatuhi. Di dinas mana pun tanggung mengikutinya.
jawab seorang kepala emang sudah menjadi Peningkatan kemampuan, pengetahuan
kewajiban bukan suatu kepaksaan bukan dan keterampilan karyawan dapat dilakukan
karna beliau seorang kepala tapi emang
udah seharusnya seperti itu. Ibu selalu dengan program pelatihan dan
memberikan kepercayaan kepada pegawai pengembangan, terutama dalam upaya
tugas yang menjadi wewenang pegawai harus meningkatkan prestasi kerja karyawan dan
bisa dilaksanakan sesuai dengan bidang mencapai keunggulan perusahaan. Hasil
masing-masing. wawancara pada tgl 12 maret 2015,
“Bagaimana cara ibu menilai pegawai yang
Andriani, Usman Tarigan, (2016). Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja
berprestasi? “Menurut Ibu Dr. Suhartati misi. Oleh karena itu staff atau pegawai
Surjantini M.Kes selaku kepala Dinas dapat terus
Kesehatan Sumatera Utara, saya
memperhatikan kinerja dari setiap pegawai,
mana yang berprestasi dan mana yang hanya
sekedar bekerja saja. meskipun pegawai telah
direkrut melalui seleksi yang baik dan
akurat, namun dalam melaksanakan
pekerjaan, tugas dan kewajiban selalu
menghadapi persoalan seperti terdapat
kekurangan kemampuan dan keterampilan
staff atau pegawai dalam melakukan
pekerjaan sesuai yang diinginkan.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan
provinsi Sumatera Utara berusaha dan selalu
memberikan pelatihan dan pengembangan
bagi pegawai untuk meningkatkan kapasitas,
kinerja dan prestasi kerja. Saya juga
memberikan motivasi agar gairah dan
semangat kerja pegawai untuk bekerja
keras dan mengembangkan segala
kemampuan, pikiran, tenaga, dan keterampilan
yang dimiliki untuk mewujudkan tujuan
lembaga atau institusi. Disebut juga oleh Ibu
Dr. Suhartati Surjantini M.Kes pegawai
yang aktif dan berprestasi akan dimasukkan
kedalam PPT penghasilan PNS yang telah
menjadi hak mereka. Jika kebutuhan pegawai
dapat terpenuhi dengan baik sehingga
memperoleh dorongan dan daya gerak untuk
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan
dengan baik. Ini berarti prestasi kerja yang
diharapkan akan tercapai dengan baik dan
optimal.
Pelatihan dan pengembangan memiliki
tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi
kerja para staff, pegawai ataupun karyawan.
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
prestasi kerja seorang pegawai yang
dibutuhkan saat sekarang, sedangkan
pengembangan ditujukan untuk
meningkatkan prestasi kerja seorang pegawai
baik saat dibutuhkan sekarang maupun
yang akan datang. Staff atau pegawai
memiliki peranan yang sangat penting
bagi suatu lembaga dan institusi serta
organisasi untuk menjalankan visi dan

150
1501
dilatih dan dikembangkan, sehingga dapat
lebih berkualitas dan berkapasitas daya guna,
prestasi kerja semakin meningkat untuk
mencapai tujuan lembaga dan institusi serta
organisasi menjadi lebih baik.

SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan
pimpinan selalu terbuka kepada seluruh
bawahan mulai dari staff fungsional
sampai kepada staff operasional. Terbuka
dalam menerima saran maupun kritikan
dalam rumusan kebijakan untuk
pengambilan keputusan. Selain itu, pimpinan
selalu memberikan kesempatan untuk
mengikut sertakan peran aktif seluruh
staff dalam bidang tugas tertentu dan
pimpinan selalu memberikan kepercayaan
serta tanggung jawab penuh kepada
staff atau bawahan sesuai dengan
struktur organisasi tugas pokok dan fungsi
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
AA. Anwar Prabu Mangkunegara,
2000.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Perusahaan.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Bernardine R, dan Susilo Supardo. 2005.
Kepemimpinan, Dasar-Dasar
Dan
Pengembanganya. Yogjakarta: Offset
Djokosantoso Moeljono, Beyond Leardership,
10 Konsep Kepemimpinan. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Dessler, Gary. 2007. Manajemen Personalia,
Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga.
Esterberg, Kristin G. Pokoknya
Kualitatif.
Jakarta: PT. Pustaka Jaya .
Hasibuan, Malayu. (2007). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Cetakan .
Ketujuh, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hasibuan. Malayu S.P. 2001. Manajemen:
Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: PT Gramedia
151
1511
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 143-151

Joseph C. Rost. (2004). Kepemimpinan.


Jogjakarta: Graha ilmu
Kartini, Kartono, 2008. Pemimpin dan
kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor
Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hariandja, M. 2002, Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Widia Sarana Indonesia
Rivai, Veithzal. (2004). Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi. Edisi Kedua. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Siagian P. Sondang . 2002. Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja.
Jakarta : Rineka. Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif .
Jogjakarta : Ghalia ilmu.
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Sutrisno, 2007, Manajemen Sumber Personalia
Dan Sumber Daya Manusia , Ekonesia:
Yogyakarta.
Tampubolon, Biatna. D. 2007. Analisis Faktor
Gaya Kepemimpinan Dan Faktor Etos
Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi.
Jakarta: Empirika
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi. Raja
Jakarta: Grafindo Pustaka
Yukl, Debo. 2005. Edisi V. Kepemimpinan
Dalam Organisasi. Jakarta: Indeks.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1930
JURNAL KE-2

EFEKTIVITAS SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (SIMRENDA)


(Studi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang)

Budhi Setianingsih, Endah Setyowati, Siswidiyanto


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: Budhisetianingsih@gmail.com

Abstrack: Effectiveness Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Simrenda) (Study on


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang). Local development planning is a
guideline for the implementation of development and become a benchmark for the success of local
development. One important aspect for the success of local development plan is the presence of
the institution or working unit as well as the information systems that support.Application based
information systems used in local development planning is Simrenda. Simrenda existence is
expected to improve the quality of local development planning, so that the realization of
development can be achieved optimally. These results indicate that the application of Simrenda
still not effective. This is caused by minimum identification of the problems of regional
development efforts, the limited ability of human resources in BAPPEDA and the level of people's
satisfaction with the results of regional development in the city of Malang are still low.

Keywords: effectiveness, sistem perencanaan pembangunan


daerah

Abstrak: Efektivitas Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Simrenda) (Studi pada


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang). Perencanaan pembangunan daerah
merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan serta menjadi tolak ukur keberhasilan
pembangunan daerah. Salah satu aspek penting bagi keberhasilan perencanaan pembangunan
daerah adalah terdapatnya badan atau satuan kerja yang baik serta adanya sistem informasi yang
mendukung. Aplikasi berbasis sistem informasi yang digunakan dalam perencanaan pembangunan
daerahadalah Simrenda. Keberadaan Simrenda diharapkan dapat meningkatkan kualitas
perencanaan pembangunan daerah, sehingga realisasi pembangunan dapat tercapai secara optimal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaplikasian Simrenda masih belum efektif. Hal ini
disebabkan oleh minimnya upaya identifikasi permasalahan pembangunan daerah, terbatasnya
kemampuan sumber daya manusia di BAPPEDA serta tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil
pembangunan daerah di Kota Malang yang masih rendah.

