Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

“Perkembangan Administrasi Negara Pada Era Reformasi Sampai Sekarang”

Disusun Oleh:

SANDRA HASBA
G2C1 19 018

Program Studi Administrasi Publik

Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Kendari

2019
Pendahuluan
Sejak Woodrow Wilson “menggegerkan” publik Amerika Serikat melalui
tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal Political
Science Quarterly, administrasi negara mulai berkembang sampai ke antero dunia,
termasuk ke Indonesia. Sejak dekade 1990an, administrasi negara telah berkembang
pesat dibandingkan zamannya Wilson. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu
administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-
negara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu
intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi dan budaya.
konsep dan paradigma administrasi negara yang berkembang di Indonesia
diimpor dari luar. Teori tentang kebijakan publik, teori manajemen publik dan teori
governance adalah teori yang lahir di Barat, yang kemudian diadopsi oleh kalangan
akademisi dan praktisi administrasi negara di Indonesia. Sampai saat ini, penulis belum
menemukan satu pun tulisan atau pun buku tentang teori administrasi negara yang ”asli”
Indonesia. Kebanyakan, buku-buku tentang teori administrasi negara yang ditulis oleh
orang Indonesia dan beredar di Indonesia merupakan buku-buku yang mencuplik teori-
teori administrasi negara dari luar dengan sedikit modifikasi (threatment) dan tambahan
di sana-sini dengan kasus Indonesia. Fenomena ini jika dibiarkan berlangsung dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan hilangnya kemandirian dan identitas
administrasi negara Indonesia.
Keilmuwan administrasi negara di Indonesia berlangsung dalam kondisi yang
dinamis sudah terasa sejak terjadinya reformasi politik di Indonesia yang ditandai
dengan lengsernya Orde Baru tahun 1998 hingga saat ini., dialektika keilmuwan
administrasi terjadi begitu hangat. Masing-masing jurusan/departemen/program studi
yang menawarkan pendidikan administrasi negara di perguruan tinggi-perguruan tinggi
di Indonesia memiliki cakrawala keilmuwan yang berbeda satu sama lain. Labih jauh,
hal ini menimbulkan perspentif yang berbeda dalam memandang dan menjalankan
pendidikan administrasi negara. Dalam konteks kekinian, perkembangan dan dinamika
yang sangat menarik untuk disoroti adalah dialektika dan perdebatan tentang
administrasi ”negara” dan administrasi ”publik”. Sekilas, persoalan ini terkesan
sederhana karena hanya menyangkut masalah nama (label). Namun, lebih dari itu,
perkembangan dan dinamika ini memiliki akar filosofis dan historis yang panjang serta
layak untuk dianalisis karena berkaitan dengan identitas administrasi negara Indonesia
itu sendiri.
Bahwa terdapat tali sejarah yang merakit perkembangan administrasi negara.
Apa yang dicapai dan diberikan oleh administrasi negara sekarang, tidak lepas dari
upaya-upaya yang tidak kenal lelah yang telah dilakukan oleh para peletak dasar dan
pembentuk administrasi yang dahulu. Administrasi modern penuh dengan usaha untuk
lebih menekan jabatan publik agar mempersembahkan segala kegiatannya untuk
mewujudkan kemakmuran dan melayani kepentingan umum. Karena itu, administrasi
negara tidak dipandang sebagai administrasi "of the public", tetapi sebaliknya adalah
administrasi “for the public".
Ide ini sebenarnya bukanlah baru. Orientasi semacam ini telah dicanangkan
dengan jelas dalam ajaran Confusius dan dalam "Pidato Pemakaman" Pericles, bahkan
dalam kehidupan bangsa Mesir kuno. Bukti - bukti sejarah dengan jelas membuktikan
upaya-upaya yang sistematis, yang dikobarkan oleh tokoh-tokoh seperti Cicero dan
Casiodorus.
Wajah administasi suatu negara merupakan produk dari sistem politik, posisi
perkembangan ekonomi dan sosial dari negara yang bersangkutan, di samping
sebaliknya dalam banyak hal administrasi negara juga menentukan penampilan sistem
politik, perkembangan ekonomi dan kualitas sosial negara itu. Oleh karena itu
seharusnya diskusi tentang sejarah administrasi negara Republik Indonesia ini dilakukan
di tengah-tengah dan bersamaan dengan pembahasan tentang sejarah pemerintahan dan
politik. Tetapi penulis berpendapat bahwa jika cara itu ditempuh, maka pembaca akan
dituntut untuk menyerap terlalu banyak tema informasi sekaligus sehingga menyulitkan
penyerapan dan pemahamannya. Atas dasar itu "sejarah" administrasi RI disajikan
dalam bab tersendiri di sini. Namun harus dicatat, bahwa karena konsep-konsep
perubahan, penyempurnaan, modernisasi atau reformasi administrasi dipraktikkan oleh
hampir semua pemerintahan, maka uraian tentang konsep-konsep ini tidak dapat
dipandang sebagai perkembangan praktik yang linear dari administrasi negara RI
melainkan lebih banyak menunjuk pada perkembangan popularitas konsep itu di
kalangan para pejabat dan ilmuwan administrasi. Menurut bacaan penulis, istilah yang
digunakan oleh pejabat dan ilmuwan kita secara berturut-turut adalah: rasionalisasi
administrasi, administrasi pembangunan, penyempurnaan administrasi, reformasi
administrasi, dan pembaharuan atau modernisasi administrasi. Model, konsep atau
istilah ini sudah mulai dikenal pada fase pendahulunya dan biasanya masih pula dipakai
pada fase sesudahnya. Dengan kata lain, penggunaan atau penerapan suatu model tidak
berarti hilangnya model yang lain, atau tidak berlebihan jika dikatakan bahwa apa yang
dimaksudkan "model" di bawah ini sebenarnya hanyalah "mode" penggunaan istilah
--dengan nama yang berbeda memiliki esensi yang sama.

