Disusun Oleh:
SANDRA HASBA
G2C1 19 018
Kendari
2019
Pendahuluan
Sejak Woodrow Wilson “menggegerkan” publik Amerika Serikat melalui
tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal Political
Science Quarterly, administrasi negara mulai berkembang sampai ke antero dunia,
termasuk ke Indonesia. Sejak dekade 1990an, administrasi negara telah berkembang
pesat dibandingkan zamannya Wilson. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu
administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-
negara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu
intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi dan budaya.
konsep dan paradigma administrasi negara yang berkembang di Indonesia
diimpor dari luar. Teori tentang kebijakan publik, teori manajemen publik dan teori
governance adalah teori yang lahir di Barat, yang kemudian diadopsi oleh kalangan
akademisi dan praktisi administrasi negara di Indonesia. Sampai saat ini, penulis belum
menemukan satu pun tulisan atau pun buku tentang teori administrasi negara yang ”asli”
Indonesia. Kebanyakan, buku-buku tentang teori administrasi negara yang ditulis oleh
orang Indonesia dan beredar di Indonesia merupakan buku-buku yang mencuplik teori-
teori administrasi negara dari luar dengan sedikit modifikasi (threatment) dan tambahan
di sana-sini dengan kasus Indonesia. Fenomena ini jika dibiarkan berlangsung dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan hilangnya kemandirian dan identitas
administrasi negara Indonesia.
Keilmuwan administrasi negara di Indonesia berlangsung dalam kondisi yang
dinamis sudah terasa sejak terjadinya reformasi politik di Indonesia yang ditandai
dengan lengsernya Orde Baru tahun 1998 hingga saat ini., dialektika keilmuwan
administrasi terjadi begitu hangat. Masing-masing jurusan/departemen/program studi
yang menawarkan pendidikan administrasi negara di perguruan tinggi-perguruan tinggi
di Indonesia memiliki cakrawala keilmuwan yang berbeda satu sama lain. Labih jauh,
hal ini menimbulkan perspentif yang berbeda dalam memandang dan menjalankan
pendidikan administrasi negara. Dalam konteks kekinian, perkembangan dan dinamika
yang sangat menarik untuk disoroti adalah dialektika dan perdebatan tentang
administrasi ”negara” dan administrasi ”publik”. Sekilas, persoalan ini terkesan
sederhana karena hanya menyangkut masalah nama (label). Namun, lebih dari itu,
perkembangan dan dinamika ini memiliki akar filosofis dan historis yang panjang serta
layak untuk dianalisis karena berkaitan dengan identitas administrasi negara Indonesia
itu sendiri.
Bahwa terdapat tali sejarah yang merakit perkembangan administrasi negara.
Apa yang dicapai dan diberikan oleh administrasi negara sekarang, tidak lepas dari
upaya-upaya yang tidak kenal lelah yang telah dilakukan oleh para peletak dasar dan
pembentuk administrasi yang dahulu. Administrasi modern penuh dengan usaha untuk
lebih menekan jabatan publik agar mempersembahkan segala kegiatannya untuk
mewujudkan kemakmuran dan melayani kepentingan umum. Karena itu, administrasi
negara tidak dipandang sebagai administrasi "of the public", tetapi sebaliknya adalah
administrasi “for the public".
Ide ini sebenarnya bukanlah baru. Orientasi semacam ini telah dicanangkan
dengan jelas dalam ajaran Confusius dan dalam "Pidato Pemakaman" Pericles, bahkan
dalam kehidupan bangsa Mesir kuno. Bukti - bukti sejarah dengan jelas membuktikan
upaya-upaya yang sistematis, yang dikobarkan oleh tokoh-tokoh seperti Cicero dan
Casiodorus.