Kata kunci: efektivitas, sistem perencanaan pembangunan


daerah

Pendahuluan Otonomi daerah juga dapat diartikan


Otonomi daerah memberikan kewenangan sebagai semangat mewujudkan pemerintahan
besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerah yang lebih mandiri, baik mandiri secara
urusan pemerintahannya sendiri. Hal ini menan- politik maupun finansial. Pemberian kewenangan
dai bahwa terjadi transasi atau perpindahan ke- ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas
wenangan dari pemerintah pusat kepada pe- pemerintah daerah dalam meningkatkan pemb-
merintah daerah. Adanya pelimpahan wewenang angunan di daerahnya serta memiliki semangat
tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor kompetitif yang tinggi dengan daerah lain dalam
23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
konteks pembangunan daerah. Pernyataan ter-
Melalui peraturan perundang-undangan tersebut
sebut relevan dengan pendapat Muluk (2009,
dapat dilihat bahwa otonomi daerah telah mem-
h.62) yang mengungkapkan bahwa, otonomi dae-
berikan cara baru dalam proses pemerintahan
rah merupakan wewenang untuk mengatur uru-
daerah dengan meletakkan kewenangan dan
san pemerintahan yang bersifat lokalistik menu-
tanggung jawab yang besar kepada pemerintah
rut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masya-
daerah. Kewenangan dan tanggung jawab yang
rakat setempat. Pendapat tersebut dapat diartikan
besar ini diharapkan mampu memberikan moti-
bahwa otonomi daerah merupakan sebuah instru-
vasi yang tinggi dalam meningkatkan potensi
men perwujudan kesejahteraan masyarakat dae-
daerah masing-masing.
rah melalui optimalisasi pengelolaan sumber
daya daerah yang potensial.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1931
Salah satu aspek penting bagi keberhasilan apan ini harus dijalankan secara optimal. Op-
perencanaan pembangunan daerah adalah terda- timalisasi perencanaan pembangunan dapat
patnya badan atau satuan kerja yang baik. Agar berhasil jika didukung oleh sumber daya aparatur
proses perencanaan pembangunan dapat berjalan yang kompeten dan data-data statistik yang aku-
dengan efektif dan efisien maka dibentuklah rat. Keberadaan data-data statistik yang akurat
suatu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah akan membantu BAPPEDA dalam mengide-
(BAPPEDA). Menurut Soekartawi (1990, h.24) ntifikasi dan mengevaluasi kendala serta pemiki-
pentingnya aspek perencanaan yang dikaitkan ran ideal yang harus diapresiasikan dalam proses
dengan aspek pembangunan dapat diklasifika- penyusunan perencanaan pembangunan daerah.
sikan menjadi dua topik utama yaitu: (1) pe- Melalui sistem informasi ini diharapkan
rencanaan sebagai alat pembangunan; dan (2) arah pembangunan daerah lebih terarah pada
perencanaan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya kebutuhan riil masyarakat dan bukan hanya
pembangunan tersebut. bersifat normatif serta lebih mengutungkan salah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 satu pihak saja. Perencanaan pembangunan dae-
Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pemb- rah seharusnya mencerminkan kebutuhan realitas
angunan Nasional menjelaskan bahwa esensi dari suatu daerah (Kuncoro, 2012, h.3). Berkaitan
perencanaan pembangunan merupakan kegiatan dengan hal tersebut, maka salah satu instrumen
dalam menentukan arah kebijakan yang sesuai yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas
dengan kebutuhan masyarakat dengan berbagai proses penyusunan perencanaan pembangunan
metode dan alur kegiatan yang sistematis dengan daerah adalah aplikasi sistem perencanaan pem-
melihat kualitas sumber daya yang dimiliki. bangunan daerah (Simrenda). Simrenda merupa-
Berdasarkan pengertian tersebut, Tjokrowinoto kan aplikasi untuk membantu menyusun buku
(1996, h.92) menjelaskan bahwa perencanaan Musrenbang, Renja SKPD, RKPD dan KUA dan
pembangunan terdiri dari dua aspek penting, PPA melalui proses rekapitulasi dan simulasi
yaitu merupakan kegiatan perumusan rancangan yang dapat menghasilkan skenario perencanaan
pembangunan dan sebagai proses yang akan anggaran secara optimal. Simrenda ini dikelola
menentukan keberhasilan pembangunan. oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pentingnya proses perencanaan pembangu- (BAPPEDA).
nan daerah ini menandakan setiap daerah dituntut Salah satu daerah yang memiliki permasala-
untuk dapat menimalisir kesalahan-kelasahan han mendasar dalam proses perencanaan pemba-
yang akan terjadi dalam proses pembangunan, ngunan daerah adalah Kota Malang. Berdasarkan
sehingga diharapkan pembangunan daerah dapat hasil penelitian Aziz, Supriyono dan Muluk
berjalan lebih efektif dan efisien. Setiap daerah (2013) menyatakan bahwa Kota Malang belum
memiliki permasalahan atau kendala yang holistik dalam proses perencanaan pembangu-
berbeda-beda dalam penyusunan rencana pemba- nan, karena belum menjawab kebutuhan mas-
ngunannya. Hal tersebut menandakan bahwa yarakat, belum mempunyai alur perencanaan
dalam proses perencanaan pembangunan daerah yang jelas dan tepat sebagaimana mengacu
tidak terlepas dari isu strategis dan permasalahan kepada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
khas yang akan dialami oleh pemerintah daerah. 50 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Secara umum, Aziz, Supriyono dan Muluk RKPD. Selain itu, Aziz, Supriyono dan Muluk
(2013) menjelaskan bahwa permasalahan menda- (2013) menambahkan, proses perencanaan pem-
sar dalam proses perencanaan pembangunan bangunan daerah Kota Malang bersifat terlalu
daerah masih bersifat top down, pola pemikiran hierarkis dan belum dapat mengangkat isu-isu
yang cenderung satu arah dan tidak terangkatnya strategis yang muncul di masyarakat. Beberapa
isu-isu strategis dalam proses perencanaan pem- bentuk riil dari permasalahan perencanaan
bangunan daerah. pembangunan di Kota Malang adalah permasala-
Berdasarkan beberapa kajian mengenai han mengenai pembangunan perumahan dan
permasalahan perencanan pembangunan di atas, permukiman serta dampaknya terhadap Ruang
maka BAPPEDA sebagai aktor dalam pelaksa- Terbuka Hijau (RTH) Kota Malang.
naan perencanaan pembangunan daerah harus Berangkat dari berbagai permasalahan di
memiliki kompetensi dan kredibilitas yang tinggi atas, BAPPEDA Kota Malang diharapkan mam-
dalam mengangkat isu-isu strategis daerah dan pu meningkatkan kinerjanya dalam menjawab
menjadikan proses perencanaan pembangunan dan menyelasaikan permasalahan tersebut den-
tersebut lebih bersifat dinamis dan sesuai dengan gan memanfaatkan Simrenda yang telah tersedia.
peraturan perundang-undangan. Hal ini menan- Penggunaan sistem informasi ini akan membantu
dakan bahwa perencanaan pembangunan meru- BAPPEDA Kota Malang dalam menjalin hubun-
pakan proses utama yang akan menentukan gan sinergis antar SKPD serta menentukan arah
keberhasilan pembangunan, sehingga dalam tah- pembangunan yang didasarkan atas prioritas.
em perencanaan pembangunan daerah di Kota
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me-
Malang serta untuk mendeskripsikan dan menga-
ndeskripsikan dan menganalisis efektivitas sist-
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1932
nalisis faktor pendukung dan penghambat efek-
adalah pemberian kewenangan kepada daerah
tivitas sistem perencanaan pembangunan daerah
yang diharapkan menjadi tolak awal bagi pen-
di Kota Malang. Manfaat penelitian ini diharap-
yelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
kan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan
mengapreasiasi kepentingan masyarakat demi
kepada BAPPEDA sebagai bahan evaluasi pelak-
terwujudnya kesejahteraan umum. Pespektif lain,
saan sistem perencanaan pembanguan daerah.
tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan
kapasitas dan kompetensi pemerintah daerah
Tinjauan Pustaka dalam menjalankan kewenangan demi mening-
1. Pemerintahan Daerah
katkan kemandirian baik secara politik maupun
Pemerintahan Daerah menurut Undang-
fiskal.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerin-
3. Efektivitas
tahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Menurut (Effendy 1989, h.14) mende-
pemerintahan oleh pemerintah daerah serta de-
finisikan efektivitas sebagai komunikasi dimana
wan perwakilan rakyat daerah menurut asas
terdapat suatu tujuan yang harus dicapai dan
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
disesuaikan dengan biaya yang telah ditetapkan,
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
waktu yang telah ditentukan serta jumlah per-
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaima-
sonil yang akan terlibat. Efektivitas merupakan
na dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Ne-
suatu ukuran yang memberikan gambaran sebe-
gara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
rapa jauh target dapat tercapai (Sedarmayanti
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Peme- 1995, h.61). Berdasarkan pengertian-pengertian
rintahan Daerah dalam Pasal 9 menjelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas
bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan jauh prog-ram atau kegiatan mencapai hasil dan
konkuren dan urusan pemerintahan umum. manfaat yang diharapkan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Efektivitas merupakan Pengukuran dalam
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, nam- arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah
pak bahwa penyelenggaraan urusan pemerintah ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1995,
daerah yang berhubungan dengan perencanaan h.16). Berdasarkan pendapat tersebut maka
pembangunan daerah merupakan urusan pemeri- efektivitas berkaitan dengan tingkat pencapaian
ntahan yang bersifat wajib dan berhubungan sebuah tujuan. Dikatakan efektif jika tujuan
dengan pelayanan dasar. Hal ini menandakan tersebut dapat tercapai secara maksimal dan
bahwa pemerintah daerah diharapkan mampu memiliki tingkat akurasi yang tinggi dari peren-
mengembangkan sumber daya potensial demi canaan awal. Oleh karena itu, efektivitas memi-
terwujudnya pembangunan daerah yang berasas liki sejumlah indikator dalam menentukan tingi
kepada keadilan dan berwawasan lingkungan rendahnya pencapaian suatu tujuan.
demi masyarakat yang sejahtera. Adapun menurut Ringkasan Eksekutif
2. Otonomi Daerah Kajian Efektivitas Perencanaan Pembangunan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 oleh Badang Penelitian dan Pembangunan (2010)
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Oto- menjelaskan bahwa indikator efektivitas dalam
nomi Daerah diartikan sebagai kewenangan dan perencanaan pembangunan daerah adalah:
tanggung jawab pemerintah daerah dalam men- 1. Satuan waktu;
jalankan pemerintahan daerahnya sendiri dan 2. Satuan hasil;
kepentingan masyarakatnya dalam tataran sistem 3. Kualitas kerja; dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan ut- 4. Kepuasan masyarakat.
ama dari otonomi daerah pada dasarnya adalah Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut indikator efektivitas merupakan suatu tolak ukur
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh dalam menentukan tingkat pencapaian suatu
Sabarno (2007, h.32) yang menjelaskan bahwa tujuan. Efektif merupakan gambaran bahwa
otonomi daerah merupakan pilihan yang paling tujuan yang tercapai telah diukur berdasarkan
tepat dalam mencapai peningkatan kesejahteraan hasil gunanya. Efektif juga sangat erat dengan
rakyat yang demokratis dalam konsepsi Negara penyelesaian sebuah permasalahan, oleh karena
Kesatuan Republik Indonesia. itu efektivitas terkadang tidak diukur oleh
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat seberapa banyak biaya yang dibutuhkan, namun
disimpulkan bahwa tujuan dari otonomi daerah lebih berfokus pada optimalisasi permasalahan
yang dapat terselesaikan.
4. Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut (Soekartawi, 1990, h.3) konsep
umum tentang perencanaan pembangunan adalah
sanaan (policy) dari pembuat keputusan berda-
bahwa perencanaan pembangunan sebenarnya
sarkan sumber daya yang tersedia dan disusun
merupakan suatu proses yang berkesinambungan
secara sistematis. Riyadi dan Bratakusuma
dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijak-
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1933
(2003, h.7) berpendapat, perencanaan pemban-
ktif ini melalui 3 tahap yakni kondensasi data,
gunan dapat diartikan proses atau taharap dalam
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
merumuskan pilihan-pilihan pengambilan kebija-
kan yang tepat, dimana dalam tahapan ini di-
Pembahasan
butuhkan data dan fakta yang relevan sebagai
1. Efektivitas Sistem Perencanaan Pembang-
dasar atau landasan bagi serangkaian alur yang
unan Daerah di Kota Malang
sistematis yang bertujuan untuk terwujudnya
a. Satuan Waktu
kesejahteraan masyarakat umum baik secara fisik Perencanaan pembangunan merupakan aw-
maupun non fisik. al dari proses pembangunan yang memerlukan
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah sasaran waktu yang jelas. Hal ini disebabkan
(Simrenda) ini dirancang untuk dapat meningkat- oleh prioritas pembangunan yang mendesak
kan kualitas perencanaan pembangunan daerah untuk diaktualisasi, sehingga perencanaan pem-
melalui data-data pembangunan yang relevan bangunan dilakukan secara bertahap mulai dari
dan akurat. Simrenda dapat membantu semua satuan pemerintahan terendah hingga ke peme-
tahapan dalam perencanaan pembangunan dae- rintah daerah. Upaya-upaya pencegahan dini
rah. Hal tersebut menandakan bahwa keberadaan dimulai dari proses direncanaan, sehingga pem-
Simrenda akan sangat membantu mewujudkan bangunan daerah dapat terlaksana secara mak-
pembangunan daerah yang lebih maksimal. simal dan tepat waktu. Pertimbangan mengenai
Melalui beberapa rangkaian simulasi kegiatan, persoalan mendasar yang dialami oleh masya-
penentuan arah kebijakan pembangunan dapat rakat diharapkan cepat teratasi sehingga kesejah-
lebih dimaksimalkan, sehingga upaya-upaya teraan masyarakat dapat tercapai.
penanganan permasalahan dan hambatan dalam Secara umum, penyelenggaraan perenca-
pembangunan daerah mampu diatasi sejak awal. naan perencanaan pembangunan di Kota Malang
sudah terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah
Metode Penelitian ditentukan. Hal ini tercermin dari terlaksananya
Jenis penelitian yang digunakan di dalam musrenbang yang terlaksana di Bulan Februari
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendeka- 2015 sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
tan kualitatif. Kirk dan Miller (dalam Moleong Selain itu, pelaksanaan forum SKPD sebagai
1996, h.3) medefinisikan bahwa penelitian kua- tindak lanjut dari musrenbang tingkat kecamatan
litatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu penge- telah terlaksana tepat waktu yaitu dilaksanakan
tahuan sosial yang secara fundamental tergan- pada tanggal 13 Maret 2015.
tung pada pengamatan pada manusia dalam Sementara itu, terlaksananya kegiatan pro-
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan ses perencanaan pembangunan di Kota Malang
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam tersebut belum tercover secara maksimal oleh
peristilahannya. Menurut (Zuriah, 2009, h.47) Simrenda. Pelaksanaan perencanaan pembangu-
menjelaskan, penelitian deskriptif adalah peneli- nan di Kota Malang yang belum terjadi pening-
tian yang diarahkan untuk memberikan gejala- katan percepatan waktu menandakan bahwa
gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara pengaplikasian Simrenda masih terbatas. Hal ini
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat popu- menandakan bahwa keberadaan Simrenda di
lasi atau daerah tertentu. Kota Malang belum efektif dan belum dapat
Fokus dalam penelitian ini adalah (1) Efek- meningkatkan kualitas perencanaan pembangu-
tivitas sistem perencanaan pembangunan daerah nan. Melalui Simrenda, pelaksanaan perencanaan
di Kota Malang,dan (2) Faktor pendukung dan pembangunan seharusnya dapat terlaksana lebih
penghambat efektivitas sistem perencanaan pem- cepat. Proses perencanaan yang beralih ke model
bangunan daerah di Kota Malang. Sumber data digital berbasis sistem informasi mampu me-
diperoleh dari data primer dan data sekunder. mangkas waktu pelaksanaan perenca-naan pem-
Pengumpulan data dilakukan melalui wawanca- bangunan. Secara aktual, manfaat dari Simrenda
ra, observasi dan dokumentasi. Instrumen peneli- tersebut belum optimal dan kegiatan perencanaan
tian ada peneliti sendiri, pedoman wawancara pembangunan di Kota Malang masih dilakukan
dan catatan lapangan. Analisis data mengguna- semi manual.
kan model Interaktif menurut Miles, Hubberman Berdasarkan beberapa pendapat dan data
dan Saldana (2014, h.10). Analisis model intera- yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa, ketepatan waktu dalam pelaksanaan mu-
srenbang menjadi faktor penting terangkatnya
kebutuhan pembangunan masyarakat yang men-
desak. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan pere-
ncanaan pembangunan merupakan cerminan
keseriusan aktor pembangunan daerah dalam
lum dapat meningkatkan percepatan pelaksanaan
menangapi isu-isu dan persoalan mendasar yang
perencanaan pembangunan. Hal ini menandakan
dihadapi oleh masyarakat. Kemudian disisi lain
bahwa Simrenda masih diaplikasikan secara ter-
keberadaan Simrenda di Kota Malang masih be-
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1934
batas, sehingga manfaat yang terdapat dalam
Dilihat dari prespektif perencanaan pemba-
Simrenda belum dapat dirasakan secara mak-
ngunan sebagai tolak ukur keberhasilan pemban-
simal. Keberhasilan pembangunan daerah juga
gunan, peran Simrenda masih belum optimal da-
ti- dak hanya diukur melalui ketepatan waktu
lam mengangkat isu-isu strategis daerah ke da-
peren- canaan, melainkan juga dilihat dari
lam proses perencanaan pembangunan. Selain
prespektif hasil, baik berupa dokumen
itu, respon negatif masyarakat terhadap pemba-
perencanaan maupun relevansinya dengan
ngunan di Kota Malang yang negatif menan-
aktualisasi di lapangan.
dakan bahwa realisasi pembangunan di Kota
b. Satuan Hasil
Malang masih belum optimal. Fakta tersebut di-
Perencanaan pembangunan daerah merupa-
buktikan dengan pembangunan kawasan perbe-
kan bagian dari proses dari pembangunan secara
lanjaan, pembangunan kawasan apartemen dan
keseluruhan. Perencanaan sendiri memuat dua
dampaknya terhadap kemacetan. Berdasarkan
arti utama yaitu sebagai pedoman pelaksanaan
pernyataan tersebut, maka Simrenda masih be-
d¶n sebagai proses tolak ukur keberhasilan pem-
lum dapat meningkatkan relevansi perencanaan
bangunan daerah. Melihat hal ini, maka peren-
pembangunan dengan realisasinya di lapangan.
canaan pembangunan dapat dikatakan berhasil
c. Kualitas Kerja
jika kedua konteks tersebut dapat terlaksana se-
Salah satu aspek penting dalam perenca-
cara maksimal. Keberhasilan perencanaan pemb-
naan pembangunan daerah adalah kinerja dari
angunan daerah tidak hanya dinilai dari telah
sumber daya aparatur. Sumber daya apatur mer-
tersedianya dokumen-dokumen perencanaan pe-
upakan pilar penting dalam operasionalisasi pe-
mbangunan, melainkan relevansi dokumen pe-
rencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu,
rencanaan terhadap aktualisasi di lapangan.
sarana dan prasarana yang baik, tidak menjadi
Ditinjau dari segi hasil dokumen seperti
jaminan keberhasilan perencanaan pembangunan
RPJPD, RPJMD dan RPJP, perencanaan pem-
daerah jika sumber daya apatur tidak memiliki
bangunan dapat dikatakan telah terlaksana secara
kredibilitas dan kualitas kerja yang baik. Kualitas
baik. Ketersediian dokumen perencanaan terse-
kerja sumber daya aparatur pada dasarnya dapat
but menjadi bukti bahwa BAPPEDA Kota Ma-
diukur melalui hasil kerja dalam perencanaan
lang telah berupaya mewujudnya pembangunan
pembangunan daerah. Hasil kerja ini selanjutnya
yang berkualitas. Melalui kelengkapan dan ku-
dapat dilihat pada Laporan Akuntabilitas Kinerja
alitas dokumen perencanaan pembangunan, Pe-
Instansi Pemerinta (LAKIP).
merintah Kota Malang melalui BAPPEDA beru-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
saha membuat kerangka kebijakan yang relevan
Pemerintah (LAKIP) dapat mengambarkan ting-
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
kat capaian atau realisasi kinerja instansi peme-
prioritas pembangunan daerah. Selain itu, keter-
rintahan dalam menjalankan tupoksinya. Melalui
sediaan dokumen ini juga merupakan media
LAKIP ini dapat dilihat persentase capaian atau
prefentif dalam menanggulangi adanya tumpang
realisasi kerja yang disesuaikan dengan visi, misi
tindih wewenang dan tanggung jawab, penyalah-
dan strategi daerah yang telah ditetapkan. Per-
gunaan anggaran dan/atau wewenang, media
sentase capaian atau realisasi kerja instansi pem-
kesesuaian aktualisasi pembangunan dan
erintahan diukur melalui seberapa jauh kegiatan
penang- gulangan ketidakpuasan pembangunan
atau program yang telah ditetapkan dengan ting-
oleh pi- hak tertentu.
kat realisasinya di lapangan. Pengukuran persen-
Kemudian apabila ditinjau dari prespektif
tase kinerja juga dilakukan melalui penyesuaian
perencanaan pembangunan sebagai pedoman
program dan kegiatan yang dijalankan dengan
pelaksanaan pemba-ngunan daerah, keberadaan
visi misi daerah.
Simrenda masih belum efektif. Ketersediaan
Berdasarkan hasil dari LAKIP Kota Malang
dokumen perencanaan belum tercover secara
Tahun 2013 kualitas kerja dari BAPPEDA dalam
maksimal oleh aplikasi Simrenda. Aplikasi Sim-
proses perencanaan pembangunan daerah sudah
renda yang dapat meningkatkan kualitas doku-
baik. Tingkat keberhasilan perencanaan pemban-
men perencanaan melalui beberapa simulasi
gunan daerah disini dijelaskan dalam Misi 3
pelaksanaan pembangunan serta kemampuan
RPJMD Kota Malang yaitu mengembangkan po-
dalam mengidentifikasi permasalahan pemba-
tensi daerah yang berwawasan lingkungan yang
ngunan masih belum dapat diaplikasikan secara
berkesinambungan, adil dan ekonomis. Di sisi
optimal oleh BAPPEDA.
lain, tingkat capaian realisasi BAPPEDA Kota
Malang yang tinggi kurang relevan dengan
pengaplikasian Simrenda yang masih minim.
Pihak BAPPEDA berpendapat bahwa minimnya
pengaplikasian Simrenda disebabkan oleh sum-
ber daya aparatur BAPPEDA yang kurang me-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1935
madai. Hal ini juga dapat dibuktikan melalui
tinggi di daerah mampu mengambil peran pen-
tidak adanya peningkatan
d. Kepuasan Masyarakatkinerja BAPPEDA se- ting dalam pembangunan daerah.
Prosesaplikasi
jak adanya perencanaan pembangunan sangat
Simrenda. Kota Malang mempunyai 62 perguruan
menentukan arah pembangunan ke depan dan
tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun
tingkat keberhasilannya. Oleh karena itu, peren- swasta. Berdasarkan analisis permasalahan yang
canaan pembangunan harus dilaksanakan secara
dihadapi oleh BAPPEDA dalam pengaplikasian
optimal sehingga permasalahan dan hambatan Simrenda, keberadaan perguruan tinggi ini dapat
yang akan terjadi dalam pembangunan dapat
membantu BAPPEDA dalam mengatasi masih
dilakukan upaya preventif. Pembangunan yang terbatasnya pengaplikasian Simrenda. Selama ini
berhasil juga dapat dicerminkan dari kepuasan
BAPPEDA berpendapat bahwa aplikasi Simren-
masyarakat terhadap hasil pembangunan. Masy- da masih terkenda oleh beberapa hambatan, oleh
arakat merupakan aktor evaluator dan monitoring
karena itu melalui keberadaan perguruan tinggi
dalam pembangunan daerah. Selain itu, tujuan yang memiliki sumber daya yang berkualitas dan
umum dari pembangunan adalah terwujudnya
sarana serta prasarana yang mendukung perma-
kesejahteraan masyarakat secara umum. sahan dan hambatan dalam pengaplikasian Sim-
Hal ini menandakan bahwa masyarakat renda dapat diatasi.
memiliki peran yang besar dalam proses pemb-
2) Sosialisasi oleh Dinas Komunikasi dan
angunan daerah. Selain sebagai obyek pemb-
Informatika
angunan, masyarakat juga dapat memberikan Mengetahui adanya perubahan dinamika
kontribusinya melalui tanggapan dan evaluasi masyarakat yang cukup pesat, maka pemerintah
terhadap pembangunan yang dilakukan oleh daerah dituntut untuk mengembangkan poten-
pemerintah daerah. Peran aktif masyarakat ini sinya dalam meningkatkan kinerjanya. Menyi-
sangat membantu pemerintah daerah dalam men- kapi hal tersebut proses perencanaan pemban-
gevaluasi kesalahan-kesalahan dalam pembangu- gunan juga telah ditingkatkan melalui adanya
nan. aplikasi berbasis sistem informasi yang disebut
Secara normatif, kepuasan masyarakat dengan Simrenda. Perubahan mengenai perenca-
dalam proses perencanaan pembangunan diukur naan pembangunan ini juga menun-tut adanya
melalui Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) perubahan sistem kerja dalam peren-canaan
sebagai tolak ukur dari keberhasilan pemangunan pembangunan, sehingga proses peralihan ini
daerah. Hasil pengukuran ini selanjutnya dija- membutuhkan adaptasi, bimbingan dan kom-
dikan landasan bagi keberlangsungan pembangu- unikasi antar SKPD. Salah satu upaya yang
nan daerah melalui proses perencanaan. Pihak ditempuh untuk mengatasi hambatan tersebut
BAPPEDA menilai bahwa tingkat kepuasan adalah diadakannya sosialisasi dan pelatihan
masyarakat terhadap pembangunan daerah sudah Simrenda di Hotel Savana Kota Malang pada
baik. Di sisi lain, kepuasan masyarakat terhadap hari Selasa tanggal 24 September 2013 oleh
pembangunan di Kota Malang masih tergolong Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Ma-
rendah. Hal ini tercermin dari berbagai aksi lang. Kegiatan sosialisasi Simrenda ini dilaksa-
penolakan masyarakat terhadap hasil pembang- nakan dengan BAPPEDA dan bagian keuangan
unan di Kota Malang yang kurang relevan selama tiga hari, yang diharapkan dengan adanya
dengan visi daerah yang berorientasi terhadap sosialisasi ini masing-masing SKPD nantinya
masyarakat miskin. dapat mengoperasionalkan Simrenda dengan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Efek- maksimal.
tivitas Sistem Perencanaan Pembangunan b. Faktor Penghambat
Daerah di Kota Malang 1) Profesionalisme Staf
a. Faktor Pendukung Proses perencanaan pembangunan memuat
1) Peran Perguruan Tinggi unsur penting bagi keberhasilan pembangunan di
Perguruan tinggi merupakan lembaga yang daerah. Pentingnya proses perencanaan pem-
sangat strategis daam mendorong percepatan bangunan tersebut memerlukan profesionalisme
pembangunan masyarakat. Melalui sejumlah ke- staf yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa su-
unggulan yang dimilinya seperti sumber daya mber daya aparatur yang dapat mengidentifikasi
manusia, perangkat kelembagaan yang mapan permasalahan daerah dan dapat menaruhnya ke
serta kemampuan membuat riset dan kajian, ma- dalam perencanaan pemban-gunan daerah secara
ka perguruan tinggi memiliki peran yang besar optimal. Profesionalisme membutuhkan sumber
sebagai agen pembanguan. Potensi sumberdaya daya aparatur yang berdedikasi tinggi, moralitas
manusia yang berkualitas membuat perguruan yang baik, loyalitas dan mempunyai disiplin
kerja yang tinggi. Selain itu, hambatan dalam
proses pengaplikasian Simrenda adalah masih