Perkembangan Administrasi Negara di Indonesia dilihat dari Aspek Iptek


Aspek kognitif dan komunikasi manusia, karena penggunaanya tetap manusia
dan perangkat indonesia saat ini sedang membangun dan kemajuan iptek dari negara
lain juga sedang mempengarhui secara deras perkembangan iptek di indonesia. pegawai
administrasi, bahkan seorang insinyur sipil yang menggunakan program mempunyai
kesempatan luas pada industri yang berbasiskan iptek, sektor jasa dan pertanian.
selanjutnya bila dilihat dari segi neraca perdagangan kedua negara, dalam semua hal
yang berkaitan dengan kebijakan dan administrasi. dan dijadikan salah satu aspek utama
dalam pembangunan pertanian di india.

Perkembangan Ilmu Administrasi Negara Di Indonesia


Pengaruh keberhasilan Administrasi Militer pada Perang Dunia II, menyebabkan
bangsa-bangsa di dunia banyak mempelajari ilmu administrasi. Menyadari atas
kekurangannya di bidang administrasi, pemerintah Indonesia mendatangkan Misi Ahli
dari Amerika Serikat untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Akhirnya Misi Ahli
memberikan rekomendasinya, yaitu: Perlunya “Pendidikan dan Latihan Administrasi di
Indonesia” (Training for Administration in Indonesia).
Pengelompokan Ilmu Administrasi Pengelompokan Ilmu Administrasi terdiri atas
(a)     pengelompokan yang bersifat administrasi umum,
(b)     pengelompokan di bidang pembangunan,
(c)     yang bersifat sektoral, dan
(d)    pengelompokan atas dasar Pelayanan administratif (administrative services).
Pengelompokan yang terakhir yaitu pelayanan administratif dilakukan oleh satuan
kerja yang disebut dengan Kantor (Perkantoran) atau Manajemen Kantor (Perkantoran).
Administrasi Perkantoran bertugas membantu pelaksanaan tugas pokok/tujuan
Organisasi/Badan Usaha. Administrasi Kantor/Perkantoran biasanya disebut
“Sekretariat” atau “Tata Usaha” yang bertugas melakukan pelayanan administratif,
berupa urusan: Kerumahtanggaan, Ketatausahaan, Kepegawaian, Keuangan, dan
sebagainya yang bersifat pelayanan intern (internal services). Perkembangan
Administrasi Sebagai Ilmu Pengalaman dan Penelitian Hennry Fayol dalam
Mengembangkan lmu Administrasi
1. Upaya yang dilakukan oleh Henry Fayol dalam usaha menyelamatkan industri
pertambangan yang mengalami kemunduran.
2. Alasan diperlukan latihan dan teori Administrasi, serta upaya yang dilakukan oleh
Henry Fayol untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Alasan diperlukan pengajaran Administrasi yang bersitat umum, menurut Henry
Fayol.
4. Alasan Henry Fayol menganjurkan latihan Administrasi bagi jabatan pimpinan.
5. Upaya yang dianjurkan oleh Henry Fayol untuk mengembangkan teori administrasi.
Hasil Penelitian Henry Fayol 1.

Sistem Administrasi Negara Indonesia


1. Sistem administrasi negara Indonesia haruslah diterjemahkan sebagai bagian
integral dari sistem nasional.
2. Landasan, tujuan, dan asas sistem administrasi negara adalah sama dengan landasan,
tujuan, dan asas sistem nasional, yang tertera dalam Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
3. Penyempurnaan dan perbaikan terhadap sistem administrasi negara diarahkan untuk
memperkuat kapasitas administrasi. Kegiatan ini merupakan satu proses
rasionalisasi terhadap sistem administrasi, agar dapat memenuhi fungsinya sebagai
instrumen pembangunan dan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.
4. Selama Orde Baru telah dilakukan usaha-usaha yang konsisten untuk memperbaiki
sistem administrasi negara.