Wajah administasi suatu negara merupakan produk dari sistem politik, posisi
perkembangan ekonomi dan sosial dari negara yang bersangkutan, di samping
sebaliknya dalam banyak hal administrasi negara juga menentukan penampilan sistem
politik, perkembangan ekonomi dan kualitas sosial negara itu. Oleh karena itu
seharusnya diskusi tentang sejarah administrasi negara Republik Indonesia ini dilakukan
di tengah-tengah dan bersamaan dengan pembahasan tentang sejarah pemerintahan dan
politik. Tetapi penulis berpendapat bahwa jika cara itu ditempuh, maka pembaca akan
dituntut untuk menyerap terlalu banyak tema informasi sekaligus sehingga menyulitkan
penyerapan dan pemahamannya. Atas dasar itu "sejarah" administrasi RI disajikan
dalam bab tersendiri di sini. Namun harus dicatat, bahwa karena konsep-konsep
perubahan, penyempurnaan, modernisasi atau reformasi administrasi dipraktikkan oleh
hampir semua pemerintahan, maka uraian tentang konsep-konsep ini tidak dapat
dipandang sebagai perkembangan praktik yang linear dari administrasi negara RI
melainkan lebih banyak menunjuk pada perkembangan popularitas konsep itu di
kalangan para pejabat dan ilmuwan administrasi. Menurut bacaan penulis, istilah yang
digunakan oleh pejabat dan ilmuwan kita secara berturut-turut adalah: rasionalisasi
administrasi, administrasi pembangunan, penyempurnaan administrasi, reformasi
administrasi, dan pembaharuan atau modernisasi administrasi. Model, konsep atau
istilah ini sudah mulai dikenal pada fase pendahulunya dan biasanya masih pula dipakai
pada fase sesudahnya. Dengan kata lain, penggunaan atau penerapan suatu model tidak
berarti hilangnya model yang lain, atau tidak berlebihan jika dikatakan bahwa apa yang
dimaksudkan "model" di bawah ini sebenarnya hanyalah "mode" penggunaan istilah
--dengan nama yang berbeda memiliki esensi yang sama.
Salah satu muatan paling penting dari suatu undang-undang dasar (konstitusi)
adalah bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara itu dijalankan oleh organ-organ
negara.Organ atau lembaga negara merupakan subsistem dari keseluruhan sistem
penyelenggaraan kekuasaan negara.Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara
menyangkut mekanisme dan tata kerja antar organ-organ negara itu sebagai satu
kesatuan yang utuh dalam menjalankan kekuasaan negara.Sistem penyelenggaraan
kekuasaan negara menggambarkan secara utuh mekanisme kerja lembaga-lembaga
negara yang diberi kekuasaan untuk mencapai tujuan negara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum dan
setelah perubahan mengandung beberapa prinsip yang memiliki perbedaan-perbedaan
mendasar. Perubahan atas sistem penyelenggaraan kekuasaan yang dilakukan melalui
perubahan UUD 1945, adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan yang
terkandung dalam UUD 1945 sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek
ketatanegaraan selama ini. Karena itu arah perubahan yang dilakukan adalah antara lain
mempertegas beberapa prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara sebelum perubahan
yaitu prinsip negara hukum (rechtsstaat) dan prinsip sistem konstitusional
(constitutional system), menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada dan
membentuk beberapa lembaga negara yang baru agar sesuai dengan sistem
konstitusional dan prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum. Perubahan ini tidak
merubah sistematika UUD 1945 sebelumnya untuk menjaga aspek kesejarahan dan
orisinalitas dari UUD 1945.Perubahan terutama ditujukan pada penyempurnaan pada
sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga negara disesuaikan dengan
perkembangan negara demokrasi modern.
Pada 1957 dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga
yang hingga kini punya peran yang menentukan terhadap penampilan birokrasi
Indonesia, pada 1962 dibentuk Panitian Retooling Aparatur Negara (PARAN) dan pada
1964 Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KOTRAR). Retooling atau
"pembersihan" dalam dua kepanitian terakhir bernuansa politis: menyingkirkan pegawai
yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah (the ruling party). Dengan
kata lain birokrasi di Indonesia pada dua dasawarsa pertama ini bersifat spoil system
--situasi yang juga sangat dominan selama tahun tahun pertama pemerintahan Amerika
Serikat abad-18. Sementara itu pada 1958, sebagai imbas dari politik luar negeri
Indonesia yang berusaha untuk membangun solidaritas regional Asia Tenggara,
Indonesia mengikuti sebuah konferensi di Manila yang kemudian membentuk
organisasi Eastern Regional Organisation for Public Administration (EROPA).Kecuali
itu Indonesia juga menjalin hubungan dengan International Institute for Administrative
Science (IIAS) di Brussel.Ide tentang penyempurnaan administrasi dan administrative
reform itu berkembang sebagai bagian dari konsep administrasi pembangunan.Yang ke-
tiga sebagai.
Pentingnya studi administrasi Negara dikaitkan dengan kenyataan bahwa
kehidupan menjadi tak bermakna, kecuali dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
public.Segala hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang
bersifat public telah dicakup dalam pengertian administrasi Negara, khususnya dalam
mengkaji kebijaksanaan publik. Dalam proses pembangunan sebagai konsekuensi dari
pandangan bahwa administrasi Negara merupakan motor penggerak pembangunan,
maka administrasi Negara membantu untuk meningkatkan kemampuan administrasi.