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936 | 1936
Hal ini dibuktikan dengan Jumlah pegawai yang masih terbatas dan belum adanya sumber daya aparatur fungsional yang
memiliki kompetensi di bidang komputer dan sistem informasi.
2) Keterbatasan Anggaran
Permasalahan mendasar yang dialami oleh
BAPPEDA Kota Malang dalam pengaplikasian Simrenda ini adalah keterbatasan jumlah anggaran. Keterbatasan anggaran ini
disebabkan oleh BAPPEDA yang tidak hanya berfokus pada pengaplikasian Simrenda, melainkan juga proses perencanaan
pembangunan lain misalnya pen- gadaan forum SKPD dan musyawarah musren bang sebagai upaya tindak lanjut dari proses
musrenbang di tingkat kecamatan. Selain itu ber- dasarkan anggaran belanja langsung BAPPEDA Kota Malang Tahun 2009-
2013, BAPPEDA Kota Malang tidak menerima peningkatan ang- garan sejak adanya aplikasi Simrenda.
3) Sarana dan Prasarana
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
BAPPEDA dalam pengaplikasian Simrenda ada- lah terbatasnya sarana dan prasarana penun-jang Simrenda. Secara fisik,
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BAPPEDA saat ini memang sudah cukup jika dikaitkan dengan proses pe- rencanaan
pembangunan secra manual atau yang tidak berbasis sistem informasi. Hal ini menan- dakan bahwa perubahan sistem yang ada
belum didukung oleh ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa keterbatasan sarana dan prasarana menye- babkan BAPPEDA kurang maksimal dalam pe- ngaplikasian Simrenda.
3. Kesimpulan
a. Satuan Waktu
Proses pengaplikasian Simrenda di Kota
Malang masih belum efektif. Namun kete- patan waktu dalam prencanaan pembangunan masih belum didukung secara
maksimal oleh Simrenda dan masih belum mengalami per- cepatan dari tahun sebelumnya
b. Satuan Hasil
Ditinjau dari prespektif perencanaan pembangunan melalui Simrenda juga belum
efektif sehingga pembangunan di Kota Ma- lang masih kurang relevan dengan visi daerah yang berorientasi kepada
masyarakat miskin
c. Kualitas Kerja
Berdasarkan LAKIP persentase capaian kerja BAPPEDA dalam pengaplikasian Sim-
renda masih belum optimal. Hal ini karena keterbatasan pengaplikasian Simrenda yang belum memadai.
d. Kepuasan Masyarakat
Tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan daerah di Kota Malang
masih rendah karena respon dan aksi yang negatif masyarakat terhadap pembangunan. Hal tersebut menandakan bahwa
Simrenda masih belum efektif dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah di
Kota Malang

Daftar Pustaka
Aziz, Abdul. Supriyono, Bambang dan Muluk, M.R Khairul. (2013) Analisis Perencanaan Pembangunan Daerah Dengan
Pendekatan Sistem Lunak (Soft System) (Studi Pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota
Malang). E-journal Faukultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Effendy, Onong Uchjana. (1998) Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Handayaningrat, Soewarno. (1995) Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta, Pt.
Gunung Agung.
Moleong, Lexy J. (1996) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya Offset.
Muluk, M.R Khairul. (2009) Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Surabaya, ITS Press.
Riyadi dan Bratakusumah, Deddy Supriyadi. (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sabarno, Hari. (2007) Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta, Sinar Grafika. Sedarmayanti. (1995)
Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung, Ilham Jaya.
Soekartawi. (1990) Prinsip-prinsip Perencanaan Pembangunan. Jakarta, Rajawali Press.
Tjokrowinoto. (1996) Pembangunan Dilema dan Tantangannya. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta, Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Zuriah, Nurul. (2009) Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara.
JURNAL 3

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH (SIMDA) KEUANGAN


TERHADAP EFEKTIVITAS PELAPORAN KEUANGAN
(Studi pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Di Kabupaten Blitar)

Yogi Hertanto
Tjahjanulin Domai
Fadillah Amin
Jurusan Administrasi Publik, Malang
E-mail: yogihertanto93@gmail.com

Abstract
The presence of SIMDA of Finance is expected to be contribute towards the process of financial management,
particularly at the stage of financial reporting should be able to running better. The ideal management information
system is able providing a support to the process of planning, control and decision making. In addition the
effectiveness of financial reportinghas to fullfil several criteria, which is reliable, accuracy / accurate, timely and
report forms.This study was conducted to analyze the role of SIMDA towards the effectiveness of the financial
reporting process, and the factors that influence it. This study uses qualitative data to describe and
analyze objectives: Implementation of Regional Management Information System (SIMDA) of Finance toward the
Effectiveness of Financial Reporting In Badan Pengelolaan Keungan dan Aset Daerah of Blitar Distric. Data was
collected by using an interview, observation and documentation. Results from this study indicate that the SIMDA of
Finance Aplication in the process of financial management, especially the financial reporting work better but still
could not said to be fully effective, this is because of the presence of various obstacles are still fundamentally highly
influential in the implementation SIMDA of Finance Aplication
Keywords: SIMDA, Management Information System, Effectiveness, Financial
Reporting.

PENDAHULUAN pertanggungjawaban keuangan sendiri.

Semenjak diberlakukannya otonomi


daerah di Indonesia, pemerintah daerah
memiliki peranan sebagai organisasi sektor
publik yang diberi kewenangan oleh
pemerintah pusat dalam mengatur
pemerintahannya sendiri. Kewenangan
pemerintah daerah dalam pelaksanaan
otonomi daerah diatur dalam dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Undang-
Undang Nomor 23 tersebut dijelaskan bahwa
pemerintah daerah diberi keleluasaan dalam
mengatur maupun mengurus rumah tangga
daerahnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan
sendiri serta melakukan pembiayaan dan
Otonomi daerah kemudian direfleksikan
dengan adanya suatu desentralisasi, dimana
terdapat tiga hal penting yang mempengaruhi
terlaksananya desentralisasi dengan baik
yaitu adanya penyerahan sumber pendanaan,
sumber daya manusia (SDM) dan perangkat
fisik yang memadahi guna mendukung
pelaksanaan berbagai urusan yang diserahkan
kepada daerah, termasuk dalam urusan
pengelolaan serta pelaporan keuangan
daerah. Kewenangan yang luas, utuh dan
bulat pada akhirnya harus
dipertanggungjawabkan kepada pemberi
wewenang dan masyarakat.

Kebutuhan informasi akurat dan tepat


waktu pada tahap pengambilan keputusan
secara tidak langsung memberikan stimulus
pengelolaan keungan, yaitu seperti yang telah
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016
diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
PUBLISIA (Jurnal Ilmu Administrasi Publik) |
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
kepada banyak organisasi akan kebutuhan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
sistem informasi yang rensposif terhadap tentang Perbendaharaan Negara, dengan
kebutuhan mereka hal tersebut sesuai dengan demikian pencatatan, pendokumentasian,
pendapatRahadi (2007, h.10). Kebijakan dalam maupun pelaporan yang dilakukan secara
rangka pemanfaatan teknologi dan informasi manual dialihkan pada sistem komputerasi
oleh Pemerintah Daerah telah diatur dalam PP
yang telah terintegrasi kepada setiap SKPD.
No.56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah sebagai pengganti PP No.11 Dalam implementasinya SIMDA
Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan
pemerintah Kabupaten Blitar dalam proses
Daerah. Bentuk dari pemanfaatan teknologi
pengelolaan keuangan daerahnya secara
dan informasi yaitu dengan diterapkannya
terintegrasi meliputi penganggaran,
aplikasi teknologi komputer sebagaisalah satu
penatausahaan, akuntansi dan pelaporan.
alat bantu pada proses akuntansi. Saat ini
Proses penganggaran dapat berupa RKA,
pemerintah kota serta pemerintah kabupaten
penjabaran APBD maupun perubahannya
telah mengimplementasikan sistem informasi
serta dokumen DPA, rancangan APBD. Proses
keuangan daerah yang disediakan oleh BPKP
penatausahaan sepertiSurat Perintah
atau Badan Pengawasan Keuangan dan
Membayar, Surat Penyediaan Dana dan juga
Pembangunan khususnya produk dari
Surat Permintaan Pembayaran atau SPP,
(Deputi IV) yaitu Pengawasan Bidang
kemudian beserta register-register dan
Penyelenggaran Keuangan Daerah melalui
berbagai formulir pengendalian anggaran
pemanfaatan teknologi dan informasi yang
lainnya. Sedangkan untuk kegiatan akuntansi
terhubung langsung dengan database.
dan pelaporan berupa jurnal, laporan
Aplikasi itu adalah Sistem Informasi
keuangan, buku besa, perda
Manejemen Daerah (SIMDA), suatu aplikasi
pertanggungjawaban beserta penjabarannya
komputer yang merupakan salah satu dari
dan laporan arus kas. Meskipun demikian
komponen Sistem Akuntansi Pemerintah
ukuran keefektivan penggunaan SIMDA
Daerah (SAPD) yang sediakan sebagai
Keuangan sendiri masih belum banyak
aplikasi pembantu Pemerintah Daerah pada
diketahui dengan pasti, sehingga akan
sistem akuntansinya mulai dari
menarik jika dapat dilakukan analisis
menyelenggarakan hingga mempertanggung-
mengenai hal tersebut guna memperoleh data
jawabkan pengelolaan keuangan daerah.
terkait implementasi pelaporan keuangan
SIMDA Keuangan yang diterapkan di dengan menggunakan SIMDA Keuangan.
Kabupaten Blitar sampai saat ini sudah
Berdasarkan uraian diatas maka
mencapai versi 2.7.0.6 sebagai penyempurna
penulis kemudian merumuskan beberapa
versi-versi yang terdahulu. Program aplikasi
rumusan masalah yaitu Bagaimanakah
SIMDA sudah mencakup berbagai
perencanaan dan Penerapan Sistem Informasi
perundang-undangan yang berkaitan dengan
Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan

Volume
1940 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1940
Daerah pada Pemerintah yang efektif, disebut the Administration of
KabupatenBlitardanBagaimanakah dampak development. Ketiga, adalah bagaimana cara
dari penerapan system tersebut, kemudian untuk membangun partisipasi masyarakat
berkaitan dengan Faktor apa sajakah yang dalam proses pembangunan.
mendukung dan menghambat penerapan
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
SIMDA keuangan pada Pemerintah
SIM adalah suatu perpaduan manusia
Kabupaten Blitar, serta bagaimana strategi
dan berbagai sumber daya modal dalam
dalam mengatasi hambatan tersebut. Tujuan
organisasi yang bertanggung jawab pada
dari penelitian ini adalah Menjelaskan terkait
proses pengumpulan dan pengolahan data
perencanaan dan penerapan SIMDA
agarmemberikan keluaran informasi yang
Keuangan pada pemerintah Kabupaten Blitar,
memiliki manfaat dalam semua tingkatan
Menjelaskan dampak penerapan SIMDA
manajemen seperti yang dikemukakan oleh
Keuangan terhadap efektifitas pelaporan
Chusing dalam jogiyanto (1999, h.14)
keuangan pada pemerintah Kabupaten Blitar
SIM yang baik dapat berkontribusi pada
dan selanjutnya menjelaskan faktor-faktor
proses-proses perencanaan, pengendalian
yang mendukung dan menghambat
serta proses pengambilan keputusan seperti
penerapan SIMDA Keuangan pada
yang telah banyak dibahas Sutanta (2003,
pemerintah Kabupaten Blitar, serta strategi
h.43). SIM pada proses perencanaan adalah
dalam mengatasi hambatan tersebut.
berbentuk dukungan analitik dan persamaan
KAJIAN PUSTAKA model, input data berlandaskan pada data
historis serta kemampuan memanipulasi data
Administrasi Pembangunan
melalui teknik peramalan serta ekstrapolasi.
Administrasi Pembangunan menurut
SIM pada tahap pengendalian berkaitan
Siagian (1974, h.4) adalahserangkaian usaha
dengan analisis perbedaanantara prestasi
yang dilakukan masyarakat guna
dengan standar yang ada,. Menurut Sutanta
memperbaiki tata kehidupannya sebagai
(2003, h.50) SIM dalam pengambilan
suatu bangsa dalam berbagai aspek
keputusan berkaitan dengan tiga hal yaitu
kehidupan bangsa, yang seluruhnya
Penelusuran masalah, desain pemecahan
dilakukan dalam rangka usaha pencapaian
masalah, pemilihan serta pengujian cara
tujuan yang telah ditentukan.
dalam pemecahan permasalahan
Kemudian Bintoro (1995) memberikan
pendapat bahwa Administrasi pembangunan Sistem Informasi Manajemen Daerah
mempunyai tiga fungsi: Pertama (SIMDA)
adalahkebijakan penyempurna Administrasi SIMDA merupakan salah satu produk
negara Ini dapat disebut the development of dari penerapan prinsip e-Government yang
Administration (pembangunan Administrasi), mulai muncul saat diterbitkannya Instruksi
atau “Administrative Reform” (reformasi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 yaitu tentang
admnistrasi). Kedua, perumusan Strategi Nasional Pengembangan e-
kebijaksanaan serta program pembangunan Government yang kemudian didukung oleh
berbagai macam bidang juga pelaksanaannya munculnya Permendagri Nomor 59 Tahun

Volume
1941 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1941
2007 tentang Perubahan Peraturan Atas diluar lingkungan perusahaan, mengenai
Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 bagaimana posisi keuangan serta hasil
Tahun 2006 yaitu tentang Pedoman pencapaian usaha suatu organisasi.
Pengelolaan Keunagan daerahtentang
Sedangkan berdasar pada Peraturan
Pedoman Pengelolaan Keunagan daerah.
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
Sistem informasi manajemen ini
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
dikembangkan guna memudahkan kegiatan
Daerah, dalam ketentuan umumnya
satuan kerja dalam mengelola keuangan
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
mereka, sehingga pada akhirnya pengelolaan
keuangan daerah merupakan bagian dari
keuangan satuan kerja tersebut menjadi lebih
seluruh hak ataupun kewajiban daerah dalam
efektif, efisien dan ekonomis.
urusan penyelenggaraan pemerintahnya yang
SIMDA Keuangan juga berlandaskan dinilai dengan uang maupunsemua bentuk
padaPermendagri No.55 Tahun 2008 tentang kekayaan yang berkaitan terhadap semua hak
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan maupun kewajiban daerah tersebut.
Pertanggungjawaban Bendahara Serta
Simda dan Efektifitas Laporan Keuangan
Penyampaiannya dan juga berdasar pada
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55
Indikator efektivitas merupakan
Tahun 2008 yaitu tentang Penatausahaan dan
jangkauan dampak dari suatu program dalam
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
mencapai tujuan program itu sendiri. Semakin
Bendahara Serta Penyampaiannya. Dengan
besar kontribusi suatu program (Output) yang
pertimbangan bahwa pemerintah merasa
dihasilkan terhadap pencapaian maupun
perlu adanya pengelolaan keuangan
sasaran yang telah ditentukan, maka akan
denganberlandaskan pada penyelenggaraan
semakin efektif pula proses kerja unit
informasi yang seluas-luasnya, hal ini seperti
organisasi tersebut. Seperti yang diungkapkan
tercantum dalam pasal 4 ayat 3 pada
Gibson dalam Satries (2011, h.33), efektivitas
peraturan tersebut.
terbagi dalam tiga bentuk, yaitu: [a]
Laporan Keuangan Daerah Efektivitas individu, adalah tingkatan
Laporan keuangan merupakan laporan efektivitas paling dasar dimana hal yang
yang memuat data maupun informasi paling ditekankan berkaitan dengan hasil
keuangan suatu organisasi. Laporan keuangan karya individu tertentu dalam sebuah
merupakan hasil proses akuntansi yang organisasi; [b] Efektivitas kelompok
diperuntukan sebagai sarana transfer yaitu efektivitas yang lebih menekankan
informasi keuangan terutama kepada kontribusi dari keseluruhan anggotanya; dan
lingkungan luar organisasi(eksternal). [c] Efektivitas organisasi yaitu gabungan
Menurut Soemarsono (2004, h.34)Laporan antara efektivitas kelompok serta efektivitas
keuangan dirancang untuk para pembuat individu sehingga bersatu dan menghasilkan
keputusan (decicion maker), terutama pihak output yang lebih tinggi tingkatannya.
Kemudian Agar laporan keuangan relevan dan
efektif, maka sumber datanya harus dapat