Salah satu muatan paling penting dari suatu undang-undang dasar (konstitusi)
adalah bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara itu dijalankan oleh organ-organ
negara.Organ atau lembaga negara merupakan subsistem dari keseluruhan sistem
penyelenggaraan kekuasaan negara.Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara
menyangkut mekanisme dan tata kerja antar organ-organ negara itu sebagai satu
kesatuan yang utuh dalam menjalankan kekuasaan negara.Sistem penyelenggaraan
kekuasaan negara menggambarkan secara utuh mekanisme kerja lembaga-lembaga
negara yang diberi kekuasaan untuk mencapai tujuan negara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum dan
setelah perubahan mengandung beberapa prinsip yang memiliki perbedaan-perbedaan
mendasar. Perubahan atas sistem penyelenggaraan kekuasaan yang dilakukan melalui
perubahan UUD 1945, adalah upaya untuk menutupi berbagai kelemahan yang
terkandung dalam UUD 1945 sebelum perubahan yang dirasakan dalam praktek
ketatanegaraan selama ini. Karena itu arah perubahan yang dilakukan adalah antara lain
mempertegas beberapa prinsip penyelenggaraan kekuasaan negara sebelum perubahan
yaitu prinsip negara hukum (rechtsstaat) dan prinsip sistem konstitusional
(constitutional system), menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada dan
membentuk beberapa lembaga negara yang baru agar sesuai dengan sistem
konstitusional dan prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum. Perubahan ini tidak
merubah sistematika UUD 1945 sebelumnya untuk menjaga aspek kesejarahan dan
orisinalitas dari UUD 1945.Perubahan terutama ditujukan pada penyempurnaan pada
sisi kedudukan dan kewenangan masing-masing lembaga negara disesuaikan dengan
perkembangan negara demokrasi modern.
Pada 1957 dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga
yang hingga kini punya peran yang menentukan terhadap penampilan birokrasi
Indonesia, pada 1962 dibentuk Panitian Retooling Aparatur Negara (PARAN) dan pada
1964 Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KOTRAR). Retooling atau
"pembersihan" dalam dua kepanitian terakhir bernuansa politis: menyingkirkan pegawai
yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah (the ruling party). Dengan
kata lain birokrasi di Indonesia pada dua dasawarsa pertama ini bersifat spoil system
--situasi yang juga sangat dominan selama tahun tahun pertama pemerintahan Amerika
Serikat abad-18. Sementara itu pada 1958, sebagai imbas dari politik luar negeri
Indonesia yang berusaha untuk membangun solidaritas regional Asia Tenggara,
Indonesia mengikuti sebuah konferensi di Manila yang kemudian membentuk
organisasi Eastern Regional Organisation for Public Administration (EROPA).Kecuali
itu Indonesia juga menjalin hubungan dengan International Institute for Administrative
Science (IIAS) di Brussel.Ide tentang penyempurnaan administrasi dan administrative
reform itu berkembang sebagai bagian dari konsep administrasi pembangunan.Yang ke-
tiga sebagai.
Pentingnya studi administrasi Negara dikaitkan dengan kenyataan bahwa
kehidupan menjadi tak bermakna, kecuali dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
public.Segala hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang
bersifat public telah dicakup dalam pengertian administrasi Negara, khususnya dalam
mengkaji kebijaksanaan publik. Dalam proses pembangunan sebagai konsekuensi dari
pandangan bahwa administrasi Negara merupakan motor penggerak pembangunan,
maka administrasi Negara membantu untuk meningkatkan kemampuan administrasi.
Artinya, di samping memberikan ketrampilan dalam bidang prosedur, teknik, dan
mekanik, studi administrasi akan memberikan bekal ilmiah mengenai bagaimana
mengorganisasikan segala energi social dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan.
Dengan demikian, determinasi kebijaksanaan public, baik dalam tahapan formulasi,
implementasi, evaluasi, amupun terminasi, selalu dikaitkan dengan aspek produktifitas,
kepraktisan, kearifan, ekonomi dan apresiasi terhadap system nilai yang berlaku.
Peranan Administrasi Negara makin dibutuhkan dalam alam globalisasi yang amat
menekankan prinsip persainagn bebas.Secara politis, peranan Administrasi Negara
adalah memelihara stabilitas Negara, baik dalam pengertian keutuhan wilayah maupun
keutuhan politik.Secara ekonomi, peranan Administrasi Negara adalah menjamin
adanya kemampuan ekonomi nasional untuk menghadapi dan mengatasi persaingan
global.
Perkembangan Ilmu Administrasi Negara di suatu negara banyak dipengaruhi
oleh dinamika masyarakatnya, dimana keinginan masyarakat tersalur melalui sistem
politik sehingga administrasi negara dapat merasakan tantangan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan masyarakat yang selalui berubah. Administrasi Negara akan selalu
berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga akan mempengaruhi lingkungan, dan
sebaliknya dapat di pengaruhi konfigurasinya[1]. Dalam khusus perkembangan
Administrasi Negara di Indonesia tercermin adanya interaksi tersebut, khususnya saling
berpengaruh antara administrasi negara dengan perkembangan ideologi kelompok
politik yang dominan yang menginginkan perubahan dan penyempurnaan administrasi
negara agar lebih sesuai bagi kepentingan pencapaian tujuan politik mereka.