Artinya, di samping memberikan ketrampilan dalam bidang prosedur, teknik, dan
mekanik, studi administrasi akan memberikan bekal ilmiah mengenai bagaimana
mengorganisasikan segala energi social dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan.
Dengan demikian, determinasi kebijaksanaan public, baik dalam tahapan formulasi,
implementasi, evaluasi, amupun terminasi, selalu dikaitkan dengan aspek produktifitas,
kepraktisan, kearifan, ekonomi dan apresiasi terhadap system nilai yang berlaku.
Peranan Administrasi Negara makin dibutuhkan dalam alam globalisasi yang amat
menekankan prinsip persainagn bebas.Secara politis, peranan Administrasi Negara
adalah memelihara stabilitas Negara, baik dalam pengertian keutuhan wilayah maupun
keutuhan politik.Secara ekonomi, peranan Administrasi Negara adalah menjamin
adanya kemampuan ekonomi nasional untuk menghadapi dan mengatasi persaingan
global.
Perkembangan Ilmu Administrasi Negara di suatu negara banyak dipengaruhi
oleh dinamika masyarakatnya, dimana keinginan masyarakat tersalur melalui sistem
politik sehingga administrasi negara dapat merasakan tantangan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan masyarakat yang selalui berubah. Administrasi Negara akan selalu
berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga akan mempengaruhi lingkungan, dan
sebaliknya dapat di pengaruhi konfigurasinya[1]. Dalam khusus perkembangan
Administrasi Negara di Indonesia tercermin adanya interaksi tersebut, khususnya saling
berpengaruh antara administrasi negara dengan perkembangan ideologi kelompok
politik yang dominan yang menginginkan perubahan dan penyempurnaan administrasi
negara agar lebih sesuai bagi kepentingan pencapaian tujuan politik mereka.
Penutup
Kesimpulan dari pembahasan mengenai perkembangan administrasi negara di
Indonesia, adalah sebagai berikut:
Sistem Administrasi negara di Indonesia sebagai bagian dari integral dari sistem
sosial yang mempunyai landasan dan tujuan yang sema dengan UUD 194 dan
GBHN. Sistem administrasi negara diarahkan untuk memperkuat kapasitas
administrasi di indonesia.
Pada masa Reformasi muncul pendekatan society-centered public administration
dimana administrasi publik merupakan sarana bagi pemerintahan yang demokratis
untuk menyelenggarakan kekuasaannya berdasarkan kedaulatan rakyat Sebagai
konsekuensinya negara merupakan hanya salah satu mekanisme yang bersandingan
dengan mekansime pasar (private sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk
memecahkan masalah pelayanan publik. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia
tahun 1997 menjadi pendorong perubahan besar dalam sistem pemerintahan di
Indonesia dengan menciptakan sistem check and balance.Pada masa Reformasi,
Negara Indonesia adalah negara Hukum.Sistem Konstitusional pada era reformasi
(sesudah amandemen UUD 1945) berdasarkan Check and Balances. Sistem
Pemerintahan tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan
mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada
parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan
DPR. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi menurut
UUD.Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Presiden
dibantu oleh menteri-menteri negara.Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya
dibatasi oleh undang-undang.Sistem kepartaian menggunakan sistem multipartai.
Sebagai poin akhir dalam penulisan makalah ini, Penulis menyampaikan
beberapa saran yang mungkin berguna bagi perbaikan sistem Administrasi Negara di
Indonesia, adapun saran tersebut yakni:
1. Pemerintah hendaknya benar-benar menjalankan fungsi-fungsi administrasi negara
di Indonesia secara baik, jujur dan bertanggungjawab.
2. Sistem pemerintahan Reformasi yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, hendaknya pemerintah dan para aparat hukum benar-benar
menerapkan dan menjalankan keadilah hukuman sesuai peraturan hukum yang
berlaku di Indonesia.
3. Melihat perkembangan yang terjadi dalam beberapa masa, pemerintahan saat ini
hendaknya belajar dari sistem-sistem administrasi negara terdahulu agar dapat
melihat dan dapat menerapkan sistem administrasi negara apa yang terbaik yang di
harus diterapkan di Indonesia.
4. Hendaknya dalam menjalankan administrasi negara pemerintah benar-benar
menempatkan orang-orang yang kompeten, berpendidikan tinggi, mempunyai
kualitas dan kredibilitas yang baik sebagai administrator negara sehingga dapat
memberikan pelayanan publik yang baik bagi rakyat Indonesia.