Volume
1942 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1942
dipercaya, akurat, tepat waktunya dan seperti yang dikemukakan oleh Mukhtar
disajikan dalam bentuk-bentuk yang cocok (2013).
bagi setiap tingkat manajemen. Oleh karena itu
Lokasi penelitian beradapada Kabupaten
dalam memenuhi tujuan laporan keuangan,
Blitar yang tepatnya mengambil data dan
proses tersebut haruslah dikembangkan
informasi dari fenomena yang terjadi pada
dengan baik khususnya pada setiap tingkatan
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
manajemen di seluruh organisasi.
Daerah Kabupaten Blitar, yang ber alamat Jl.
Sebagaimana menurut Hamilton (1985, h.6)
WR. Soepratman No. 09 Telp. (0342) 801596
Laporan keuangan yang efektif memerlukan
Blitar
kriteria: 1) Dapat dipercaya, 2) Ketepatan, 3)
Tepat waktu, 4) Bentuk-bentuk laporan Sumber data penelitian ini diperoleh dari
data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data dilakukan melalui proses wawancara,
METODE PENELITIAN
observasi serta dokumentasi. Analisis data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
penelitian ini menggunakan metode QDA
deskriptif melalui pendekatan yang bersifat
(Qualitative Data Analysis) oleh Seidel (1998,
kualitatif. Pendekatan kualitatif peneliti
h.2)
gunakan dalam penelitian ini dengan alasan
karena permasalahan yang diteliti kompleks,
dinamis dan memiliki berbagai makna PEMBAHASAN
sehingga tidak dimungkinkan data yang ada Proses Perencanaan dan Penerapan Sistem
pada situasi tersebut diintepretasikan Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
kedalam pendekatan penelitian kuantitatif. Keuangan Daerah: di Pemerintah Kabupaten
Pengertian kualitatif secara definitif amatlah Blitar
beragam, seperti yang dijelaskan oleh Taylor Proses pelaksanaan SIMDA Keuangan
dalam Moeleong (2006) bahwasannya metode terkait perannya dalam Administrasi yaitu
kualitatif merupakanpenelitian yang memiliki mencakup pengumpulan data keuangan,
output atau keluaran berbentuk data perencanaan anggaran, pertanggungjawaban
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis serta pelaporan anggaran. Sehingga jika
maupun berbentuk lisan yang diperoleh dikaitkan dengan apa yang diungkapkan
melaluinarasumber, kemudian perilaku yang Badan Pengawasan Keuangan dan
mampu untuk diamati. Penelitian deskriptif Pembangunan (2013, h.2) bahwasannya
berorientasi pada masalah-masalah dalam SIMDA Keuangan mencakup penganggaran,
lingkunganbermasyarakat, dan tatacara yang penatausahaan, dan pelaporan maka dari itu
berlaku dalam lingkungan masyarakat serta telah terjadi kesesuaian didalamnya. Di dalam
keadaan-keadaa tertentu, termasuk tentang aplikasi SIMDA Keuangan sudah dapat
bagaimana hubungan antar kegiatan menjalankan prosedur Administrasi keuanga
pandangan-pandangan, sikap-sikap, serta mulai dari proses penganggaran hingga
proses yang sedang berjalan dan pengaruh pelaporan, serta hal-hal yang mendasar
yang diberikan dari suatu peristiwa hal ini berkaitan dengan Tupoksi (Tugas Pokok dan

Volume
1943 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1943
Fungsi) seperti perincian program anggaran dengan adanya SIMDA Keuangan ketiga
yang digunakan dan lain-lain. proses tersebut berjalan lebih mudah dan
Berdasarkan hasil tersebut dapat lebih efektif, hal ini dapat dihubungkan
dipahami bahwa SIMDA Keuangan dengan pendapat yang dikemukakan Ulum
memberikan dampak terhadap kemudahan (2012, h.28) bahwa efektifitas merupakan
pengelolaan keuangan termasuk didalamnya ukuran berhasil atau tidaknya suatu
pelaporan keuangan, adanya efisiensi terkait organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin
waktu dan prosedur pengelolaan keuangan dicapai. Apabila organisasi berhasil mencapai
yang secara langsung akan berkaibat pada tujuannya maka organisasi tersebut dapat
tercapainya tujuan suatu organisasi, dimana dikatakan telah berjalan secara efektif. Hal
SIMDA Keuangan memiliki peran dalam paling penting yang perlu dicatat yaitu bahwa
membantu individu dalam melakukan efektifitas tidak hanya menyatakan tentang
pekerjaannya dimulai dari tingkatan manajem berapa besar biaya yang digunakan dalam
bawah hingga individu pada tingkat pencapaian tujuan. Efektivitas hanya
manajemen atas yaitu pimpinan dalam memandangbagaimana program dan kegiatan
pengambilan keputusan, diaman keputusan tersebut sudah mencapai tujuan yang telah
sangat berpengaruh kepada efektivitas suatu ditetapkan.
organisasi, sehingga hal tersebut sesuai Mendukung pendapat tersebut Widodo
dengan pendapat Gibson dalam Satries (2011, dalam Suranto (2007, h.27) juga menjelaskan
h.33) bahwa efektivitas terbagi menjadi tiga bahwa efektivitas berarti dapat menyelesaikan
yaitu efektivitas individu, efektivitas tugas-tugas yang diserahkan dan dapat
kelompok, dan efektivitas organisasi. dikatakan efektif apabila dapat mencapai
tujuan dan sasaran. Ukuran keefektivan yang
Dampak Penerapan Sistem Informasi telah dibahas hanya sebatas perbandingan
Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan dengan teori efektifitasyang ada dengan
Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar tujuan menjawab prinsip efektifitas yang
Berdasarkan hasil pembahasan terkait diharapkan, namun belum di telaah lebih
efektifitas SIMDA Keuangan yang telah lanjut berdasarkan faktor-faktor penghambat
dilakukan bahwa SIMDA Keuangan sebagai yang ada dilapangan, terkait pembahasan
suatu Sistem Informasi Manajemen faktor-faktor yang mempengaruhi
mendukung tiga hal utama, pada proses pelaksanaan SIMDA Keuangan kemudian
perencanaan, pengendalian serta pengambilan akan dibahas pada bagian pembahasan
keputusan menurut Sutanta (2003, h.43). selanjutnya
Secara garis besar SIMDA Keuangan SIMDA Keuangan terhadap
memberikan kontribusi terhadap ketiga Laporan
proses tersebut yang kemudian berdampak Keuangan yang Efektif
pada tercapainya tujuan suatu organisasi, Laporan keuangan dikatakan relevan
dalam penelitian ini yaitu berkontribusi dan efektif, haruslah memenuhi kriteria data
terhadap proses pengelolaan keuangan dapat dipercaya, akurat, tepat waktunya dan
terutama pada proses pelaporan keuangan, disajikan dalam bentuk-bentuk yang cocok

Volume
1944 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1944
bagi setiap tingkat manajemen. Oleh karena sehingga data hanya perlu satu kali entry
itu dalam memenuhi tujuan laporan kemudian data tersebut dapat dipergunakan
keuangan, proses tersebut harus untuk keperluan lainnya.
dikembangkan dengan baik pada setiap d. Bentuk-bentuk laporan
tingkatan manajemen di seluruh organisasi. Berdasar pada hasil pengamatan bahwa
Kemudian, Menurut Hamilton (1985, h.6) di dalam SIMDA Keuangan, laporan
bahwasannya Laporan keuangan yang keuangan mampu ditampilkan dalam bentuk
dikategorikan efektif harus termasuk dalam yang sesuai dengan format yang telah
beberapa kriteria yaitu : 1) Dapat dipercaya, 2) memenuhi semua kriteria didalam
Ketepatan, 3) Tepat Waktu dan 4) Bentuk- Permendagri 13 tahun 2006 dan Permendagri
bentuk Laporan. Yang kemudian akan no. 59 tahun 2007, juga telah sesuai seperti
dijelaskan sebagai berikut, format Standar Akuntansi Pemerintah yang
a. Dapat dipercaya tertuang pada PP No. 24 tahun 2005.Hasil
Dari hasil penelitian diperoleh hasil penelitian SIMDA Keuangan memenuhi apa
bahwa laporan yang dihasilkan melalui yang tertera dalam Perbub Kabupaten Blitar
SIMDA Keuangan selama ini dapat dipercaya, No.30 Tahun 2014 tentang Kebijakan
sesuai dengan hasil pemaparan narasumber Akuntansi Pemerintah Kabupaten Blitar
bahwa terdapat proses verivikasi ataupun bahwa Komponenpenyusun yang terdapat
pembahasan yang dilalui sebelum dilakukan pada satu set laporan keuangan yaituterdiri
pencairan, sehingga secara bersamaan laporan dari laporan pelaksanaan anggaran
keuangan telah sesuai mengingat jika terjadi (budgetary reports) maupun berbagai
kesalahan pasti telah terdeteksi pada saat laporanfinansial lainnyaseperti LRA, LAK,
dilakukannya verivikasi terkait pencairan CALK dan lain-lain
aliran dana.
b. Ketepatan Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
Jika ditelaah dari ketepatan bentuk Penerapan Sistem Informasi Manajemen
laporan keuangan terkait format dan bentuk Daerah (SIMDA) Keuangan Daerah pada
laporan maka SIMDA Keuangan sudah Pemerintah Kabupaten Blitar
memenuhi itu mengingat SIMDA Keuangan a. Faktor Pendukung
telah mengacu pada peraturan dan standar Diterapkannya SIMDA Keuangan di
akuntansi pemerintah yang berlaku.Salah satu Badan Pengelolaan Keuangan dan
proses yang dilalui adalah di sebut AsetDaerah Kabupaten Blitar juga tidak
rekonsiliasi yaitu pencocokan data-data terlepas dari faktor-faktor yang mendukung
transaksi yang ada. hal tersebut diantaranya yang pertama
terdapat landasan hukum yang jelas.
c. Tepat waktu
Pemerintahan Kabupaten Blitar, yaitu
Diterapkannya SIMDA Keuangan ini khusunya Badan Pengelolaan Keuangan dan
maka runtutan proses penganggaran hingga Aset Daerah Kabupaten Blitar telah memiliki
penyusunan laporan keuangan menjadi lebih sumber peraturan yang jelas melandasi
tepat waktu dan ringkas, ini dikarenakan terhadap pengimplementasian program
sistem SIMDA Keuangan bersifat otomatis aplikasi SIMDA Keuangan. Kedua, adanya

Volume
1945 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1945
dukungan sarana dan prasaran pelaksana aplikasi hanya bisa menunggu respon dari
SIMDA Keuangan yang memadai, BPKP selaku pengembang program SIMDA
ketersediaan sarana dan prasarana sangatlah
Keuangan dan yang terakhir permasalahan
penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan
dalam organisasi guna memeperlancar sumber daya manusia selaku operator yang
pelaksanaan kegiatan tersebut, sebagaimana masih belum maksimal dalam pengoperasian
teori efektifitas yang disampaiakan oleh SIMDA Keuangan.
Siagian (1978, h.77) bahwasannya terdapat
satu point penting yaitu tersedianya sarana KESIMPULAN
dan prasarana, SIMDA Keuangan telah terlaksana
Ketiga, terkait adanya dukungan
dengan baik, namun dalam pelaksanaanya
pendanaan guna pemenuhan sarana dan
masih terdapat beberapa hambatan yang
prasaran. Berdasarkan hasil penelitian
sangat berpengaruh dalam proses
diperoleh informasi bahwa setiap satuan kerja
pelaksanaan SIMDA Keuangan sehingga
masih belum cukup untuk dikatakan bahwa
pelaksanaan SIMDA Keuangan di Kabupaten
Blitar telah berjalan secara efektif.Kemudian
jika dikaitkan dengan teori yang
dikemukakan oleh Gibson bahwa efektifitas
dibagi menjadi 3 yaitu efektifitas individu,
kelompok, dan organisasi, maka proses
pelaksanaan SIMDA Keuangan di Kabupaten
Blitar termasuk pada tingkatan efektifitas
kelompok, SIMDA Keuangan belum dapat

perangkat daerah telah menerima di


rekomendasi BPKAD selaku Admin SIMDA lin

Volume
1946 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, AprilIlmu
2017
Administrasi PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
|
Publik) 1946
Keuangan yaitu untuk melakukan
penganggaran dalam APBD SKPD guna pemenuhan fasilitas pengoperasian
yang memadai.
b. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaannya juga terdapat faktor yang dianggap secara
mendasar menghambat kelancaran pelaksanaan SIMDA Keuangan yaitu belum
terintegrasi dengan seluruh SKPD secara online, sehingga pemindahan data-data
keuangan masih dilakukan dengan cara manual, kemudian kurang fleksibelnya
aplikasi SIMDA Keuangan sehingga seluruh perbaikan sistem Kabupaten
Blitar, melainkan hanya pada
batasan tingkatan kelompok yaitu SKPD hal ini terjadi karena masih
terdapat hambatan- hambatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka bertujuan guna meningkatkan kualitas penerapan SIMDA
Keuangan terhadap pelaporan keuangan di BPKAD Kabupaten Blitar sehingga
peneliti memberikan saran-saran yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan pengintegrasian secara online seluruh satuan kerja (SKPD)
penggunaSIMDA Keuangan dalam lingkup Kabupaten Blitar, telah diketahui
hal ini akan dilaksanakan pada tahun 2016, sehingga dirasa perlu adanya
pengendalian yang kuat, dan memiliki prosedur pengamanan yang baik.
2) Meningkatkan koordinasi dan menjalin hubungan baik antara BPKAD
dengan BPKP sehingga proses feedback dan respon perbaikan akan
selalu terjangkau dengan baik dan cepat.
3) Meningkatkan kualitas pelatihan, sosialisai, maupun bimtek yang
dilakukan BPKAD dan juga BPKP yang mana diharapkan akan terus
menambah pemahaman terkait SIMDA Keuangan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, Tjokroamidjojo. (1995). Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.

Jogiyanto, Hartono. (1999). Analisis Dan Disain Sistem Informasi:


pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: Andi

Moleong, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP


Press Group.

Rahadi, Dedi Rianto. (2007). Peran Teknologi Informasi dalam Peningkatan


Pelayanan Sektor Publik.. Jurnal Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT
2007) ISSN : 1978
9777, Yogyakarta.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1273
Satries, W.I. (2011). Efektivitas Program Pmeberdayaan Pemuda pada Organisasi
Kepemudaan Alfatih Ibadurrohman Kota Bekasi. Tesis. Universitas
Indonesia,Salemba.

Seidel, John V. (1998). Paper :Qualitative Data Analysis. Colorado Springs,


Colorado: Qualis Research.

Siagian S. P, (1974), Administrasi


Pembangunan, Jakarta: Gunung Agung

Siagian. (1978). Peranan Staf dan Managemen.


Jakarta: Gunung Agung.

Soemarsono, S.R, 2004. Akuntansi: Suatu Pengantar. Edisi Kelima, Buku 1,


Jakarta: Salemba Empat.

Suranto. AW. (2007). Komunikasi Efektif untuk Mendukung Kinerja


Perkantoran. Yogyakarta: UNY.

Sutanta, Edhy. (2003). System Informasi


Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ulum, Ihyaul. (2012). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Ed. 1, Cet 2. Jakarta:
Bumi Aksara.

Peraturan dan Perundangan:

Pemerintah Republik Indonesia. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara. Jakarta.

. Undang- Undang Republik Indonesia


Nomor 1
Tahun 2004. Tentang. Perbendaharaan
Negara.Jakarta.
. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. JAkarta.Pemerintah Berbasis Akrual : Konsep,
Pemikiran,, dan Implementasi di
Indonesia. Modul. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta.

. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2005. Tentang. Sistem
Informasi Keuangan Daerah. Jakarta.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1274


.Peraturan
Mentri Dalam Negeri 59 tahun 2007
tentang Pengelolaan Keuangan. Jakarta.

. Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003


tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government. Jakarta.

. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan
Pengawasan
Keuangan Daerah. Jakarta

. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun
2008 tentang Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Serta Penyampaiannya. Jakarta.

Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar.


Peraturan Bupati Nomor 30 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Blitar. Jakarta.

Badan Pengawas Keuangan dan


Pembangunan (BPKP), 2013. Akuntansi

JURNAL KE 4

KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN REKLAME KOTA MALANG

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1275


Muhammad Jadid Jakki, Lely, Shobaruddin
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: muhammadjadid.jakki@gmail.com

Abstract: Quality Licensing Services Adverstisement Malang. Services that have been awarded
Integrated Licensing Service Agency in providing licensing services advertisement already provide
enough good for the service. Because licensing services advertisement meet what is desired by the
community for service delivery. Public satisfaction with the services provided to meet the SPP
(Standard Public Service) which has been formulated licensing section advertisement. service
delivery is good enough, but not accompanied by their integration into the organization of a
technical device that Satpol PP. Look no integration was any irregularity in the installation of
advertisement. This research uses qualitative approach. The data source used are primary data
and secondary data. The results of research found, the services given were good enough to give
services, but there are few weakness, such as low monitoring after a permission and lack of
preparation to the increase of advertising license request.

Keyword: quality licensing adverstisement Kota Malang.

Abstrak: Kualitas Pelayanan Perizinan Reklame Kota Malang. Pelayanan yang telah diberikan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam memberikan pelayanan perizinan reklame sudah
memberikan cukup baik untuk pelayanan. Karena pelayanan perizinan reklame memenuhi apa
yang diinginkan oleh masyarakat untuk pemberian pelayanan. Kepuasan masyarakat atas
pelayanan yang diberikan untuk memenuhi SPP (Standar Pelayanan Publik) yang telah
dirumuskan bagian perizinan reklame. pemberian pelayanan yang sudah cukup baik, akan tetapi
tidak di iringi dengan adanya integrasi dengan perangkat organisasi yang bersifat teknis yaitu
Satpol PP. Terlihat tidak terintegrasinya masih adanya pelanggaran dalam pemasangan reklame.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Hasil penelitian yang ditemukan, pelayanan yang diberikan sudah cukup baik
untuk memberikan fasilitas pelayanan, akan tetapi ada beberapa kelemahan dimana melihat dari
pengawasannya setelah pemberian izin dan ketidaksiapan akan terjadi peningkatan permohonan
perizinan pemasangan reklame.