Administrasi Negara di Indonesia Pada Masa Reformasi


Munculnya Era Reformasi ini menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru tahun
1998.Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan
Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan
berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei
1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia.Di bawah tekanan yang besar dari
dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari
jabatannya.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai
tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi".Masih adanya
tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa
Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih
belum berakhir.Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut
sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Berakhirnya pemerintahan Orde baru mendorong munculnya pendekatan
society-centered public administration dimana administrasi publik merupakan sarana
bagi pemerintahan yang demokratis untuk menyelenggarakan kekuasaannya
berdasarkan kedaulatan rakyat.Berbeda dengan masa sebelumnya dimana kedaulatan
negara lebih menonjol, sejak reformasi 1999 kedaulatan rakyat menjadi kata kunci
dalam penyelenggaraan administrasi.Negara bukan lagi dianggap sebagai satu satunya
aktor yang secara ekslusif berperan dalam mencapai tujuan nasional. Dalam era
reformasi, sistem demokrasi menuntut adanya kekuasaan yang terdesentralisir dimana
masing masing komponen memiliki otonomi relatif terhadap komponen yang lain
dengan maksud agar tidak ada satu pun elemen dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang dapat mendominasi kelompok yang lain. Sebagai konsekuensinya negara
merupakan hanya salah satu mekanisme yang bersandingan dengan mekansime pasar
(private sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk memecahkan masalah
pelayanan publik.Administrasi merupakan sarana koordinasi dari negara, masyarakat
dan dunia usaha untuk mencapai tujuan nasional.
Hal ini sebagaimana kita lihat dalam praktek administrasi pada era
reformasi.Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1997 menjadi pendorong
perubahan besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Melalui Tap MPR no XV
Tentang Pokok Pokok reformasi pemerintah era reformasi dituntut untuk melakukan
penataan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan bersih dari
KKN.Perubahan tersebut secara formal dituangkan dalam empat perubahan
(amandemen) UUD 1945.Hasil dari amandemen tersebut merubah secara mendasar
sistem pemerintahan di Indonesia.perubahan penting yang perlu dicatat dalam hal ini
adalah, Pertama, perubahan kedudukan MPR yang bukan lagi menjadi Lembaga
Tertinggi Negara. Sebelumnya MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang mewakil
seluruh komponen bangsa baik dari kelompok poliik, daerah dan
fungsional.Berakhirnya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara diikuti
dengan perubahan Presiden yang bukan lagi menjadi mandataris MPR, tetapi
merupakan Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara yang dipilih langsung oleh rakyat.
Perubahan tersebut dimaksud untuk menciptakan sistem check and
balance.Kedua, perubahan amandemen IV mendorong terciptanya sistem yang
terdesentralisir.Pada desain UUD 1945 naskah asli, disebutkan bahwa di tangan
Presiden terkonsentrasikan seluruh kekeuasaan dalam penyelenggaraan pemerintaha
“concentration of power upon presiden.Namun dengan amandemen ke IV, pemerintahan
menjadi terdesentralisir. Hal ini terlihat dari pembatasan kekuasaan presiden..yang harus
berbagai kekuasaan dengan DPR dan berbagai lembaga negara lainnya. Pada tataran
hubungan pusat daerah, amandemen konstitusi mengatur pemberian otonomi yang luas
kepada daerah.Amandemen IV menciptakan konfigurasi sistem administrasi yang
terdesentralisir sebagai sarana untuk menjamin terselenggaranya demokrasi.Upaya
penguatan sistem keseimbangan kekuasaan juga dilkaukan dalam hubungan antara
negara dan rakyat.Hal ini terlihat dari sembilan pasal tambahan yang mengatur khusus
tentang perlindungan hak asasi manusia.
Berbagai perubahan paradigma pemerintahan dalam era reformasi telah
mengakhiri warisan sistem administrasi pada masa lalu yang dibangun berdasarkan pada
model birokrasi monocratique.Namun model alternatif yang sering disebut dengan
model post-weberian itu hingga saat ini masih mencari bentuk.Keadaan ini sedikit
banyak menciptakan berbagai kerancuan mengenai arah perubahan dan pembangunan
sistem administrasi negara di era reformasi. Ketidakjelasan arah dan fokus dalam
membangun sistem administrasi negara Indonesia di era reformasi ini akan menjadi
penghambat besar dalam menciptakan sistem administrasi negara yang tangguh
berhadapan dengan tuntutan perbaikan kinerja pemerintah maupun tantangan persaingan
global di tingkat internasional.
Setiap perubahan selalu ditandai dengan ketidakpastian.Beberapa masalah yang
muncul dalam perubahan tersebut terutama adalah masalah korupsi, ancaman integrasi
nasional, dan buruknya pelayanan publik.
Reformasi telah berjalan selama lebih dari satu dasawarsa, namun nampaknya reformasi
belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Menurut riset yang dilakukan oleh World
Bank antara tahun 1996 hingga 2007 tentang mutu penyelenggaraan pemerintahan
(governance), reformasi di Indonesia menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.
tingkat partisipasi dan akuntabiltas pemerintah (Voice & Accountability)
· Political Stability and Lack of Violence,
· Efektifitas pemerintahan (Government Effectiveness),
· kualitas regulasi (Regulatory Quality),
· Penegakan hukum (Rule of Law),
· Pengendalian terhadap korupsi (Control of corruption)
Dari keenam indikator tersebut hanya tingkat partisipasi dan akuntabilitas
pemerintah yang menunjukkan perbaikan signifikan. Untuk indikator yang lain, tata
penyelenggaraan pemerintahan menunjukkan hasil dibawah kondisi tahun 1996. Ini
artinya bahwa kinerja pemerintah pada era reformasi adalah masih ada di bawah masa
orde baru yang sering menjadi sasaran kritik oleh para pendukung reformasi.
Tahun 2008 IPK Indonesia berada diurutan ke-126 dengan skors. 2,6, atau naik
sekitar 0,3 dibandingkan IPK 2007 lalu. Tahun lalu bahkan merosot dari 2,4 ditahun
2006, menjadi 2,3 ditahun 2007. Tetapi Indonesia masih merupakan 71 negara yang
indeksnya dibawah 3. Demikian halnya dengan hasil survey PERC tahun 2008
menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor tiga terkorup di Asia.
Masalah yang lain adalah problem integrasi. Sejak pemberlakuan kebijakan
otonomi daerah, ancaman terhadap integrasi semakin menguat.Hal ini terlihat dari
tuntutan untuk melepaskan diri dari NKRI, tuntutan pemekaran darah yang didorong
oleh motif primordialisme dan sebagainya. Dalam proses pemekaran tersebut para
pegawai negeri bahkan menjadi salah satu aktor pendukung utamanya.
Dalam hubungan dengan masyarakat, reformasi menyisakan masalah dimana
masyarakat belum merasakan adanya manfaat yang jelas terutama dalam pelayanan
publik.Berbagai penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga lembaga
riset menunjukkan bahwa pemerintah masih belum secara sungguh sungguh berupaya
melakukan perbaikan dalam pelayanan.Penelitian UGM (2003) melihat bahwa masalah
utama dari buruknya pelayanan publik adalah disebabkan masih rendahnya
profesionalisme pegawai.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD
1945
 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD
1945
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD
1945
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri atas
Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik Indonesia
dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :
1. Negara Indonesia adalah negara Hukum.
Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3).Negara hukum yang dimaksud adalah negara
yang menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka,
menghormati hak asasi mansuia dan prinsip due process of law. Pelaksanaan kekuasaan
kehakiman yang merdeka diatur dalam bab IX yang berjumlah 5 pasal dan 16 ayat.
(Bandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2
ayat).Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1
UUD 1945).Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer dan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.Sedangkan badan-badan lainnya yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.
2. Sistem Konstitusional
Sistem Konstitusional pada era reformasi (sesudah amandemen UUD 1945)
berdasarkan Check and Balances.Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan
kekuasaan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-
masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga
negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi
setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem “check and
balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-undang
dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur
berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.
Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan, yaitu
perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”,
menjadi “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”. Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan berdasar
undang-undang dasar yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang dasar oleh
lembaga-lembaga negara yang diatur dan ditentukan kekuasaan dan wewenangnya
dalam undang-undang dasar. Oleh karena itu kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh
MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang diatur oleh UUD.
Bahkan rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatannya untuk menentukan
Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.
Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan
sebanyak dua kali, yaitu :
 Menurut TAP MPR III Tahun 2000:
1) UUD 1945
2) TAP MPR
3) UU
4) PERPU
5) PP
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah
 Menurut UU No. 10 Tahun 2004:
1) UUD 1945
2) UU/PERPU
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
3. Sistem Pemerintahan
Sistem ini tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan
mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada
parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan
DPR. Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan
perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden.DPR dapat mengusulkan untuk
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya manakala ditemukan pelanggaran
hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar.
4. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai wewenang
dan tugas sebagai berikut :
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD.
5. Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi menurut UUD.
Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2). Presiden
adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.Pada awal reformasi Presiden
dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR (Pada Pemerintahan BJ. Habibie,
Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri untuk masa jabatan lima tahun.
Tetapi, sesuai dengan amandemen ketiga UUD 1945 (2001) presiden dan wakil presiden
akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
6. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara
(Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B), maka
ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih relevan. Sistem
pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap menerapkan sistem presidensial.
7. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.Menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya diatur
dalam undang-undang (Pasal 17).
8. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang.MPR
berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3). Demikian
juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan pendapat,
juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas
(Pasal 20 A ayat 2 dan ayat 3).
9. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian menggunakan sistem multipartai.
Ilmu administrasi negara di Indonesia masih mengikuti perkembangan negara
maju lainnya. Apa yang terjadi di Amerika misalnya, diimport oleh pakar di Indonesia
diintroduksi sebagai barang baru.
Buku yang agak lengkap membahas administrasi negara di Indonesia pada
tahun 1978 oleh Bintoro Tjokroamidjojo  tentang Administrasi Pembangunan.
Selanjutnya Reformasi Birokrasi Publik (2003, Agus Dwiyanto), Reformasi Tata
Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2003), Reformasi administrasi Publik, teori dan
praktik (Chaizi Nasucha), Birokrasi dan Politik di Indonesia (2003, Miftah Thoha), dll.