Kata Kunci: kualitas perizinan reklame Kota Malang

PENDAHULUAN pemohon) dibentuknya Badan Pelayanan


“Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah Perizinan Terpadu salah satu usaha pemerintah
dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan dalam menjalankan kegiatan pelayanan perizinan
sehingga belum dapat dipenuhi kualitas yang yang lebih efektif dan efisiensi”.
diharapkan masyarakat”. Hal ini ditandai “Peningkatan pembangunan yang dilakukan
dengan masih adanya berbagai keluhan di Kota Malang menimbulkan peningkatan
masyarakat. “Mengingat fungsi utama permohonan pengajuan pembuatan Reklame”.
pemerintah adalah melayani masyarakat maka Peningkatan pemohonan perizinan reklame
pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan yang sangat pesat ini belum dapat diatasi secara
kualitas pelayanan”. pengawasan maupun pengendalian di lapangan
“Masyarakat berharap proses perizinan, yakni secara baik. Sehingga banyak reklame yang
sederhana, murah, adanya kepastian waktu, berdiri dengan tidak adanya izin pemasangan
pelayanan yang berkualitas, transparansi, reklame dari bidang perizinan reklame (BP2T)
kepastian hasil dan sah secara hukum”. dan masih terdapatnya pelanggaran izin reklame
“Perizinan yang baik melalui proses yang tidak yang terjadi di Kota Malang.
birokrasi yang panjang dan prosedur yang
memakan waktu”. “Badan Pelayanan Perizinan TINJAUAN PUSTAKA
Terpadu (BP2T) adalah penyelenggaran 1. Administrasi Pembangunan
perizinan dari tahap permohonan hingga tahap “Administrasi berasal dari bahasa latin Ad=
penerbitan dokumen (penyerahan izin dokumen intensif dan ministrare= melayani, membantu
menyelenggarakan berbagai fungsi
dan, memenuhi. Mempunyai arti “to serve”
pemerintahan dan pembangunan secara efektif
yang artinya memberikan jasa, pelayanan,
dan efisien” (Mustopadidjaja, 1997:7). “Ruang
bantuan, melayani, atau mengabdi”. “Ilmu dan
lingkup administrasi pembangunan adalah
seni tentang bagaimana pembangunan suatu
pertama, penyempurnaan administrasi negara
sistem administrasi tersebut mampu
(The Development Administration) Dalam hal
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1276
ini usaha penyempurnaan organisasi, pembinaan
“Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa
lembaga yang diperlukan, kepegawaian, tata
kerja dan pengurusan sarana-sarana administrasi berdasarkan undang-undang atau peraturan
lainnya”. pemerintah, untuk dalam keadaan terntentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan undang-
2. Pelayanan Publik undang” (Hadjon 1993:2).
“Pelayanan adalah setiap kegiatan atau
manfaat yang ditemukan oleh suatu pihak lain METODELOGI PENELITIAN
dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak 1. Jenis Penelitian
mengakibatkan kepemilikan suatu produk fisik” “Metode kualitatif sebagai prosedur yang
(Kotler 1995:65). “Pelayanan publik dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
diartikan upaya membantu atau memberi tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku
manfaat kepada masyarakat melalui penyediaan yang dapat diamati” (Moeleong 2007:4).
yang diperlukan masyarakat”. “Sehingga pada “Penelitian yang dilakukan masuk dalam
hakikatnya pelayanan publik menyangkut kategori deskriptif dengan pendekatan
persoalan yang lebih mendasar yakni kualitatif”.
pemenuhan keinginan atau kebutuhan 2. Fokus Penelitian
konsumen bukan semata-mata hanya persoalan Fokus penelitian merupakan rincian dari
administrasi saja”. “Pembenahan sistem topik-topik yang diteliti. Hal ini karena fokus
pelayanan aparatur sekarang ini harus menjadi penelitian berfungsi untuk membatasi studi serta
prioritas, bagaimanapun pelayanan aparatur untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi suatu
akan menentukan mati hidupnya aktivitas informasi yang didapatkan dilapangan. Adapun
publik, karena mereka harus melalui perizinan fokus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
dan peraturan-peraturan pemerintahan” (Arif 1. Kualitas Pelayanan Perizinan Reklame.
Budiman 1998:39). “Pelayanan prima disektor 2. Faktor penghambat dan pendukung
publik seperti diatas dapat diimplementasikan perizinan Reklame di Kota Malang.
apabila aparat pelayanan berhasil menjadikan 3. Lokasi Penelitian
kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya” Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota
(Sinambela 2006:8). Malang. Situs Penelitian tempat dimana peneliti
dapat menangkap keadaan dari objek yang akan
3. Perizinan Reklame diteliti sehingga data-data yang diperoleh benar-
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 benar relevan. Dengan demikian mengambil
Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan situs penelitian di Badan Pelayanan Perizinan
Reklame, “Reklame adalah benda, alat, media Terpadu Kota Malang yang berlokasi di
yang bertujuan untuk komersial”. “Pengertian Jl.Meyjen Sungkono.
4. Jenis dan Sumber Data
izin dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa “Penelitian ini peneliti menentukan siapa
Indonesia) adalah mangabulkan atau saja dan data apa saja yang harus didapatkan
persetujuan memperbolehkan”. “Izin ialah suatu untuk menjawab fokus dan tujuan dari
persetujuan dari penguasa berdasarkan undang- penelitian. Berdasarkan jenisnya, data dapat
undang atau peraturan pemerintah untuk dalam dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan
sekunder”.
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-
5. Teknik Pengumpulan Data
ketentuan larangan peraturan perundang- Untuk memperoleh data-data sebagai bahan
undangan”. “Menyangkut perkenaan bagi suatu untuk disajikan dalam penulisan skripsi ini,
tindakan yang demi kepentingan umum penulis melakukan beberapa metode atau cara
mengharuskan pengawasan khusus atasnya”. pengumpulan data, antara lain:
1. Interview (wawancara)
Suatu teknik pengumpulan data dengan
wawancara/tanya jawab langsung kepada
responden.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengamatan langsung di
lapangan untuk melihat secara langsung
yang menjadi obyek penelitian.
3. Dokumentasi
yang diperoleh, kemudian juga tidak lupa
menguatkan data yang diperoleh maka
mendokumentasikan semua kegiatan
setiap kegiatan penelitian dan observasi
penelitian.
peneliti langsung melakukan proses
pencatatan terhadap data atau informasi 6. Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian ini yang menjadi instrumen
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1277
adalah:
“Terciptanya pelayanan yang berkualitas di
1. Peneliti Sendiri, dengan segenap
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, maka dari
kemampuannya dalam menyerap dan
itu pemerintah membuat peraturan yang
mengambil data dengan terjun langsung di
menjadi dasar dalam kegiatan pelayanan,
lapangan peneliti menyaksikan kejadian-
peraturan tersebut Peraturan WaliKota Nomor
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang
68 Tahun 2008 Tentang Uraian tugas pokok,
berlangsung dan berhubungan dengan
fungsi, dan Tata kerja Badan Pelayanan
fokus penelitian.
Perizinan Terpadu”.
2. Alat penunjang yang meliputi: daftar a. Proses Pelayanan
wawancara, catatan penelitian (field note) “Pelayanan publik adalah efektivitas
serta alat pencatat (alat tulis-menulis). memberikan kemudahan pada masyarakat
7. Analisis Data dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka”
“Metode analisis yang digunakan oleh
(Moenir 1995:17). aparatur pelayanan
peneliti mengguakan penelitian reduksi data,
memberikan secara terbuka bagaimana proses
penyajian data, dan penarikan kesimpulan”
prosedur pelayanan perizinan reklame.
(Miles dan Hubermen dalam Moleong
“Masyarakat dapat mengetahui proses tersebut
2007:289).
dengan mengakses perijinan.malangkota.go.id
atau masyarakat datang langsung ke Badan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang”.
1. Gambaran Umum Kota Malang b. Persyaratan Pelayanan
Malang merupakan kota yang ada di
“Persyaratan yang diberikan Badan
Provinsi Jawa Timur, Malang Kota yang sangat
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang
indah dan sejuk karena bertempat didataran
untuk pemasangan reklame, tidak dipersulit
tinggi, Kota Malang terkenal sebagai kota
aparatur untuk pemohon yang ingin melakukan
pelajar. pemasangan reklame”. kemudahan persyaratan
2. Gambaran Umum Badan Pelayanan izin pemasangan reklame ini yang
Perijinan Terpadu Kota Malang mendampakan banyaknya reklame yang
“Badan pelayanan perizinan terpadu kota terdapat di Kota Malang dan tidak tertata rapi
malang yang bertempat di jalan mayjen dan tertib dalam pemasangan.
sungkono mempunyai tugas memberikan c. Kejelasan Tugas Pelayanan
pelayanan secara langsung kepada masyarakat Standar kualifikasi Sumber Daya
di bidang perizinan dengan menerapkan pola Manusia harus ditingkatkan agar terciptnya
pelayanan satu pintu yang cepat dan kualitas pelayanan perizinan. Adanya
peningkatan Sumber Daya Manusia juga
berkualitas”. “Pembuatan badan pelayanan
memudahkan aparatur untuk pemberian
perizinan terpadu untuk dapat pelayanan.
mengakomodasikan pelayanan perizinan d. Kedisiplinan Tugas Pelayanan
terhadap masyarakat”. “Pengakomodasian ini Kedisiplinan aparatur pelayanan dalam
untuk mempermudah masyarakat dalam proses memberikan pelayanan adalah menjadi
permohonan perizinan. Semua kegiatan suarat tanggung jawab yang sangat prioritas.
“Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan
perizinan terdapat di Badan Pelayanan Perizinan
yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
Terpadu, sehingga masyarakat dengan sangat penyelenggaraan negara untuk memenuhi
mudah untuk melakukan proses izin dan dapat kebutuhan masyarakat (publik) sesuai dengan
melakukan proses izin berbagai macam izin”. peraturan yang berlaku” (Suparto 2008:4).
3. Kualitas Pelayanan Peizinan Aparatur pelayanan harus memberikan
Reklame pelayanan yang benar-benar sesuai dengan
peraturan yang tertulis. Akan tetapi, masih
adanya aparatur tidak bertanggung jawab akan
kedisiplinan tugasnya.
e. Tanggung jawab Tugas Pelayanan
“Pelayanan publik yang mempunayai ciri
public accuntability, dimana pertanggung
jawaban menjadi amanat seseorang atau
kelompok yang menjalankann tugas”.
f. Kemampuan Tugas Pelayanan
yang profesional dalam memberikan pelayanan
Sumber Daya Manusia yang mempunyai
maka aparatur negara harus memiliki
kualitas yang sangat baik adalah salah satu yang
kemampuan dan pengetahuan tentang bidang
menjadi syarat untuk menjadi aparatur
tugas masing-masing, sebagaimana dinyatakan
pelayanan perizinan reklame. ”Menjadi seorang
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1278
bahwa pelayanan profesional adalah
j. Kewajaran Biaya Pelayanan
kemampuan seseorang yang memiliki profesi
Pemberian pembiayaan yang diberikan
melayani kebutuhan orang lain atau profesional
permohonan perizinan reklame tidak dapat
menanggapi kebutuhan khas orang lain”
dipukul rata untuk memberikan pembiayaan.
(Dwimawanti 2004). Aparatur pelayanan untuk
Kewajaran biaya yang diberikan untuk
meningkatkan kinerjanya membuat SOP
pemohon disesuaikan dengan kemanfaatan yang
(Standar Operasional Prosedur) yang menjadi
di inginkan pemohon. Kewajaran biaya ini tidak
dasar apartur pelayanan dalam memberikan
hanya untuk menciptakan rasa yang wajar untuk
pelayan perizinan reklame.
pembiayaan akan tetapi rasa keadilan.
g. Kejelasan Biaya Pendaftaran
k. Keadilan dalam Pelayanan
Pelayanan perizinan di Badan Pelayanan
Menciptakan rasa adil yang dilakukan Badan
Perizinan Terpadu tidak memungut biaya sama
Pelayanan Perizinan Terpadu. Melakukan
sekali. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu di
terobosan dengan menggunakn SIM (Sistem
fokuskan untuk penerbitan perizinan.
Informasi Manajemen). Aparatur pelayanan
Pengratisan penerbitan surat izin ini untuk
yang sudah difasilitasi dengan adanya SIM
mendorong masyarakat agar tidak takut akan
(Sistem Informasi Manajemen). Memberikan
untuk mengurus permohonan izin. Pembayaran
pelayanan harus memberikan kemudah untuk
tidak dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan
para pemohon perizinan pemasangan reklame.
Terpadu, akan tetapi pembayaran di lakukan di
Tingginya akan rasa keadilan dan tidak
Dinas Pendapatan.
membedakan dalam pemberian jasa pelayanan.
h. Ketetapan Waktu Perizinan
l. Kenyamanan Fasilitas
Kejelasan waktu untuk penyelesaian
Apartur pemerintah berusaha memfasilitasi
perizinan reklame harus sangat jelas. Kejelasan
kenyamanan lingkungan. Usaha yang dilakukan
waktu menjadi pedoman masyrakat untuk
aparatur untuk meningkatkan kualitas pelayanan
mengajukan pemohonan perizinan reklame.
dalam pemberian izin, terutama pemberian izin
(S.P. Siagian 1996:39) diataranya disebutkan:
pemasangan reklame. peningkatan pelayanan
1. “Memperlambat proses penyelesaian
dengan melalui memberikan kelengkapan saran
pemberian izin.
dan prasarana dapat memberikan akan rasa
2. Mencari berbagai dalih. Seperti
kenyamanan yang sangat tinggi.
kekurangan lengkapan dokumen pendukung.
3. Alasan kesibukan melaksanakan tugas m. Keamanan Pelayanan
lain Keamanan yang ada didalam lingkungan
4. Sulit dihubungi pelayanan tidak hanya akan fokus pada
5. Senantiasa memperlambat dengan kemanan didalam lingkungan tempat
menggunakan kata-kata “sedang diproses”. penyelenggaraan pelayanan, akan tetapi melihat
Aparatur pelayanan dalam pemberian surat akan keamanan sarana dan keamanan secara
perizinan reklame Insidentil selama 1hari Kerja pelayanan, yaitu keamanan secara peraturan
dan Permanen memiliki waktu 7hari Kera. apabila terjadi force mageur dalam pemberian
i. Kesopanan dan Keramahan Pelayanan izin, baik dalam proses perjalanan izin maupun
Aparatur pelayanan dalam pemberian sedang berjalannya izin yang sudah dikelurkan.
pelayanan untuk meningkatkan rasa nyaman Pemberian pelayanan apabila terjadi dengan
dan senang pemohon, aparatur pelayanan harus adanya permasalah perizinan yang diterbitkan
dapat memberikan rasa sopan dan ramah maupun yang sedang dalam proses pengerluaran
terhadap pemohon. Keramah-tamahan dan rasa izin. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
sopan yang sangat tinggi harus menjadi hal memberikan waktu dan tempat apabila terjadi
yang kewajiban untuk semua aparatur permasalahan.
pelayanan. Dasar untuk meningkatkan sebuah
pelayanan adalah bagaimana aparatur pelayanan 4. Faktor-Faktor Penghambat dan
mempunyai rasa sopan dan ramah. Agar sopan Pendukung
dan ramah-tamah menjadi dasar pelayanan a. Penghambat
A. Dari Segi Pemerintah
1. pengawasan
Belum adanya koordinasi yang pasti
berkaitan dengan tim teknis salah satunya
adalah Satpol PP. “kelemahan negara
berkembang dalam menyelenggarakan
pembangunan terutama terletak pada sumber
daya manusia” (Kartasasmita 1997:53-54).
Belum adanya peraturan yang membahas
Berdampak akan terjadinya pelanggaran-
tentang batas jumlah reklame yang dapat ijin
pelanggaran yang ada dilapangan.
2. batas jumlah reklame dalam satu tempat maupun dalam batas jumlah
ijin yang dikeluarkan, sehingga banyaknya
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1279
masyarakat untuk membuat pemohonan agar
sarana prasarana dapat membantu peningkatan
mendapatkan surat rekomendasi perizinan
reklame. Karena semakin cepatnya pengaruh pelayanan perijinan reklame. peningkatan ini
globalisasi yang ada di Kota Malang. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
Pemerintah harus cepat dan tegas dalam proses pemberian ijin reklame.
membuat sebuah peraturan yang membatasi B. Dari Segi Masyarakat
jumlah reklame yang mendapatkan. Mengertinya akan prosedur pelayanan
3. Tempat Pemasangan Reklame perijinan reklame dapat mempercepat proses
Banyaknya jumlah pemohon untuk izin yang dikeluarkan, karena jika terjadinya
mendapatkan ijin reklame di Kota Malang, tidak kesalahan persyaratan maupun prosedur untuk
di seimbangi dengan fasilitas atau tempat untuk mendapatkan izin pemasangan reklame akan
memasang reklame. berdampak pemasangan mempersulit aparatur pemerintah untuk
reklame yang tidak teratur dan berantakan pada melakukan proses pelayanan. “Partisipasi
pemasangan. pemerintah memang harus benar- adalah mempertemukan seluruh kepentingan
benar untuk siap memfasilitasi tempat yang sama dan berbeda dalam suatu proses dan
pemasangan untuk pemohon agar tidak penetapan secara proporsional untuk semua
terjadinya pelanggaran pada pemasang reklame pihak” (Sinambela 2006:37). Pelibatan publik
A. Dari Segi Masyarkat dalam penentuan untuk menanmpung dan
Kurangnya pengawasan dari aparatur mengakomodasi berbagai kepentingan.
pemerintah yang mengakibatkan adanya
pelanggaran-pelanggaran reklame. pelanggaran KESIMPULAN DAN SARAN
ini adanya ketidaksesuain pemasangan reklame 1. Kesimpulan
yang dilakukan masyarakat. masyarakat yang Hasil penelitian dan pembahasan Kualitas
diposisikan sebagai yang bertanggung jawab Pelayanan Perizinan Reklame di Kota
atas pemasangan reklame. aparatur pelayanan Malangdiperoleh beberapa kesimpulan sebagai
tidak mengetahui keadaan lapangan, sehingga berikut:
adanya pembatas komunikasi antara aparatur a. “Pelayanan perizinan difokuskan untuk
pelayanan dengan masyarakat. maka dari itu memuaskan masyarakat dalam pemrosesan
mudah terciptanya pelanggaran reklame. perizinan”. Terlihatnya berfokus kepada
“Partisipasi adalah mempertemukan seluruh masyarakat, pelayanan perizinan untuk
kepentingan yang sama dan berbeda dalam mengurus permohonan perizinan reklame hanya
suatu proses dan penetapan secara proporsional membutuhkan waktu 1 (satu) hari kerja dan
untuk semua pihak” (Sinambela 2006:37). sedangkan permohonan perizinan reklame tetap
b. Pendukung membutuhkan waktu 7 (tujuh) hari kerja.
A. Dari Segi Pemerintah b. “Proses perijianan dan pemasangan
“Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam menjadi tanggung jawab masyarakat dan tidak
pemberian pelayanan untuk tercapai kepuasaan, adanya pengawasan dari aparatur, aparatur
bagian ijin reklame hanya memberikan surat
aparatur berupaya pelayanan ditingkatkan”. rekomendasi, sehingga berdampak adanya
“Upaya aparatur untuk ditingkatkan pelayanan pelanggaran-pelanggaran dalam ijin ataupun
melihat dari segala aspek, agar pelayanan yang pemasangan reklame”. “Belum terciptanya
ditingkatkan secara menyeluruh”. “Pelayanan terintegritas dengan Satpol PP dan masyarakat
yang ditingkatkan maka dibutuhkannya Sumber yang ingin pemasangan reklame harus mencari
tempat pemasangan reklame dengan sendiri
Daya Manusia (SDM) dan saran prasarana”. tanpa adanya arahan dari aparatur dalam
Peningkatan dengan Sumber Daya Manusia dan penempatan pemasangan, sehingga terciptanya
d. pelayanan dan meningkatkan fasilitas pelanggaran-pelanggaran reklame yang terjadi”.
sarana dan prasarana”. “Peningkatan fasilitas ini c. “Usaha yang diberikan untuk
diberikan tidak hanya untuk aparatur pelayanan terciptanya pelayanan perijinan reklame yang
saja, akan tetapi peningkatan fasilitas sarana dan berkualitas”. “Pemerintah meningkatkan standar
prasaran diberikan juga kepada masyarakat”. tingkat pendidikan yang menjadi aparatur
Pemberian peningkatan pelayanan ini diberikan

dengan adil. Agar kenyamanan yang diberikan


tidak hanya berfokus pada salah satu saja, akan
tetapi menyeluruh.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 Hal. 1273-1278 | 1280


Saran
Saran yang diberikan peneliti terkait dengan penulisan skripsi ini antara lain :
1. Diperlukan adanya integritas antara tim teknis yaitu satpol PP dengan Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T), sehingga adanya kesinambungan pekerjaan dan dapat mengetahui mana saja yang reklame liar
dan legal.
2. Diperlukan adanya pengawasan setelah
mendapatkan ijin pemasangan reklame, pengawasan ini langsung dari aparatur pemerintah, agar tidak adanya
pelanggaran ijin reklame. Pengawasan ini berbentuk mengetahui tempat dan lokasi pemasangan bagi pemohon
yang sudah ada ijin pemasangan reklame. Untuk pengawasan pemasangan reklame permanen, pengawas harus
benar-benar melihat dari segi kontruksinya, agar dapat menjaga masyarakat lainnya, jika adanya konstruksi
reklame permanen tidak sesuai dengan standar konstruksinya. Pengawan pemasangan reklame insidentil sama
pentingnya dengan pengawasan pemasangan reklame liar. Pengawasan agar
tidak terciptanya pelanggaran pemasangan dan pelanggaran izin yaitu secara izin legal akan tetapi secara
pemasangan melakukan pelanggaran.
3. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) membuat jumlah atau batas untuk penerbitan ijin
reklame, sehingga tidak adanya penumpukan reklame di tiap-tiap jalan Kota Malang.
4. Diperlukannya fasilitas atau tempat untuk pemasangan reklame, agar tidak adanya pemasangan
yang melanggar, karena fasilitas atau tempat pemasangan reklame belum dapat membantu jumlah pemasangan
yang ada.
5. Diperlukannya sebuah peraturan yang benar-benar melihat tidak hanya aspek bagaiaman untuk
meminta ijin, akan tetapi melihat dari segala aspek, baik aspek pengawasan dalam pemasangan, adanya hukum
yang jelas jika adanya reklame liar, adanya batas dalam pemberian ijin reklame dan disediakannya tempat
untuk pemasangan reklame.

Daftar pustaka

Budiman, Arief. (1996). Teori Negara, Negara, Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta: Gramedia.
Hadjon, Philipus M. (1993). Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya: Yuridika.
Kartasasmita, Ginandjar. (1997). Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran dan
Praktiknya di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Kotler, Philip. (1995). Manajemen Pemasaran (Analisis , Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian). Jakarta : Salemba Empat
Moeleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Moenir, H.A.S. (1999). Manajemen Pelayanan Umum. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Karya Unipress
Mustopadidjaja. (1997). Paradigma-Paradigma Pembangunan. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Siagian. SP. (1995). Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi. Jakarta:
Gunung Agung
Sinambela, Lijan P. (2006). Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara
Suparto, Peni. (2008). Paradigma & Implementasi Pelayanan Publik. Malang: Kanisius
Dwimawanti, Ida. (2004). Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik.
DIALOGUE. Volume I no. I. Magister Administrasi Publik Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Peraturan Walikora Malang Nomor 68 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BP2T). Malang, Pemerintahan Kota Malang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame. Malang,
Pemerintahan Kota Malang
www. perijinan.malangkota.go.id di akses pada tanggal 5 April 2015

43
JURNAL KE – 5

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (1) (2016): 43-51

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

Efektivitas Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi Kelas I


Khusus Medan
Henrikus Waruwu, Beby Masitho*

Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima Februari 2016; Disetujui April 2016; Dipublikasikan Juni 2016

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelayanan publik pada Kantor Imigrasi
Kelas I Khsusus Medan. Metode penelitian ini adalah metode deskriftif kuantitatif. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 50 orang yang diambil secara accidental (kebetulan) dalam kurun waktu
10 hari kerja. Hasil penelitian bahwa pelayanan Paspor pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan
Efektif hal ini karena petugas tanggap dalam menindaklanjuti keluhan pemohon, tidak ada
petugas yang menerima imbalan dari masyarakat pada proses pengurusan paspor dan
terlaksananya sistem pelayanan paspor terpadu (One Stop Service) pemohon dapat menyelesaikan
permohonan paspor satu hari dengan syarat berkas yang lengkap mulai dari alur permohonan,
foto,wawancara,sidik jari dan penyerahan slip pembayaran serta pengambilan paspor 3 hari kerja
terhitung setelah melakukan pembayaran di bank BNI.

Kata Kunci : Efektivitas Pelayanan; Paspor; Imigrasi Kelas I Khusus Medan

Abstract

This research method is a method of quantitative deskriftif. The sample in this study 50 people
taken in accidental (incidentally) within 10 working days. Passport service research that results in
the class I Special Immigration Office Effective Field this because the officer responds in following
up on the complaint of the applicant, no officer who receives remuneration from the public on
the process management of the implementation of the passport and passport integrated service
system (One Stop Service) applicants can complete the application for a passport a day
provided a complete file starting from the Groove application, photos, interview
fingerprint, and the submission of a payment slip as well as retrieval of passport 3 working
days commencing after making payment at bank BNI.
Keywords : Effectiveness Of Service; Passport; Immigration Class I Special Terrain

How to Cite : Henrikus Waruwu, Beby Masitho, (2016). Efektivitas Pelayanan Paspor Pada
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan
4 (1): 43-51
*Corresponding author: 44
E-mail: Bebymasitho@gmail.com P-ISSN-2549-9165
e-ISSN-2580-2011

45
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (1) (2016): 43-51

PENDAHULUAN Secara umum saat ini penyelenggaraan


Salah satu tugas utama negara adalah pelayanan publik di Indonesia dapat
memberi pelayanan kepada masyarakat dikategorikan “buruk”. Hal ini didasarkan oleh
baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas.
Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan
sebuah negara, pelayanan publik dapat
digunakan sebagai salah satu indikator. Oleh
karena itu, bila sebuah negara berada dalam
posisi menuju pada kemajuan, hal utama yang
perlu diperbaiki adalah pelayanan publik di
negara tersebut. Indonesia sebagai negara
yang sedang bergerak menuju negara maju
juga memprioritaskan pelayanan publik
sebagai salah satu aspek yang perlu
ditingkatkan. Karena pemerintah Indonesia
sangat menyadari bahwa jika masyarakat
sudah mendapatkan apa yang menjadi
haknya yaitu pelayanan yang baik, maka
masyarakat juga akan menjalankan
kewajibannya dengan penuh kesadaran.
Pemerintah sebagai service provider
(penyedia jasa) bagi masyarakat di tuntut
untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas karena salah satu fungsi
pemerintahan yang kini semakin disorot
masyarakat adalah pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh instansi-
instansi
pemerintah yang menyelenggarakan
pelayanan publik. Pelayanan publik
yang
diberikan instansi Pemerintah (Pusat,
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota dan
Kecamatan) kepada masyarakat merupakan
perwujudan fungsi aparatur negara sebagai
abdi masyarakat disamping sebagai abdi
negara. Pada era otonomi daerah, fungsi
pelayanan publik menjadi salah satu fokus
perhatian dalam peningkatan kinerja instansi
pemerintah daerah. Oleh karenanya
secara otomatis berbagai jasa atau fasilitas
pelayanan
publik harus lebih didekatkan pada
masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat. Sesuai dengan pengertian
pelayanan publik dalam Undang-Undang No.
25 Tahun 2009 yaitu rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif
yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
banyaknya keluhan dan pengaduan
masyarakat terkait pelayanan, yang sering kita
dengar dan baca diberbagai media
cetak maupun media elektronik. Pelayanan
yang terkesan berbelit-belit, lambat, mahal,
melelahkan, rawan akan korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) serta kemampuan aparatur
yang minim merupakan deretan keluhan yang
menggambarkan pelayanan publik yang kian
memprihatinkan.
Dalam kondisi masyarakat seperti
digambarkan diatas, pelayanan publik harus
dapat memberikan layanan yang efektif, tepat
waktu dalam artian pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan oleh unit penyelenggara
pelayanan, informasi yang jelas dalam hal
pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan
pelayanan, sederhana dalam prosedur
pelayanan mudah dipahami, tidak berbelit-
belit, serta perlu adanya kepastian biaya
pelayanan, yakni kesesuaian antara biaya
yang dibayarkan dengan biaya yang telah
ditetapkan. Selain itu, pelayanan publik juga
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ini berarti pemerintah harus mampu
merespon kebutuhan dan keinginan
pelanggan dengan menyediakan pelayanan
yang tepat.
Selain itu, yang mendasari dari
efektivitas adalah tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan perencanaan yang
telah
ditetapkan. Meskipun upaya tersebut telah
dilakukan oleh pemerintah, namun realitas
pelayanan publik belum juga menunjukkan
perubahan yang signifikan. Banyaknya
keluhan dan pengaduan dari masyarakat
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
publik sangat rendah. Pengaduan dan keluhan
tentang prosedur pelayanan yang berbelit,
tidak adanya kepastian dan jangka waktu
penyelesaian, biaya yang sangat mahal,
persyaratan yang tidak transparan, sikap
petugas pelayanan yang kurang responsif
sering ditemui dan hampir merata dalam
semua bidang pelayanan pemerintah saat ini.
Efektivitas merupakan salah satu
pencapaian yang ingin diraih oleh instansi
pemerintah agar dapat memuaskan
masyarakat. Efektivitas pelayanan publik
mempunyai indikator nyata, kepercayaan,
ketanggapan, kompetensi, kesopanan,
kredibilitas, kemudahan mengakses
komunikasi, dan pemahaman pelanggan.
Henrikus Waruwu, Beby Masitho, (2016). Efektivitas Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi

Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan demi kenyamanan masyarakat, seperti halnya


efektif apabila masyarakat mendapatkan penambahan loket yang di maksudkan untuk
kemudahan pelayanan dengan prosedur yang
singkat, cepat, tepat dan memuaskan.
Salah satu fungsi kontrol Imigrasi
adalah memberikan fungsi pelayanan kepada
masyarakat. Terlebih dalam hal pelayanan
masyarakat publik dalam pengurusan hal hal
seperti dokumen perjalanan, visa dan fasilitas,
ijin tinggal dan status, intelijen, penyidikan,
dan penindakan, lintas batas, dan kerjasama
luar negeri serta sistem informasi
keimigrasian. Dalam hal ini penulis akan
melihat dan lebih fokus membahas tentang
pelayanan dalam pengurusan Paspor atau
Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).
Pentingnya mengkaji pelayanan paspor
ini dapat kita lihat dari banyaknya
permintaan pengurusan paspor dari
masyarakat ditiap bulannya, yang mencapai
ribuan paspor. Petugas kantor Imigrasi Kelas I
Khusus Medan tercatat bahwa mencetak
sebanyak 59.853 paspor 48 halaman
(paspor biasa) dan 4.559 paspor 24 halaman
(paspor TKI) selama periode Januari hingga
Desember
2015 (http://www.dnaberita.com)
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan Lilik Bambang mengakui pelayanan di
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan belum
sempurna. Meski demikian, Kantor Imigrasi
telah melakukan inovasi dalam meningkatkan
pelayanannya. Seperti membuka pendaftaran
paspor online, memperbanyak loket
pendaftaran pembuatan paspor, dan lainnya.
Sekarang kami lebih terbuka melayani
masyarakat. Jadi, masyarakat bisa memohon
pembuatan paspor secara online melalui
website kami www.medanimigrasi.go.id.
Dalam satu hari, kuota paspor yang
kami
sediakan 200 paspor,” ucapnya. Lilik Bambang
menjelaskan, masyarakat selama ini merasa
pengurusan paspor sangat sulit dan akhirnya
menggunakan jasa orang untuk mengurus
paspor itu (http://www.koran-sindo.com)
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan
selaku lembaga kenegaraan yang bergerak
dalam pelayanan jasa Surat Perjalanan
Republik Indonesia atau paspor telah
melakukan perbaikan dalam hal prosedur
pelayanan yang di buat sedemikian rupa
demi
kemudahan dan keamanan masyarakat. Selain
itu sarana dan prasaranapun mulai di
tambah
mengurangi antrian masyarakat yang Subroto No.268, Medan Helvetia, Medan,
akan mengurus Surat Perjalanan Republik
Indonesia atau paspor.
Dengan demikian pelayanan adalah
salah satu fungsi Kantor Imigrasi Kelas I
Khsus Medan yang sangat penting
dilakukan
untuk melihat lancar atau tidaknya lalu lintas
manusia baik ke dalam atau ke luar negeri.
Dengan kata lain Kantor Imigrasi Kelas I
Khusus Medan sebagai salah satu pintu
gerbang keluar masuknya manusia di wilayah
Negara Republik Indonesia. Mengingat
sangat
pentingnya peran Kantor Imigrasi Kelas I
Khusus Medan.
Sistem penyelenggaraannya
peningkatan inovasi dalam pengurusan
paspor atau Surat Perjalanan Republik
Indonesia (SPRI) dilaksanakan Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan bertujuan untuk
mempercepat proses pembuatan
pasport
yang berfungsi untuk meningkatkan
efektifitas pelayanan publik serta
meningkatkan keamanan dalam pembuatan
Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif
kuantitatif, yaitu metode yang hanya
memaparkan situasi dan pristiwa. Tidak
mencari atau menjelaskan hubungan,
tidak menguji hipotesa atau membuat
prediksi.
Metode deskriftif bertujuan untuk melukiskan
secara sistematis karakteristik populasi atau
bidang-bidang tertentu secara faktual dan
cermat tanpa mencari atau menjelaskan
suatu
hubungan (Sugiono, 2004:27).
Metode deskriftif ialah pemecahan
masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek
penelitian seseorang, lembaga masyarakat,
dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana
adanya (Nawawi, 2001:63). Ciri-ciri pokok
metode deskriftif adalah :
Memutuskan perhatian pada masalah-
masalah yang ada pada penelitian, dilakukan
saat sekarang atau ada masalah-masalah
yang
bersifat actual. Menggunakan fakta-fakta
tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional.
Penelitian ini dilakukan pada Kantor
Imigrasi Kelas I Khusus Medan Jl.
Gatot
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (1) (2016): 43-51