Peran Ilmu Administrasi Publik di Masa Depan


Rene Magritte seorang pelukis surrealist Belgia, lukisannya itu berjudul “Ceci
n’est pas une pipe” (This is not a pipe). Suatu gambaran atau lukisan tentang sesuatu itu
memang bukan realita dari sesuatu itu. The picture of thing is not the thing (Peter dan
Waterman Jr., 1982). Lukisan pipa tidaklah sama dengan aslinya sebagai pipa.
Administrasi publik (negara) selama ini selalu diasumsikan sebagai upaya
melukis suatu benda bukan menaruh perhatian terhadap bagaimana realita benda
tersebut. Sehingga karenanya administrasi publik dianggap kurang memberikan
kontribusi terhadap setiap reformasi dibidang pemerintahan.
Di Indonesia Ilmu Administrasi publik merupakan kumpulan sketsa yang
dipergunakan untuk membenarkan kebijakan penguasa,dan yang jauh dari harapan
rakyat. Kumpulan sketsa itu tidak berkehendak untuk dilaksanakan dalam realita.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masa pemerintahan yang lalu karena
didukung oleh sistem administrasi yang berbentuk sketsa tersebut. Administrasi
pemerintahan sengaja dibuat tidak baik dan kacau, agar penyimpangan itu bisa berjalan
dan tidak bisa diketahui dan dikontrol oleh rakyat.
Kutipan cerita sepenggal tentang pelukis Belgia itu dimaksudkan untuk
memberikan kesan kepada kita bahwa Ilmu Administrasi Publik tidak hanya terbatas
pada gambar saja melainkan suatu disiplin ilmu yang bisa meminjam istilahnya Peter
Senge (1990) putting the ideas into practice.
Administrasi publik sangat perhatian terhadap terwujudnya tata kepemerintahan
yang demokratis dan amanah. Oleh karena itu, peran Ilmu administrasi publik (negara)
di masa-masa yang akan datang sangat tergantung bagaiman kemampuan ilmuwan
dibidang ini untuk mengembangkan konsep-konsep baru dalam mewujudkan tata
kepemerintahan tersebut. 

Reformasi Administrasi Publik Menuju Paradigma Baru


Reformasi telah lebih dari 16 tahun dijalankan di Indonesia. Perubahan dan
perkembangban system politik, social dan ekonomi telah menyebabkan pula banyak
perubahan yang signifikan di tanah air. Berbagai macam upaya dilakukan pemerintah
untuk memperbaiki system yang selama ini identik dengan sentralistik, konvensional,
otoriter, militeristik dan berbagai julukan yang diletakkan dengan system birokrasi dan
administrasi pemerintahan kita. Setalah runtuhnya rezim orde baru, maka orientasi dsn
paradigma system birokrasi dan administrasi pemerintahan pun mengalami perubahan
signifikan.
  Reformasi administrasi dibutuhkan tidak hanya oleh Indonesia, tetapi juga oleh
Negara-negara lainnya. Faktor-faktor, seperti semakin terbukannya pasar bebas dunia,
kepentingan pasar terhadap pelayanan yang lebih professional, kompetisi global, dan
tuntutan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah regional dan local menjadi
pemicu bagi perubahan system administrasi public yang ada. Gerakan reformasi
administrasi sendiri di berbagai belahan dunia telah menjadi suatu gerakan massif yang
dilakukan sebagai bentuk respons terhadap perubahan dinamika ekonomi, social, dan
politik di ranah global.