Sumatera Utara 20123, Indonesia. Adapun layanan. Kesan baik pemberi layanan
waktu penelitian dilaksanakan pada Maret menjadi indikasi bagi konsumen tentang
sampai dengan Juni2016.
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh masyarakat yang melakukan
pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Kelas I
Medan. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 50 orang masyarakat
yang
melakukan pengurusan paspor di Kantor
Imigrasi Kelas I Khusus Medan yang diambil
secara accidental (kebetulan) dalam kurun
waktu 10 hari kerja. Konsep merupakan
istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian (Singarimbun,
2006:33). Maka dalam hal ini, penulis
mengemukakan defenisi dari konsep yang
dipergunakan, yaitu: Efektivitas pelayanan
publik adalah tercapainya kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan instansi pemerintah atas
pelayanan administrasi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan mutu
pelayanan: tangibles, reliability,
responsiveness, competence, courtesy,
credibility, security, acces, communication,
understanding. Penjelasan dari Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tangibles (Nyata)
Bagian dari pelayanan yang
berbentuk
fasilitas fisik dan personalia. Misalnya,
ruangan yang bersih, penataan meja dan
kursi yang teratur, rapi dan lain-lain.
b. Reliability (Kepercayaan)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
kemampuan untuk menyediakan layanan
dan data secara tepat dan
akurat. c. Responsiveness
(Ketanggapan)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
respon pegawai yang cepat dan kreatif
terhadap permintaan atau permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat.
d. Competence (Kompetensi)
Bagian dari pelayanan yang
berbentuk
kemampuan serta pengetahuan yang
dimiliki pegawai dalam melakukan layanan
sehingga layanan yang diberikan dapat
memberikan kepuasan bagi masyarakat.
e. Courtesy (Kesopanan)
Bagian dari pelayanan yang
berbentuk
keramahan, kesopanan, rasa hormat serta
sikap menghargai yang dimiliki pemberi
kemampuan pegawai dalam
melaksanankan tugasnya.
f. Credibility (Kredibilitas)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
kejujuran, perjanjian yang dapat dipercaya,
sifat pribadi dari pegawai yang
berhubungan dengan masyarakat.
g. Security (Keamanan)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk rasa
aman atau bebas dari bahaya, keragu-
raguan, ketidakpercayaan yang diberikan
oleh pemberi jasa kepada masyarakat.
h. Acces (Kemudahan mengakses)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
layanan yang mudah dalam kontak
hubungan antara masyarakat dengan
pemberi layanan.
i. Communication (Komunikasi)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
layanan dengan menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti dan dapat didengar
dengan baik oleh masyarakat sehingga
selalu membuat masyarakat selalu
mendapatkan informasi yang tepat
tentang
pelayanan.
j. Understanding (Pemahaman)
Bagian dari pelayanan yang berbentuk
usaha yang dilakukan pemberi layanan
untuk memahami kebutuhan pelayanan
yang sebenarnya melalui perhatian
yang
diberikan pemberi layanan kepada
masyarakat sehingga dapat dipastikan
pemberi layanan dapat memahami
kebutuhan masyarakat.
Untuk memperoleh data atau informasi
yang mendukung tujuan penelitian, penulis
menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut : (1) Teknik Pengumpulan
Data Primer, yaitu kuesioner dilakukan
dengan menyebarkan sejumlah
daftar
pertanyaan yang dilengkapi dengan
alternatif jawaban yang tersedia dalam
bentuk angket
kepada responden, wawancara dilakukan
dengan tanya jawab secara langsung kepada
pihak-pihak terkait, observasi dilakukan
dengan pengamatan secara langsung
terhadap
fenomena-fenomena yang ditemukan di
lapangan yang berkaitan dengan fokus
penelitian (2) Teknik Pengumpulan Data
Sekunder, yaitu : dokumentasi dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen
yang ada di lokasi penelitian serta
sumber-
sumber lain yang relevan dengan objek
penelitian, studi kepustakaan dengan
Henrikus Waruwu, Beby Masitho, (2016). Efektivitas Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi

menggunakan berbagai literatur seperti meningkatkan kualitas dan prestasi kerja


buku, karya ilmiah, pendapat para ahli pegawai. Hal ini sudah terbukti di Dinas
yang berhubungan dengan masalah yang Kesehatan Sumatera Utara bahwa peranan
diteliti.
Menurut Sugiono (2010: 335) teknik
analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan
dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Untuk keperluan analisis data, peneliti
menggunakan jenis penelitian
deskriptifanalisis, yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan (Moleong, 2010: 4). Dalam
penulisan skripsi ini penulis menyelesaikan
dengan melalui beberapa tahapan pengolahan
data, yaitu sebagai berikut:
Pertama penulis mengadakan penelitian
dengan menyebar angket kepada responden
yang mengurus Pasport di Imigarsi Kelas I
Khusus Medan. Setelah data terkumpul
peneliti mengelompokan berdasarkan jenis
kelamin, dan mengelompokan lagi
berdasarkan daftar pertanyaan yang ada
di angket. Kemudian mengolahnya
serta
menganalisis sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan menggunakan tabel tunggal.
Data
yang telah dikumpulkan agar mudah
dianalisis dan disimpulkan maka penulis
menggunakan analisis yang menghasilkan
deskriptif analisis. Proses analisis data
menggunakan pola berfikir induktif yaitu
proses pengolahan data dari hal-hal
yang
khusus dan diperoleh dari responden
kemudian ditarik kesimpulan secara umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemimpin merupakan satu-satunya
orang yang bertugas untuk memandu,
menuntun, membimbing dan memberi
supervis atau pengawasan yang efisien
kepada para pegawai yang terlibat secara
langsung mampun tidak langsung. Peranan
pemimpin pada umumnya bertujuan untuk
pemimpin sangatlah penting. Salah satu
peran kepemimpinan yang telah dilakukan
oleh Ibu Dr. Suhartati Surjantini M.Kes
selaku kepala Dinas Kesehatan provinsi
Sumatera Utara adalah membimbing,
menuntun dan memberi masukan kepada
seluruh karyawan. Dimana peranan
kepemimpinan tersebut sangat penting
sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja
pegawai.
Hasil wawancara pada tgl 12 maret
2015,“ Bagaimana peran ibu sebagai pimpinan
di dinas kesehatan ini ? “Menurut Ibu Dr.
Suhartati Surjantini, M.Kes selaku kepala
Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara
peranan dan gaya kepemimpinan
yang
diberikan kepada seluruh pegawai Dinas
Kesehatan Sumatera Utara mengatakan:
“saya memberi pembinaan kepada
pegawai, mendorong dan mengarahkan
pegawai untuk lebih disiplin, saling
membantu dan saling peduli antar sesama
pegawai lain bersikap bijaksana dalam
mengatasi segala hal. Dan insha Allah saya
selalu tegas pada setiap pegawai tidak
ada beda bedanya antara pegawai satu
dengan
pegawai lain. peraturan yang menjadi
patuh untuk dipatuhi harus bisa diikuti
disini, karna dengan seperti ini
bisa membuat dinas kesehatan
provinsi
Sumatera Utara jauh lebih baik lagi. Ibu
tidak pernah kalau dalam membuat
suatu
kebijakan atau keputusan tidak melibatkan
pegawai, ibu selalu melibatkan bawahan
biar dalam menyelesaikan pekerjaan
dalam suatu kantor sama sama enak. Ya,
kalau pegawai membuat kesalahan ibu
tetap menegur, karna disini ibu sebagai
pimpinan sudah menjadi tugas ibu
menegur pegawai yang buat salah. Saat
ada pegawai yg memberikan kritikan
untuk saya yang baik saya terima dengan
senang hati, tetapi untuk saat ini belum
ada yang memberikan saya kritikan
apapun (sambil senyum). Masalah
utamakan pekerjaan itu sudah menjadi
kewajiban itu sudah saya terapkan kepada
semua pegawai pegawai disini, waktu
istrahat ya istrahat tapi tergantung dari
pegawai kalau juga ingin kerja saat waktu
istrahat bagi saya tidak ada masalah”
Dari penjelasan diatas dapat diketahui
bahwa tujuan dari pembinaan yang dilakukan
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (1) (2016): 43-51

adalah untuk meningkatkan kinerja pegawai pegawai-pegawai Dinas Kesehatan Sumatera


dalam melaksanakan tugas dan kewajiban Utara jarang dijumpai banyak melakukan
menjadi lebih baik. Pembinaan yang kesalahan dalam pekerjaan. Sikap pemimpin
dilakukan akan membuat pegawai menjadi yang peduli akan aktivitas dan kegiatan
giat untuk bekerja lebih baik lagi dan pegawai juga dibutuhkan untuk menciptakan
mendorong pegawai lebih bertanggung prestasi kerja di Dinas Kesehatan Provinsi
jawab, pegawai akan mampu untuk Sumatera Utara.
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan Gaya kepemimpinan yang demokratis
bersikap bijaksana. merupakan landasan dan dasar yang
Peran pemimpin dalam menciptakan diterapkan di Dinas Kesehatan Provinsi
rasa nyaman dan kekeluargaan Sumatera Utara. Pemimpin yang baik akan
diantara selalu mendengarkan dan menerima kritikan
pemimpin dan pegawai ataupun sesama yang membangun baik dari pegawai
pegawai sangat penting. Rasa saling peduli ataupun masyarakat, pemimpin juga turut
yang di terapkan oleh seorang pemimpin hadir dalam
dilingkungan kerja juga akan memacu kinerja diskusi membahas permasalahan-
pegawai. Dimana, saling membantu dan saling permasalahan yang ada di Dinas Kesehatan
peduli akan membuat suasana pekerjaan lebih Provinsi Sumatera Utara, serta pemimpin
kondusif dan tidak membuat pegawai lebih juga mendengarkan alasan dan masukan
terbebani akan pekerjaan. Pemimpin akan untuk kemajuan Dinas Kesehatan. Pemimpin
memberikan nasehat, saran dan bantuan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
kepada pegawai jika dibutuhkan. Pemimpin dalam mengambil keputusan juga tidak
juga ikut bersama-sama dengan pegawai sepihak melainkan dengan cara musyawarah
menyelesaikan masalah yang rumit. Sistem dan mufakat.
bekerja sama dan gotong royong Hasil wawancara pada tgl 12 maret
yang 2015, “Apakah pimpinan memperhatikan
diterapkan di Dinas Kesehatan Provinsi dan peduli terhadap bawahan? “Menurut Ibu
Sumatera Utara menghasilkan pegawai Ridesman, SH. M.kes. Ka. Bidang Bina
pegawai yang berkualitas. Pemimpin akan pengembangan SDM Kesehatan menyatakan
menyediakan dan memberi fasilitas apa yang bahwa ibu Dr. Surjantini SH. M.kes
menjadi hak pegawai, tanpa ada yang memperhatikan bawahan dalam masalah
dikurangi maupun dihilangkan. pekerjaan dan masalah peduli ya cukup
Pemimpin di Dinas Kesehatan Provinsi peduli. Ibu juga berusaha mengutamakan
Sumatera Utara memberi kesempatan kepada kerja sama dan kerja tim dalam usaha
pegawai untuk mengembangkan diri dengan mencapai tujuan dan mau menerima saran,
banyak cara, seperti mengikuti pelatihan pendapat bahkan kritikan dari bawahannya
kesehatan, menghadiri seminar tentang ini terlihat ketika ibu Surjantini selaku kepala
kesehatan, memberi perintah kepada pegawai dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara
untuk mengikuti diklat di rumah sakit atau selalu mengadakan rapat ataupun diskusi
balai pengobatan milik pemerintah. sebelum memberikan keputusan.
Kemampuan pemimpin dalam menilai Institusi atau organisasi akan
kapasitas seorang pegawai juga dibutuhkan menggunakan penghargaan atau hadiah dan
untuk pengembangan dan kemajuan pegawai ketertiban untuk staf. Pemimpin yang
maupun Dinas Kesehatan itu sendiri. baik
Selain itu, peranan gaya pemimpin mau mendengar ide, saran, gagasan dan
yang selalu memantau aktivitas dan kritikan dari para staf atau pegawai sebelum
kegiatan pegawai juga sangat mempengaruhi mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan
kualitas dan kinerja pegawai di Dinas yang tepat dan bijaksana akan menciptakan
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. motivasi yang tinggi kepada staf atau pegawai
Pemimpin akan memantau pegawai yang sehingga lebih berprestasi dan berkualitas.
datang terlambat dan tidak tepat waktu. Sukses atau tidak seorang staf atau pegawai
Keluar dari kantor Dinas Kesehatan, pegawai tersebut dalam hal prestasi kerja dapat
yang melalaikan dan mengabaikan pekerjaan, dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
dan pegawai yang tidak bertanggung jawab pimpinan Tampubolon (2007:212)
akan pekerjaan. Dengan adanya monitoring menjelaskan bahwa pengaruh gaya
pegawai yang dilakukan oleh pemimpin kepemimpinan terhadap kinerja, menyatakan
maka
Henrikus Waruwu, Beby Masitho, (2016). Efektivitas Pelayanan Paspor Pada Kantor Imigrasi

bahwa gaya kepemimpinan mempunyai selaku Sekretaris Dinas Kesehatan Sumatera


pengaruh yang signifikan terhadap kinerja Utara menyatakan bahwa: “ Ibu Suhartati
karyawan. bertanggung jawab dengan jabatannya, yang
Kepemimpinan adalah kemampuan menjadi kewajiban harus dipatuhi. Di dinas
seseorang dalam mengarahkan, mana pun tanggung jawab seorang kepala
mempengaruhi, mendorong dan emang sudah menjadi kewajiban bukan suatu
mengendalikan orang lain atau bawahan kepaksaan bukan karna beliau seorang kepala
untuk dapat melakukan sesuatu pekerjaan tapi emang udah seharusnya seperti itu. Ibu
yang menjadi tanggung jawab sesuai selalu memberikan kepercayaan kepada
dengan fungsinya untuk mencapai suatu
tujuan pegawai tugas yang menjadi wewenang
tertentu. Gaya kepemimpinan merupakan pegawai harus bisa dilaksanakan sesuai
cara pemimpin memanfaatkan dan dengan bidang masing-masing.
menggunakan kekuatan yang dimilki untuk Setiap staf atau pegawai mau bekerja
memimpin para staffnya menjadi lebih baik. keras memiliki faktor yang mendorong dari
Hasil wawancara pada tgl 13 dalam dirinya untuk melaksanakan suatu
maret aktivitas kerja. Dimana dorongan dari
2015,“ Apakah pimpinan pernah memberikan pimpinan dalam bekerja ini merupakan
dukungan atau arahan terhadap pegawai ? kondisi yang mendorong seseorang untuk
“Menurut Ibu Dr. Nelly Fitriani selaku melaksanakan suatu kegiatan untuk
Kepala Seksi Bimdal Pendidikan Dan mencapai tujuan lembaga atau institusi
Pelatihan menyatakan bahwa: menjadi lebih baik. Dengan adanya dorongan
“Ibu sangatlah memberikan dukungan, kerja yang tinggi dalam diri seorang staff
memberikan arahan agar pekerjaan atau pegawai akan mendorong semangat
harus bisa selesai sesuai dengan waktu kerja untuk dapat menyelesaikan tugas-
yg telah ditentukan disini. Dan ibu tugasnya dengan baik dan tepat waktu.
selalu mengarahkan setiap pegawai Prestasi kerja staf sangat diperlukan
harus mematuhi peraturan-peraturan dalam suatu lembaga dan institusi negeri atau
yang diterapkan, Kepercayaan yang swasta, organisasi maupun suatu perusahaan.
ibu berikan pada pegawai harus bisa Beberapa upaya untuk meningkatkan prestasi
dijaga itu pesan yg selalu disampaikan kerja staf, pegawai atau karyawan antara
setiap didalam rapat. Dalam aktivitas lain melalui kerja tim, serta pelatihan dan
menjalankan organisasi, pemimpin pengembangan Program pelatihan dan
yang menerapkan gaya ini cenderung pengembangan yang efektif dapat
berorientasi kepada bawahan dengan meningkatkan kinerja, ketrampilan, sikap
mencoba untuk lebih memotivasi dan moral dan potensi suatu lembaga,
bawahan dibandingkan mengawasi institusi, perusahaan maupun organisasi
mereka dengan ketat. Mereka tersebut. Untuk melihat efektivitas program
mendorong para anggota pelatihan dan pengembangan, maka lembaga,
untuk melaksanakan tugas-tugas institusi, perusahaan maupun organisasi perlu
dengan melakukan penilaian terhadap perubahan
memberikan kesempatan bawahan sikap dan keterampilan para karyawan, baik
untuk berpartisipasi dalam pembuatan sebelum maupun sesudah mengikuti
keputusan, menciptakan suasana program
persahabatan serta hubungan- pelatihan dan pengembangan sehingga
hubungan saling mempercayai” diharapkan dapat meningkatkan prestasi
Gaya kepemimpinan delegatif sangat kerja. Pelatihan dan pengembangan
cocok dilakukan jika staf yang memiliki merupakan bagian dari tahapan pengelolaan
kemampuan dalam bekerja. Dengan demikian sumber daya manusia. Penyelenggaraan
pimpinan tidak terlalu banyak memberikan program pelatihan dan pengembangan harus
instruksi kepada bawahannya, bahkan disesuaikan dengan kebutuhan jenis
pemimpin lebih banyak memberikan pekerjaan dan kemampuan karyawandalam
dukungan kepada bawahannya. Hasil mengikutinya.
wawancara pada tgl 13 maret 2015, “ Peningkatan kemampuan, pengetahuan
Apakah pimpinan bertanggung jawab sebagai dan keterampilan karyawan dapat dilakukan
kepala di Dinas Kesehatan Prov. Sumatera dengan program pelatihan dan
Utara? “Menurut Bapak Drs. Afwan Apt.
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (1) (2016): 43-51
pengembangan, terutama dalam upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan dan
mencapai keunggulan perusahaan. Hasil wawancara pada tgl 12 maret 2015, “Bagaimana
cara ibu menilai pegawai yang berprestasi? “Menurut Ibu Dr. Suhartati Surjantini M.Kes
selaku kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, saya memperhatikan kinerja dari setiap
pegawai, mana yang berprestasi dan mana yang hanya sekedar bekerja saja. meskipun pegawai
telah direkrut melalui seleksi yang baik dan akurat, namun dalam melaksanakan pekerjaan,
tugas dan kewajiban selalu menghadapi persoalan seperti terdapat kekurangan kemampuan
dan keterampilan staf atau pegawai dalam melakukan pekerjaan sesuai yang diinginkan.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara berusaha dan selalu
memberikan pelatihan dan pengembangan
bagi pegawai untuk meningkatkan kapasitas, kinerja dan prestasi kerja. Saya juga
memberikan motivasi agar gairah dan semangat kerja pegawai untuk bekerja keras
dan mengembangkan segala kemampuan, pikiran, tenaga, dan keterampilan yang
dimiliki untuk mewujudkan tujuan lembaga atau institusi. Disebut juga oleh Ibu Dr.
Suhartati Surjantini M.Kes pegawai yang aktif dan berprestasi akan dimasukkan
kedalam PPT penghasilan PNS yang telah menjadi hak mereka. Jika kebutuhan pegawai
dapat terpenuhi dengan baik sehingga memperoleh dorongan dan daya gerak untuk
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan baik.
Ini berarti prestasi kerja yang diharapkan akan tercapai dengan baik dan
optimal. Pelatihan dan pengembangan memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan
prestasi kerja para staf, pegawai ataupun karyawan. Pelatihan bertujuan untuk
meningkatkan prestasi kerja seorang pegawai yang dibutuhkan saat sekarang, sedangkan
pengembangan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja seorang pegawai
baik saat dibutuhkan sekarang maupun yang akan datang. Staf atau pegawai memiliki
peranan yang sangat penting bagi suatu lembaga dan institusi serta organisasi untuk
menjalankan visi dan misi. Oleh karena itu staff atau pegawai dapat terus dilatih
dan dikembangkan, sehingga dapat lebih berkualitas dan berkapasitas daya guna,