Konsep Dasar Administrasi dan Reformasi Administrasi


Sebelum lebih jauh membahas reformasi administrasi, barangkali terlebih
dahulu dijelaskan secara singkat tentang administrasi dan karakteristiknya. Administrasi
menurut Herbert Simon (1999 dalam Pasolong, 2010) adalah kegiatan-kegiatan
kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Siagian (2004) mendefenisikan
administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atas
rasionalitas tertentu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pasolong
sendiri kemudian merangkum banyak definisi tentang administrasi dan menjelaskan
bahwa administrasi adalah “pekerjaan terencana yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas  dasar efektif, afisien dan rasional”.
Dari pengertian ini, bisa dijelaskan bahwa karakteristik administrasi sendiri
antara lain : efisien, efektifitas dan rasional. Efisien diartikan bahwa tujuan atau motif
administrasi adalah mencapai hasil yang efektif dan efisien. Efisien juga bisa diartikan
berdaya guna. Dengan kata lain, administrasi harus menghasilkan sesuatu yang berdaya
guna. Efektif diartikan sebagai berhasil guna. Maka administrasi harus bisa dijalankan
untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Sedangkan
karakteristik rasional artinya bahwa tujuan yang dicapai bermanfaat dan berguna serta
dapat dilaksanakan.
Dalam kaitannya dengan administrasi public sendiri, bahwa usaha-usaha atau
kegiatan-kegiatan kelompok yang dilakukan tersebut mengarah pada persolan
pemerintah dan berorientasi pada kepentingan public yang seluas-luasnya. Karakteristik
dari administrasi public sendiri tidak berbeda dari karakteristik administrasi, yang
kesemuanya di arahkan untuk tujuan pelayanan public yang prima dan kebijakan public
yang berdaya guna dan berhasil guna bagi upaya-upaya melayani public.
Soesilo Zauhar mendefenisikan reformasi administrasi sebagai “usaha sadar dan
terencana untuk mengubah struktue dan prosedur birokrasi dan perilaku birokrat, guna
meningkatkan efektifitas organisasi atau menciptakan administrasi yang sehat dan
menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional. “Dalam konsepsinya ini, Zauhar
lebih menekankan pada perubahan terhadap struktur dan prosedur administrasi bagi
terwujudnya system pembangunan Negara yang lebih besar.
Reformasi administrasi dilakukan sebagai respons terhadap persepsi dan
pandangan negative banyak pihak terhadap system administrasi yang selama ini
terkesan lamban, berbelit-belit, tidak professional, dan tidak bersih/tidak akuntabel.
Seperti halnya birokrasi yang menurut Webwe merupakan bentuk aktivitas yang
menuntut koordinasi ketat terhadap kegiatan sejumlah besar orang, dan melibatkan
keahlian khusus yang memerlukan strukturasi dalam organisasi administrasi publicpun
merupakan merupakan bagian dari birokrasi yang berhubungan dengan konsep-konsep
pencatatanj, pembuatan peraturan dan kebijakan,n serta administrasi pelayanan public.
Menurut Philip J. Cooper (1998) menyebutkan banyaknya tantangan yang
dihadapi dari administrasi public seperti : keberagaman (diversity), akuntabilitas
(accountability), masyarakat sipil (civil society), privatisasi, birokratisasi, demokrasi,
pengayaan kembali (re-engineering), pemberdayaan akibat pesatnya perkembangan
teknologi dan ototnomi daerah. Owen Hughes (1998) juga menambahnkan bahwa krisis
manajemen, kondisi budaya administrasi,
pengembangan sumber daya manusia, dan sebagainya juga menjadi dorongan
sekaligus tantangan bagi system administrasi untuk menjadi lebih baik. Perubahan bagi
system administrasi public yang telah ada tidak saja ditekankan pada teknik-teknik
administrasi dan ptraktik-praktik administrasi, melainkan pada semua elemen seperti
sumber daya manusia, kepemimpinan, pola piker, orientasi, struktur birokrasi, perangkat
yang digunakan dan sebagainya. Itulah sebabnya konsep-konsep pemberdayaan,
pengembangan, pengayaan, dan lain-lain menjadi kunci utama bagi perubahan atau
reformasi administrasi.