Volume
57 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 57
prestasi kerja semakin meningkat untuk mencapai tujuan lembaga dan institusi serta
organisasi menjadi lebih baik.

SIMPULAN
Pelayanan Paspor pada Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan Efektif hal ini karena petugas tanggap dalam menindaklanjuti
keluhan pemohon, tidak ada petugas yang menerima imbalan dari masyarakat pada
proses pengurusan paspor dan terlaksananya sistem pelayanan paspor terpadu (One Stop
Service) pemohon dapat menyelesaikan permohonan paspor satu hari dengan syarat
berkas yang lengkap mulai dari alur permohonan, foto, wawancara, sidik jari dan
penyerahan slip pembayaran serta pengambilan paspor 3 hari kerja terhitung setelah
melakukan pembayaran di bank BNI.
Dalam hal ini Standar Operasional Prosedur di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan berpacu pada Standar Operasional Prosedur dari Direktorat Jenderal Imigrasi
yang berlaku untuk seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia
Pelaksanaan pelayanan paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dapat
dikatakan efektif dan memenuhi standar kualitas pelayanan yang baik di dalam
memberikan pelayanan. Mengenai prosedur pelayanan sudah sederhana dan dapat
dipahami oleh masyarakat, kedisiplinan pegawai yang semakin baik, pegawai tanggap
dalam melayani.
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan menerapkan sistem one stop service (OSS)
dalam usaha pelayanan pemohon paspor dapat menyelesaikan semua proses
permohonan paspor. Pelayanan yang diberikan Petugas Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan sudah Efektif, karena pelayanan sepenuhnya sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat. Walaupun
masih ada beberapa kekurangan karena untuk mengerti dan memahami keinginan dari
banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dan dengan berbagai karakter yang
berbeda pula memang bukan hal yang mudah

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian
Praktis. Yogyakarta: Tera Henrikus Waruwu, Beby Masitho, (2016). Efektivitas Pelayanan Paspor Pada
Kantor Imigrasi
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima. Rineka
Cipta: Jakarta
Daryanto. 2006. Administrasi Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Ibnu Syamsi, S. U.2004. Efisiensi, Sistem, dan
Prosedur Kerja, PT Bumi Aksara:
Jakarta
Syafiie, Inu Kencana. 2003. Kepemimpinan
Pemerintahan Indonesia. Bandung:Refika Aditama.
Ulbert Silalahi. 2005. Studi Tentang Ilmu
Administrasi Konsep, Teori dan
Dimensi. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi
Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaruan.
Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik, Penerbit
BPFE,Yogyakarta
Moenir, A.S. 2006. Manajemen Pelayanan
Umum di Indonesia, PT. Bumi Aksara
Mukarom, Zaenal dan Muhibudin W. Laksana.
2015. Manajemen Pelayanan Publik.
Volume
58 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 58
Pustaka Setia : Bandung
Pasolong, Harbani.2007. Teori Administrasi
Publik. Bandung : Alfabet
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005.
Manajemen Pelayanan.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rohman, Ahmad Ainur,dkk. 2008. Reformasi
Pelayanan Publik. Malang: Program
Sekolah Demokrasi Bekerja Sama dengan Averrodes Press
Simanjuntak, Ahmad, 2005. Administrasi
Perkantoran Moderen, PenerbitLiberti,
Yogyakarta
Sinambela, L.P. 2010. Reformasi Pelayanan
Publik;Teori,Kebijakan dan
Implementasicetakan kelima Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Sampara Lukman. 2006. Manajemen Kualitas
Pelayanan, Jakarta : STIA LAN Press. Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi
Pelayanan Publik.Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2006,
Metode Penelitian Survei ( Editor),LP3ES, Jakarta
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem
Administrasi publik Republik Indonesia
(SANKRI). Jakarta : PT Bumi Aksara. Siagian, Sondang P. 2008. Teori Pengembangan
Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Tika, P. 2008. Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara

Volume
59 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 59
ANALISI KE 5 JURNAL TERSEBUT DIATAS
JURNAL KE 1
JUDUL : PERANAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PERESTASI KERJA DI DINAS KESEHATAN PROVINSI
SUMATRA UTARA

Pendahuluan : isi dari jurnal ini menjelaskan pentingnya peranan kepemimpinan dalam
upaya memberikan/memenuhi kebutuhan bawahanya yang berkenaan dengan efektifnya
pekerjaan dan bagaimana pemimpin dapat memberikan pelatihan, bimbingan dan
dukungan yang dibutuhkan oleh bawahanya dalam meningkatkan perestasi kerja, agar
dapat memberikan pelayanan prima pada kesehatan diprovensi sumatra utara.
Metode penelitian : dalam artikel ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang
artinya data yang diambil bukan dari angka-angka melainkan data tersebut berasal dari
wawancara, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainnya dengan tujuan ingin
menggambarkan realita empiris dibalik penomena secara mendalam rinci dan tuntas
Hasil Pembahasan : pembahasan dari hasil penelitian ini sudah sesuai dengan
judul/tema dalam artikel ini dan penulis melakukan tehnik pengumpulan data dengan cara
wawancara dan dokumentasi, dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
diperoleh bahwa salah satu peran kepemimpinan yang telah dilakukan oleh kepala dinas
kesehatan provinsi sumatra utara dengan cara memberikan pembinaan kepada pegawai,
mondorong dan mengarahkan pegawai lebih disiplin saling membantu dsan saling peduli
atar sesama pegawai
Kesimpulan : kesimpulan yang dapat diambil dari analisis artikel ini bahwa tehnik
penelitian yang dilakukan oleh penulis disalah satu kantor dinas kesehatan provinsi
sumatra utara dapat diperoleh bahwa sudah relevan dengan hasil penelitian yang
dilakukan dapat dilihat dari pendahuluan bahwa penulis dengan jelas menggambarkan
tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis hinggah mudah dan dapat dipahami oleh
pembaca

JURNAL 2
JUDUL : EFEKTIFITAS SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(SIMRENDA) STUDI PADA BADAN PERENCANAAN DAERAH KOTA
MALANG.

Pendahuluan : isi dari pendahuluan ini menjelaskan bagaimana peranan penting


pemerintah daerah dalam pembangunan, perencanaan pembagunan daerah merupakan
pedoman pelaksanaan pembangunan sertamenjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan
daerah salah satu aspek penting bagi keberhasilan perencanaan pembangunan daerah
adalah siremda, keberadaan simrenda diharapkan dapat meningkatkan kualitas
perencanaan pembangunan daerah, sehinggah realisasi pembangunan dapat tercapai
secara optimal, hasil penelitian penulis menunjukan bahwa mengaplikasikan Simrenda
masih belum efektif hal ini disebabkan oleh minimnya upaya idetifikasi permasalahan
pembangunan daerah, terbatasnya sumber daya manusia di BAPEDDA serta tingkat
kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan daerah dikota malang yang masih
rendah.
Metode penelitian : dalam tulisan penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan fokus pada efektifitas sistem perencanaan pembangunan

Volume
60 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 60
daerah dikota malang, faktor pendukung dan penghambat efektifitas sistem perencanaan
pembangunan daerah dikota malang data diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Hasil Pembahasan : hasil pembahasan dalam artikel ini penulis menjelaskan bahwa ada
beberapa paktor yang mempengaruhi efektifitas perencanaan pembangunan diantaranya
adalah satuan waktu, sasaran hasil, kualitas kerja, kepuasan masyarakat, selain itu
dibutuhkan juga peran serta dari berbagai pihak serta harus adanya sosialisasi sehinggah
dapat berjalan dengan baik selain itu ada beberapa faktor penghambat diantaranya
frofesionalisme staf, keterbatasan anggaran, sarana dan prasarana
Kesimpulan : bahwa proses pengaplikasian simrenda dikota malang belum efektif dan
tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan daerah dikota malang masih
rendah karna resfon dan aksi yang negatif masyarakat terhadap pembangunan dan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis artikel ini dapat dipahami
dengan mudah.

JURNAL 3
JUDUL : PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH
(SIMDA) KEUANGAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAPORAN KEUANGAN

Pendahuluan : isi dari pendahuluan ini penulis menjelaskan bahwa pemerintah daerah
memiliki peranan sebagai organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh
pemerintah pusat dalam mengatur pemerintahannya sendiri, kebijakan pemerintah dalam
rangka pememfaatan tehnologi dan informasi oleh pemerintah daerah telah diatur dalam
PP No.56 tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah. Penulis juga
menjelaskan bahwa SIMDA merupakan salah satu produk dari penerapan prinsif e-
government yang mulai muncul saat diterbitkannya instruksi presiden no. 3 tahun 2003
tentang strategi nasional pembangunan e-goverment. Penulis juga menjelaskan tentang
pentingnya SIMDA dan efektifitas laporang keuagan daerah
Metode Penelitian : dalam artikel/jurnal tersebut diatas penulis menggunakan penelitian
Deskriptif yang melalui pendekatan bersifat kualitatif dan sumber data penelitian ini
diperoleh dari data primer dan data sekunder, pengumpulan data dilakukan melalui
proses wawancara, observasiserta dokumntasi dan analisis data penelitian ini
menggunakan metode QDA (Qualitatif Data Analysis) oleh seide (1998,h2).
Hasil Pembahasan : hasil dari pembahasan penulis mengemukakan dampak dari
penerapan sistem informasi manajemen daerah (SIMDA) keuangan daerah yang
diaplikasikan pada pemerintahan kabupaten blitar, penulis juga menjelaskan faktor-faktor
pendukung dan penghambat penerapan sistem informasi manajemen daerah.
Kesimpulan : Bahwa berdasarkan pembahasan dan penelitian yang dilakukan oleh
penulis masih banyak kekurangan dan masih terdapat beberapa hambatan yang sangat
berpengaruh dalam proses pelaksanaan SIMDA, contoh kasus yang telah diambil
dikabupaten blitar jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson bahwa
efektifitas dibagi atas 3 bagian, efektifitas individu, kelompok dan organisasi, maka
pelaksanaan SIMDA di kab. Blitar merupakan tingkatan efektivitas kelompok.

JURNAL 4
JUDUL : KUALITAS PELAYANAN PERISINAN REKALME KOTA MALANG .

Pendahuluan : isi pokok pada penulisan artikel ini membahas tentang bagaimana
pemerintah kota malang menjawab tuntutan masyarakat untuk memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam pengurusan ataupun dalam proses perizinan yakni sederhana,
murah, adanya kepastian waktu, peyanan yang berkualitas dan trasfaransi, kepastian hasil
dan sah secara hukum sehinggah untuk itu salah satu upaya pemerintah dengan
Volume
61 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal IlmuVolumeAdministrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 61
membentuk (BP2T) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, agar pelayanan dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
Metode penelitian : metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif sebagai prosedur
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
perilaku yang dapat diamati (moeleong 2007:4) penelitian yang digunakan masuk dalam
kategori deskriftif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil Pembahasan : dalam artikel ini penulis menjelaskan gambaran umum kota malang
dan gambaran umum pada badan pelayanan perijinan terpadu kota malang serta kualitas
pelayanan perijinan, faktor faktor penghambat dan pendukung.
Kesimpulan : dari hasil pembahasan penulis menyimpulkan bahwa: a) pelayanan
perisinan dipokuskan untuk memuaskan masyarakat dalam pemorsesan perisinan, b.)
proses perisinan dan pemasangan menjadi tanggung jawab masyarakat sehinggah masih
dapat ditemukannya pelanggaran dalam pemasangan reklame, c) usaha yang diberikan
untuk terciptanya pelayanan perijinan reklame yang berkualitas, pemerintah
meningkatkan standar tingkat pendidikan yang menjadi aparatur yang adil agar
kenyamanan yang diberikan tidak hanya berfokus pada salah satu saja, akan tetapi
menyeluruh.

JURNAL 5
JUDUL : EFEKTIVITAS PELAYANAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI
KELAS I KHUSUS MEDAN.

Pendahuluan : isi dari pendahuluan ini menjelaskan bahwa pemerintah sebagai service
provider (penyedian jasa) bagi masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, selain itu sistem penyelenggaraan peningkatan inovasi dalam pengurusan
paspor atau surat perjalanan republik indonesia (SPRI) dilaksanakan kantor imigrasi kelas
1 khusus medan bertujuan untuk mempercepat proses pembuatan pasport yang berfungsi
untuk meningkatkan efektifitas pelayanan publik serta meningkatkan keamanan dalam
pembuatan sarat perjalanan republik indonesia. Selain itu isi pokok dalam pendahuluan
ini adalah bagaimana mengurangi / memberikan kemudahan kepada masyarakat
pengurusan pasport khususnya pada kantor imigrasi kelas 1 khusus medan seperti halnya
penambahan loket yang dimaksudkan untuk mengurangi antrian masyarakat yang akan
mengurus surat perjalanan (SPRI) sehinggah dalam pengurusan surat tersebut tidak
memakan/dibutuhkan waktu yang lama.
Metode penelitian : dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian
Deskriftif kualitatif , yakni metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan data primer dengan cara
mengambil jawaban dan pertanyaan dalam bentuk angket selain itu melakukan
wawancara langsun kepada responden, yang kedua penulis melakukan pengumpulan data
dengan cara sekunder, pengumpulan data, catatan, dokumentasi serta sumber lainya yang
relevan dengan objek penelitian.
Hasil Pembahasan : dalam artikel ini penulis mengambil sample dengan melakukan
wawancara ke beberapa kepala dinas dan kepala bagian diprovensi sumatra utara dan dari
hasil wawancara tersebut penulis menjelaskan bahwa untuk memberikan pelayanan lebih
baik kepada masyarakat dibutuhkan keahlian dan kedisiplinan pegawai akan tetapi hal
tersebut tidak dapat dicapai tanpa ada perhatian, dorongan, pelatihan dan motifasi yang
diberikan oleh pemimpin
Kesimpulan : dari artikel diatas penulis melakukan perbandingan antara pelayanan dan
sdm yang dimiliki oleh masing-masing kantor pelayanan yang ada, tidak terpusat/pokus
pada kantor imigrasi saja sehinggah penulis menyimpulkan bahwa pelayanan paspor pada
Volume
62 | PUBLISIA
2, Nomor(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1, Publik)
April 2017
| 62
kantor imigrasi kelas I khusus medan efektif dan sangat memuaskan dengan
diterapkannya sestem one stop service (oss)

ANALISIS PERBANDINGAN :
Dari 5 (lima) jurnal tersebut diatas hampir semua penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatip dan kuantitatif karna metode penelitian ini yang masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan namun dalam penulisan ke lima artikel
tersebut diatas penulis berdasarkan kondisi dan keadaan yang dianggap penulis lebih
mudah hinggah sipembaca dapat memahami.

Volume
63 | PUBLISIA
2, Nomor
(Jurnal
1, April
Ilmu2017
Administrasi Publik)
PUBLISIA (Jurnal Ilmu
Volume
Administrasi
2, Nomor 1,Publik)
April 2017
| 63

Anda mungkin juga menyukai