Urgensi Reformasi Administrasi dan Apa yang Dilakukan


Menurut De Gusman dan Reforma, ada beberapa elemen umum dari reformasi
administrasi yang harus dilakukan. Pertama, adanya perubahan yang terencana
dilakukan secara cermat terhadap birokrasi public. Dengan kata lain, reformasi bukanlah
tindakan yang begitu saja dilakukan, melainkan ada perencanaan strategi pencapaian
yang jelas rentan waktunya. Perubahan dilakukan bukan karena keinginan berubah,
tetapi perubahan dilakukan untuk memperbaiki system yang lebih besar dan semua
komponen system yang terlibat.
Kedua, reformasi administrasi dilakukan dengan inovasi atau temuan-temuan
baru dan pikiran-pikiran kreatif yang lebih segar dan inovatif. Reformasi menuntut
adanya kesepahaman dan itikad bersama menujun pada perubahan dengan konsep-
konsep yang lebih baru, semangat baru, dan motifasi yang lebih kreatif.
Ketiga, reformasi administrasi diharapkan dapat menghasilkan keluaran atau
aouput berupa perbaikan efisiensi dan efektifitas pelayanan public. Karena administrasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka
otomatis harus ada jaminan bagi kegunaan dan hasil yang baik.
Keempat, rmasi administrasi dilakukan karena kebutuhanya atau urgensinya
dibenarkan dengan adanya tuntutan untuk mengatasi ketidakpastian dan perubahan yang
cepat yang terjadi dalam lingkungan organisasi. Manakala administrasi dijalankan,
maka segala yang berkaitan dengan ketidakpastian dan perubahan yang cepat pun
diharapkan bisa teratasi.
Perubahan atau reformasi terhadap administrasi public sendiri bisa dilakukan
pada aspek-aspek berikut. Pertama,  reforeformasi administrasi atau perbaikan system
administrasi bisa dilakukan pad aspek-aspek seperti struktur birokrasi, strategi
pelaksana dan pencapaian motif yang dibuat, fungsi  dari  administrasi  sendiri, proses
administrasi  dan  system  atau prosedur, serta budaya organisasi yang kesemuanya
memperkuat kapasitas administrasi pemerintah.
Agenda utama dalam reformasi administrasi adalah perubahan mendasar dan
luas terhadap administrasi public, seperti inovasi organisasi, pembangunan institusi,
perbaikan teknologi dan manajemen organisasi, serta melibatkan system reformasi
dalam arti yang lebih luas dari administrasi public.
Kita ketahui bahwa tujuan dari reformasi administrasi sendiri sebenarnya ada
tiga hal, yakni (1) perbaikan tatanan yang dianggap sebagai sifat instrinsik pemerintah
dalam masyarakat tradisional dan modern, (2) perbaikan metode atau pembaharuan
teknik administrasi perlu juga dilakukan, (3) tujuan reformasi administrasi adlah untuk
perbaikan kinerja atau reformasi programatik.
Reformasi administrasi adalah (1) restrukturisasi, struktur yang awalnya
menghambat dan berbelit-belit, harus diubah menjadi struktur yang lebih ramping tetapi
efisien dan efektif, (2) partisipasi dari semua unsure pelaksana dan pembuat kebijakan
administrasi public perlu dilibatkan, (3) sumber daya manusia yang diperlukan adalah
yang lebih professional dan lebih cekatan, (4) akuntabilitas administrasi diperlukan bagi
terciptanya system yang bertanggung jawab dan transparan, (5) kemitraan antara
pemerintah dan swasta, sehingga tidak ada lagi segregasi yanglebih kuat sehingga gep
keduanya semakin besar yang ahirnya merugikan kedu belah pihak.
Karena itu reformasi administrasi diarahkan pada perwujudan 10 prinsip bagi
kebaikan system administrasi/birokrasi. Menurut mereka, reformasi administrasi
haruslah menghasilkan pemerintahan yang bersifat antara lain : katalistik, milik rakyat,
kompetitif, digerakkan oleh misi, berorientasi hasil, berorientasi pada pelanggan,
wirausaha, antisipatif, desentralisasi, dan berorientasi pasar. Jika 10 prinsip ini dimiliki
dan dijalankan dalam reformasi administrasi, maka tujuan yang diharapkan akan bisa
berhasil guna dengan baik.
  Administrasi public dapat berperan positif dalam mengawal proses
demokratisasi sampai pada tujuan yang dicita-citakan, karena pada dasarnya
administrasi public berurusan dengan persoalan bagaimana menentukan. Dengan kata
yang berbeda, administrasi public bukan saja berurusan dengan cara-cara yang efisien
untuk melakukan proses demokratisasi, melainkan juga mempunyai kemampuan dalam
menentukan tujuan proses demokratisasi itu sendiri, terutama dalam bentuk
penyelenggaraan pelayanan  public  secara  efektif  sebagai wujud dari penjaminan hak-
hak konstitusional seluruh warga Negara.
Kita melihat kecenderungan administrasi public yang berkembang saat ini dan
telah mendukung proses demokratisasi, karena sudah tidak terlalu kirarkisndan
parochial, tetapi lebih mirip sebuah jaringan. Kecenderungan ini mempunyai implikasi
yang sangat penting dan positif terhadap perkembangan demokrasi, termasuk
tanggungjawab yang berubah terhadap kepentingan public, terhadap pemenuhan
prefensi public, dan terhadap perluasan liberalisasi politik, kewarganegaraan, dan
tingkat kepercayaan public. Administrasi public yang berbentuk jaringan dapat
mengatasi hambatan nenuju pengelolaan yang demokratik dan dapat membuka
kemungkinan untuk memperkuat pemerintahan yang bergantung kepada nilai-nilai dan
tindakan-tindakan administrasi public.

Gerakan Reformasi Administrasi di Indonesia


Salah satu gerakan reformasi administrasi public yang juga sempat popular di
awal 90-an muncul dalam kemasan ‘reinventing government’ yang berakar pada tradisi
dan perspektif new Publik Management yang merupakan kristalisasi dari praktik
administrasi public di Amerika Serikat. Para pendukung gerakan ini berpendapat bahwa
institusi-institusi administrative yang didirikan dalam kerangka birokrasi dengan model
komando dan pengawasan telah berubah secara signifikan selama abad ke-20 dan harus
terus diubah. Birokrasi jenis ini tidak lagi efektif, efisien dan sudah ketinggalan zaman
dalam tatanan ekonomi-politik dunia yang semakin menggelobal. Oleh karena itu,
birokrasi di Amerika Serikat harus melakukan reformasi institusi administrasi public
agar lebih memiliki karakter kewirausahaan.
Gerakan administrasi reformasi di dunia global di dorong oleh empat tekanan,
yakni politik, ekonomi, social dan institusional. Tidak jauh berbeda dari gerakan
reformasi administrasi di Indonesia. Terjadinya gerakan reformasi ini diakibatkan oleh
beberapa tekanan yang muncul.
Pertama, tuntutan akan perubahan system politik yang lebih demoklratis pada
semua aspek kehidupan bangsa mulai disuarakan ketika terjadinya krisis ekonomi kala
tahun 1997. Kekuasaan resim orde baru Suharto yang kala itu begitu kuat, otoriter,
sentralistik dan tidak memberikan akses kepada rakyat untuk berpartisipasi lebih besar
dalam aktivitas pemerintahan, tetapi hanya mengutamakan kepad kroni dan keluarga
dekatnya. Tuntutan untuk lebih demokratis menyebabkan keinginan untuk mengubah
orientasi administrasi/birokrasi public yang ada.
Kedua, adanya perubahan social dalam masyarakat yang begitu dinamis pada
masa setelah tumbangnya orde baru menyadarkan bahwa pihak akan perlunya dan
bergunanya perubahan bagi tatanan sosial yang ada. Keterbukaan, akses yang lebih
lebar, dan tuntutan pada perbaikan standar hidup dan kelayakan hidup masyarakat,
membuat urgensi parubahan dalam birokrasi dan kebijakan public yang dilakukan.
Ketiga, krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan disusul kemudian pada
tahun 2008 menyebabkan dorongan-dorongan besar lapisan masyarakat akan
perubahan. Krisis ekonomi global telah menyebabkan terpuruknya kondisi ekonomi
negara dan rakyat. Itulah sebabnya diperlukan perangkat dan system administrasi public
yang lebih baik untuk mengatasi krisis yang ada. Dari sinilah gerakan perubahan mulai
bordering.
Keempat, tuntutan bahwa Negara-negara di dunia harus terlibat dalam
perdagangan dan pasar bebas global dan terlibat dalam organisasi administrasi public
yang lebih professional dan berstandar internasional. Keluranya beberapa investor besar
asing di Indonesia misalnya, adalah salah satu contoh karena system administrasi dan
birokrasi tanah air yang tidak professional, lamban, berbelit-belit, dan terlalu banyak
pungutan liar yang tidak jelas. Pindahnya pabrik Sony ke singapura dan diikuti oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti Nike, Samsung dan sebagainya, telah
menyebabkan bertambahnya pengangguran di Indonesia dan berkurangnya devisa
Negara.
Kelima, tuntutan daerah untuk menjalankan roda roda pemerintahan sendiri
tanpa tergantung pada pemerintah, juga telah banyak mengubah birokrasi dan
administrasi di pusat dan daerah. Otonomi daerah merupakan salah satu dorongan
penting bagi pelaksanaan reformasi administrasi yang lebih baik dan mendukung
pencapaian tujuan pemerintah.
Dalam banyak hal, reformasi politik yang bergulir sampai saat ini sekali lagi
tampak berada dalam jalur yang benar. Yang dibutuhkan adalah kesabaran untuk
bertahan dan konsisten untuk melakukan langkah-langkah sistematis yang diperlukan.
Proses demokratisasi di Indonesia tidak hanya diuji melalui pemilihan presiden secara
langsung, namun terutama ditantang untuk mampu keluar dari berbagai masalah agar
dapat memenangkan pertarungan dengan bangsa-bangsa lain.
Dari  apa yang  telah  dikemukakan di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa,
administrasi  public dapat menempati  tempat di jantung gerakan  demo kratisasi politik,
asalkan  memenuhi  paling tidak tiga persyaratan  : Pertama, mampu melakukan
perencanaan strategis yang menyeluruh. Kedua, mempunyai struktur organisasi yang
tidak terlalu hirarki dan parchial. Ketiga, membebaskan  diri dari pendekatan dan  kultur
militeristik dalam melakukan  pelayanan publik
Berkaitan dengan perencanaan strategis, Indonesia mempunyai pengalaman dan
institusi perencanaan seperti Bappenas di tingkat pusat dan BKD di tingkat daerah. Hal
yang diperlukan adalah revitalisasi dan reposisi fungsi-fungsi institusinal yang
disesuaikan dengan konteks demokrasi yang dikehendaki. Mekanisme perencanaan atau
lebih benyak memberikan kesempatan kepada masyarakat sipil untuk berperan aktif
dalam kegiatan pembangunan dan proses reformasi administrasi itu sendiri, dapat terus
dijalankan bukan sekedar basa basi atau mencari legitimasi.
Terakhir bahwa syarat yang juga penting adalah struktur dan kultur birokrasi di
Indonesia harus mau berubah dan berinovasi. Kesabaran dan ketekunan untuk
melakukan perubahan secara incremental untuk mengurangi (jika tidak dapat
menghindar) biaya social, politik, dan ekonomi yang tinggi masih sangat dibutuhkan.
Dalam kaitan dengan ini, pembicaraan mengenai isu reformasi administrasi public
menjadi relevan.

Penutup
Kesimpulan dari pembahasan mengenai perkembangan administrasi negara di
Indonesia, adalah sebagai berikut:
 Sistem Administrasi negara di Indonesia sebagai bagian dari integral dari sistem
sosial yang mempunyai landasan dan tujuan yang sema dengan UUD 194 dan
GBHN. Sistem administrasi negara diarahkan untuk memperkuat kapasitas
administrasi di indonesia.
 Pada masa Reformasi muncul pendekatan society-centered public administration
dimana administrasi publik merupakan sarana bagi pemerintahan yang demokratis
untuk menyelenggarakan kekuasaannya berdasarkan kedaulatan rakyat Sebagai
konsekuensinya negara merupakan hanya salah satu mekanisme yang bersandingan
dengan mekansime pasar (private sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk
memecahkan masalah pelayanan publik. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia
tahun 1997 menjadi pendorong perubahan besar dalam sistem pemerintahan di
Indonesia dengan menciptakan sistem check and balance.Pada masa Reformasi,
Negara Indonesia adalah negara Hukum.Sistem Konstitusional pada era reformasi
(sesudah amandemen UUD 1945) berdasarkan Check and Balances. Sistem
Pemerintahan tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan
mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada
parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan
DPR. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi menurut
UUD.Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Presiden
dibantu oleh menteri-menteri negara.Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya
dibatasi oleh undang-undang.Sistem kepartaian menggunakan sistem multipartai.
Sebagai poin akhir dalam penulisan makalah ini, Penulis menyampaikan
beberapa saran yang mungkin berguna bagi perbaikan sistem Administrasi Negara di
Indonesia, adapun saran tersebut yakni:
1. Pemerintah hendaknya benar-benar menjalankan fungsi-fungsi administrasi negara
di Indonesia secara baik, jujur dan bertanggungjawab.
2. Sistem pemerintahan Reformasi yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, hendaknya pemerintah dan para aparat hukum benar-benar
menerapkan dan menjalankan keadilah hukuman sesuai peraturan hukum yang
berlaku di Indonesia.
3. Melihat perkembangan yang terjadi dalam beberapa masa, pemerintahan saat ini
hendaknya belajar dari sistem-sistem administrasi negara terdahulu agar dapat
melihat dan dapat menerapkan sistem administrasi negara apa yang terbaik yang di
harus diterapkan di Indonesia.
4. Hendaknya dalam menjalankan administrasi negara pemerintah benar-benar
menempatkan orang-orang yang kompeten, berpendidikan tinggi, mempunyai
kualitas dan kredibilitas yang baik sebagai administrator negara sehingga dapat
memberikan pelayanan publik yang baik bagi rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai